Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU ANALISIS PUSTAKA

Nama / NIM : Dani Ramdani /190341964003 Tanggal 3 Oktober 2019


Topik pembelajaran : Pendidikan Karakter, Religius, Nasionalis

Pertanyaan Referensi 1 Referensi 2


1. Bagamana cara Agar eksistensi budaya tetap kukuh, maka kepada generasi Upaya membangun karakter pemuda berbasis kearifan budaya
menghidupkan penerus dan pelurus perjuangan bangsa perlu ditanamkan rasa lokal sejak dini melalui jalur pendidikan dianggap sebagai
kembali Pendidikan cinta akan kebudayaan lokal khususnya di daerah. Salah satu langkah yang tepat. Sekolah merupakan lembaga formal yang
berdasarkan kearifan cara yang dapat ditempuh di sekolah adalah dengan cara menjadi peletak dasar pendidikan. Pendidikan di Sekolah
local ditengah mengintegrasikan nilai-nilai kearifan budaya lokal dalam merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang
Pendidikan nasional proses pembelajaran, ekstra kurikuler, atau kegiatan kesiswaan memiliki peranan yang amat penting dalam meningkatkan
yang di cekoki gaya di sekolah. sumber daya manusia. Melalui pendidikan di Sekolah
pendidikan ala barat? Selain dengan cara tersebut, pemerintah atau instansi diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia Indonesia
terkait dapat menerapkan sistem pendidikan karakter berbasis yang berkualitas
kearifan lokal dan kebudayaan. Sumaatmadja (2002: 40) Contoh implementasi kecil yang dapat kita realisasikan di
menyatakan bahwa hubungan antara pendidikan dan sekolah misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan
kebudayaan paling tidak terdapat kata-kata kunci, yaitu kesiswaan yang menekankan pada pengenalan budaya lokal
”Pendidikan merupakan akulturasi (pembudayaan), yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan
institusionalisasi, transfer, imparting (memberikan, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan
menggambarkan), explain, justity, dan directing pembangunan daerah setempat yang perlu diajarkan kepada para
(mengarahkan)”. Pendidikan dan kebudayaan memiliki pemuda. Pengadaan sanggar seni budaya di sekolah-sekolah
keterkaitan yang sangat kuat. Pendidikan tidak dapat sebagai sarana merealisasikan bakat juga sebagai hiburan para
dipisahkan dengan kebudayaan. Tanpa proses pendidikan tidak pelajar, juga dipandang perlu untuk meningkatkan pengetahuan
mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Proses dan kecintaan para pemuda pada kebudayaan lokal di daerahnya
pendidikan tidak lebih dari sebagai proses transmisi sendiri. Permainan-permainan tradisional yang hampir punah
kebudayaan. Dalam perspektif Antropologi, pendidikan juga sebaiknya diekspos kembali. Gasing, misalnya. Sebagai
merupakan transformasi sistem sosial budaya dari satu generasi permainan tradisional, gasing dapat membawa banyak manfaat
ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat. dan perlu dilestarikan karena mengandung nilai sejarah, dapat
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai proses dijadikan simbol atau maskot daerah, dijadikan cabang olahraga
pembentukan perilaku dan kepribadian anak melalui yang dapat diukur dengan skor dan prestasi dan mengandung
pendidikan moral dan budi pekerti, yang hasilnya nampak nilai seni. Dan masih banyak lagi permainan-permainan
dalam perilaku seseorang misalnya perilaku jujur, bertanggung tradisional yang mengandung unsur kekompakan tim, kejujuran,
jawab, menghormati hak orang lain, bekerja keras dan dan mengolah otak selain berfungsi sebagai hiburan juga untuk
sebagainya. menanamkan kecintaan pelajar pada budaya lokal di daerah.
Pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan pendidikan yang Selain itu, penggunaan bahasa lokal dipandang perlu
mengajarkan peserta didik untuk selalu lekat dengan situasi diaplikasikan paling tidak satu hari dalam enam hari proses
konkret yang mereka hadapi. Paulo Freire (Wagiran, 2010) pembelajaran di sekolah. Disamping itu, diharapkan kegiatan-
menyebutkan, dengan dihadapkan pada problem dan situasi kegiatan ekstrakurikuler berbasis kebudayaan lokal mulai
konkret yang dihadapi, peserta didik akan semakin tertantang diadakan di sekolah-sekolah. Kegiatan seperti perlombaan
untuk menanggapinya secara kritis. Hal ini selaras dengan majalah dinding sekolah, dengan isi yang menekankan pada
pendapat Suwito (2008) yang mengemukakan pilar pendidikan pengenalan budaya lokal, lomba cerdas cermat antar pelajar
kearifan lokal yang beberapa hal, pertama, membangun mengenai lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta
manusia berpendidikan harus berlandaskan pada pengakuan kebutuhan pembangunan daerah setempat, dan sebagainya.
eksistensi manusia sejak dalam kandungan, kedua, pendidikan Contoh implementasi lainnya yang dapat kita terapkan di luar
harus berbasis kebenaran dan keluhuran budi, menjauhkan dari sekolah adalah dengan aktif mengadakan seminar (workshop)
cara berpikir tidak benar dan grusa-grusu atau waton sulaya, tentang pendidikan karakter dan kearifan budaya lokal kepada
ketiga, pendidikan harus mengembangkan ranah moral, para pemuda. Tentunya serangkaian kegiatan tersebut dapat
spiritual (ranah afektif) bukan sekedar kognitif dan ranah dilaksanakan dengan metode yang sesuai dengan gaya pemuda
psikomotorik, dan keempat, sinergitas budaya, pendidikan dan masa kini agar lebih menarik dan terkesan tidak kuno. Pendirian
pariwisata perlu dikembangkan secara sinergis dalam komunitas pemuda peduli budaya juga dapat menjadi inovasi
pendidikan yang berkarakter. dan memberikan motivasi bagi para pemuda dalam menerapkan
Kearifan lokal merupakan modal pembentukan karakter pendidikan karakter berbasis kearifan budaya lokal. Disamping
luhur. Karakter luhur adalah watak bangsa yang senantiasa itu, tradisi-tradisi yang menekankan pada kegotong royongan
bertindak dengan penuh kesadaran, purba diri, dan dianggap perlu diaplikasikan dan disisipkan pada kegiatan-
pengendalian diri. Pijaran kearifan lokal selalu berpusar pada kegiatan kesiswaan di sekolah.
upaya menanggalkan hawa nafsu, meminimalisir keinginan, Kemudian, untuk mendukung proses pembelajaran para pemuda
dan menyesuaikan dengan “empan papan”. Kearifan lokal terhadap sejarah dan kebudayaan lokal, Dinas Kebudayaan dan
adalah suatu wacana keagungan tata moral. Pariwisata sebaiknya dapat bekerja sama dengan Dinas
Pendidikan untuk mendirikan museum sejarah kebudayaan dan
Berkaitan dengan implementasi strategi pendidikan karakter wahana handicraft yang berisikan pernak-pernik kerajinan
melalui nilai-nilai kearifan lokal dalam kegiatan sehari-hari, tangan hasil karya pemuda.
secara teknis dapat dilakukan melalui keteladanan, kegiatan hayati, 2018, Menguatkan Pendidikan Karakter Berbasis
spontan, teguran, pengkondisian lingkungan, kegiatan rutin, Kearifan Lokal Budaya Setempat. Kompasiana
semua itu dilakukan guru, kepala sekolah, staf administrasi https://www.kompasiana.com/hayaa/5ad30ab2cf01b46296261
dengan penuh kasih sayang, tidak dengan emosi, marah-marah 4f2/menguatkan-pendidikan-karakter-berbadis-kearifan-lokal-
dan kekerasan. Pemberdayaan, merupakan salah satu strategi budaya-setempat-hayati?page=all [diakses 12 November 2019
pembangunan karakter bangsa yang diarahkan untuk 11:26 WIB]
memberdayakan para pendidik untuk bisa diimplementasikan
pada peserta didik. Lingkungan keluarga merupakan wahana
pendidikan karakter yang pertama dan utama.
Rizky Fadliansyah, (2017). Implementasi Pendidikan Karakter
Melalui Nilai-nilai Kearifan Lokal.
http://fadliansyahrizkaddres.blogspot.com/ [diakses 12
November 2019 12:15 WIB]
2. Bagaimana contoh Nilai Pembangunan bidang pendidikan di Purwakarta berdasarkan amanat Bupati harus didasarkan pada kearifan lokal. Semangat
kongkrit bentuk pemabangunan harus kembali pada nilainilai kultural, yang digali dari kearifan dan kebudayaan lokal. Semangat itu harus
regulasi yang dapat diterjemahkan kedalam berbagai sendi kehidupan. Menurut Bupati Purwakarta, pendidikan menghasilkan orang yang cerdas
di terpakan untuk secara keilmuan, dan baik secara moral. Inilah yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional. Secara faktual ternyata pendidikan
manajemen hanya menjawab aspek kognitif saja, sehingga hanya melahirkan manusia yang berilmu, tapi kurang bermoral. Disinilah letak
Pendidikan karakter kesalahan system pendidikan saat ini. Pada hakekatnya, pendidikan untuk seumur hidup (long life education). Baik anak muda
berbasis kearifan maupun orang dewasa, semua berhajat kepada pendidikan di sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, pendidikan bukanlah tanggung
lokal jawab orang tua dan guru-guru, semata melainkan tanggung jawab bersama dari semua warga bangsa.
Adapun program yang dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di Kabupaten Purwakarta adalah
diwujudkan dengan program harian secara langsung yaitu sebagai berikut:
a. Hari Senin: Ajeg Nusantara
