Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kelompok Tekon

DISUSUN OLEH:

1. DITA PUTRI NINTIASTUTI [2010015410067]


2. FITRI KAMILA [2010015410086]
3. NAUFAL
4. SHERLINAFRIYANI [2010015410071]
5. STEVANO WIDO DEVITTO[2010015410058]

KLS: TEKON 1B

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAA

UNIVERSTAS BUNG HATTA


Pondasi Plat Beton Betulang

1. Pengertian Pondasi Telapak/Footplat

Beton bertulang (bahasa Inggris: Reinforced Concrete atau disingkat RC), juga disebut beton
semen bertulang atau (bahasa Inggris: Reinforced cement concrete atau disingkat RCC)
adalah material komposit di mana kekuatan dan daktilitas beton yang relatif rendah diimbangi
dengan dimasukkannya tulangan yang memiliki kekuatan atau daktilitas yang lebih tinggi.
Tulangan biasanya, meskipun tidak harus, berupa tulangan baja (tulangan) dan biasanya
tertanam secara pasif di beton sebelum beton dipasang. Skema perkuatan umumnya
dirancang untuk menahan tegangan tarik pada daerah beton tertentu yang dapat menyebabkan
keretakan dan/atau kegagalan struktural. Beton bertulang modern dapat mengandung
beragam bahan penguat yang terbuat dari baja, polimer, atau material komposit alternatif,
baik disertai tulangan maupun tidak. Beton bertulang juga dapat mengalami tekanan
permanen (beton dalam kompresi, tulangan dalam tegangan), sehingga dapat meningkatkan
sifat-sifat struktur bangunan ketika dikenai beban. Di Amerika Serikat, metode paling umum
untuk melakukan ini dikenal sebagai pra-tegang dan pasca-tegang .Untuk konstruksi yang
kuat, daktil, dan tahan lama, tulangan perlu memiliki properti berikut setidaknya:

 Kekuatan relatif tinggi


 Toleransi yang tinggi dari regangan tarik
 Ikatan yang baik dengan beton, terlepas dari pH, kelembaban, dan faktor-faktor
serupa
 Kompatibilitas termal, yaitu tidak mengalami pemuaian atau penyusutan berlebihan
sebagai respons terhadap perubahan suhu.
 Daya tahan di lingkungan beton, terlepas dari korosi atau stres berkelanjutan
misalnya.
Pondasi telapak/footplat merupakan pondasi yang biasa digunakan untuk bengunan
bertingkat atau bangunan di atas tanah lembek, dengan kedalaman kurang lebih 1 s/d 2 meter,
disesuaikan mencapai tanah keras. Pondasi ini termasuk pondasi dangkal karena kedalaman
ke tanah relatif dangkal. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang yang dibentuk seperti
telapak dan letaknya tepat di bawah kolom. Dalam proses pembuatannya memerlukan
pekerjaan galian tanah, papan bekisting, dan campuran air untuk pengecoran beton. Dalam
penerapannya pada rumah tinggal biasanya pondasi telapak/footplat menyatu dengan pondasi
biasa/pondasi menerus.

 2.Syarat Pelaksanaan Pondasi Telapak/Footplat

Hal yang diperlukan dalam pelaksanaan pondasi telapak dalah:

1.      Kedalaman harus memadai untuk menghindari pergerakan tanah lateral dari bawah
pondasi, untuk pondasi telapak bila tanah keras berada pada kedalaman 1-2 meter.

2.      Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran atau pergeseran tanah,
dan korosi atau kerusakan yang disebabkan oleh bahan berbahaya yang terdapat di dalam
tanah.

3.      Sistem harus mampu beradaptasi terhadap beberapa perubahan geometri konstruksi atau
lapangan selama proses pelaksanaan.

4.      Metode pelaksanaan harus seekonomis mungkin.


3. Bahan dan Peralatan dalam Pekerjaan Pondasi Telapak/Footplat

Berikat adalah macam-macam bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan pondasi
telapak/footplat:

1. Bahan:
a. Semen PC: untuk mengikat bahan-bahan
b. Batu kerikil/split: untuk memperkuat campuran semen dengan pasir
c. Pasir
d. Besi tulangan: diameter ditentukan dari perencanaan.
e. Air secukupnya
f. Papan kayu: sebagai bekisting (cetakan)
g. Kawat
h. Paku/sekrup
2. Alat:
a. Cangkul

b. Sekop

c. Palu

d. Benang

e. Bor sekrup

f. Ember

g. Meteran

h. Waterpass

i. Ayakan

j. Mollen (mixer)

k.  Sendok spesi

l. dan peralatan pertukangan lainnya.


4.Syarat material

 Agregat[batu/bat] yang digunakan untuk membuat beton harus bebas dari zat berbahaya
seperti kotoran organik, lumpur, tanah liat, lignit dll. Campuran beton yang khas memiliki
ketahanan tinggi terhadap tekanan tekan (sekitar 4000 psi (28 MPa)); Namun, setiap tegangan
yang cukup besar ( misalnya, karena lentur) akan mematahkan kisi-kisi kaku mikroskopis,
yang mengakibatkan retak dan pemisahan beton. Untuk alasan ini, tipikal beton tidak
bertulang harus didukung dengan baik untuk mencegah perkembangan ketegangan.Jika
material dengan kekuatan tinggi dalam tegangan, seperti baja, ditempatkan di beton, maka
material komposit, beton bertulang, tidak hanya menahan kompresi tetapi juga lentur dan aksi
tarik langsung lainnya. Bagian komposit di mana beton menahan kompresi dan penguatan
"sengkang" menahan ketegangan dapat dibuat menjadi hampir semua bentuk dan ukuran
untuk industri konstruksi.

