Anda di halaman 1dari 32

Nama : Moh.

Ilham Ramadhana

NIM : 140332602141

S1 Kimia 2014 Off H

BAB 1

Pendahuluan
Pengantar

Sains (science) adalah pengetahuan alam yang terstruktur. Sains akan berkembang lebih
mendalam karena manusia senantiasa mengetahui hal-hal baru di alam dan mengalisisnya dalam kaidah
–kaidah ilmiah dan universal. Ada banyak hal yang harus di penuhi dalam rangka menghimpun
pengehauan ilmiah. Memasuki dunia pengenalan , pengetahuan, dan pengetahuan terstruktur tentang
alam yang sistematis adalah langkah yang kita ambil sekarang.

A. Pengetahuan dan Sumber Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui,baik yang tampak maupun yang tidak
tampak oleh mata. Yang disebut dan dikatakan sumber pengetahuan yang utama ialah kelima
pancaindra kita ini yang pertama kali dimiliki manusia sejak awal.Pengetahuan dari pancaindra
adalah pengetahuan primer yang tidak akan berhenti sebagai pengetahuan.Pada awal,filsuf
yunani kuno yang bernama Thales,menyatakan bahwa asal mula alam semesta adalah air.

Ilmu adalah pengetahuan yang dibuatkan sistematikanya. logika adalah instrument


terbentuknya ilmu,yang dibangun atas dasar asas-asas,turan,dan penalaran yang logis. penalaran
adalah proses berpikir manusia dalam kerangka berfikir yangdimulai dari pernyataan dan tiba
pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan dari pernyataan sebelumnya(dari premis
menuju kesimpulan).

Intuisi merupakan sumber sekaligus instumen pengetahuan.Intuisi menggerakkan


manusia untuk menyelidiki lebih jauh walaupun tanpa arah yang jelas kelihatan terlebih
dahulu.Dalam hidup sehari hari kadang kita juga yakin akan suatu hal dan kita mengikuti terus
walaupun kita tidak tahu mengapa.Sumber utama pengetahuan berinteraksi pancaindera dan
pikiran manusia.Aktivitas keilmuan dapat digambarkan sebagai segitiga ilmu seperti berikut

Aktivitas

Ilmu
metode pengetahuan
Dalam konteks ini dapat dipahami bahw pengetahuan tidak akan diam begitu saja melainkan
merupakan kondisi yang didapat setelah adanya aktivitas ilmiah dengan menggunakan metode
ilmiah.Setelah pengetahuan didapat,maka aktivitas ilmiah tetap akan diteruskan dalam rangka
mencari peneguhan dan verifikasi,dan untuk itu dipikirkanlah suatu metode.Ketiganya secara
terus menerus akan bergerak san saling berinteraksi.Lain halnya dengan ilmu alam,yang
mengamatialam dengan objektif pelangi adalah pelangi yang sama antara ilmuan satu dan ilmuan
yang lain.

Ciri khas ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan mempunyai empat cirri khas,yaitu:


a) Objektif: pengetahuan itu sesuai dengan objeknya (sesuai dengan pengindraan dan
hasil dari pekerjaan empiris)
b) Metodologis: diperoleh dengan menggunakan cara (metode) tertentu yang teratur dan
dikendalikan atau diatur.
c) Sistematis: tersususn ke dalam sistem dengan langkah – langkahnya sendiri sebagai
kesatuan dengan pengetahuan lain.
d) Universal : berlaku umum dimana saja. Dengan metode dan sistematika yang sama
maka hasilnya juga diharapkan sama tidak tergantung tempat dan pelakunya.
1) Metode Ilmiah
Langkah – langkah proses pencarian bentuk pengetahuan ini dapat dibedakan dan
diurutkan menjadi sistematika sendiri biasa disebut metode ilmiah yang objektif
meliputi:
a) Perumusan masalah : menentukan dahulu persoalan apa dan pertanyaan apa yang
harus dijawab atas aspek yang diamati
b) Penyusunan hipotesis: merumuskan dugaan sementara mengenai kemungkinan
jawaban dari persoalan atau pertanyaan yang harus dijawab tadi. Hipotesis adalah
serangkaian urutan logis dibenak manusiayang masih harus dibuktikan dalam
kenyataan.
c) Pengujian hipotesis: penelitian untuk membuktikan apa yang telah diduga dengan
melakukan penujian serta mengumpulkan fakta-fakta lain yang mendukung dugaan
sementara tadi.
d) Pendirian kesimpulan: tahap justifikasi atas proses ilmiah untuk membuktikan
hipotesis dapat diterima atau ditolak dengan alasan yang jelas.

MenurutLadrieredalam the liang gie,2000, ilmu dapat dipahami sebagai

1) Proses ( aktivitas penelitian)


2) Prosedur (metode ilmiah)
3) produk(berupa pengetahuan sistematis)
Ilmu juga harus dilihat sebagai aktivitas kemasyarakatan.Pendekatan ilmu yang menyentuh
masyarakat ini menarik karena menghilangkan kesan elite dari ilmu yang tidak memecahkan
persoalan-persoalan dasar hidup bersama manusia.

B. Kesadaran Sains dan Aktivitas Ilmuwan

Adanya objek yang diamati dan adanya subjek yang mengamati memberikan banyak
kemungkinan interaksi.Sangat diharapkan subjek menyadari pengetahuannya sehingga dapat
dikatakan bahwa penggalian pengetahuan adalah aktivitas manusia yang disadari.Manusia dapat
menggali pengetahuan baru, menciptakan teknologi dan memanfaatkan alam, namun alam adalah
objek yang menjadu milik semua dan harus dijaga.Alam adalah objek universal dan harus
diperlakukan dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran.Poin kesadaran ini diperlukan karena
menyangkut masalah tanggung jawab jawab manusia untuk meneruskan pencarian pengetahuan.

C. Filsafat Pengetahuan Sebagai Landasan Penggalian Ilmu dan Relevansinya

Filsafat membantu kita menerima realitas yang tidak kelihatan, yang tetap bisa dipikirkan dan
kadang justru membantu kita memahami apa yang memang kelihatan, peristiwa, atau gejala
sosial. Filsafat lebih condong pada jawaban seputar pertanyaan “mengapa” yang memerlukan
elaborasi lebih mendalam daripada sekedar pengetahuan yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan “apa” dan “bagaimana”. Philos-sophia yang merupakan asal kata filsafat dalam
bahasa Indonesia mengandung makna suka akan kebenaran atau sering diterjemahkan sebagai
ajaran orang bijak yang membahas objek kebijaksanaan. Hal ini disebabkan karena filsafat masih
mempunyai persamaan-persamaan mendasar dan dekat dengan ilmu lainnya, serta sifatnya selalu
menumbuhkan sikap bertanya dan reflektif. Filsafat juga membantu cara ilmu berkembang
kearah yang baik dan berguna bagi kepentingan orang banyak, sekaligus mencegah
penyalahgunaan penemuan ilmu yang kadang-kadang dapat menjadi alat dekonstruksi yang
efektif dan berakibat bencana fatal bagi manusia sendiri.

D. SAINS

1. Pengertian Sains

Sains berasal dari kata latin “scientia” yang berarti pengetahuan tentang atau tahu tentang
pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke studi sistematis,
tubuh pengetahuan yang terorganisasi, dan pengetahuan teoritis. Biasanya sains atau ilmu
mempunyai makna yang merujuk kepengetahuan yang berada dalam sistem berpikir dan konsep
teoritis dalam sistem tersebut, yang mencangkup segala macam pengetahuan, mengenai apa saja.
Ilmu alam atau sains sifatnya lebih pasti karena gejala yang diamati relatif nyata dan
terukur.Kebanyakan pengetahuan mengenai alam ini didapat secara empiris, yakni pengamatan
langsung atas kejadian dialam.Sains atau ilmu pengetahuan alam adalah sekumpulan
pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu.Sains berusaha menguasai alam dan
memanfaaatkan alam untuk mensejahterakan manusia, meningkatkan taraf hidup, efisiensi dan
efektivitas kerja.

2. Fungsi dan Sifat Sains

Ada beberapa fungsi pokok sains yang dikumpulkan dari pendapat para pelaku, pengguna, dan
pemirsa sains yaitu :

a) sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis


b) sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antara gejala alam.
Kemampuan sains untuk “menjelaskan” ini dimungkinkan karena sains mempunyai sifat-
sifat utama:
1) Analitis, yaitu dapat meneliti setiap bagian dari objek dengan seksama dan terstruktur
2) Logis, dapat dipikirkan dan diamati dengan sederhana dan masuk akal, yang
memberikan serangkain sebab akibat dalam proses-prosesnya.
3) Sistematis, urutan penjelasan harus ada dan sifatnya logis serta berhubungan dengan
sebab akibat tadi.
4) Kausatif, menjelaskan gejala alam berdasarkan penyebab-penyebabnya.
5) Kuantitatif, artinya dapat diukur dan apa yang dilaporkan dalam bentuk angka-angka
dapat dipercaya secara statistika.
c) Sains dapat digunakan untuk meramakan gejala alam yang akan terjadi berdasarkan pola
gejala alam yang dipelajari.
d) Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi kepentingan
manusia.
e) Sains digunakan untuk melestarikan alam karena sumbangan ilmunya mengenaia alam.

BAB 2

Pengetahuan dari Waktu ke Waktu


Pengantar

Pengetahuan dan keyakinan adalah sikap mental menyangkut suatu objek.Pengetahuan


tidak bisa keliru karena segera setelah keliru, pengetahuan ini tidak digunakan lagi untuk rujukan
atau dikatakan bahwa kekeliruannya telah diketahui. Perkembangan pola pengetahuan akan
membawa implikasi psikologis pada manusia yang hidup dizaman itu. Disaat pengetahuan dinilai
mencapai puncak, timbullah pandangan skeptis.Kemudian untuk tidak terlalu mengingkari,
pengetahuan manusia beralih pada subjektivisme.

