Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

PENGETAHUAN dari WAKTU ke WAKTU

Pengantar: Dalam perjalanan sejarah, pengetahuan manusia berkemanbang, karena semua


pengetahuan yang telah didapat tidak pernah dirasakan cukup. Perkembangan pola
pengetahuan akan membawa implikasi psikologis pada manusia yang hidup di zaman itu.

A. Empat Macam Pengetahuan


Secara umum, pengetahuan dapat dibedakan menurut polanya. Pembagian ini
berlaku untuk pengetahuan secara umum, termasuk untuk pengetahuan akan alam dan
segala aspeknya.
1. Know That
Tahu bahwa (to know that) adalah pengetahuan yang menyangkut informasi.
Tahu bahwa atau to know that ini juga bisa menyangkut konsep, rumus, dan
informasi abstrak. Dalam tahap tahu bahwa ini, teori, rumus, dan hukum masih
dalam taraf dihafalkan.
2. Know How
Tahu bagaimana (to know how) adalah pengethuan yang sifatmya praktis dan
sangat berguna untuk menjalankan alat-alat maupun memecahkan masalah-
masalah praktis. Pengetahuan ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan tahu
bahwa karena pengetahuan ini dikaitkan dengan skill atau keterampilam dalam
mengoprasikan alat dan kemahiran teknis. Dalam sains, tahu bagaiman ini sangat
penting, karena penyelidikan di lapangan ilmu alam perlu dukungan perlatan dan
mesin-mesin elektronik.
3. Know About
Tahu akan/mengenai ( to know about) menyangkut pengetahuan spesifik akan
sesuatu memulai pengalaman dan pengenalan pribadi secara langsung dengan
objek. Dalam bahsa Indonesia tahu akan atau tahu mengenal ini diungkapkan
dengan lebih lugas, yaitu kenal. Kenal yang mengandung arti lebih dari sekedar
tahu. Di dalam taraf mengenal ini kadar objektivitas dari kebenarancukup tinggi.
Pengetahuan taraf ini tergolong pengetahuan tingkat tinggi yang lebih dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
4. Know Why
Tahu mengapa (to know why) adalah tingkatan pengetahuan yang jauh lebih
mendalam daripada tingkatan pengetahuan yang lain karena berkaitan dengan
penjelasan yang harus menerobos masuk dalam data atau informasi yang abstrak
untuk menyingkap pengetahuan. Latar belakang teoretis dalam tahu mengapa (to
know why) sangat diperlukan karena informasi yang dihadapi harus dianalisi
secara mendalam dan menggunakan teori-teori pendukung untuk sampai ke
kesimpulan yang valid.
B. Pengetahuan dan Keasadaran
Kesadaran merupakan kunci dari pengetahuan. Kita dapat menyatakan bahwa
kita mengetahui sesuatu jika kita menyadari objek yang kita katakan itu nyata. Sains
dan teknologi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari yang kita pergunakan
dengan maksimal baik yang disadari maupun tidak. Hal yang juga penting adalah
bahwa dengan kesadaran manusia akan bergerak ke dalam kegiatan untuk mengetahui
lebih lanjut. Bahkan manusia berusaha menjawab pertanyaan dalam tingkat know
about dan know why bahkan know how secara sadar maupun tidak. Sikap para
ilmuwan dan tokohnya terhadap alam semua bermula dari kesadarannya, dan
membuat sains berkembang dalam aliran-aliran yang menarik untuk dibahas. Tiap
pengetahuan baru akan menimbulkan kesadaran baru dengan demikian pencarian
akan diteruskan.
C. Skeptisisme, Subjektivisme, dan Relativisme
Ditengah ramainya ilmu pengetahuan yang berkembang dengan sangat pesat,
berkembang pula metode dan cara menarik kesimpulan bagi fakta-fakta yang ada dan
metode yang digunakan. Dan pada akhirnya terbawa ke dalam kelompok-kelompok
pemikiran yang nantinya melahirkan aliran-aliran seperti berikut:
1. Aliran Skeptisme
Gorgias(485-380 SM) yang dikenal sebagai bapak kaum skeptis, yang
mengambil sikap tidak mau pecaya akan kebenaran menurut para pemikir yang
ada. Sikap dasar dari kaum ini adalah bahwa manusia tidak pernah tahu akan
apapun dan manusia tidak boleh meraa pasti karena pengetahuan yang didapat
dari waktu ke waktu tidak pernah cukup. Ada tiga pernyataan Gorgias yang
terpenting, yaitu:(1) tidak ada yang benar-benar ada; (2) kalaupun ada yang benar-
benar ada , kita tidak dapat mengetahuinya; (3) kalau kita tahu apa yang benar-