Ajeg Nusantara adalah momentum dalam rangka mewujudkan generasi muda yang mengenal akan nusantaranya
(negaranya), cinta tanah airnya dan memiliki rasa kebangsaan yang kuat melalui pembiasaan wawasan nusantara sehingga
melahirkan sikap nasionalisme yang kokoh ditengah-tengah ancaman negara lain yang ingin merecoki bahkan
mengobokngobok bangsa yang bhineka ini. Pada intinya Ajeg Nusantara ini bertujuan menegaskan bahwa Indonesia
sebagai bangsa yang besar akan mampu berdiri tegak sebagai bangsa yang maju dan beradab.
Langkah strategis: Pada hari senin itu, seluruh guru dapat menyampaikan berbagai hal tentang indonesia; tentang
hamparan nusantara dan keunggulannya. Guru dengan berbagai latar mata pelajaran yang dibawakannya, harus mampu
mensinergikan apa yang menjadi bahan pembelajaran kepada siswanya dikaitkan dengan keunggulan Nusantara.
b. Hari selasa: Mapag Buana
Mapag artinya menjemput, dan buana adalah dunia. Secara harfiah, Mapag Buana berarti memperluas wawasan terhadap
dunia.
Langkah strategis: Pada hari selasa, pendidikan lebih diarahkan pada pengenalan berbagai kazanah ilmu dunia. Bahasa
yang dipergunakan sebagai komunikasi di sekolah diharapkan menggunakan bahasa internasional (bahasa inggris).
c. Hari Rabu : Maneuh di Sunda
Pengertian Maneuh di Sunda merupakan hari yang mengandung makna kembali pada identitas dan jati diri sebagai
seorang Sunda. Di tengah arus modernisme, nilai dan budaya Sunda mulai tergerus. Kondisi ini memprihatinkan, dimana
generasi muda lupa akan identitasnya ini. Hal ini merupakan suatu bentuk ikhtiar yang konkrit dalam rangka
menghidupkan kembali nilai dan budaya Sunda agar eksistensinya tidak terkikis oleh perubahan jaman.
Langkah strategis : Pada hari rabu, siswa dan guru menggunakan pakaian sunda, pakaian tradisi pangsi/kampret lengkap
dengan iket untuk siswa dan guru laki-laki dan kebaya lengkap dengan samping kebat bagi siswa dan guru perempuan.
guru mengenalkan nilai hidup orang sunda. Siswa mempelajari kampung adat mana saja yang masih memegang teguh
tradisi sunda, seperti halnya baduy, kasepuhan adat cipta gelar, kasepuhan adat sinar resmi cisolok sukabumi, kampung
naga dan lainnya.
d. Hari Kamis: Nyanding Wawangi (Hari Estetis)
Kebebasan berkespresi menjadi suatu hal yang mendapat perhatian khusus di Kabupaten Purwakarta. Pengetahuan siswa
yang sudah mengenal jati diri budayanya, membuka cakrawala nusantara dan telah mengarungi dunia, maka ia akan naik
pada tingkatan selanjutnya sebagai siswa yang siap hidup merdeka, belajar tanpa batas, membuka jendela ilmu dengan
kemampuan dirinya sendiri. Dengan adanya Nyanding Wawangi yang mengandung makna memberikan ruang untuk
kebebasan berkespresi, disini daya, rasa, dan karsa siswa terbuka untuk menggali potensi dan kreatifitasnya sehingga
akan menjadi hari yang penuh dengan kebebasan berekspresi dengan peserta didik.
Langkah strategis : Belajar sastra, belajar rasa, dan tentu budi pekerti melalui pembiasaan yang terus menerus dilakukan
melalui sekolah sebagai miniatur pusat peradaban. Nilai-nilai keindahan diciptakan dalam ruang kelas. Guru geografi
dapat bercerita tentang alam semesta, dunia antariksa, tentang bulan dan tentang bintang. Guru-guru lainnya, melalui
pembelajaran dengan penghayatan sastra. Siswa dituntut untuk berkreasi dan inovasi dalam setiap pembelajarannya,
misalkan menuangkan kritiknya pada guru namun dengan penyampaian bahasa puisi, agar yang dilahirkan keindahan
dan saling menghargai.
e. Hari Jum'at: Nyucikeun diri
Nyucikeun diri (mensucikan diri) berarti mendekatkan hati, jiwa dan pikiran kepada Yang Maha Kuasa. Banyak hal yang
bisa dilakukan untuk mensucikan diri, mulai dengan melakukan kontemplatif atas apa yang telah dilakukan hidup pada
hari-hari sebelumnya. Termasuk memperkuat nilai-nilai ritualitas dan spiritualitas.
Langkah strategis : Guru mengajak siswa melakukan kegiatan keagaman bersamasama.
f. Hari sabtu-minggu : Betah di imah
Hari ketujuh siswa diajak agar mencintai rumah sebagai tempat bernaung keluarga. Betah di Imah merupakan pembiasaan
yang memiliki nilai agar siswa dekat dengan keluarganya dan dapat berinteraksi sehingga tertransformasi nilai-nilai
kebatinan antar anggota keluarga yang ada di rumah terutama dengan kedua orang tua yang merupakan tempat pendidikan
yang paling pertama dan utama. Disamping dekat dengan keluarga diharapkan siswa juga dapat bersosialisasi dengan
lingkungan masyarakat sekitar.
Langkah strategis : Sabtu-minggu guru tidak memberikan tugas apapun kepada siswa.