A. Empat Macam Pengetahuan

Pengetahuan bercirikan beberapa pengetahuan tambahan lainnya yang mendukung, atau


pengetahuan lain yang bisa menjadi pembanding. Pengetahuan selalu menyandang kebenaran
karena acuannya realitas, namun kebenaran ini mungkin bersifat sementara karena tergantung
pada realitas-realitas lain yang pada saat itu belum diketahui.Pengetahuan selalu terbagi menjadi
berbagai tahap jika kita ingin memilah-milahkan prosesnya.Ada pengetahuan terselubung dan
ada pengetahuan actual yang dapat dilihat dengan objektif tanpa perlu abstraksi.. Pembagian ini
berlaku untuk pengetahuan secara umum, termasuk untuk pengetahuan akan alam dan segala
aspeknya. Pembedaan ini dilakukan sesuai dengan tingkatan kognisi yang di perlukan, Yaitu:

1. Know That

Tahu bahwa ( to know that) adalah pengetahuan yang menyangkut informasi. Pengetahuan
semacam ini tidak terlalu mendalam sifatnya karena berhenti pada tahap mengetahuo dan
mengumpulkan informasi saja.Kekuatan pengetahuan jenis ini adalah pada informasi yang
dimilikinya yang sifatnya nyata dan factual.Dalam tahap tahu bahwa ini teori, rumus, dan hukum
masih dalam taraf dihafalkan.

2. Know How

Tahu bagaimana ( to know how) adalah pengetahuan yang sifatnya praktis yang sangat
berguna untuk menjalankan alat-alat maupun memecahkan masalah-masalah praktis. Namun
tahu bagaimana ini juga menuntut pengetahuan teoritis untuk mendukung ketrampilannya,
terutama dalam hal memcahkan masalah (problem solving).Dalam sains tahu bagaimana
sangat penting, karena penyelidikan dilapangan ilmu alam perlu didukung peralatan dan
mesin mesin elektronik.Mesin-mesin ini digunakan untuk menirukan ataupun memanipulasi
situasi dan kondisi alam dalam percobaan dilaboratorium.

3. Know About
Tahu akan/ mengenai (to know about) menyangkut pengetahaun spesifik akan sesuatu
melalui pengalaman dan pengenalan pribadi secara langsung dengan objek. Dan
pengenalan semacam ini juga menuntut pengalaman serta latar belakang teoritis. Dalam
taraf bukan lagi sekedar tahu akan atau tahu bahwa, bukan pula tahu menjalakannya alat
tersebut tanpa tahu apa yang terajadi selama alat berjala. Didalam taraf mengenal
inikadar objektivitas dari kebenaran cukup tinggi.Pengetahuan taraf ini tergolong
pengetahuan tingkat tinggi yang lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
4. Know Why
Tahu mengapa ( to know why) adalah tingkatan pengetahuan yang jauh lebih mendalam
daripada tingkatan pengetahuan yang lain karena berkaitan dengan penjelasan yang harus
menerobos masuk kedalam data atau informasi yang abstrak untuk menyingkap
pengetahuan. Banyak hal yang mengawali perkembangan sains berasal dari pertanyaan-
pertanyaan yang melukiskan taraf/ tingkat pengetahuan kita, dan dapat dilihat dari cara
kita bertanya. Namun dalam hal pengetahuan alam/sains, pernyataan benar atau salah
selalu disertai fakta dan logika.Dalam sains benar atau salah dalam hal ini lebih mudah
dinyatakan.

B. Pengetahuan dan Kesadaran

Kesadaran merupakan kata kunci dari pengetahuan, yang mencangkup macam-macam


pengetahuan yang baru kita bahas diatas.Sains dan teknologi sangat dekat dengan kehidupan
sehari-hari dan kita pergunakan dengan maksimal baik yang disadari naupun yang tidak disadari.
Hal yang juga penting adalah bahwa dengan kesadaran manusia akan bergerak ke dalam kegiatan
untuk mengetahui lebih lanjut. Bahkan manusia berusaha untuk menjawab pertanyaan dalam
tingkat know about dan know why bahkan know how secara sadar maupun tidak. Kesadaran
merupakan kunci dari pengetahuan.

C. Skeptisisme, Subjektivisme, dan Relativisme

Metode ini mungkin sangat beragam dan pelaku sendiri harus menentukan metode yang paling
tepat untuk sistem mereka sendiri. Di lain pihak, pemirsa akan kesulitan mengikuti tiap
kemajuan dan penemuan baru, termasuk kesadaran baru yang timbul dari tiap pengetahuan baru.
Teori dan hukum yang dirumuskan setiap kali diperbarui dan meningkatkan kesan seakan-akan
hasil penemuan terbaru belum tentu benar dan tinggal menantikan saat keruntuhan.

1. Aliran Skeptisisme

Sikap dasar dari kaum skeptis adalah bahwa manusia tidak pernah tahu akan apapun dan manusia
tidak boleh merasa pasti karena pengetahuan yang didapat dari waktu ke waktu tidak pernah
cukup. Ada tiga pernyataan gorgia yang terpenting yaitu :

1)Tidak ada yang benar-benar ada


2) Kalaupun ada yang benar-benar ada, kita tak dapat mengetahuinya.
3)Kalaupun kita tahu apa yang benar-benar ada itu, kita tak dapat mengkomunikasikannya.

Dari ketiga pertanyaan tersebut dapat ditarik implikasi bahwa pengetahuan sesungguhnya Cuma
merupakan konstruksi abstraksi manusia, tidak ada realitas yang diketahui secara nyata, semua
hanya merupakan konstruksi dari realitas dalam abstraksi manusia dianggap nyata tersebut.
Sikap skeptis membantu manusia untuk selalu ragu-ragu dan selalu mencari, terutama mencari
kepastian supaya tidak perlu ragu-ragu lagi. Melalui tahapam meragukan, akan dicapai sesuatu
yang benarnya yang tidak meragukan lagi. Yang diinginkan adalah fakta eksestensial yang tidak
perlu diragukan karena telah dibuktikan melalui proses berpikir yang disadari. Mengingkari
keberadaan diri yang sadar adalah tidak mungkin. Menurut Descartes manusia mempunyai
kemampuan untuk mengenali dan menangkap kebenaran, bukan sekedar tahu akan kebenaran.

2. Aliran Subjektivisme

Subjektivisme adalah akibat secara tidak langsung dari pemikiran Descartes.Subjektivisme


mengandalkan satu-satunya hal yang kita ketahui dengan pasti adalah diri kita sendiri dalam
aktivitas kesadaran kita.Karena Descartes, banyak pemikir meyakini bahwa satu-satunya hal
yang dapat kita ketahui dengan pasti adalah diri kita sendiri dan kegiatan sadar kita. Hal lain
yang berada diluar kita dan tidak diketahui secara langsung tidak dapat dipastikan kebenarannya.
Kebenaran macam itu hanya dapat diterima setelah melewati argumentasi menggunakan logika
dan penyimpulan tidak langsung.Pengetahuan macam ini dikatakan sebagai pengetahuan tidak
langsung.

Aliran Relativisme

Menurut aliran relativisme, kebenaran dan kepastian yang ada tida dapat diklaim oleh manusia
dengan mutlak karena sifatnya selalu relative. Sifatnya tidak mutlak karena sangat tergantung
pada subjek yang melihat, situasi dan kondisi saat itu, kebudayaan dan hukum-hukum yang
berlaku pada saat itu, juga pandangan masyarakat akan kebaikan dan keburukan yang berlaku
didaerah tersebut saat itu. Relativisme lebih berperan dalam ilmu-ilmu sosial yang sifatnya lebih
tidak pasti dan gejalanya dapat setiap saat berubah-ubah karena tergantung pada lebih banyak
parameter.Kedudukan subjek dan objek mempunyai kepentingan sendiri-sendiri dalam
menentukan kebenaran, demikian pula dengan situasi dan kondisi, waktu dan tempat serta
konteks, semuanya membawa pengaruh penting bagi objek dan subjek, namun bukan berarti ada
salah satu yang bisa dimutlakkan.Pemutlakkan ini bisa menyesatkan dan mengakibatkan
radikalisme.

D. Sejarah Sains dan Ilmu Pengetahuan

1.Ciri dan karakteristik manusia

Salah satu cirri dan karakteristik manusia adalah berpikir, dan dengan demikian manusia
langsung menjadi subjek. Subjek yang berpikir terus-menerus akan membuat kumpulan manusia
berpikir, akan melahirkan sistem baru, akan menghasilkan struktur pengetahuan.. Perkembangan
ilmu pengetahuan yang mulai berjalan pesat dengan adanya jalur perdagangan, yang terbukti
efektif untuk menyebarkan kemajuan dan informasi baru keseluruh penjuru dunia. Manusia
menggunakan rasionya untuk memecahkan persoalan hidup lain yang penting dimasa itu,
disamping usaha untuk mengantisipasi keganasan alam. Hamper semuanya mempunyai tujuan
demi kesempurnaan hidup manusia. Manusia menggunakan perasaannya untuk menikmati
keindahan dan hidup.

2.Penatapan Sejarah Perkembangan Sains


Seni adalah bagian lain dari hidup manusia yang tidak terlalu kita elaborasi disini, namun
peranan gemanya tidak kalah penting dalam hidup manusia. Sejarah perkembangan sains dapat
dibagi menjadi beberapa tahapa besar berikut ini :

a)Zaman batu purba (4juta-10.000 SM)

Pada zaman ini amnesia telah mencapai kemampuan dasar untuk perkembangan ilmu
pengetahuan: membedakan macam-macam hal, mengumpulkan berdasarkan kelompok
(mengklasifikasi), mendisain alat-alat bantu kerja, meningkatkan efisiensi dan sebagainya.
Kemampuan-kemampuan dasar ini diperoleh untuk bertahan hidup dan berhadapan dengan alam
yang keras.Bukti kemajuan teknologi dapat dilihat dari peninggalan di gua tempat tinggal
mereka, alat berburu (alat dari batu dan tulang belulang yang jumlahnya lebih dari satu dan
bentuknya mirip, yang merupakan awal teknologi manusia), lumbung tempat penyimpanan
makanan dan cara-cara pengawetan makanan secara sederhana untuk persediaan, gambar digua
menunjukkan mereka berkomunikasi dan juga kebudayaan serta seni berkomunikasi yang
mereka miliki.

b)Zaman pola piker koheren (10.000-500 SM)

Pada zaman ini peradaban sudah majudalam rupa kerajaan dicina, india, mesir, babilonia, dan
yunani. Adanya kerajaan dan pemerintah serta rakyat menunjukkan bagaimana manusia
berinteraksi dan hidup bersama.Kemampuan bahasa sudah berkembang amat baik yang dapat
dilihat dari kemajuan ilmu pengetahuan seperti matematika dan astronomi, dan juga mitologi
kuno yang tak bisa dilepaskan dari manifestasi kerinduan manusia untuk mengerti gejala alam
yang pada saat itu belum terpecahkan.Disekitar 500 SM orang sudah mampu berpikir sangat
abstrak dan berbicara bahasa penuh simbolisme.Perkembangan filsafat dizaman yunani kuno
merupakan cikal bakal perkembangan filsafat barat modern.Agama kuno dimassa ini bercirikan
politeisme.Diantara abad 15-6 SM telah ditemukan unsure besi, tembaga, dan perak tampak pada
peralatan-peralatan mereka.Pembuatan alat-alat perunggu juga telah ditemukan dimesir.

