Anda di halaman 1dari 7

PENGETAHUAN DAN ILMU

Oleh:
Tania Nurmalita (111814253001)

A. Sejarah

Sejarah tercetusnya ilmu Berdasarkan buku Philosophy of Science yang ditulis oleh
Alexander Bird (1998) menjelaskan bahwa pada sekitar tahun 1995 sempat terjadi perdebatan
besar di Amerika terkait digunakannya ajaran agama di kitab suci atau ilmu yang dijadikan
landasan tentang terbentuknya kehidupan dan alam semesta. Masyarakat Amerika sangat
berpegang teguh pada ajaran agama sebelum ilmu pengetahuan menguasai pola pikir mereka.
Menurut mereka, apa yang sudah dicantumkan di kitab suci (Injil) itu tidak perlu diperdebatkan
dan sudah pasti benar. Bahkan, ilmu tentang terbentuknya kehidupan atau alam semesta dilarang
diajarkan di sekolah karena dianggap bertentangan dengan ilmu agama. Di sisi lain, para ahli
tidak mau hanya mempercayai kitab suci tanpa mengetahui sendiri bagaimana proses
pembentukan alam semesta. Mereka ingin mengetahui apakah ilmu juga bisa menjelaskan proses
pembentukannya dan apakah ada perkembangan ilmu lagi yang bisa dipelajari setelah
mempelajari bagaimana terbentuknya alam semesta.
Pada tahun 1925, Scopes melakukan percobaan dan pengamatan terhadap evolusi yang
dikenal dengan percobaan Monkey. Scopes terbukti bersalah dan dihukum karena melakukan
percobaan dan mengajarkan hasil eksperimennya ke sekolah-sekolah. Scopes dianggap
melanggar hukum yang sudah dicetuskan bahwa tidak boleh ada ilmu yang bertentangan dengan
hukum agama, namun idealisme ilmu pengetahuan oleh para fundamentalis Kristiani ini tidak
bertahan lama. Pada tahun 1957 diluncurkanlah satelit buatan yang bernama Sputnik. Satelit ini
menjadi bukti bahwa ilmu bisa memberikan kontribusi besar untuk peradaban manusia. Hal ini
juga menjadi bukti bahwa dengan ilmu, manusia bisa lebih tinggi derajatnya dibanding manusia
yang tidak berilmu. Fundamentalis Kristiani mulai menyadari tentang pentingnya ilmu dan
mereka sudah tidak boleh mengekang perkembangannya.
Pada perkembangannya, proses agar ilmu dapat diakui dan boleh berkembang bebas
tidaklah mudah. Banyak pertanyaan terkait dengan ilmu, seperti "Apa itu ilmu?", "Kapan suatu
hal itu dianggap ilmiah?". Disinilah filosofi atau filsafat dapat digunakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Menurut penegak hukum yang saat itu menangani perdebatan
antara ilmu dan agama, teori keilmuan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Ada kendali dari hukum alam.
2. Harus ada penjelasan yang referensinya adalah dari hukum alam.
3. Bisa diuji untuk menanggapi atau menguji teori empiris.
4. Kesimpulannya masih bisa diperdebatkan dan bukan kesimpulan final.
5. Sesuatu bisa dikatakan ilmu jika bisa dimodifikasi.
B. PENGERTIAN ILMU DAN PENGETAHUAN
B.1 Ilmu (Logos)
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ilmu adalah segala usaha yang secara sadar
dilakukan untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan alam hidup manusia. Hal-hal yang ingin didalami pun dibatasi, agar didapatkan
rumusan yang pasti. Sedangkan Minto Rahayu menuturkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun secara sistematis dan berlaku umum dan menurut Popper ilmu adalah tetap dan yang
mungkin hanya melakukan reorganisasi terhadapnya.
Berbagai macam penjelasan terkait ilmu dan metode untuk mendalaminya ini diuji oleh
para ilmuwan melalui eksperimen tambahan, observasi, pemodelan, dan studi teoritis. Dengan
demikian, pengetahuan ilmiah dibangun di atas ide-ide sebelumnya dan terus berkembang. Hal
ini sengaja dibagi dengan orang lain melalui proses peer review dan kemudian melalui publikasi
dalam literatur ilmiah, di mana disana didapatkan evaluasi dan integrasi oleh komunitas yang
lebih besar. Salah satu keunggulan dari pengetahuan ilmiah adalah bahwa hal itu dapat berubah,
karena data baru dikumpulkan dan interpretasi ulang dari data yang sudah ada. Teori-teori utama,
yang didukung oleh banyak bukti, jarang sekali diubah sepenuhnya, tetapi data baru dan
penjelasan teruji menambah nuansa dan detail (Carpi & Egger, 2011).

