Anda di halaman 1dari 6

Judul buku : DASAR SAINS – SADAR SAINS : Membangun Masyarakat Sadar Sains

Tebal buku : 268 halaman

Pengarang : DRA. Surjani Wonorahardjo,Ph.D

Penerbit : Penerbit ANDI ( Anggota IKAPI )

Kota terbit : Yogyakarta

Tahun terbit : 2020

Rangkuman Bab 2

A. Empat Macam Pengetahuan

Ciri-ciri pengetahuan yaitu beberapa pengetahuan tambahan pendukung lainnya, atau


pengetahuan lain yang sebanding. Dalam pengetahuan, harus ada objek yang diketahui, dan itu
harus terjadi ketika objek diklaim. Pengetahuan selalu membawa kebenaran, karena mengacu
pada realitas, tetapi kebenaran ini dapat bersifat sementara karena bergantung pada realitas lain
yang tidak diketahui pada saat itu, tidak didefinisikan dengan jelas, atau mengharapkan
penyelidikan lebih dari waktu ke waktu.

Pengetahuan dibagi menjadi berbagai tahap. Ada pengetahuan terselubung dan ada
pengetahuan aktual yang dapat dilihat secara objektif tanpa perlu abstraksi. Pengetahuan
terselubung adalah pengetahuan rasional yang rumusannya belum lahir Ini harus dielaborasi
lebih lanjut dan eksperimen dengan pemikiran yang kompleks diperlukan. Hal ini sering
membutuhkan kerjasama dengan ilmuwan alam di bidang lain.

Pengetahuan dapat dibedakan sesuai polanya. Pembedaan ini didasarkan pada tingkat
kognisi yang diperlukan, dimulai dengan hanya memproses pengetahuan yang belum diproses,
hingga pengetahuan yang diperoleh setelah informasi diproses dalam beberapa langkah. Ada
pembedaan, yaitu :

1. Tahu bahwa (know that)


2. Tahu bagaimana (know how)
3. Tahu akan (know about)
4. Tahu mengapa (know why)

Hal-hal tersebut didasarkan pada sejauh mana pengetahuan telah diproses dan seberapa banyak
pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang ada.
B. Pengetahuan dan Kesadaran

Pengetahuan tentang alam didasarkan pada persepsi manusia tentang alam. Tentu tidak
semua orang mengenal dan mengetahui sifat-sifatnya. Hidup selalu bisa berjalan lancar, meski
tanpa sadar alam dan tanpa ilmu. Yang terpenting adalah kesadaran manusia akan bergerak ke
dalam aktivitas untuk mengetahui lebih lanjut.

Bagi para ilmuwan, situasi ini cukup untuk melakukan penelitian dan memilih metode
menurut hipotesis sementara. Dengan kesadaran yang cukup, peneliti juga tidak terjebak dalam
pergmatisme yang begitu kecil karena produk tersebut populer untuk kepentingan dasar atau
karena alasan lain Dengan kesadaran ini, peneliti biasanya dapat menghindari usaha untuk
memanipulasi demi tujuan tertentu. Seringkali, peneliti mencari kebenaran daripada hasil akhir
yang mereka tuju.

Kesadaran akan alam ini juga mengalami perjalanan sejarah yang menarik. Sikap seorang
ilmuwan dan karakternya terhadap alam dimulai dengan kesadaran untuk mengembangkan dan
mendiskusikan sains dalam aliran yang menyenangkan. Manusia terkadang memperhatikan dan
bertindak atas kelompoknya. Pencarian terus berlanjut karena setiap pengetahuan baru
melahirkan persepsi baru. Kesadaran adalah kunci pengetahuan.

C. Skeptisme, Subjektivisme, dan Relativisme

Di saat ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Metode penarikan kesimpulan juga
dikembangkan dengan fakta yang ada. Metode ini sangat beragam dan pelaku harus memutuskan
metode mana yang terbaik untuk sistemnya. Orang-orang di sisi lain, akan kesulitan untuk
mengikuti perkembangan dan penemuan baru mereka, termasuk persepsi baru yang muncul
dengan setiap pengetahuan baru.