c)Zaman pola pikir rasio

Pada zaman ini pola piker yunani adalah dominan. Berbeda dengan peradaban dibabilonia, orang
yunani menggunakan akal sehat dan cara berpikir koheren sedangkan orang babilon
memasukkan unsure mitodologidalam mencari kebenaran. Thales (624-565 SM) ahli matematika
dan teknologi saat itu yang sudah menyatakan bahwa bintang bersinar dan bulan hanya
memantulkan sinar, yang berpendapat bahwa asal mula semua benda yang ada di alam semesta
adalah air, dan didapat dari proses-proses dialam. Anaximander (670-547 SM) menemukan jam
matahari dan mendukung pendapat thales. Herakleitos (540-480) menyatakan bahwa
apimerupakan keutamaan yang membentuk alam raya.Phytagoras (580-500 SM) ahli matematika
yang bermain dengan segitiga dan bilangan berpendapat bahwa unsure-unsur tanh,air,udara dan
api merupakan unsure-unsur utama alam. Empedokles mengungkapkan daya ikat antara air, api,
tanah dan udara adalah sesuatu yang disebut benci dan cinta. Aristoteles (384-322 SM)
mempunyai pendapat lain lagi dengan member label forma dan material bagi realitas dialam,
untuk menjelaskan dunia ide dan dunia materi plato. Yang paling utama dalam misi aristoteles
adalah mengetahui kebenaran dan asal mula serta prinsip-prinsip yang mendasari segala
sesuatu.Metafisika adalah studi mengenai “yang ada” beserta prinsip-prinsipnya yang sangat
fundamental dan komprehensif.Adapun logika adalah prinsip untuk menarik kesimpulan secara
valid.Ilmu pengetahuan alam juga sangat berhutang budi kepada penemuan konsep-konsep
logika ini.

d) Zaman pertengahan (abad 2-14 M)

Zaman ini ditandai dengan karya para teolog (ahli agama) yang juga bekerja dibidang ilmu
pengetahuan alam.Perkembangan berpikir dan penemuan baru banyak terjadi dizaman ini.
Berpadunya agama islam dan Kristen dalam menggali ilmu pengetahuan membuat penemuan
demi penemuan menjadi fenomenal dan sangat berguna untuk perkembangan sains dizaman
selanjutnya.

e) Zaman sains modern pada zaman renaissance (14-17 M)

Zaman ini ditandai dengan bangkitnya akal budi yang melepaskan diri dari dogma agama.
Dimulai dari revolusi Kopernikus (1473-1543) yang merupakan anli perbintangan dan
matematika saat itu. Ia merumuskan bahwa alam semesta ini heliosentris, yang bertentangan
dengan ide geosentrisme dari protomeus. Penelitiannya diteruskan oleh george joachim yang
menulis buku mengenai perputaran alam semesta dan tycho brahe (1546-1601). Johannes keppler
(1571-1630), asisten brahe, merumuskan orbit benda-benda angkasa yang berupa elips dan juga
meramalkan terjadinya gerhana matahari dan bulan dengan menghitung posisi benda langit
tersebut. Konsep ini diteliti lanjut oleh galileo galilei (1564-1642) bahwa planet tidak
mempunyai cahaya sendiri. Langkah-langkah galileo mulai dikenal dan dilakukan dalam
penyelidikan ilmiah, yaitu (1) observasi (pengamatan); (2) eliminasi (penyingkiran); (3)
idealisasi dan penyusunan teori secara spekulatif (meramalkan); dan (4) setiap saat melakukan
percobaan.

f) Zaman pola pikir induksi


Zaman ini ditandai dengan gaya berpikir induksi telah mulai digunakan sebagai landasan
dalam penyelidikan ilmiah. Penemuan cahaya oleh Christian Huygens dan juga
perumusan mekanika klasik dari isaac Newton mengawali zaman ilmu pengetahuan alam
baru yang sama sekali lain dari zaman sebelumnya. Rene Descrates (Renatus Cartesius,
1596-1650) yang telah kita bicarakan sebelum ini dianggap sebagai tonggak pendiri era
modern dalam pemikiran barat. Decrates juga metode berpikir yang dalam tiga
pertanyaan berikut ini : (1) Ragukanlah segala sesuatu (keraguan metodis); (2) termalah
apa yang anda yakin benar saja; (3) Prinsip clear and distinctive: memilah masalah
menjadi bagian-bagian kecil dan jelas. Isaac Newton (1643-1727) adalah ahli fisika yang
penemuan teori gravitasi, penemuan bidang optika, dan rumusan matematika klasiknya
menjadi motor pengembangan ilmu pengetahuan alam. Penemuan mesin uap oleh James
Watt (1736-1819) memicu terjadinya era keemasan teknologi karena dalam waktu
singkat industri-indusri mengalami otomatisasi dengan menggunakan mesin-mesin.
g) Zaman Kontemporer
Zaman ini ditandai dengan kemajuan ilmu alam terutama fisika. Setelah percoaan Erns
Rutherford (1871-1937), penemuan J.J. Thomson (1856-1940), eksperimen Heinsberg
(1901-1976), Erwin Schrodinger (1887-1951), dan kawan –kawan sampai merumuskan
teori kuantum. Di zaman ini manusia sudah mendapatkan hukum kekekalan materi dan
energi. Hubble dengan teleskopnya telah melihat dinamika alam raya, dan besarnya alam
raya melebihi apa yang dibayangkan sebelumnya.
h)Sains di masa depan
Sains di masa depan bergerak di lapangan yang berbeda, misalnya memetakan
ketidakteraturan di alam, lebih jauh lagi di masa depan adalah sains digital. Karenanya
masyarakat menghadapi kenyataan baru, yakni kenyataan virtual (virtual reality). Bahkan
kemajuan sains di dunia elektronik dan komputer ini mengubah warna sains empiris
maupun sains deduktif yang selama ini kita pelajari. Warna baru sains ini juga mengubah
peta perkembangan pengetahuan secara umum, bahkan sampai realitas sosial sekalipun.
E. Peruangan pola
Sejarah mencatat perubahan titik tolak pengembangan pengetahuan alam dari zaman dari
zaman, di awal abad pertengahan terulang lagi pola yang ternyata mirip dengan pola
minat zaman dahulu, tentu saja pelakunya berbeda. Di pihak lain kebenaran ilmiah yang
dicapai dalam skala kecil akan juga mencerminkan universalitasnya. Demikian dari
waktu-waktu, yang terjadi adalah pengulangan pola kegiatan manusia dalam menyikapi
fenomena alam.

BAB 3

Sumber-Sumber Pengetahuan Alam


Pengantar

Alam raya yang sangat kaya dan tidak akan habis tergali telah menimbulkan kesibukan bagi
manusia sepanjang zaman untuk mengerti lebih jauh mengenai dunianya, dan juga dirinya dalam
renungan-renungan mendalam lewat pengetahuannya akan alam. Alam merupakan semacam
cermin juga disini, bagi manusia yang mencari kebenaran.

A.alam: paradigma yang perlu digali

Alam merupakan objek pengenalan pertama manusia akan lingkungannya. Alam yang kaya
mempunyai hukum-hukum dimana manusai harus juga tunduk kepadanya.Manusia yang menjadi
bagian dari ala mini tidak bisa melarikan diri dari hukum alam.Termasuk dalam topik-topik alam
yang diketahui manusia, manusia juag bercermin dari alam raya. Alam makro memenyangkut
alam luas dari dari bumi dan bahkan galaksi kita yang dipelajari dalam ilmu astronomi. Alam
makro juga dapat dirujukkan ke alam luas, bumi, gunun, laut, tanah,air, batuan yang tampak
dimata kita dan yang merupakan topic kajian dalam ilmu geografi. Alam semi makro ini adalah
alam yang diamati manusia sehari-hari yang mencangkup alam bintang dan tumbuhan, mahluk
hidup yang banyak dikaji dalam ilmu biologi, yang tidak termasuk mahluk hidup dikaji dalam
ilmu fisika. Alam mikro penyusun materi akan dipelajari dalam ilmu kimia. Perhitungan teoritis
adalah logika yang paling ampuh untuk memberikan penjelasan yang masuk akal.

B.manusia: pengamat yang berpikir

1. manusia sebagai sumber pengetahuan

Sumber pengetahuan yang kedua dan merupakan subjek yang paling aktif dan yang bergerak
dalam mencari pengetahuan adalah manusia itu sendiri.Einstein menganggap didalam alam
tersimpan rahasia kemahakuasaan Tuhan, dan dia ingin mengetahui intinya saja, supaya
mendapat sedikit gambaran mengenai kehendak Tuhan. Manusia memulai proses eksplorasi
alam karena manusia ingin tahu dan ingin menguasai alam. Manusia sendirilah yang seharusnya
paling bertanggung jawab atas alam, dan manusia wajib menjaga serta memanfaatkan alam
dengan seimbang.Struktur pengetahuan mengenai alam raya biasa disebut ilmu alam atau sains,
sedang pengetahuan mengenai manusia itu sendiri biasanya disebut ilmu sosial. Manusia yang
secara otomatis mengembangkan pengetahuannya, akan membentuk dua macam jalan.
Kemungkinan pertama adalah bersatunya manusia dengan apa yang diketahuinya, termasuk alam
dan lingkungannya dan dengan demikian manusia menjadi bagian dari alam itu sendiri yang
mengamati alam dan dirinya sendiri. Kemungkinan kedua adalah terpisahnya manusia dengan
apa yang diketahui dan diamatinya, dan dalam hal ini manusia menempatkan diri sebagai
pengamat (observer) bagi alam dan ilmu pengetahuan alam menjadi ilmu objektif karena alam
adalah objek pengamatan dan analisis dari subjek manusia.

