Anda di halaman 1dari 5

STABILISASI TANAH GAMBUT

Rohmad Basuki -1722201024 – S1 Teknik Sipil FT Universitas Abdurrab

Tanah gambut terbentuk dari dari tumbu tumbuhan yang memiliki tingkatan
dekomposisi yang bervariasi. Tanah gambut umumnya berwarna coklat tua
sampai dengan hitam. Karena terbentuk dari proses pelapukan dan pembusukan
tumbuh tumbuhan; maka tanah gambut memiliki bau yang khas. Tanah gambut
bisa dijumpai di daerah pengunungan, dataran tinggi dan dataran rendah; dimana
daerah tersebut teredam air dalam waktu yang sangat lama. Van de Meene (1984)
menjelaskan bahwa, pembentukan gambut di Asia tenggara dimulai pada 18000
tahun yang lalu. Sedangkan gambut Indonesia terbentuk mulai kira-kira 5.000
hingga 8.000 tahun yang lalu. Proses pembentuan tersebut menyebabkan tanah
gambut mempunyai sifat fisik maupun sifat teknis yang tidak menguntungkan
bagunan sipil yang berada di atas tanah gambut. Sifat fisik tersebut antara lain
kadar air (Wc) yang mencapai 900%, berat volume tanah yang cukup kecil (0,8 -
1,04 gr/cm3 ), angka pori yang besar berkisar antara 5-15, dan kandungan organik
yang tinggi >75% (Mochtar, N.E., 1999, 2000; Yulianto, FE. dan Mochtar, NE.,
2010, 2012, 2014, 2015). Sifat fisik yang tidak menguntungkan tersebut secara
otomatis mempengaruhi perilaku tekni tanah gambut. Tanah gambut mempunyai
daya dukung yang sangat rendah 57 kPa (Jelisic dan Lappanen, 2002) dan
pemampatan yang besar daan tidak merata sehingga banyak bangunan sipil rusak
akibat perilaku tersebut (Mohtar, NE., dkk., 2014). Beberapa metode perbaikan
tanah telah diterapkan pada tanah gambut berupa, perbaikan tanah secara fisik,
mekanis maupun kimia. Hanya saja, metode perbaikan yang telah diterapkan
tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Paper ini akan mendiskusikan
permasalahan metode perbaikan tanah gambut dan solusinya yang paling baik dan
ramah lingkungan.

Pemakaian cerucuk atau dolken untuk peningkatan daya dukung lapisan tanah
gambut jugatelah banyak diimplementasikan di pembangunan jalan di Pontianak,
Kalimantan Barat, seperti:Pontianak-Supadio Jalur II, jalan Arteri Siantar, dan
Arteri Pontianak-Supadio Jalur I (Pasaribu,1998). Pemasangan cerucuk atau
dolken tersebut dimaksudkan untuk membuat lapisan gambutmenjadi lebih kaku
oleh cerucuk sehingga hampir tidak ada pemampatan di lapisan gambut yang
bersangkutan. Disamping itu, cerucuk juga berfungsi meneruskan beban
konstruksi ke lapisan tanah yang lebih kuat. Untuk menjaga agar tanah timbunan
yang diletakkan di muka tanah tidak bercampur dengan tanah dasar/tanah gambut,
dan agar beban timbunan dapat diteruskan secara merata ke lapisan tanah dasar,
maka bagian atas cerucuk dipasang papan dengan ukuran 20 cm x 20 cm dan tebal
3 cm; cerucuk jenis ini dinamakan cerucuk dengan tiang sayap. Cara pemasangan
cerucuk atau cerucuk bersayap ditunjukkan pada Gambar

Pondasi cerucuk yaitu salah satu jenis pondasi yang biasanya digunakan pada
didaerah dengan kondisi tanah yang kurang stabil seperti jenis tanah lembek
ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang cukup tingggi. Ketinggian
pondasi cerucuk dapat dipengaruhi oleh muka air pasang surut. Untuk
perencanaan kedalaman dan jarak anatara tiang pancang harus dilakukan
berdasarkan pemeriksaan tanah.
Syarat Bahan Pondasi Cerucuk antara lain:
1. Diameter minimum 8 cm dan maksimum 15 cm.
2. Panjang minimum 3,5 m dan maksimum 6m.
3. Batang kayu cukup lurus dan tidak bercabang
4. Kekuatan minimum kayu kelas II sesuai PKKI 1973
5. Tegangan minimum was kayu kelas III sesuai PKKI 1973

TEKNIK PELAKSANAAN PONDASI CERUCUK


1. Pemancangan cerucuk kayu dapat menggunakan tenaga manusia, alat pancang
cerucuk atau dengan Back Hoe.
2. Lantai kerja, dengan muka air cukup tinggi, maka lokasi pemancangan cerucuk
dapat diurug terlebih dahulu dengan material setempat. Bila menggunakan alat
pancang cerucuk harus diberi landasan dari balok atau papan kayu.
3. Diatas pondasi cerucuk kayu yang diberi kepala tiang yang selanjutnya
dibentuk timbunan badan jalan.