Sembilan ciri utama science menurut Mondal (2018) adalah sebagai berikut:

1. Objektivitas
Pengetahuan ilmiah bersifat objektif. Objektivitas berarti kemampuan untuk melihat dan
menerima fakta apa adanya. Untuk menjadi objektif, seseorang harus waspada terhadap bias,
keyakinan, harapan, nilai, dan preferensi sendiri. Objektivitas menuntut bahwa seseorang
harus menyisihkan segala macam pertimbangan subyektif dan prasangka.
2. Verifiability
Sains bersandar pada data indra, yaitu data yang dikumpulkan melalui indera kita, yaitu mata,
telinga, hidung, lidah, dan sentuhan. Pengetahuan ilmiah didasarkan pada bukti yang dapat
diverifikasi, melalui pengamatan faktual konkret sehingga pengamat lain dapat mengamati,
menimbang atau mengukur fenomena yang sama dan memeriksa observasi untuk akurasi.
3. Netralitas Etis
Sains bersifat etis netral. Ilmu hanya mencari pengetahuan. Bagaimana pengetahuan ini akan
digunakan akan ditentukan oleh nilai-nilai kemasyarakatan. Pengetahuan dapat digunakan
berbeda. Etika netralitas tidak berarti bahwa ilmuwan tidak memiliki nilai. Di sini hanya
berarti bahwa ia tidak boleh membiarkan nilai-nilainya mengubah desain dan perilaku
penelitiannya. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah adalah netral terhadap nilai-nilai atau
bebas-nilai.
4. Eksplorasi sistematis
Sebuah penelitian ilmiah mengadopsi prosedur sekuensial tertentu, rencana yang terorganisir
atau desain penelitian untuk mengumpulkan dan menganalisis fakta tentang masalah yang
diteliti. Umumnya, rencana ini mencakup beberapa langkah ilmiah, seperti perumusan
hipotesis, pengumpulan fakta, analisis fakta, dan interpretasi hasil.
5. Keandalan atau Reliabilitas
Pengetahuan ilmiah harus terjadi di bawah keadaan yang ditentukan tidak sekali tetapi
berulang kali dan dapat direproduksi dalam keadaan yang dinyatakan di mana saja dan kapan
saja. Kesimpulan berdasarkan hanya ingatan tanpa bukti ilmiah sangat tidak dapat
diandalkan.
6. Presisi
Pengetahuan ilmiah harus tepat, tidak samar-samar seperti beberapa tulisan sastra. Presisi
membutuhkan pemberian angka, data atau ukuran yang tepat.
7. Akurasi
Pengetahuan ilmiah itu akurat. Akurasi secara sederhana berarti kebenaran atau kebenaran
suatu pernyataan, menggambarkan hal-hal dengan kata-kata yang tepat sebagaimana adanya
tanpa melompat ke kesimpulan yang tidak beralasan, harus ada data dan bukti yang jelas.
8. Abstrak
Sains berlanjut pada bidang abstraksi. Prinsip ilmiah umum sangat abstrak. Tidak tertarik
untuk memberikan gambaran yang realistis.
9. Prediktabilitas
Para ilmuwan tidak hanya menggambarkan fenomena yang sedang dipelajari, tetapi juga
berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi juga.
Sehingga menurut Sumarna (2006) ilmu dapat diartikan bahwa ilmu adalah sesuatu yang
dihasilkan dari pengetahuan ilmiah yang berangkat dari perpaduan proses berpikir deduktif
(rasional) dan induktif (empiris). Sehingga hal inilah yang membedakan antara ilmu dan
pengetahuan.