2.pertanyaan sebagai dasar penelaahan ilmiah

a. Dunia itu ada dan kita dapat mengetahui bahwa dunia benar-benar ada.

b. Dunia dapat diketahui melalui pancaindera dan abstraksi manusia yang berpikir.

c. Gejala-gejala yang ada didunia dan alam mempunyai hubungan kausal satu sama lain.
Mengenali alam, mencari tahu akan sebab gejala alam, memetakan alam, mengatur alam, dan
memanfaatkan alam dapat dianggap sebagai tujuan hidup manusia. Manusia merupakan subjek
yang bisa melakukan banyak hal. Dengan demikian penggalian pengetahuan mengenai alam
menemukan landasannya, walaupun masih harus disadari bahwa tidak ada proses penggalian
ilmu yang dapat dikatakan selesai.

c. Interaksi antara manusia dan alam

Mekanisme alam untuk menanggapi perbuatan manusia dapat dianggap sebagai reaksi dari aksi
manusia tersebut.Manusia hidup dialam dan berhubungan dengan alam.Di zaman purba manusia
berpikir untuk menyesuaikan diri dengan alam, manusia bertahan hidup dialam.Dapat dikatakan
manusia membuat interaksi dengan alam, menjadi semacam dialog panjang yang tidak terlalu
seimbang karena jawaban yang diberikan alam masih harus dipelajari manusia.Jika manusia
merusak alam, seperti penebangan hutan yang semena-mena mengeruk tanah tanpa
memperhitungkan perubahan kontur, maka alam juga mempunyai mekanisme mengorganisme
diri kembali (self organization).Banyak pihak menghubungkan hasil penemuan dalam dunia
sains dan makna hidup manusia. Dialog antara manusia dan ala mini menempati lapangan
tersendiri dalam filsafat pengetahuan, karena dari hasil pengamatan akan alam manusia lebih
berusaha menyelidiki makna hidupnya.

D.sarana berpikir ilmiah manusia

Sarana berpikir ilmiah adalah faktor yang paling menentukan dalam kecepatan
perkembangan sains merupakan media berkembangnya ilmu pengetahuan.Termasuk didalam
sarana berpikir ilmiah yang utama adalah bahasa dan logika. Bahasa ilmiah adalah sarana ilmiah
untuk penyampaian informasi ilmiah dan seluruh proses ilmiah, sedangkan logika berguna untuk
menentukan kearah amana proses ilmiah akan maju sesuai dengan kaidah alam yang sudah
diketahui sebelumnya. Pada saat kegiatan ilmiah berlangsung, diperlukan kerangka logika untuk
bergerak yang disebut dengan metodologi ilmiah, yakni berupa serangkaian langkah terpenting
yang perlu dilakukan untuk sampai ketujuan, baik berupa tujuan mencari kejelasan maupun
tujuan memecahkan masalah, atau bahkan tujuan menciptakan sesuatu seperti alam yang
melakukannya.

1. Bahasa ilmiah

Bahasa adalah kumpulan terminology yang bisa dimengerti oleh pihak yang diajak
berkomunikasi dan menerima pernyataan serta ekspresi kita. Bahasa sains dapat berupa kata dan
istilah yang berlaku dilingkungannya sendiri, maupun berupa symbol, rumus,gambar, grafik,
serta kode dan bahasa program yang mungkin tidak mengerti oleh orang lain yang tidak berminat
ditopik. Bahasa yang demikian sarat mengandung logika dan mengandaikan rumusan-rumusan
awalnya. Ini merupakan salah satu cirri bahasa ilmiah yaitu sangat eksklusif untuk kalangannya
sendiri,karena merupakan bahasa buatan sendiri, bukan bahasa alami yang dipelajari manusia
dalam tahap awal hidupnya. Ada perbedaan utama antara bahasa alami dan bahasa buatan atau
bahasa ilmiah ini.Bahasa ilmiah cenderung tidak sppontan seperti bahasa alami, bersifat diskursif
(logis, punya makna luas) sedang bahasa alami cenderung bersifat intuitif. Bahasa mempunyai
fungsi-fungsi pokok yaitu :

a) Fungsi ekspresi
b) Fungsi emosi
c) Fungsi afeksi/praktis
d) Fungsi simbolis atau logis

Bahasa menemukan fungsi ekspresinya ditangan mahasiswa fakultas sastra dan fungsi simbolis
serta logisnya ditangan anak mipa. Fungsi afeksi bahasa akan muncul jika bahasa ini digunakan
untuk memengaruhi sikap orang lain dan membuat orang lain melakukan sesuatu karena bahasa
ini. Bahasa ilmiah cenderung lebih mengutamakan fungsi simbolik, untuk interaksi antar
ilmuwan dibidang masing-masing dan informasi yang spesifik yang disampaikan. Bahasa ilmiah
karenanya dapat mempunyai satu sifat penting lagi, yaitu sifat reproduksi. Ada yang dihasilakn
setelah pertukaran informasi terjadi, bisa berupa kesimpulan, bisa berupa konsep baru, atau bisa
proses berpikir baru yang sejalan dan tidak menyimpang dari kenyataan objektif dari informasi
yang disampaikan tadi. Salah satu contoh bahasa yang sering digunakan dalam sains adalah
bahasa gambar, grafik, spectrum, maupun diagram

Definisi berasal dari bahasa latin definire yang berarti member batas. Kata ini berarti
member batas pada sesuatu, atau kata ini meberi pernyataan yang membuat penjelasan tentang
suatu istilah. Define dibuat untuk menyatakan hakikat suatu objek atau keadaanyang sebenarnya
dari objek tersebut. Ada bermacam-macam define tergantung dari apa yang didefinisikan:

a) Definisi nominalis
b) Definisi realis
c) Definisi praktis

Definisi nominalis adalah menjelaskan arti suatu kata dengan kata lain yang lebih di mengerti.
Pendefinisian secara nominalis dapat dilakukan dengan enam cara yaitu :

1. Definisi sinonim
2. Definisi simbolik
3. Definisi etimologi
4. Definisi semantis
5. Definisi stipulatif
6. Definisi denotative

Definisi realis adalah menjelaskan hal yang ditandai oleh suatu istilah, hakekat, dan kodrat dari
objek tertentu. Definisi realis secara umum terbagi lagi menjadi 3 yaitu :
a.Definisi essensial yang mengatakan sesuatu yang mendasari hal yang didefinisikan dalam
essensinya. Definisi essensial yang menguraikan bagian-bagian yang menyusun suatu hal masih
dibedakan lagi menjadi definisi analitis dan definisi konotatif.Definisi analitis menunjukkan
bagian-bagian suatu benda yang menyusunnya.Definisi konotatif menunjukkan rangkaian atribut
yang membentuk makna istilah tertentu yang menentukan cakupan penerapan istilah itu.

b.Definisi kausal yang menjelaskan adanya suatu hal uyang menentukan sebab-sebab yang
sesungguhnya

c.Definisi deskriptif yang menjelaskan tentang adanya sesuatu melalui aspek-aspek diluar dari
kualitas/karakter yang menyusun suatu hal.

Definisi praktis adalah penjelasan tentang suatu hal ditinjau dari segi kegunaan dan tujuannya.
Ada dua macam definisi praktis yang sangat berguna dalam sains, yaitu:

a) Definisi operasional yaitu penjelasan mengenai suatu istilah dengan cara menunjukkan
aspek pengujiannya.
b) Definisi fungsional yaitu menjelaskan kegunaan suatu hal untuk mencapai tujuannya.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah definisi antara lain adalah :

1. Definisi harus membuat apa yang didefinisikan lebih jelas.


2. Maknanya tiddak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
3. Mampu menghilangkan keraguan akan makna
4. Tidak boleh berputar
5. Yang didefinisikan tidak boleh masuk dalam definisi
6. Harus singkat
7. Tidak dalam bentuk negative

Definisi tidak sama artinya dengan keputusan, walaupun kadangkala awalnya pembuatan definisi
harus melalui musyawarah bersama untuk menjamin objektivitasnya. Dalam banyak ilmu,
definisi sangat diperlukan untuk menetapkan suatu objek dan menjelaskannya ke dalam bentuk
seringkas mungkin. Definisi dalam ilmu alam dibuat dengan bantuan metode matematika untuk
mencapai abstraksinya, sedangkan dalam ilmu-ilmu sosial digunakan lebih banyak cara untuk
membuat definisi, mengingat banyaknya parameter yang memengaruhi definisi tersebut.
Pendekatan multi dimensi memang merupakan metode baru yang dimungkinkan dengan
penggunaan bahasa didalam masing-masing pendekatan dan bidang studi dengan tetap mengikuti
kaidah keilmuan.

2.Logika Ilmiah

a.Logika dan penalaran


Logika merupakan sarana sangat penting dalam pendekatan ilmiah.Bahasa dalam logika adalah
bahasa yang murni dibuat manusia yang dibuat sebagai sarana ekspresi abstraksi manusia yang
logis dan bebas dari aspek-aspek tidak tentu seperti emosi dan afeksi.Logika dapat menjadi alat
untuk meneliti ketepatan penalaran. Dalam sains kita selalu berpikir apakah suatu teori masuk
akal, atau suatu pengamatan lain daripada yang lain bisa diterima sebagai kenyataan dan bukan
sebagi kesalahan.

b.penalaran dan pemikiran

Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran.Pemikiran memerlukan pengertian atau konsep,


proposisi atau pernyataan dan penalaran atau ratio.Pengertian terbentuk dari panca indera yang
mengamati, yang masih berupa sesuatu yang abstrak .Dari beberapa proposisi lahir penalaran,
dan berpikir logis dimulai disini. Dalam proses penalaran terjadi proses pengambilan
kesimpulan, sehingga menjadi proposisi baru. Proposisi yang menjadi dasar penalaran sisebut
premis. Adapun proposisi yang menjadi kesimpulan disebut konklusi. Penalaran yang
konklusinya lebih luas daripada premisnya disebut penalaran induksi, sedangkan penalaran yang
premisnya lebih luas daripada konklusinya disebut penalaran deduksi.Pengetahuan yang
mendasari dasar konklusi adalah premis. Demikian pula jika hubungan antara premis tidak tepat,
tidak dapat dijadikan acuan menarik konklusi. Logika membantu kita menentukan bentuk
penalaran yang benar, termasuk meneliti struktur proposisi premis.Logika semacam ini disebut
logika formal yang dibedakan dari logika material yang membahas penalaran dari segi isi atau
bahannya.