benar ada itu, kita tak dapat mengkomunikasikannya. Dari ketiga pertanyaan
tersebut dapat ditarik implikasi bahwa pengetahuan sesungguhnya Cuma
merupakan konstruksi abstraksi manusia, tidak ada realitas yang diketahui secara
nyata, semua hanya merupakan konstruksi dari realitas dalam abstraksi manusia
yang dianggap nyata tersebut.
Diawal zaman modern banyak orang kembali spektis setelah dicetuskan teori
kebolehjadian Heisenberg dalam mekanika kuantum. Banyak para ahli
diantaranya golongan lingkaran Wina dan Thomas Samuel Khun yang
meragukan untuk menemukan kebenaran. Sikap skeptis ini timbul karena manusia
terlalu mencari kepastian dan kebenaran tanpa berpikir dengan lebih mendalam.
Sikap spektif membantu manusia untuk selalu ragu-ragu dan selalu mencari,
terutama mencari kepastian supaya tidak perlu ragu-ragu lagi.
2. Aliran Subjektivisme
Subjektivisme mengandaikan satu-satunya hal yang kita ketahui dengan pasti
adalah diri kita sendiri dalam aktivitas kesadaran kita. Maka yang diluar subjek
bisa diragukan keberadaannya. Argumen yang melawan skeptisisme dengan
kesadaran diri dari Descartes ternyata membawa sekolompok manusia menuju ke
subjektivisme mutlak. Hal lain yang berada diluar diri kita dan tidak diketahui
secara langsung tidak dapat dipastikan kebenarannya. Kebenaran macam itu hanya
dapat diterima setelah melewati argumentasi menggunakan logika dan
penyimpulan tidak langsung. Pengetahuan macam ini dikatakan sebagai
pengetahuan tidak langsung. Dari subjektivisme radikal macam ini tidak dapat
dipertahankan, karena setelah itu pasti manusia bertanya-tanya lagi, meragukan
lagi, bahkan meragukan kepastian yang telah didapat dalam subjeknya sendiri
karena pengetahuan ini bersifat subjektif.
3. Aliran relativisme
Menurut aliran relativisme, kebenaran dan kepastian yang ada tidak dapat
diklaim oleh manusia dengan mutlak karena sifatnya selalu relatif. Sifatnya tidak
mutlak karena sangat tergantung pada subjek yang melihat, situasi dan kondisi saat
itu, kebudayaan dan hukum-hukum yang berlaku pada saat itu, juga pandangan
masyarakat akan kebaikan dan keburukan yang berlaku didaerah tersebut saat itu.
Relativisme sangat menarik banyak orang karena sifatnya tidak mengemukakan
pertentangan namun membawa damai dengan menerima semuanya karena
relativisme menawarkan damai dalam perbedaan-perbedaan.
Relativisme mengingatkan kita untuk setiap kali berpikir konstektual dan tidak
terjebak pada kesempitan pemikiran subjektif sendiri. Dengan demikian relativisme
mempunyai nilai positif untuk sedikit meredam aliran ekstrim seperti subjektivisme
dan skeptivisme. Mengenai relativisme, kita perlu sedikit berhati-hati karena
jangan sampai manusia selalu menerima segala sesuatu karena mengingat bahwa
kebenarannya selalu relatif. Relativisme tidak terlalu berperan penting dalam sains
namun berperan dalam ilmu-ilmu sosial yang sifatnya lebih tidak pasti dan
gejalanya dapat setiap saat berubah-ubah karena tergantung pada lebih banyak
parameter.
D. Sejarah Sains dan Ilmu Pengetahuan
1. Ciri dan Karakteristik Manusia
Salah satu ciri dan karakteristik manusia adalah berpikir, dan dengan demikian
manusia langsung menjadi subjek. Alam, lingkungan, dan manusia lain diamati
oleh manusia sebagai objek dan disadari dengan subjektivitas. Dengan demikian
dinamika lingkungan membuat subjek berpikir dan akan melahirkan sistem baru,
akan menghasilkan struktur pengetahuan. Struktur pengetahuan akan berkembang
dan bertambah sepanjang sejarah karena manusia akan mengamati alam
lingkungannya dari waktu ke waktu. Tidak heran jika ilmu berkembang, meluas
seiring dengan meluasnya pengetahuan manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi sepanjang sejarah peradaban, dan
sifat berkembangnya akumulatif sampai apa yang kita capai sat ini. Semula
mungkin manusia hanya hidup di alam dan bertahan hidup sesuai kebutuhannya.
Manusia hanya melihat apa yang disediakan dan dipaparkan oleh alam. Namun
tentu itu saja lam-lam itu tidak cukup. Selain manusia harus bertahan di alam yang
ganas, manusia harus meningkatkan taraf hidupnya, yang ditandai dengan