5. Metode Pelaksanaan Pondasi Telapak/Footplat.


6. Prosedur Pelaksanaan Pondasi Telapak/Footplat.

Prosedur pelaksanaan konstruksi untuk pekerjaan pondasi telapak yaitu:

1.    Pekerjaan galian tanah pondasi

a. Pembuatan dan pengajuan gambar kerja pekerjaan struktur beton tiap bagian.
b. Pekerjaan persiapan galian yaitu mempelajari gambar kerja untuk mengetahui posisi
dan dimensi galian baik untuk pondasi telapak/footplat.
c. Jika sebelumnya bouwplank dipasang untuk keseluruhan bangunan, maka perlu
dipasang bouwplank tambahan untuk galian pondasi telapak/footplat, agar dimensi
galiannya sesuai dengan tetap mengacu pada bouwplank induk.
d. Menyiapkan tenaga penggali dan peralatan gali seperti cangkul, sekop, cangkul
burung, linggis, dan lain-lain.
e. Penggalian tanah untuk pondasi telapak/footplat dilakukan secara hati-hati serta harus
mengetahui ukuran panjang, lebar, dan kedalaman pondasi.
f. Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 1:5 untuk jenis
tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang  stabil dapat dibuat dengan
perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat
meletakkan pondasi.
g. Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah keras
dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2.
h. Bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5 kg/cm2, maka
galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman tanah yang cukup kuat,
dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2.
i. Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran pondasi
agar tukang lebih leluasa bekerjanya.
j. 10. Tanah hasil galian ditempatkan di sekitar galian pada tempat yang tidak akan
mengganggu pekerjaan lain, karena tanah tersebut akan dipakai untuk timbunan
kembali.

2.    Pekerjaan Penulangan

a)    Perakitan tulangan

Untuk pondasi telapak/footplat.ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di


lokasi proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi
dapat berjalan lebih cepat. Cara perakitan tulangan :

1. Besi yang dipakai untuk proyek ini mutu dan diameter (spesifikasi) disesuaikan
dengan gambar kerja.
2. Mengukur dan mendesain bentuk atau dimensi untuk masing-masing tipe tulangan
yang dapat diketahui dari gambar kerja.
3. Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat agar
kokoh dan tulangan tidak terlepas.
4. Besi beton yang telah dirakit diberi tanda sesuai dengan penempatannya, supaya tidak
membingungkan/membuang waktu untuk saat akan dipasang.
b)   Pemasangan tulangan

Setelah merakit tulangan pondasi telapak/footplat, maka untuk pemasangan tulangan


dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat
dan kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemasangan tulangan:

1. Tulangan pondasi yang sudah dibentuk untuk pondasi tapak ditempatkan pada lubang
galian setelah diberikan pasir urug 5 cm dan diletakkan tegak turus permukaan tanah
dengan bantuan waterpass tangan dan unting-unting.
2. Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan pasir urug/dasar
galian , jarak antara tulangan dengan dasar tanah minimal 40 mm, yaitu dengan
menggunakan pengganjal beton decking agar ada jarak antara tulangan dan
permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut
beton) dan tulangan tidak menjadi karat.
3. Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung
melakukan pengecoran.
3.      Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk
mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya. Tahap-tahap pekerjaan
bekisting:

a. Diasumsikan bekisting menggunakan bahan dari plywood 9 mm dan perkuatan balok


kayu 5/7.
b. Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persyaratan tertentu.
c. Bekisting disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor.
d. Bekisting dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan balok  agar tegak lurus tidak
miring dengan bantuan alat waterpass.
e. Bekisting tidak boleh bocor
f. Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
g. Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak.

4.    Pekerjaan Pengecoran

Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil/split serta air.
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan
perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan
maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok
terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan butir-butir pasir dan
kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti semen merupakan bahan pengikat dan apabila
diberi air akan mengeras. Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian
pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir dan agregat kasar yang
disebut kerikil/split dan batu pecah. Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat
yaitu:

a. Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat
mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
b. Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume
1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split
serta air secukupnya. Jika bangunan dengan skala besar, kontraktor membuat Job Mix
Formula untuk menentukan komposisi campuran yang diperlukan sehingga
didapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang diharapkan. Job Mix Formula yang
telah dibuat kontraktor diserahkan kepada direksi maupun pengawas lapangan untuk
disetujui. Untuk keperluan pengecoran pondasi telapak/footplat.
c. Bahan-bahan adukan dimasukan ke dalam molen (concrete mixer) dengan urutan:
pertama masukan pasir, kedua semen PC, ketiga batu split dan biarkan tercampur
kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air secukupnya.
d. Membersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran dan sampah.
e. Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10 menit
tabung mollen (mixer) dibalikan dan tuangkan ke dalam kotak spesi/ember.
f. Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan ke dalam lubang galian tanah yang
sudah diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi dan dilakukan bertahap
sedikit demi sedikit atau diratakan dan dipadatkan dengan vibrator agar tidak ada
ruangan yang kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil sampai yang besar dapat
masuk kecelah-celah tulangan.
g. Setelah melakukan pengecoran, metoda yang mudah digunakan
untuk curing/perawatan beton dalam hal ini adalah penyiraman langsung dengan air
bersih secara rutin.
h. Setelah selesai masa pemeliharaan beton dan bekistingnya telah dibongkar, maka
akan dilakukan pengurugan kembali dengan tanah bekas galian serta disisakan
beberapa cm untuk sambungan kolom.
Sumber:https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/metode-konstruksi-pondasi-
setempathttps://caridokumen.com/download/metode-pelaksanaan-
_5a45fb8eb7d7bc7b7ae50eb5_pdf   

Anda mungkin juga menyukai