Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2019
I. Latar Belakang
Pada zaman ini bangsa Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan
nasional yang bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia
tanpa terkecuali. Pembangunan nasional yang sedang dicanangkan oleh pemerintah salah
satunya adalah pembangunan infrastruktur/gedung seperti bandar udara, pelabuhan, jalan
tol dll. Tentunya pembangunan tersebut dilakukan secara merata diseluruh pelosok
daerah di Indonesia, guna memajukan seluruh wilayah Indonesia.
Tentunya disetiap pembangunan infrastruktur seringkali terhambat oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah faktor alam seperti kondisi tanah yang memiliki kondisi yang
lembek. Sehingga penggunaan pondasi konvensional sangat tidak disarankan karena
dapat menyebabkan bangunan yang berada di atasnya tidak stabil dan kemudian akan
menyebabkan penurunan bangunan atau ambles dan bahkan dapat menimbulkan
bangunan tersebut roboh. Sehingga hal tersebut pasti akan merugikan pemilik bangunan
maupun para kontraktor bangunan tersebut..
Untuk itu para insinyur-insinyur dan pakar-pakar teknik sipil di Indonesia terus
melakukan percobaan-percobaan guna menyelesaikan dan mengatasi berbagai hambatan
pada saat pelaksanaan pembangunan suatu bangunan. Salah satunya adalah Prof. Dr. Ir
Soedijatmo yang pada tahun 1961 menemukan pondasi cakar ayam yang sudah diakui
bahwa pondasi tersebut sangat cocok untuk kondisi tanah yang lembek. Cara ini
dilakukan dengan membuat plat beton yang di bawahnya didukung oleh pipa-pipa beton.
Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek.
Oleh karena itu, pondasi tersebut sering disebut sebagai pondasi cakar ayam.
Dengan penemuan pondasi cakar ayam tersebut maka pembangunan di Indonesia
diharapkan dapat merata diseluruh wilayah. Dan dapat melakukan pembangunan gedung
di atas tanah yang lembek ataupun tanah yang tidak stabil.
Struktur pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang didukung oleh buis-
buis beton bertulang yang dipasang vertical dan disatukan secara monolit dengan plat
beton pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat beton berkisar antara 10-20 cm, dan pipa buis
beton bertulang berdiameter 120 cm, tebal 8 cm dan panjang 150-250 cm. Buis-nuis beton
ini berguna untuk pengaku pelat. Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis beton
dan tanah yang terkurung di dalam pondasi bekerjasama, sehingga tercipta suatu system
yang komposit.
Mekanisme system pondasi cakar ayam dalam memikul beban adalah adanya titik
beban di atas pelat, maka beban tersebut akan menyebabkan pelat melendut. Lendutan
inilah yang menyebabkan buis-buis cakar ayam berotasi. Rotasi cakar ayam terbesar
adalah ada pada cakar yang terletak di dekat beban. Rotasi cakar ayam memobilisasi
tekanan tanah lateral di belakang cakar ayam dan merupakan momen yang melawan
lendutan pelat. Dengan demikian, cara mengurangi lendutan pelat, semakin besar momen
lawan cakar untuk melawan lenduran maka semakin besar reduksi lendutan. Momen
lawan cakar dipengaruhi oleh dimensi cakar dan kondisi kepadatan (kuat geser) tanah
sekitar cakar, yaitu semakin Panjang cakar, maka semakin besar momen lawan terhadap
lendutan pelat yang dapat diperoleh.
Meskipun pondasi cakar ayam adalah pondasi yang kuat dan kokoh, namun tetapi saja
pondasi ini memiliki kekurangan. Berikut kekurangan pondasi cakar ayam :
Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pembuatan pondasi cakar ayam, antara
lain:
1. Penggalian tanah
Sebelum melakukan penggalian tanah, hal pertama yang perlu dilakukan
adalah menentukan ukuran panjang, lebar, dan kedalaman pondasi. Adapun hal
teknis yang perlu diperhatikan yakni sebaiknya galian pondasi dibuat lebih lebar
dari ukurannya agar para tukang dapat bekerja lebih leluasa. Selain itu, semua
galian tanah harus diletakkan jauh dari lokasi pengerjaan pondasi agar tidak
mengganggu.
2. Penulangan pondasi
Proses perakitan tulangan (pipa-pipa beton) pondasi dikerjakan di luar tempat
pengecoran namun masih dalam satu lokasi proyek. Hal ini agar tulangan pondasi
dapat segera dipasang setelah dirakit. Teknisnya, hasil rakitan tulangan
dimasukkan ke dalam tanah galian lalu diletakkan tegak lurus dengan bantuan
waterpass.
Selanjutnya, tulangan diberi jarak 40 mm dengan dasar tanah dengan batu kali
yang diletakkan di setiap ujung sisi sebagai pengganjal. Setelah rakitan terpasang
dengan stabil, langkah berikutnya adalah membuat plat beton alias pengecoran.
3. Bekisting
Proses selanjutnya adalah pengerjaan bekisting. Apa yang dimaksud dengan
bekisting? Bekisting ialah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang
digunakan untuk mencetak beton yang akan di-cor, baik itu di dalamnya atau di
atasnya
4. Pengecoran
Langkah terakhir adalah pengecoran. Adapun bahan-bahan pokok yang
diperlukan yakni semen, pasir, kerikil atau split, dan air. Untuk mendapatkan hasil
dengan mutu yang baik, tentu harus menggunakan bahan yang bermutu juga.
VIII. Kesimpulan
Pondasi cakar ayam adalah pondasi yang digunakan untuk struktur bagian bawah
bangunan yang dibangun di atas tanah yang memiliki struktur tanah yang lembek dan
tidak stabil. Pondasi ini ditemukan oleh Prof. Dr. Ir Soedijatmo yang pada tahun 1961
yang pada saat itu beliau sedang menjabat di PLN Jakarta.
Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang, ketebalan plat beton tergantung
dari keadaan tanah di bawahnya dan jenis konstruksi, rata-rata ketebalannya sekitar 10
hingga 20 cm. Pada bagian bawah plat beton dibuat sumuran pipa-pipa yang memiliki
jarak sumbu kisaran 2 sampai 3 meter. Plat pondasi cakar ayam yang tergolong tipis,
maka pondasi ini termasuk dalam tipe pondasi yang fleksibel.
Penggunaan pondasi cakar ayam lebih cocok jika digunakan untuk struktur bangunan-
bangunan yang besar atau infrastruktur yang berskala besar, dan tidak cocok untuk
bangunan kecil seperti rumah biasa (berlantai 1).
Daftar Pustaka
• Dekorma, Kania (2018, 4 Maret). Pondasi Cakar Ayam, Pondasi Asli Indonesia
yang Bersejarah.
https://www.dekoruma.com/artikel/63953/apa-itu-pondasi-cakar-ayam
Diakeses tanggal pada 9 Juni 2019