keinginan menikmati hidup dan mengusahakn kemudahan-kemudahan dalam
hidup dan bekerja. Lalu manusia lebih membutuhkan stimulasi intelektual pula.
Maka manusia belajar dari alam dan merenung. Manusia menggunakan rasionya
untuk memecahkan persoalan hidup lain yang penting dimasa itu, disamping
usaha untuk mengantisipasi keganaan alam. Selanjutnya manusia menggunakan
rasionya, untuk memanipulasi alam. Hampir semuanya mempunyai tujuan demi
kesempurnaan hidup manusia. Pada saat ini, manusia masih mengejar
kesempurnaan. Manusia menggunakan perasaaanya untuk menikmati keindahan
dan hidup. Manusia tidak akan berhenti sampai disitu.
2. Pentahapan Sejarah Perkembangan Sains
Sejarah perkembangan sains dapat dibagi menjadi beberapa tahapan besar
berikut ini.
a. Zaman Batu Purba (4 juta -10.000 SM)
Pada zaman ini manusia telah mencapai kemampuan dasar untuk
perkembangan ilmu pengetahuan: membedakan macam-macam hal,
mengumpulkan berdasarkan kelompok (mengklasifikasi), mendisain alat-alat
bantu kerja, meningkatkan efisiensi, dan sebagainya. Kemampuan-
kemampuan dasar ini diperoleh untuk bertahan hidup dan berhadapan dengan
alam yang keras.
b. Zaman Pola Pikir Koheren (10.000-500 SM)
Pada zaman ini peradaban sudah maju dalam rupa kerajaan di Cina,
Mesir, Bibilonia, dan Yunani. Adanya kerajaan dan pemerintah serta rakyat
menunjukkan bagaimana manusia berinteraksi dan hidup bersama.
Kemampuan bahasa sudah berkembang amat baik yang dapat dilihat dari
kemajuan ilmu pengetahuan seperti matematika dan astronomi, dan juga
mitologi kuno yang tak bisa dilepaskan dari manifestasi kerinduan manusia
untuk mengerti gejala alamyang pada saat itu belum terpecahkan.
c. Zaman Pola Pikir Rasio
Pada zaman ini pola pikir Yunani adalah dominan. Berbeda dengan
peradaban di Babilonia, orang Yunani menggunakan akal sehat dan cara
berpikir koheren sedangkan orang Babylon memasukkan unsur motologi
dalam mencari kebenaran. Beberapa nama dari masa Yunani kuno dapat
disebut antara lain: Thales (624-565 SM), Anaximander (670-547 SM),
Herakleitos (540-480 SM), Phytagoras (580-500 SM), Sokrates (470-399
SM), Demokritos (460-370 SM), Plato (427-347), Aristoteles ( 384-322
SM).
d. Zaman Pertengahan (abad 2-14 M)
Zaman ini ditandai dengan karya para teolog (ahli agama) yang juga
bekerja dibidang ilmu pengetahuan alam. Perumusan hukum alam mendasar
digabungkan dengan karya para teolog menjadi warna di zaman ini.
e. Zaman Sains Modern Pada Zaman Renaissance (14-17M)
Zaman ini ditandai dengan bangkitnya akal budi yang melepaskan diri dari
dogma-dogma agama. Dimulai dari revolusi akopernikus (1473-1543), Tycho
Brahe (1546-1601), Johannes Keppler (1571-1630), Galileo Galilei (1564-
1642).
f. Zaman Pola Pikir Induksi
Zaman ini ditandai dengan gaya berpikir induksi telah mulai digunakan
sebagai landasan dalam penyelidikan ilmiah. Zaman ini sering timbulnya
empirisme besar-besaran yang benar-benar menghantar sains kekemajuan
teknologi. Zaman modern ini ditandai dengan sederetan penemuan penting di
bidang ilmu alam, yang harus diakui dan ditunjang oleh cara penelitian dan
eksperimmen tentang alam dan metode baru.
g. Zaman Kontemporer
Zaman ini ditandai dengan kemajuan ilmu alam terutama fisika.
Dizaman ini manusia sudah mendapatkan hukum kekekalan materi dan energi.
Kemajuan di zaman ini ditandai dengan penemuan beberapa teknologi
canggih, misalnya teknologi komunikasi dan informasi.
h. Sains di Masa Depan
Yang lebih mempertahankan masalah yang lebih spesifik dibandingkan
dengan sains sebelumnya, yaitu masalah anomali. Banyak ilmuwan
mendedikasikan perhatiannya pada gejala alam non-linier dan random, dengan
bantuan matematika modern yang membahas teori kemungkinan. Sains di
masa depan bergerak di lapangan yang berbeda. Lebih jauh lagi sains di masa
depan adalah sains digital. Karenanya manusia akan menghadapi kenyataan
baru, yakni kenyataan virtual (virtual reality). Teori- teori perkembangan
pengetahuan yang selama ini dipelajari akan mempunyai warna baru pada era
digital di masa yang akan datang.