c.sistem logika

Sistem logika masih dibedakan menjadi logika kelas dan logika proporsional. Logika kelas
dasarnya adalah proposisi kategorik yang terdiri dari subjek dan predikat yang disbanding-
bandingkan dengan kelas subjek dan kelas predikat yang lain. Dalam logika proporsional yang
menentukan kanklusi bukanlah kelas-kelas melainkan silogisme (bentuk formal dari deduksi)
kategorik/kondisional.Sistem lambing logika proporsional menggunakan huruf besar permulaan
abjad A, B, C, D baik itu proposisi tunggal. Hubungan antara A dan B dinyatakan dengan perakit
yang berupa “dan” atau “atau”. Karena perakit dapat membawa perubahan pada proposisi
sebelumnya maka perakit ini disebut juga operator atau operator proposional. Ada perakit negasi
yang menarik yaitu yang dihasilkan dari pemikiran De morgan dan menjadi terkenal karena
bermanfaat. Menurut de morgan ada dua kaidah yaitu kaidah negasi konjungsi yang mengingkari
penyertaan dan negasi disjungsi yang mengingkari pengetahuan.Adapun perakit kondisional
menghubungkan proposisi-proposisi tunggal menjadi proposisi majemuk kondisional.Proposisi
awal sering disebut antesenden, dan proposisi kesimpulan disebut konklusi.Ada macam-macam
implikasi dalam hal ini dan perakit dalam proposisi kondisional ini disebut juga perakit
implikasi. Ada implikasi logis, implikasi definisional, implikasi empiric atau kausal, implikasi
intensional atau desisional yang walaupun digunakan dalam kasus yang berbeda-beda tetap
mengandung arti pokok sama : jika ansteden benar maka kesimpulannnya juga benar.Logika
deduksi lebih menyelidiki cara-cara mengambil kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan
awalnya/premisnya.Logika deduksi ini sering disebut logika simbolik atau logika formal. Logika
induksi menyelidiki cara menarik kesimpulan umum yang bersifat terbuka (mungkin) dari
sejumlah hal yang khusus. Logika ini disebut juga logika material yang sering digolongkan
logika tradisional dan diwariskan dari pemikiran aristoteles, filsuf yunani awal.Pola induksi
ilmiah melalui tahap-tahap yaitu observasi dan eksperimen, merumuskan hipotesis, verifikasi dan
pengukuhan, dan penarikan kesimpulan berupa hukum atau teori.Sedangkan logika induksi
seperti halnya logika deduksi menarik kesimpulan yang sering berdasarkan hubungan sebab
akibat. Karena itu proses penalaran disebuut juga penyimpulan kausal. Hubungan sebab akibat
dapat dijelaskan dalam bentuk logika menggunakan silogisme hipotesis dengan beberapa
proposisi dan konklusi. Macam- macam metode kausal yang sering digunakan :

1. Metode persesuaian (method of agreement) metode ini disebut juga metode


persamaan.jika dua peristiwa atau lebih atau dua gejala tertenttu mempunyai satu faktor
yang sama maka faktor tersebuut dapat dianggap sebagai sebab dari gejala itu.
2. Metode perbedaan (method of difference) metode pembedaan menyatakan bahwa jika ada
dua peristiwa yang berkaitan dengan satu gejala tertentu dan yang lain tidak, sedangkan
pada peristiwa yang satu itu terdapat sebuah unsure dan pada yang lain tidak terdapat,
maka unsure itulah yang merupakan sebab dari gejala tersebut.
3. Metode gabungan persesuaian dan perbedaan (joint method of agreement and difference)
metode ini merupakan gabungan antara metode persesuaian atau metode perbedaan dan
biasa disebut metode tidak langsung atau metode persetujuan. Metode ini memuat
kesimpulan mengenai sebab dari gejala tertentu berdasarkan persamaan dan perbedaan
dari unsur yang ada.

Hubungan sebab akibat dalam metode mill ini disebut juga sebagai implikasi empiric.Selain
sebab akibat yang tampak dalam macam-macam metode penyimpulan diatas, ada yang disebut
analogi induksi, yang sebenarnya merupakan dasar dari metode induksi.Namun demikian analogi
induksi berbeda dengan generalisasi induksi karena proposisi konklusinya tidak berupa proposisi
universal, walaupun konklusinya lebih luas daripada proposisi penyusunnya. Proses analogi
ataupun generalisasi induksi mengandung bahaya kesesatan atau kesalahan yang disebabkan oleh
faktor-faktor objektif dan juga faktor-faktor subjektif pelaku tanpa disadari. Kesesatan
penyimpulan disebabkan oleh ketergesa-gesaan atau kecerobohan dalam menarik
kesimpulan.Kesesatan lain dalam metode analogi induksi ini adalah prasangka yang terlalu awal
dari subjek yang meanrik kesimpulan.

BAB 4
METODE ILMIAH

Pengantar

Ilmu pengetahuan tidak akan tinggal diam begitu saja karena secara spontan rasa ingin
tahu manusia akan bergerak mencari yang belum diketahui. Itu karena objek alam adalah misteri
besar yang sedikit demi sedikit disibakkan manusia dengan kegiatannya meneliti melalui
pengamatan dan analisis. Selain itu, dengan kreativitas setiap ilmu yang mempunyai bahasan dan
tujuan-tujuan tersendiri sehingga memperoleh kebenaran-kebenaran lebih lanjut akan apa yang
diamati dan menjadi objeknya.

A. Metode
1. Pengertian Metode
Metode adalah langkah-langkah berurutan yang diambil untuk mencapai pengetahuan yang
benar. Langkah-langkah ini bisa berupa tatacara, teknik, teori beserta urutannya, atau jalan yang
telah dirancang sebelumya. Kata “metode” berasal dari kata Yunani, meta yang berarti “sesudah”
dan hodos yang berarti “jalan.”
Metode utama dalam sains biasanya diwarnai pendekatan empiris. Hal ini disebabkan oleh
sejarah sains yang sangat berkembang karena adanya eksperimen-eksperimen yang dilakukan di
laboratorium untuk meniru situasi dan kondisi alami. Sains juga berkembang karena adanya
kepentingan pragmatis dari pengguna sains dan para pelaku teknologi.

2. Kaidah Pokok Metode


Dalam salah satu buku utamanya yaitu “Wacana Metode” (Discouurs de la Methode, 1637)
Decrates mengatakan bahwa beberapa kaidah pokok perihal metode sebagai berikut :
a. Pertama, Jangan pernah menerima apapun sebagai benar kecuali jika anda
mengetahui secara jelas bahwa hal itu memang benar, artinya hindari secara hati-
hati penyimpulan terlalu cepat dan prasangka.
b. Kedua, pilah-pilahkan satu per satu kesulitan yang akan Anda telaah menjadi
bagian-bagian kecil sebanyak mungkin atau sejumlah yang diperlukan, untuk lebih
memudahkan penyelesaianya.
c. Ketiga, Pikirkan secara runtut, mulai dari objek-objek yang paling sederhana dan
paling mudah dikenali, lalu meningkat setahap demi setahap sampai ke masalah
yang paling rumit, dan bahkan dengan menata urutan objek-objek yang secara
alami tidak beraturan.
d. Keempat, dimana-mana buatlah perincian selengkap mungkin dan periksalah secara
menyeluruh sampai Anda yakin bahwa tidak ada yang kelupaan.

3. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup penalaran ilmiah berupa pemikiran
dan disertai tindakan, pola kerja empiris dan prosedur pengujian yang sudah dipilih
dalam rangka mengembangkan pengetahuan yang sudah ada beserta strukturnya. Metode
ilmiah juga merupakan metode yang objektif dan di warnai tujuan tertentu.
Dikatakan objektif karena memungkinkan orang lain sebagai subjek juga menerima apa
yang objektif tadi atas dasar kesamaan pandangan. Kesamaan pandangan ini didapat dari
logis tidaknya objek tadi, nyata tidaknya objek tadi, sesuai tidaknya pertanyaan dengan
kenyataan, dan lain sebagainya.
4. Objek Kajian dan Metode
Dalam ilmua alam, data pengamatan awal adalah hasil persepsi indrawi manusia, dan
diolah dan dicari tahu sebab-sebabnya serta komponen-komponennya. Untuk
penyelidikannya, kita perlu berpikir absrak, mengidentifikasi, memilahkan,
menggolongkan, menjelaskan dan lain-lain dengan atau tanpa alat bantu. Manusia akan
melakukan eksperimen, meniru proses di alam, menjangkau apa yang tidak teramati
dengan mata telanjang dengan cara-cara objektif.
5. Siklus Empirik
Selama ini para ahli telah menyimpulkan komponen umum siklus empirik ini, yang
mencakup tahapan-tahapan: (a) observasi, (b) induksi, (c) deduksi, (d) eksprimen, dan (e)
evaluasi. Siklus seperti ini kadang terjadi secara alami dengan sendirinya karena manusia
mengguanaka logika dalam bekerja.
6. Siklus Empirik dan ilmu sosial/Humanistik
Dalam ilmu sosial dan humanistik, prosedur semacam siklus empirik ini tidak dapat
dilakukan dengan ketat. Mungkin dalam kerangka ide hal tersebut memang dilakukan
untuk menjaga kelogisan proses, namun apa yang diamati secara empiris sering tidak
menunjukkan kemurnian sebab-akibat seperti yang ada di objek-objek ilmu alam.
7. Metode dan Metodologi
Metode adalah ekspresi pemikiran dalam bentuk cara kerja dan langkah-langkah praktis
untuk dilakukan. Metodologi adalah kajian akan aturan-aturan dalam metode tersebut.
Adapun epistimologi adalah kajian mengenai cara manusia mendapatkan pengetahuan.
B. Metode Abduksi
Metode ini terutama dibahas oleh C.S. Pierce yang berpendapat bahwa semua proses yang
terdiri dari mencari dan merumuskan hipotesis terjadi dalam pemikiran ilmuwan.
Pemikiran Pierce berkisar seputar hipotesis dan proses penyimpulan. Ada tiga hal yang
perlu diperhatikan yang perlu diperhatikan, yaitu (1) proposisi mengenai suatu hukum, (2)
proposisi mengenai suatu kasus, dan (3) proposisi mengenai hasil dan
kesimpulannya.yang semuanya itu tergabung dalam hipotesis silogisme.
C. Metode Deduksi dalam Sains
Deduksi adalah bentuk silogisme dari proposisi yang menjadi dasar hipotesis. Setelah
hipotesis dirumuskan maka dilakukan langkah untuk bisa menentukan apakah dugaan
tersebut benar. Proses deduksi adalah proses “jika-maka” dan sebelum proses ini selesai,
pengetahuan yang di maksud belum didapat. Dapat dikatakan sains yang sekarang ada
sudah mencapai keadaan dan kelengkapan yang sangat baik.
D. Metode Induksi dalam Sains
Proses induksi merupakan kekuatan besar dalam perkembangan sains. Berbeda dengan
deduksi yang bertolak pada satu proposi yang umum dan diperlakukan ke proposisi
khususnya yang sekaligus menjadi premis minornya, maka metode induksi bertolak dari
sejumlah proposisi kecil dan khusus untuk menarik kesimpulan umum tertentu.
1. Rambu-rambu dalam Metode Induksi
Beberapa rambu-rambu untuk metode induksi dalam pengamatan objek, terutama
objek di alam, di antaranya yaitu:
a. Bebas dari spekulasi awal (anggapan, dugaan, harapan, asumsi)
b. Sedapatnya perhatikan dan catat fakta yang kontradiktif
c. Adakan evaluasi setelah pengumpulan dan pencacatan fakta.
d. Ingatkan bahwa dalam proses induksi, sifat sementara harus senantiasa ada dalam
pikiran.
2. Manfaat metode Induksi.
a. Fakta dilihat sangat objektif oleh pengamat.
b. Sains dan kegiatan ilmiah tidak menjadi semacam ideologi.
3. Kelemahan Metode Induksi
a. Fakta yang dilihat tidak dapat lepas dari persepsi manusia.
b. Fakta tidak tampil sebagai fakta saja.
c. Metode induksi tidak pernah lengkap.
4. Langkah-langkah Terpenting Metode Induksi
a. Pahami situasi masalah untuk tujuan identifikasi
b. Ajukan hipotesis
c. Telitilah hipotesis
d. Lakukan analisis data dan pengujian hipotesis untuk menentukan dugaan awal
terbukti atau hipotesis harus ditolak.
5. Akar Kesalahan Penarikan Kesimpulan
Ada beberapa hal yang harus yang harus diperhatikan untuk melegitimasi
induktivisme:
a. Jumlah pertanyaan yang berasal dari pengamatan harus banyak.
b. Pengamatan harus diulangi dalam kondisi yang berbeda-beda.
c. Tidak boleh ada pernyataan yang berdasarkan pengamatan namun
bertentangan dengan hukum universal.

Hukum dan teori

Fakta yang diamati Prediksi dan penjelasan


Pada gambar ini ada penalaran deduksi ( deductive reasoning). Jika kita telah mempunyai hukum
dan teori yang berlaku universal, maka fakta yang diamati dapat ditujukkan ke hukum tersebut
dan ditarik kesimpulan sesuai dengan hukum dan teori tersebut. Dalam gambar tersebut, hukum
dan teori dibuat berdasarkan fakta yang diamati dan setelah melalui tahapan penalaran induksi.
hukum dan teoritis sifatnya universal dan perumusan suatu hukum berdasarkan fakta
memerlukan waktu yang panjang dan bantuan penalaran teoritis pula.

E. Metode Statistika dalam Sains


Statistika merupakan cara berpikir yang perlu dalam memproses data dan membantu
peneliti dalam menarik kesimpulan atas dasar yang lebih kuantitatif. Statistik membuat
penelitian lebih dapat dipercaya. Dalam statistika, kesimpulan umum ini berlaku untuk
populasi yang diteliti melalui sampelnya.
Dengan statistika pula, data yang ada dalam kelompoknya dapat dianalis hubungannya.
Dengan metode statistik penelitian akan menjadi lebih valid dan dapat dipercaya, karena
pengamatan yang dilakukan secara makro dapat dikuantisasi. Hal ini mengurangi bias
yang akan terjadi jika data kualitatif yang disodorkan peneliti kepada pengamat.
F. Aliran-Aliran Ilmiah
Secara umum ada dua aliran dalam sejarah ilmu pengetahuan, yaitu aliran rasionalis dan
aliran empiris dan dipaparkan sebagai berikut:
1. Rasionalisme
Aliran rasionalisme mengutamakan akal budi (rasio) untuk mencapai pengetahuan
sejati. Dengan menggunakan metoda dalam mengatur pemikiran kita, pengetahuan
yang dimaksud dapat diperoleh, termasuk kebenaran dan sebelumnya.
2. Empirisme
Dalam aliran empirisme diyakini pengamanlah yang menjadi dasar dan sumber
pengetahuan manusia. Maka pengalaman yang benar dan fakta yang ditangkap oleh
pancaindera adalah satu-satunya sumber pengetahuan manusia yang dapat dipercaya.
3. Sintesis Rasionalisme dan Empirisme
Telah kita bahas masing-masing aliran ekstrim cara berpikir manusia dan cara
memperoleh ilmu pengetahuan, dalam hal ini ilmu pengetahuan alam yang menjadi
topik dalam seluruh pembahasan buku ini. Tentu saja dengan adanya dua aliran
ekstrim ini, yang membahas objek yang sama, kreativitas manusia akan menemukan
cara baru untuk menggabunggkan keduanya. Meskipun baik empirisme maupun
rasionalisme mempunyai banyak sekali keunggulan untuk mengetahui aspek-aspek
pengetahuan alam.
BAB 5

PERKEMBANGAN SAINS

Pengantar

Jurnal ilmiah adalah kumpulan karya ilmuwan dalm bidang spesifiknya masing-masing dan
dimuat ke dalam terbitan berkala untuk dijadikan referensi oleh ilmuwan lain yang berminat
dibidang kajian tersebut diseluruh dunia. Jurnal berkala ini merupakan tempat para ilmuwan
melaporkan kegiatan penelitiannya, dan kemudian bias dirujuk atau disitir oleh ilmuwan
diwilayah kajian yang sama. Jurnal sains yang paling bergengsi dan sulit ditembus adalah jurnal
science, dimana disana dimuat karya-karya fenomel para ilmuwan sains terkenal. Jurnal ini
merupakan sarana komunikasi ilmiah para ilmuwan yang sangat penting karena hanya masukan
yang berasal dari para ahli di bidang sejenis yang sangat berharga.Jurnal ilmiah juga mencegah
terjadinya “duplikasi” dalam penelitian.Duplikasi sering terjadi karena kurangnya informasi dari
para ilmuwan sehingga terjadi pemborosan waktu dan sumber daya. Intisari perkembangan sains
dapat kita gambarkan dalam tabel dibawah ini

Induksi bacon popper Kuhn


Dasar pencarian Pengamatan masalah Paradigma
ilmiah
Tujuan pencarian Teori dan hokum Teori, hukum Elaborasi paradigm
ilmiah alam yang benar menuju revolusi
Sarana pencarian Penggunaan kritik Pemecahan masalah
ilmiah pengamatan untuk paradigma.
mencapai dan
membuktikan
hipotesis.
Untuk itulah maka lahir falsifikasi atau falibilisme (popper), verifikasiyang berkelanjutan
(lingkaran wina), perubahan paradigm (Kuhn), sains sebagai program penelitian (lakatos), gaya
anarkis ilmuwan dalam bekerja (feyerabend), juga akhirnya ilmuwan seperti dipaksa untuk
menengok ke sejarah (bachelard), dan ini berarti ilmuwan harus kembali melihat pendekatannya
dengan wawsan yang lebih umum dan holistic setelah sekian lama berkutat di wilayahnya yang
spesifik.

A.Lingkaran Wina: Verifikasi terus menerus

Lingkaran wina (wiener kreis/Vienna circle) terdiri dari para sarjana ilmu alam yang berdiskusi
salam kurun waktu 1922-1928 mengenai perkembangan ilmu alam terutama fisika. Tujuan utama
lingkaran wina adalah kesatuan ilmu alam serta memperbaiki laju ilmu pengetahuan di jalur
positivism diinggris yang sangat empiristis, dengan memberi masukan dari beberapa
aliran.Mereka lebih dikenal dengan aliran logical positivist, bukan sekedar positivis yang
merupakan aliran bagi para ahli empirisme serta para pemikir analitis di inggris. Dengan adanya
perkembangan logika simbolik dan analisis logis (frege, whitehead, russel, khususnya
Wittgenstein) memberikan warna khusus atas hasil diskusi lingkaran wina, dan aliran mereka
sering disebut juga neopositivisme, atau empirisme logis, selain positivism logis. B.Prinsip
Falsifikasi dan Metode ilmu pengetahuan

1. pengertian Falsifikasi

Sir karl raimund popper yang kadang disebut sebagai ahli filsafat ilmu pengetahuan terbesar
abad ini setelah francis bacon awalnya adalah matematikawan yang kemudian sangat
memperhatikan perkembangan sains. Poper menuangkan ide falibilisme di dalam dunia sains
kedalam tulisannya yang tersebar dimana-mana dan sangat banyak karena dia tergolong penulis
yang sangat produktif sampai usia tuanya. Bidang filsafat ilmu adalah the logic of scientific
discovery yang berisi pendapat popper mengenai kemajuan ilmu pengetahuan alam yang
mempunyai “logika” tersendiri, karena tidak ada penemuan besar terjadi tiba-tiba tanpa melalui
tahapn-tahapan (evolusi) yang panjang.

2.Jenis falsifikasi

Secara lebih terperinci membahas 2 macam falsifikasi atau fallibilisme yaitu: falsifikasi metode
dan falsifikasi objek.

a. falsifikasi metode

fallibilisme metode jelas menyangkut penyempurnaan metodologi yang bertujuan mencapai


tujuan yang lebih sempurna, penjelasan yang lebih komprehensif dan jelas dari bagan dar sampai
bagan detilnya. Ada beberapa hal harus kita ingat menyangkut fakibilisme metode:

1. mencoba sesuatu yang baru yang berasal dari variasi metode yang lama.
2. Memverifikasi hipotesis yang menyangkut bagaimana prediksi divariasi dan diverifikasi
dengan menguji kecocokan dengan latar belakang teori dan melihat beberapa contoh.
3. Kelemahan metode empirisme terutama metode induksi adalah tidak pernah bisa
mengumpulkan semua fakta secara lengkap untuk bisa menarik kesimpulan dengan aman
dan amat menyakinkan.

b.falsifikasi objek

objek adalah realitas yang juga berubah-ubah karena segala sesuatu memiliki dinamika masing-
masing. Pengetahuan akan objek tidak pernah mencapai pengetahuan dan kebenaran mutlak.

1. Realitas objek
Realitas objek adalah hal utama yang harus dipegang dalam pencarian pengetahuan. Pemikiran
kita akan tergantung pada realitas tersebut, dan bukan sebaliknya realitas tergantung pada pikiran
kita. Deskripsi objek yang pengamatannya dibantu metode ini dapat tidak sesuai dengan teori
yang udah ada. Jika suatu saat ditemukan objek yang tidak berlaku sama dengan metode yang
sama, maka perlu dicarikan hipotesisi baru dan diverifikasi lebih lanjut. Yang penting dalam hal
ini adalah objek yang menggerakkan subjek berpikir lebih lanjut (realitas objektif), bukan subjek
yang mnggerakkan objek (realitas subjektif).

2. Evolusi objek

Realitas objektif bisa diprediksi karena telah diamati secara objektif pula.Misalnya pergantian
musim atau pergerakan benda langit, yang sejak zaman dahulu kala menjadi topik penelitian para
ahli dizaman masing-masing.Ada juga realitas yang tidak terlalu regular. Evolusi akan terjadi
karena alam juga menyesuaikan diri dengan alam barunya dimana manusia telah turut ikut
campur. Perubahan objek alam biasanya mengarahkan pada keteraturan sehingga manusia bisa
mengetahuinya. Popper menyumbangkan makna yang fenomel dalam hal ini, yaitu membuat
ilmu pengetahuan senantiasa bersifat terbuka.

Filssuf pasca-popper

Hasil penyelidikan sejarah ini ternyata bukan Cuma kronologi peristiwa-peristiwa keilmuan,
namun banyak fakta yang menunjukkan perannya secara tiba-tiba tanpa terlacak jejaknya
sebelumnya.Disinilah teori akumulasi pengetahuan dan falsifikasi popper mendapat tantangan.

C.Kuhn : Revolusi Sains

Thomas Samuel Kuhn adalah pemikir sains yang sebelumnya mendapatkan gelar doktornya
dalm bidang ilmu fisika.Bagi dia masyarakat ilmiah yang ada terlalu fanatic memegang beberapa
teori dan berusaha melindungi teori tersebut dengan penyodorkan semua fakta yang mendukung
serta terus mengumpulkan fakta baru untuk mempertahankan teori tersebut.Kuhn pada mulanya
pernah mempelajari sejarah perkembangan sains dan pada suatu saat dia terkesima.Singkat kata,
bukan penemuan sains yang merupakan kekuatan pendorong ilmu pengetahuan ke arah
kemajuan.Sains bukanlah kumpulan yang stabil dan terus menerus ditambah dengan penemuan
baru, namun lebih merupakan serangkaian selingan yang dimulai dari revolusi intelektual para
pemikir. Kegiatan ilmiah dalam masyarakat ilmiah ini dinamakan sains normal oleh Kuhn,
karena mereka bekerja dalam strukturnya sendiri, dalam bidang kajiannya sendiri, dan
menggunakan hukum serta teori yang mendasari kenyataan menurut topik mereka.Paradigma
baru ini dapat bersifat revoluisioner seperti paradigma yang diciptakan dengan mantap oleh
Galileo galilei dahulu, yang benar-benar mengubah arah ilmu pengetahuan yang telah mantap
selama kurun waktu tertentu. Bagi Kuhn, kunci utama perubahan revoluisioner ini ada pada
metodologi. menurut Kuhn pula, ada fase-fase penjelajahan manusia akan gejala-gejala alam
yang terbagi ke dalam tahap-tahap :
 fase proparadigma : dimana yang ada dibenak manusia adalah alam yang tidak beraturan,
kekacauan, yang ada hanya masalah dan tidak ada konsensus, sehingga manusia perlu
melakukan penelitian.
 fase paradigma : dimana yang ada di benak manusia telah membentuk metodologi dan
bekerja dengan metodologi yang didapat dari penyelidikan dan consensus untuk
memecahkan masalah bersama.
 fase ditemukannya anomali : yang penjelasannya tak dapat diturunkan dari paradigma
yang sudah ada. disini akan terjadi krisis dimana akan lahir paradigma baru yang
mempunyai orientasi yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya.

Paradigma dan krisis adalah dua periode yang sangat berbeda.paradigma adalah kemapanan dan
keamanan suatu teori dan semua fenomena yang dapat dijelaskan oleh teori ini dalam system
tertentu. Sedangkan krisis adalah keadaan dimana bagian yang tidak dapat masuk ke dalam teori
tadi mencari penjelasannya.Mekanika kuantum adalah paradigm baru yang arahnya berbeda
dengan mekanika klasik, walaupun mekanika klasik tetap berdiri sebagai paradigm lama yang
tetap kokoh dan masih sangat beguna untuk melangkah ke mekanika.

D.Lakatos: Program Penelitian

Sebenarnya lakatos memberikan gagasannya untuk menyempurnakan teori popper dan


meringankan pertentangan dalam prinsip falsifikasi popper. Dalam hal ini memang Lakatos
memperhatikan sejarah dan memuat daftar apa saja dalam sejarah yang tidak tertangkap oleh
metode induksi dan falsifikasi. Lakatos berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan teori
merupakan struktur ilmiah yang terbentuk dalam sejarah. Pada akhirnya sebetulnya Lakatos
berdiri di pihak popper, namun ia menembahkan bahwa bukan teori tunggal yang harus dinilai
sebagai ilmu dan tidak ilmiah melainkan rangkaian teori (memasukkan unsur sejarah) yang
saling berhubungan secara kontinyulah yang membentuk “program” penyelidikan. Yang
dimaksud Lakatos dengan bagian lain dalam struktur ini adalah apa yang dia sebut “sabuk
pengamanan (protective belt)”. Yang termasuk ke dalam sabuk pengaman ini adalah kondisi
awal, asumsi dasar, bahkan pernyataan mengenai data pengamatan. Maka dapat ditarik
kesimpulan disini bahwa metodologi adalah bagian dari sains yang memuat kreativitas manusia
dan menjadi motor dalam perkembangan sains sampai saat ini.

E. Feyerabend: Pendekatan Anarkistik

Paul Feyerabend (1924-1994) berangkat dari kompleksitas ilmu dan ia menentang adanya
keteraturan perkembangan ilmu dan ia menentang adanya keteraturan perkembangan ilmu yang
dirumuskan ke dalam aturan dan hukum. dengan mengambil Galileo Galilei sebagai contoh,
Feyerabend menentang dominasi metode dan menekankan pada kreativitas individual sebagai
kunci penentu suksesnya karya ilmiah. Ilmuwan harus bebas dan kegiatan keilmuwan adalah
upaya “anarkistik”. Anarkistik dalam hal menelurkan ide dan mengujinya, serta pada akhirnya
menyampaikan hasilnya kepada masyarakat luas.
F.Bachelard: Pentingnya Sejarah

Bachelard banyak menyumbangkan pikirannya kedalam analisis mengenai perkembangan ilmu


pengetahuan alam. Beliau sejak dahulu sudah mengambil sudah mengambil inspirasi dari
mekanika gelombang untuk menjelaskan dualisme cahaya sebagai gelombang dan materi yang
menggambarkan dua cara pandang yang tidak dapat ditinggalkan namun tidak dapat dengan tepat
digabungkan. Menurut Bachelard, alam tinggal dan berjalan seperti adanya, sedangkan
pengetahuan manusia berkembang menciptakan sistem yang dapat menjelaskan alam menurut
pemahaman manusia dan kemampuan manusia dan kemampuan manusia untuk memahami.

BAB 6

KEBENARAN ILMIAH

Pengantar

Dalam penelitian ilmiah kebenaran sangat penting karena berhubungan dengan langkah-langkah
selanjutnya dalam metode yang telah ditentukan, atau dapat diterima atau tidaknya hipotesis
yang diajukan. Dalam pembahasan mengenai kebenaran harus mengandaikan syarat kebenaran,
yaitu apa yang menyebabkan sesuatu dianggap benar. Hal ini juga dilakukan untuk menghindari
masalah karena bisa saja sebuah pengetahuan diklaim benar walau belum cukup dibuktikan dan
hal ini akan menimbulkan kesalahan lebih lanjut.