B.2 Pengetahuan (Episteme)


Sedangkan menurut wikipedia Indonesia, Pengetahuan adalah informasi atau maklumat
yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan ini tidak bisa dibatasi oleh deskripsi,
hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur. Pengetahuan juga didapat manusia saat dia
melakukan pengamatan menggunakan akalnya dan terkadang menghubungkan dengan apa yang
sudah pernah dialami sebelumnya.
Sedangkan dalam bukunya, Alexander Bird (1998) menyatakan bahwa pengetahuan ilmiah
adalah ilmu yang berisi tentang pengetahuan terkait kenapa suatu hal terjadi atau terbentuk
seperti itu, ataupun hal-hal yang ditemukan di alam, atau terkait hukum yang mengatur semua
yang ada entah di alam ataupun kehidupan sehari-hari. Sehingga bisa disimpulkan bahwa
pengetahuan ini adalah bagian dari ilmu.
Akuisisi pengetahuan melibatkan proses kognitif yang kompleks seperti persepsi,
komunikasi, dan penalaran (Cavell, 2002). Dr. M.J. Langeveld mengatakan bahwa pengetahuan
adalah kesatuan subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui. Sedangkan menurut
James K. Feibleman, pengetahuan adalah hubungan antara subjek dan objek. Notoatmodjo
(2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang, melalui pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi
proses yang berurutan), yaitu:
a. Awareness (kesadaran)
Individu tersebut menyadari atau mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik)
Individu merasa tertarik pada stimulus atau objek tersebut. Disini sikap individu sudah mulai
timbul.
c. Evaluation (menimbang-menimbang)
Individu menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial
Sikap dimana individu mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaptation
Individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus.

Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu:


a. Tahu (know)
Mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima
dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya.
Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam komponen – komponen, tetapi
masih di dalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang
lain dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur
dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan diukur dari objek penelitian.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan terkait perbedaan filsafat, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan
adalah sebagai berikut:

Filsafat Pengetahuan Ilmu Pengetahuan

Mencoba merumuskan Yang dipelajari terbatas Cenderung kepada hal yang


pertanyaan atas jawaban. karena hanya sekedar dipelajari dari sebuah buku
Mencari prinsip-prinsip kemampuan yang ada dalam panduan.
umum, tidak membatasi diri kita untuk mengetahui
segi pandangannya sesuatu hal.
bahkan cenderung
memandang segala
sesuatu secara umum dan
keseluruhan.

Keseluruhan yang ada Objek penelitian yang Ilmu pengetahuan adalah


terbatas kajian tentang dunia material.

Menilai objek renungan Tidak menilai objek dari Ilmu pengetahuan adalah
dengan suatu makna. suatu sistem nilai tertentu. definisi eksperimental.
Misalkan : religi,
kesusilaan, keadilan, dsb
Bertugas Bertugas memberikan Ilmu Pengetahuan dapat
mengintegrasikan ilmu- jawaban sampai pada kebenaran
ilmu. melalui kesimpulan logis dari
pengamatan empiris

Bersifat apriori, yaitu Hasil tahu, atau segla sesuatu Bersifat aposteriori,
kesimpulan ditarik tanpa yang diketahui kesimpulan ditarik setelah
pengujian, sebab terbebas melakukan pengujian empiris
dari pengalaman inderawi secara berulang-ulang
apapun

Jadi, setiap ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu
Pustaka Acuan

Knowledge: Definition of knowledge in Oxford Dictionary. (2018). [online] Available at:


https://web.archive.org/web/20100714023323/http://www.oxforddictionaries.com/view/entry/m_
en_us1261368 [Accessed 25 Aug. 2018].

Dekel, G. (2009). 08. Methodology (pt 2 of 2) | Inspiration: a functional approach to creative


practice.. [online] Insight.poeticmind.co.uk. Available at:
http://www.insight.poeticmind.co.uk/8-methodology-pt-2-of-2/ [Accessed 25 Aug. 2018].

Carpi, A & Egger, A. E. 2011 “The Nature of Scientific Knowledge” Visionlearning. 3 (2).
Science: definition of science in Mirriam Webster Online Dictionary, (2018). [online] Available
at:https://www.merriam-
webster.com/dictionary/science?utm_campaign=sd&utm_medium=serp&utm_source=jsonld
[Accessed 25 Aug. 2018].

Evans, A. N., & Rooney, B. J. (2008). Methods in Psychological Research. California: Sage
Publications, Inc.

Mondal, P. (2018). Top 9 Main Characteristics of Science – Explained!. [online] Your Article
Library. Available at: http://www.yourarticlelibrary.com/science/top-9-main-characteristics-of-
science-explained/35060 [Accessed 25 Aug. 2018].

Bird, Alexander. Philosophy of Science (University College London :UCL Press 1998)

Notoadmodjo, Soekidjo.(2007) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta.

Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.2010

Wikipedia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai