Anda di halaman 1dari 5

Pondasi Cakar Ayam Perlu Dipertimbangkan

Ir. Rony Ardiansyah, MT.

Provinsi Riau cukup terkenal dengan tanah rawa-nya sehingga, mendirikan bangunan-
bangunan gedung, jalan-jalan dan landasan pesawat terbang di Riau (juga di Indonesia) kita
sering menjumpai keadaan-keadaan tanah yang menyulitkan, antara lain keadaan tanah yang
terlalu lembek, sehingga tanpa cara-cara yang khusus kita tidak dapat membangun di atasnya.
Cara-cara yang khusus ini biasanya mahal biayanya dan/atau memakan waktu yang tidak
sedikit, misalnya mengadakan perbaikan tanah, membuat pondasi sumuran, pondasi caisson,
pondasi tiang pancang dsb.

Maka untuk mengatasi persoalan ini oleh Prof.Dr. Ir. Sedijatmo telah ditemukan
suatu cara yang relatif tidak mahal dan tidak memakan waktu, pembuatannyapun tidak sulit,
dan tidak memerlukan alat-alat yang khusus dan tinggi harganya. Cara baru ini dinamakan
oleh penemunya “Pondasi Cakar Ayam” dan terdiri dari pelat beton bertulang yang tebalnya
10 s/d 12 cm dan dibagian bawahnya diberi pipa-pipa beton bertulang pula yang menempel
kuat-kuat pada pelat beton tersebut.

Oleh sebab Pemerintah Propinsi (Pemprov) dan Pemerintah Kabupaten (pemkap)


yang ada di Riau, saya kira perlu mempertimbangkan pemakaian jenis pondasi ini. Pondasi
khusus untuk tanah bermasalahan ini harga satuannya realatif murah, yakni berkisar Rp
700.000 s/d 800.000 untuk per meter perseginya. Demikianlah yang disampaikan oleh
Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA, dalam kuliah umum Magister Teknik Sipil
Universitas Islam Riau UIR baru-baru ini, di gedung Pasca Sarjana UIR.
Saat ini Sistim Cakar Ayam karya Alm Prof Ir Sediyatmo tsb, telah dikembangkan
oleh Prof Ir Bambang Suhendro, Dr harry Christady dan Ir Maryadi Darmokumoro, yang
dikenal dengan Sistim Cakar Ayam Modifikasi (CAM).Modifikasi yang dilakukan adalah
:penggantian pipa beton menjadi pipa baja tipis tebal 1.4 mm, perhitungan dalam 3 Dimensi
dan penambahan “koperan” pada tepi slab.Sistim CAM tersebut telah di uji skala penuh oleh
Puslitbang Jalan dan Jembatan di ruas jalan Pantura Indramayu-Pemanukan (2007)dan
digunakan di Jalan Tol seksi 4 Makasar pada tahun 2008.

Berikut ini kita ikuti kronologi pondasi cakar ayam ini yang saya kutip dari beberapa
sumber seperti berikut ini. Pada tahun 1961, Prof. Sedijatmo menemukan sistem Fondasi
Cakar Ayam sebagai alternatif pemecahan masalah tanah di bawah fondasi yang terlalu
lunak. Sejak saat itu penggunaan Fondasi Cakar Ayam semakin meluas baik sebagai fondasi
landasan pacu pesawat terbang maupun sebagai fondasi bangunan bertingkat. Peranan
pondasi turut menentukan usia dan ke stabilan suatu konstruksi bangunannya. Dalam dekade
terakhir ini sistem pondasi telah berkembang dengan bermacam variasi. Tapi hanya sedikit
yang menampil kan sistem pondasi untuk mengatasi masalah membangun konstruksi di atas
tanah lembek.

Sistem pondasi yang konvensional, cenderung hanya di sesuaikan dengan besarnya


beban yang harus didukung, tapi kurang mempertimbangkan kondisi tanah lembek.
Akibatnya, bangunan itu mengalami penyusutan usia atau ketidakstabilan, seperti penurunan,
condong, bahkan roboh. Hal itu tentu merugikan pemilik dan kontraktor bersangkutan.

Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat


sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru untuk mengatasi masalah
itu. Lahirlah ide Ir Sedijatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat
beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara
monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara meyakinkan.

Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam.
Perhitungan yang dipakai saat itu (1961), masih kasar dengan dimensi 2,5 kali lebih besar
dibanding dengan sistem pondasi cakar ayam yang diterapkan sekarang. Meski begitu,
ternyata biayanya lebih murah dan waktunya lebih cepat daripada menggunakan tiang
pancang biasa. Menara tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh
berdiri di daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi kawasan industri.
Pondasi cakar ayam terdiri dan plat beton bertulang dengan ketebalan 10-15 cm,
tergantung dari jenis konstruksi dan keadaan tanah di bawahnya. Di bawah plat beton dibuat
sumuran pipa-pipa dengan jarak sumbu antara 2-3 m. Diameter pipa 1,20 m, tebal 8 cm, dan
panjangnya tergantung dari beban di atas plat serta kondisi tanahnya. Untuk pipa dipakai
tulangan tunggal, sedangkan untuk plat dipakai tulangan ganda.

“Sistem pondasi ini bisa diterapkan pada tanah lunak maupun tanah keras. Tapi
menurut pengalaman, lebih ekonomis bila diterapkan atas tanah yang berdaya dukung 1,5
sampai 4 ton per meter persegi. Dasar pemikiran Iahirnya pondasi cakar ayam ialah
memanfaatkan tekanan tanah pasif, yang pada sistem pondasi lain tak pernah dihiraukan. Plat
beton yang tipis itu akan mengambang di permukaan tanah, sedangkan kekakuan plat ini
dipertahankan oleh pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan tanah pasif. Dengan demikian
maka plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah bengkok.

Pada sistem pondasi lain, yang menggunakan plat beton dengan balok pengaku, maka
kekakuan itu berasal dan konstruksinya sendiri. Sedangkan pada sistem pondasi cakar ayam,
kekakuan didapat dari tekanan tanah pasif. ini berarti dengan daya dukung yang sama,
volume beton pada cakar ayam akan berkurang, dan konstruksinya bisa lebih ekonomis.

Telapak beton, pada pondasi cakar ayam sangat baik untuk beban yang merata. Sistem
pondasi ini mampu mendukung beban 500-600 ton per kolom. Dalam hal ini, di bagian
bawah kolom dibuatkan suatu telapak beton, untuk mengurangi tegangan geser pada plat
beton. Jika beban itu terpusat, maka tebal plat beton di bawah pusat beban ditentukan oleh
besarnya daya geser, bukan oleh besarnya momen, untuk ini dilakukan penambahan
pertebalan plat beton dibawah kolom bersangkutan.

Pekerjaan Modifikasi sistem Cakar Ayam antara lain penggantian slab stiffener pipa
beton dengan pipa baja galvanis yang 700% lebih ringan, penempatan slab pada posisi tanah
asli (tidak di atas timbunan); dan pengembangan dan penggunaan material timbunan ringan.
Karena ringan dan tipis (pipa baja) sehingga memudahkan dalam pelaksanaan. Pasalnya,
tidak perlu alat berat lagi dan tidak perlu pengerasan sementara dalam pelaksanaannya. Selain
itu, waktu pengerjaan jadi relatif lebih cepat dan biaya juga relatif jauh lebih murah serta saat
penancapan pipa baja, tanah asli sama sekali tidak terusik (dibandingkan dengan pemasangan
pipa beton pada sistem cakar ayam asli).
Modifikasi pertama adalah mengganti pipa beton dengan berat 1 ton per pipa menjadi
pipa baja dengan berat 35 kg per pipa. Pada tanah lunak hal tersebut sangat berarti karena
mengurangi kapasitas yang tersedia. Pipa baja tersebut sudah di galvanized sehingga anti
karat selama 25 tahun. karena ringannya proses pemasukan ke tanah dan pengangkutan tidak
memerlukan alat berat, dengan tenaga manusia dapat dilakukan.

Teknologi ini secara umum cukup menghemat waktu dan biaya. Setelah mendekati 25
tahun, dengan kondisi tanah yang berubah, sistem cakar ayam tetap bisa bertahan. Dengan
pipa baja produk indonesia yang telah melalui proses calvanized. Produk ini sudah dipakai di
Australia dan diklaim 25 tahun tahan karat. Sistem cakar ayam modifikasi ini sudah
diterapkan di Blitar, Jalan Sedyatmo. Keunggulan lainnya, teknologi ini mampu digunakan
untuk jalan perkerasan terberat seperti di airport dengan beban yang lebih berat lima sampai
enam kali dari jalan nasional.***
Ulasan

Prof.Dr. Ir. Sedijatmo telah menemukan cara baru untuk mengatasi keadaan tanah
yang kurang mendukung dalam pembangunan gedung dll yang relatif tidak mahal dan tidak
memakan waktu, pembuatannyapun tidak sulit, dan tidak memerlukan alat-alat yang khusus
dan tinggi harganya. Cara baru ini dinamakan oleh penemunya “Pondasi Cakar Ayam” dan
terdiri dari pelat beton bertulang yang tebalnya 10 s/d 12 cm dan dibagian bawahnya diberi
pipa-pipa beton bertulang pula yang menempel kuat-kuat pada pelat beton tersebut.

Saat ini Sistim Cakar Ayam karya Alm Prof Ir Sediyatmo tsb, telah dikembangkan
oleh Prof Ir Bambang Suhendro, Dr harry Christady dan Ir Maryadi Darmokumoro, yang
dikenal dengan Sistim Cakar Ayam Modifikasi (CAM).Modifikasi yang dilakukan adalah :
penggantian penggantian beton menjadi pipa baja tipis tebal 1.4 mm, perhitungan dalam 3
Dimensi dan penambahan “koperan” pada tepi slab.Sistim CAM tersebut telah di uji skala
penuh oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan di ruas jalan Pantura Indramayu-Pemanukan
(2007)dan digunakan di Jalan Tol seksi 4 Makasar pada tahun 2008

Pekerjaan Modifikasi sistem Cakar Ayam antara lain penggantian slab stiffener pipa
beton dengan pipa baja galvanis yang 700% lebih ringan, penempatan slab pada posisi tanah
asli (tidak di atas timbunan); dan pengembangan dan penggunaan material timbunan ringan.
Karena ringan dan tipis (pipa baja) sehingga memudahkan dalam pelaksanaan

“Sistem pondasi ini bisa diterapkan pada tanah lunak maupun tanah keras. Tapi
menurut pengalaman, lebih ekonomis bila diterapkan atas tanah yang berdaya dukung 1,5
sampai 4 ton per meter persegi. Dasar pemikiran Iahirnya pondasi cakar ayam ialah
memanfaatkan tekanan tanah pasif, yang pada sistem pondasi lain tak pernah dihiraukan. Plat
beton yang tipis itu akan mengambang di permukaan tanah, sedangkan kekakuan plat ini
dipertahankan oleh pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan tanah pasif. Dengan demikian
maka plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah bengkok.

Anda mungkin juga menyukai