Perkembangan sains dari zaman ke zaman melahirkan aliran-aliran khas, yaitu :

1. Aliran Sekptisme

Sejak zaman Yunani kuno, tedapat tokoh terkenal dari masyarakat Sofistik, yaitu Gorgias
(485-380 SM) yang mengambi sikap tidak mau percaya akan kebenaran menurut para pemikir
yang ada. Sikap dasar dari kaum skeptis ini adalah, manusia tidak pernah tahu akan apa pun dan
manusia tidak boleh merasa pasti, karena pengetahuan yang didapat dari waktu ke waktu tidak
pernah cukup. Kaum Sofis pada waktu itu meragukan kemungkinan pengetahuan dan
pemahaman manusia yang komprehensif tentang alam. Kajian dan pengamatan alam tidak dapat
dilakukan dengan baik. Karena fokusnya hanya di sekitar kepala manusia, bukan objek alami
yang sedang dipelajari secara intensif untuk semua manusia, sehingga tidak boleh dipercaya
kebenaran objektifnya.
Pada awal era modern, banyak yang kembali menjadi skeptis setelah dicetuskannya teori
probabilitas Heisenberg dalam mekanika kuantum, yang pada akhirnya mengarah pada
kesimpulan teori tersebut, yaitu bahwa pada kenyataannya upaya manusia untuk mencari
kehandalan tidak akan membuahkan hasil, karena yang diinginkan. kepercayaan diri, pada
dasarnya mustahil untuk dicapai.

Munculnya skeptisisme ini disebabkan karena manusia mencari kepastian dan kebenaran
tanpa berpikir dengan lebih mendalam. Adanya skeptisisme membuat René Descartes,
mengemukakan bahwa kesadaran objektif dari pelaku sains. Menurut Descartes, segala sesuatu
harus dipertanyakan dan dicarikan kebenarannya, dan kebenaran itu harus didasarkan pada
landasan yang jelas dan dapat dibedakan.

2. Aliran Subjektivisme

Subjektivisme mengasumsikan bahwa satu-satunya hal yang kita ketahui dengan pasti
adalah diri kita sendiri dalam tindakan sadar kita. Oleh sebab itu, yang diluar subjek bisa
diragukan keberadaannya. Argumen Descrates melawan untuk skeptisisme mengubah
sekelompok orang menjadi subjektivitas mutlak.

Keraguan metodis sebagai metode untuk menemukan kepastian yang dikemukakan oleh
Descrates ternyata menimbulkan skeptisisme terhadap model baru. Sedangkan Descrates
bermaksud menempatkan kemampuan berpikir hingga membedakan dan mengkategorikan objek
secara jelas, sebagai kriteria kebenaran objektif, yang ternyata membingungkan bagi semua
orang.

Tanpa interaksi dengan semua yang ada di luar dirinya, manusia tidak akan benar-benar
mengenal dirinya sendiri. Dengan demikian, subjektivisme radikal semacam ini tidak dapat
dipertahankan, karena dengan begitu pasti seseorang akan bertanya lagi, meragukan lagi, bahkan
meragukan kepastian yang telah dicapai pada subjek itu sendiri. Lagi pula, pengetahuan itu
subjektif, bahkan jika itu adalah pengetahuan objektif, karena ia menganggap segala sesuatu
sebagai objek keberadaannya selain pengamatan manusia terhadapnya.

3. Aliran Relativisme

Menurut aliran relativisme, kebenaran dan kepastian yang ada tidak dapat diklaim oleh
manusia dengan mutlak karena sifatnya selalu relatif. Sifatnya tidak mutlak karena sangat
tergantung pada subjek yang melihatnya, keadaan dan kondisi pada saat itu, budaya dan hukum
yang berlaku pada saat itu, serta pendapat masyarakat tentang kebaikan dan keburukan yang
berlaku di suatu negara, daerah pada waktu itu.