Gunawan, G., Nugraha, Y., Sulastiana, M., & Harding, D. (2018). Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Purwakarta. Humanitas (Jurnal Psikologi), 1(3), 147.
https://doi.org/10.28932/humanitas.v1i3.753

Kesimpulan 1. Implementasi strategi pendidikan karakter melalui nilai-nilai kearifan lokal dalam kegiatan sehari-hari, secara teknis dapat
dilakukan melalui keteladanan, kegiatan spontan, teguran, pengkondisian lingkungan, kegiatan rutin, semua itu dilakukan
guru, kepala sekolah, staf administrasi dengan penuh kasih sayang, tidak dengan emosi, marah-marah dan kekerasan. Contoh
implementasi kecil yang dapat kita realisasikan di sekolah misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan kesiswaan yang
menekankan pada pengenalan budaya lokal yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan sosial dan
lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah setempat yang perlu diajarkan kepada para siswa.
2. Nilai Pembangunan bidang pendidikan harus didasarkan pada kearifan lokal. Semangat pemabangunan harus kembali pada
nilainilai kultural, yang digali dari kearifan dan kebudayaan lokal. Semangat itu harus diterjemahkan kedalam berbagai sendi
kehidupan. Adapun salahasatu contoh kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah adalah program yang dilakukan untuk
menanamkan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di Kabupaten Purwakarta yang diwujudkan dengan program harian
secara langsung yaitu Hari Senin: Ajeg Nusantara, Hari selasa: Mapag Buana, Hari Rabu : Maneuh di Sunda, Hari Kamis:
Nyanding Wawangi (Hari Estetis), Hari Jum'at: Nyucikeun diri dan Hari sabtu-minggu : Betah di imah

Anda mungkin juga menyukai