Bahan Peralatan yang Umumnya Digunakan 


1. Gergaji kayu
2. Kapak
3. Palu 5 kg
4. Linggis
5. Cangkul
6. Alat pengangkut tanah
7. Alat pancang cerucuk
8. Alas pemukul tiang
9. Perancah atau platform dari susunan drum-drum dan papan kayu
10. Back Hoe atau Excavator
11. Mesin Las
PEMANCANGAN CERUCUK KAYU DENGAN TENAGA MANUSIA
1) Runcingkan bagian ujung bawah cenrcuk kayu agar mudah rnenembus ke
dalam tanah.
2) Pasang perancah atau platform sedemikian rupa sehingga orang dapat dengan
mudah memukul kepala tiang pada ketinggian tertentu
3) Ratakan bagian ujung tiang yang akan dipukul dan beri topi tiang.
4) Tegakkan tiang cerurcuk dan masukkan sedikit ke dalarn tanah agar dapat
dipukul dcngan stabil dan tetap tegak lurus.
5) Pukul tiang dengan palu pcmukul pada ujung atas cenrcuk yang sudah diberi
topi sampai kedalaman rencana

PEMANCANGAN CERUCUK DENGAN ALAT PANCANG


1) Siapkan alat pancang tiang cerucuk dengan kedudukan yang dapat menjangkau
pekerjaan pemancangan seefektip mungkin.
2) Siapkan tiang cerucuk pada kedudukan rencana.
3) Pasang tiang cerucuk berikut topi pemukulnya pada alat pancang, dan pastikan
tiang berdiri tegak lurus.
4) Catat penurunan pemancangan sampai kedalaman rencana minimum 1 tiang
untuk setiap 5 m kearah memanjang jalan.

PEMANCANGAN CERUCUK DENGAN BACK HOE


1) Sipkan lantai kerja yang tcrdiri atas baok-balok kayu atau papan untuk
operasional Back Hoe.
2) Siapkan sejunllah tiang yang akan dipancang pada tempat kedudukannya.
3) Tegakkan tiang pada posisi kedudukan rencana dengan bantuan tenaga manusia
4) Operasikan Bac khoe, dan pastikan bagian mangkok (Bucket) akan menekan
tiang secara tegak lurus.
5) Tekan tiang dengan Bucket sampai masuk tanah sesuai dengan kedalaman
rencana.
KENAPA CERUCUK? SEBAB TANAH PUN BISA LABIL KAYAK ABG

Penemuan Sistem Pondasi Cerucuk

Diperlukan adanya sebuah teknologi yang cocok jika ingin mendirikan konstruksi
jalan raya, konstruksi perumahan, maupun konstruksi beban berat lainnya di area
yang kerap mengalami pergeseran (shearing). Mekanisme hilangnya keseimbangan
tersebut biasa terjadi pada tanah berdaya dukung rendah akibat beban berat tanah
itu sendiri. Karenanya, tidak heran apabila sering terjadi penurunan permukaan
tanah (settlement) ataupun tolakan ke atas (uplift). Metode-metode seperti pile
slab, deep mixing, serta vertical drill telah dicoba untuk diterapkan khususnya
pada konstruksi jalan raya di atas tanah labil. Namun, metode-metode
konvensional tersebut cenderung hanya disesuaikan dengan besarnya beban yang
harus didukung saja tanpa memperhatikan kondisi tanah.

Oleh karenanya, Ir. J.H. Simanjuntak berpendapat bahwa upaya-upaya tersebut


belum mampu mengatasi permasalahan yang ada secara maksimal. Sebagai salah
satu pelaku bisnis konstruksi, Ir. J.H. Simanjuntak senantiasa mencari cara yang
tepat demi terciptanya konstruksi jalan raya yang dibangun di atas tanah labil.
Kunci utamanya, beban seluruh konstruksi yang ada di atas harus disalurkan ke
dalam tanah secara merata dengan menggunakan beberapa tiang pancang.
Pemikiran inilah yang kemudian melahirkan gagasan mengenai sistem pondasi
cerucuk. Sistem ini menyatukan beberapa tiang pancang dalam sebuah kesatuan
yang kokoh guna menyangga konstruksi di atasnya.

KELEBIHAN PONDASI CERUCUK


1. Mudah Pemasangannya
2. Mudah Di Bawa
3. Tidak Begitu Berat Seperti Bored Pile

Anda mungkin juga menyukai