Relativisme mengingatkan kita untuk berpikir sesuai konteks dan tidak terjebak dalam
keterbatasan pemikiran subjektif itu sendiri. Dengan demikian, relativisme memiliki nilai positif
untuk mengurangi aliran ekstrem, seperti subjektivisme dan skeptisisme. Relativisme lebih
berperan dalam ilmu-ilmu sosia dibandingkan dalam sains. Ini dikarenakan ilmu sosial sifatnya
lebih tidak pasti dan gejalanya dapat berubah kapan saja, karena tergantung pada lebih banyak
parameter. Relativtas dalam sains pada akhirnya dapat berupa penerimaan dua teori yang harus
diterima karena tidak dapat dipersalahkan.

D. Sejarah Sains dan Ilmu Pengetahuan


1. Ciri dan Karakteristik Manusia

Salah satu ciri dan sifat manusia adalah berpikir, sehingga ia langsung menjadi subjek.
Alam, lingkungan dan manusia lainnya diamati oleh manusia sebagai objek dan didasarkan pada
subjektivitas. Dengan demikian, dinamika lingkungan membuat subjek berefleksi. Subjek
berpikir terus-menerus membuat sekelompok orang berpikir, sehingga melahirkan sistem baru
yang melahirkan struktur pengetahuan.

Struktur pengetahuan objek eksternal seringkali objektif dan dipahami oleh orang lain
dan kelompoknya. Struktur pengetahuan alam secara objektif akan berbicara tentang alam dalam
bahasa yang mudah dipahami oleh subjek lain yang mengamati alam dengan cara yang sama.
Struktur pengetahuan akan berkembang dan bertambah seiring perjalanan sejarah dan bersifat
akumulatif. Inilah alasan mengapa sains tumbuh dan berkembang bersama pengetahuan manusia.

Perkembangan ilmu pengetahuan mulai berjalan pesat dengan Peradaban Timur (Asia)
yang terbukti cukup untuk memacu perkembangan peradaban Barat pada masa itu. Manusia
menggunakan akalnya untuk memecahkan persoalan hidup hingga untuk menikmati keindahan
serta mengejar kesempurnaan.

2. Pentahapan Sejarah Perkembangan Sains

Sejarah perkembangan sains dapat dibagi menjadi beberapa tahapan besar, yaitu :

a. Zaman Batu Purba (4juta-10.000 SM)

Selama ini manusia memperoleh kemampuan dasar untuk pengembangan ilmu


pengetahuan, seperti membedakan berbagai hal, mengklasifikasikan sesuatu, merancang alat
bantu, meningkatkan efisiensi, dan sebagainya. Bukti kemajuan teknologi selama ini dapat
dilihat pada sisa-sisa gua tempat mereka tinggal, seperti alat berburu tulang dan batu, lumbung
tempat penyimpanan makanan. Dan cara sederhana untuk menyimpan makanan untuk
persediaan. Gambar di dalam gua menunjukkan bagaimana mereka berkomunikasi serta budaya
dan seni komunikasi yang mereka miliki.
b. Zaman Pola Pikir Koheren (10.000-500 SM)

Pada zaman ini, peradaban sudah maju dalam bentuk berupa kerajaan. Kemampuan
bahasa dan kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang sangat baik. Sekitar 500 SM orang
sudah mamou berpikir sangat abstrak dan berbicara bahasa penuh simbol. Perkembangan filsafat
di Yunani merupakan awal dari perkembangan filsafat barat modern. Antara abad 15-16 SM
telah ditemukan unsur besi, tembaga, dan perak yang tampak peralatan-peralatan mereka.

c. Zaman Pola Pikir Rasio

Pada zaman ini, pemikiran orang Yunani cukup dominan dan berbeda dengan peradaban
Babilonia. Orang Yunani menggunakan akal sehat dan pemikiran yang konsisten, sedangkan
orang Babilonia memasukkan unsur-unsur mitologis dalam pencarian mereka akan kebenaran.