E. Perulangan Pola
Sejarah akan terulangan. Ini adalah ungkapan yang memang sering terbukti.
Misalnya dalam pembicaraan mengenai sains, yaitu ilmu alam yanag memuat
pengematan manusia akan alam disekitarnya, dapat kita saksikan pola-pola
perkembangan ilmu pengetahuan dan inipun merupakan perulangan sejarah yang
tidak terlalu diamati. Diawal abad pertengahan terulang lagi pola yang ternyata mirip
dengan pola minat zaman dahulu, tentu saja pelakuanya berbeda. Demikian pula
dengan sikap manusia dari zaman ke zaman, skeptivisme, subjektivisme, dan bahkam
relativisme berulang pula dengan tokoh dan ciri pemikiran mirip namun
menunnjukkan karakter jamannya. Perulangan pola tanpa disadari sudah menjadi
“keharusan” dalam proses, baik proses yang terjadi di alam maupun proses berpikir
manusia. Tanpa pengulangan pola, kita tidak tahu arah suatu proses akan menuju
kemana.

Penutup : Akumulasi pengetahuan manusia akan alam melahirkan spesifikasi ilmu dan kajian
sains menurut macam-macam kategori dan didasarkan pada objek kajiannnya. Mencermati
sejarah perkembangan sains akan memberikan pemahaman baru akan proses-proses di alam
yang diteliti dan dijalankan manusia. Bermula dari kesadaran subjek akan objek, manusia
tidak pernah akan berhenti mencari pengetahuan. Aspek kesadaran juga sangat diperlukan
disaat realitas maya menjadi bahan kajian yang tidak terelakkan.

Anda mungkin juga menyukai