d. Zaman Pertengahan (abad 2-14 M)

Masa ini ditandai dengan hadirnya para ahli agama yang juga berkecimpung di bidang
ilmu-ilmu alam. Perkembangan pola pikir discovery terjadi saat ini. Konstruksi hukum-hukum
dasar alam yang dipadukan dengan karya para ahli agama menjadi warna zaman ini.

e. Zaman Sains Modern pada Zaman Renaissance (14-17 M)

Zaman ini ditandai dengan bangkitnya akal budi yang melepaskan diri dari dogma-dogma
agama. Era modern ini lebih sering disebut era ilmu rasionalis karena lebih banyak berurusan
dengan akal dalam menjelaskan alam.

f. Zaman Pola Pikir Industri

Zaman ini ditandai dengan gaya berpikir induksi yang telah mulai digunakan sebagai
dasar dalam studi ilmiah. Zaman ini juga sering disebut juga zaman timbulnya empirisme besar-
besaran yang benar-benar memperkuat sain dalam kemajuan teknologi. Dengan bantuan dari
matematika dan statistik, sains sangat berkembang dengan arah yang berbeda. Salah satu gaya
eksplorasi alami sejauh ini adalah sifat kualitatif. Ini memungkinkan untuk terus mengeksplorasi
detail yang luar biasa dan digunakan untuk tujuan aplikatif.

Era baru ilmu pengetahuan ditandai dengan banyaknya penemuan-penemuan penting di


bidang ilmu pengetahuan alam, yang memang harus didukung oleh penelitian dan eksperimentasi
dengan alam dan metode-metode baru. Banyak filosof baru lahir yang memberi warna pada
metode penelitian dalam ilmu-ilmu alam.

g. Zaman Kontemporer

Zaman ini ditandai dengan kemajuan ilmu alam terutama fisika. Kemajuan di zaman
kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih, misalnya teknologi
komunikasi dan informasi seperti komputer. Kemajuan komputer masih dipercepat lagi dengan
penemuan baru di bidang teknik pembuatan material baru, yang salah satu aplikasinya adalah
sebagai penyimpan data.

h. Sains pada Masa Depan

Sains pada masa depan akan bergerak dalam bidang yang berbeda, misalnya untuk
memetakan gangguan di alam yang sebelumnya dilupakan begitu saja, karena perhatian manusia
terus diberikan pada keteraturan di alam dan merumuskan hukum-hukum yang tidak lain adalah
hukum-hukum tatanan alamSains pada masa depan adalah pembelajaran digital karena orang
akan menghadapi realitas baru, yaitu realitas virtual.

Teori-teori pengembangan pengetahuan yang dipelajari selama ini akan mengambil


warna baru di masa depan di era digital. Perkembangan virtual reality sangat menarik bagi
pengamat. Tanpa aspek kesadaran, para penjahat waktu bisa tersesat dalam kompleksitas dunia
maya ini. Pada masa depan, perhatian manusia akan terfokus pada fenomena lain yang dianggap
anomali, yaitu fenomena nonlinier yang sering terjadi di alam.

E. Peruangan Pola

Sejarah akan terulang. pada awal pengembangan pengetahuan alami pada zaman. Pada
awal Abad Pertengahan, ia mengulangi model yang akhirnya menjadi mirip dengan standar lama
yang menarik dengan pelaku yang berbeda.

Di sisi lain, kebenaran ilmiah yang diwujudkan dalam skala kecil juga akan
mencerminkan universalitasnya, dengan berbagai penegasan hasil penelitian terbaru untuk
menyempurnakan kebenaran konkrit tadi. Hal yang sama berlaku untuk sikap orang di setiap
periode. Skeptisisme, subjektivitas, relativisme juga diulang dengan pemikiran dan karakteristik
yang sama, tetapi menunjukkan karakter zamannya.

Anda mungkin juga menyukai