A. Pengertian Kebenaran
Kata “benar” adalah kata sifat yang mempunyai kata sifat yang mempunyai arti segala
sesuatu yang tidak salah dan tepat serta sesuai dengan kenyataan yang diacu. Dalam
pembahasan mengenai pengetahuan kata “kebenaran” dapat digunakan sebagai kata
benda yang konkret maupun abstrak, secara faktual maupun secara nalar. Penyampaian
kebenaran biasanya dilakukan dengan menggunakan proposisi yang benar. Kebenaran
tidak lepas dari (1) kualitas, sifat, atau karakteristik; (2) hubungan; dan (3) nilai.
B. Teori-teori Kebenaran
Pembicaraan mengenai pengetahuan pasti merupakan pembicaraan mengenai kebenaran
karena hal ini menyangkut klaim ilmuwan, dimana kebenaran haruslah sesuai dengan
kenyataan objeknya. Adapun beberapa teori kebenaran yang sampai sekarang sering
disebut-sebut adalah:
1. Teori Kebenaran Kesesuaian/Korespondensi
Teori kebenaran yaitu suatu pertanyaan dianggap benar jika apa yang dinyatakan
tersebut berhubungan dan punya keterikatan dengan realitas yang ada yang
diungkapkan dalam pernyataan itu.
2. Teori Kebenaran Keteguhan/Koherensi
Teori kebenaran ini tidak lagi menduduki bukti empiris sebagai intinya namun lebih
pada relasi antara prosisi baru dengan prosisi sebelumnya. Ilmu alam sangat
menekankan pada prinsip kebenaran ini karena kemajuan ilmu pengetahuan alam
sangat bergantung pada teori dan hukum sebelumnya.
3. Teori Kebenaran Pragmatis
Dalam teori ini kebenaran sama artinya dengan kegunaan, konsep, atau ide.
Pernyataan atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna, yaitu ide yang
memugkinkan orang memungkinkan orang melakukan sesuatu yang berhasil.
4. Teori Kebenaran Non-deskripsi
Dalam teori ini setiap pernyataan dianggap mempunyai peran khusus dan harus
menggambarkan kedudukan pernyataan tersebut dalam hubungannya dan fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Teori Kebenaran Performatif
Dalam teori ini pernyataan ini benar karena menciptakan realitas. Pernyataan
semacam ini bisa positif dan bisa negatif: jika pernyataan tidak sesuai dengan
kenyataan dan tidak berusaha mencapai kenyataan.
C. Sifat-Sifat Kebenaran Ilmiah
Pernyataan ilmiah yang benar tidak akan muncul tanpa latar belakang penelitian ilmiah.
Dan kebenaran pernyataan tersebut juga diawali dari prosedur penelitian yang telah
dilalui. Dengan demikian kebenaran yang diklaim oleh ilmuwan dapat dimengerti oleh
masyarakat ilmiah di sekitar ilmuwan tersebut. Fakta yang dilihat ilmuwan juga harus
dapat dillihat oleh ilmuwan lain dalam keadaan yang sama. Kebenaran harus berasal juga
dari kegiatan empiris, yang ikut menunjang terbentuknya kesimpulan yang logis.
Dalam dunia sains juga banyak sekali hal yang sangat tidak pragmatis, karena logika atau
rasio berkembang jauh lebih cepat daripada empirisme. Sebenarnya terminologi
“kebenaran” dalam sains masih mengadung kotroversi yang terutam berkisar seputar
pengetahuan kita mengenai kenyataan yang sebenarnya.
D. Presisi dan Akurasi
Presisi dalam sains menentukan keterulangan hasil yang didapat. Presisi biasanya
dilaporkan dalam bentuk angka dan diikuti besaran statistika seperti simpangan standar.
Pengamatan yang teliti menghasilkan data yang keberulangannya tinggi.
Akurasi dalam sains ditentukan oleh kedekatan hasil pengamatan atau analisis ke hasil
sebenarnya. Jika pengamatan memberikan kesimpulan yang jauh dari perhitungan semula
maka dapat dikatakan hasil pengukurannya tidak akurat atau tidak tepat.
E.
F. Masalah Kekeliruan
Perlu diingat bahwa kekeliruan berbeda dengan kesalahan. Secara umum kekeliruan
diartikan sebagai menerima apa yang senyatanya salah atau menyangkal apa yang
kenyataanya benar. Kesalahan (error) sering dihubungkan dengan presisi dan akurasi.
Kekeliruan lebih merupakan aspek kognitif dari subjek yang mengetahui, dan kesalahan
merupakan akibatnya yang berupa tindakan atau hasil dari kekeliruan subjek tersebut.
G. Masalah Kepastian
Ada dua golongan kebenaran yang berbeda menurut sifat dan cara memperolehnya yaitu
kebenaran kaukm rasionalis dan kebenaran kaum rasionalis dan kebenaran kaum empiris.
Kaum empiris kebenarannya lebih moderat, karena kebenaran kaum empiris adalah
kebenaran yang berdasarkan apa yang dillihat dan dianalisis.
H. Penggunaan Statistika
Kata “statistik” sendiri mengandung arti kumpulan data numerik yang dianalisis. Statistik
juga digunakan untuk menentukan apakah penelitian sekumpulan data numerik yang
didapat dalam penelitian ini bermakna atau sekedar merupakan sekumpulan angka namun
tidak menunjukkan kecendrungan apapun yang mengarah pada kesimpulan atas
perlakuan tertentu.

BAB 7

HUKUM dan TEORI ILMIAH

Pengantar

Demikianlah hukum alam dicari dan digunakan oleh manusia untuk menjelaskan gejala alam
pula. Demikian siklus induksi – hukum – deduksi akan terus berjalan terus silih berganti dalam
menjelaskan gejala alam sebagai “interplay.”

A. Terbentuknya Hukum Ilmiah


Gejala alam dapat diamati diamati berulang-ulang secara teratur dan relatif pasti. Hukum
alam berisi gambaran umum mengenai (1) bagaimana pola keteraturan alam (2)
bagaimana dinamika pada keteraturan itu. Secara umum hukum (law) dalam ilmu alam
diartikan sebagai pernyataan yang benar mengenai ututan yang tidak berubah atas kondisi
dan gejala tertentu.
B. Sifat-Sifat Hukum Alam
Sains saat ini merupakan upaya menjadikan hukum semakin lengkap dan detil namun di
pihak lain para ilmuwan juga menginginkan lahirnya rumusan “grand equation” yang
mencakup penjelasan akan alam ini.
C. Teori dan Hukum Ilmiah
Teori adalah pernyataan yang menerangkan sesuatu mengenai alam maupun gejala alam
berdasarkan prinsip-prinsip bebas dan bukan berdasarkan fenomena itu sendiri. Dalam
ilmu matematika teori merupakan proposisi yang harus dibuktikan dengan serangkaian
pemikiran, dalam hal ini teori merupakan kebenaran baru yang akan dibangun dari
kebenaran lain yang sudah ada.
D. Hukum dan Prediksi Ilmiah.
Salah satu fungsi hukum dalam dunia sains adalah untuk memperkirakan gejala yang
akan terjadi setelah sistem diberi perlakuan tertentu. Dengan kemampuan untuk
meramalkan gejala alam dengan bantuan hukum, manusia juga merancang serta
menciptakan gejala alam baru.
E. Dari Ketidakteraturan sampai menjadi Hukum
Hukum dapat digunakan untuk memprediksi gejala yang akan datang, atau teori tersebut
dapat digunakan untuk mengatur alam agar dapat memberikan gejala yang diinginkan
ilmuwan.

BAB 8

SAINS DI MASA MENDATANG

Pengantar

A. Sains Murni vs. Sains Aplikatif


Sains murni yang dibahas dalam bidang kajian fisika, kimia, biologi, dan dibantu
matematika, membahas mengenai apa dan bagaimana serta mengapa alam semesta
termasuk materi dan perubahan energinya.
Sains terapan banyak melibatkan eksplorasi pengetahuan di seputar know how yang
berkaitan langsung dengan teknologi.
Sains aplikatif sangat berhubungan dengan permintaan pasar dan naik turunnya situasi
ekonomi negara, yang juga berhubungan mengikuti sosial kemasyarakatan. Artinya
perkembangan teknologi cendetung mengikuti masalah-masalah yang terjadi masyarakat
serta situasi sosial pada saat itu.
B. Sains Makro dan Sains Mikro
Sains Mikro akan didominasi oleh ahli fisika dan komputer, yang akan meneliti lebih
jauh isi atom dan inti atom, yang semula diyakini sebagai bagian yang paling kecil dari
materi dan tidak dapat dibagi lagi. Sains mikro juga ditandai dengan eksplorasi manusia
pada material nano, bahkan femto. Material sains akan menjadi primadona di masa
depan.
Sains makro di masa depan sifatnya lebih aplikatif. Penginderaan jarak jauh (remote
sensing) utuk pemeriksaan topografi dengan bantuan satelit lebih membantu ilmuwan
dalam melihat topografi. Di samping itu para ilmuwan telah melanjutkan visi dan misi
para ilmuwan terdahulu menyangkut penelitian di luar bumi, objek kajian sangat makro.
C. Teknologi Komunikasi dan Komputer
Lapangan andalan sains di masa depan adalah teknologi komunikasi, terutama yang
berbasis audio visual. Teknologi komunikasi yang lebih praktis dan canggih
dibandingkan dengan telefon kabel maupun surat elekronik (e-mail) ini bena-benar
mengalami booming yang dahulu tidak terpikirkan. Di masa depan jika internet dan
komputer benar-benar merupakan teknologi sehari-hari manusia maka pengajaran di
sekolah dapat berubah metodenya dibandingkan dengan sistem pengajaran sistem saat
ini.
D. SainsTeoritis dan Sains Eksperimental: Peranan Sains Komputasi
Penelitian teoritis adalah penelitian dengan langkah-langkah serta meatodologi ilmiah,
mulai dari perumusan masalah sampai pada penarikan kesimpulan. Kadang-kadang sains
teoritis didefinisikan sebagai deskripsi matematis atas sains, karena semua gejala alam
yang dibahas diwakili oleh persamaan matematis.
Sains teoritis dan sains eksperimentalis memiliki beberapa manfaat positif, antara lain:
1. Kajian teoritis diperlukan untuk lebih mengerti ekperimen yang dilakukan.
2. Ada penghematan biaya yang dialokasikan untuk trial and error dalam eksperimen di
laboratorium sebelum menemukan pola percobaan yang ideal serta rentangan satuan
yang digunakan.
3. Akurasi hasil keduanya harus merupakan suplemen satu sama lain, atau menunjang
satu sama lain sebagai parameter yang terpadu.
E. Teknologi “Instan”
Dalam bidang sains, kepraktisan juga menjadi salah satu tujuan terpenting jika hendak
diterapkan ke dalam teknologi. Budaya instan ini mendorong ilmuwan menciptakan
semuanya super cepat dan super mudah serta super praktis. Dengan demikian manusia
modern dapat menghemat waktunya untuk aktivitas lain yang lebih berguna untuk
perkembangan kepribadian.
F. Pengkajian Lingkungan Hidup
Sains dan teknologi pada akhirnya akan menjawab kembali pernyataan dasar manusia
seputar alam, dan juga cara manusia mengolah alam, semua ini bertujuan sama yaitu
mengambil manfaat pengetahuan alam untuk kehidupan manusia. Kemajuan teknologi
juga bisa berdampak negatif berupa habisnya sumber daya alam dan rusak fungsi alam
yang lahir dari keseimbangan alami. Namun, banyak juga penemuan berupa energi
alternatif seperti: energi surya, energi angin, energi nuklir, dll. Yang ditemukan oleh para
ilmuwan yang berguna untuk masa depan.
G. Aspek Estetis Sains
Ilmuwan adalah manusia biasa yang juga mempunyai cita rasa seni. Kadang para
ilmuwan juga selalu mencari bentuk seni mewarnai dunianya yang sering terkesan kering
dan tidak bergairah karena materi kajian yang ketat dan perlu konsentrasi. Keindahan
alam menjadi objek kajian baru, baik dalam teori dan hukum alam yang wajar maupun
dalam lapangan kajian baru.
H. Globalisasi
Globalisasi adalah perubahan mendasar multidimensi yang bermula dari sistem
komunikasi dunia namun sekarang lebih menekankan pada sistem ekonomi, politik, dan
budaya, dimana akhirnya didapat hanya satu “globe” atau dunia baru yang tidak terbatasi
oleh kebangsaan, agama, bahkan wilayah teritorial suatu negara.
I. Sains Terintegrasi: Kompleksometri
Kompleksometri adalah istilah yang diberikan oleh para ilmuwan di amerika serikat
untuk menandai era baru dalam sains yang sangat dipacu oleh komputasi. Adapun sains
baru ini bergerak seputar karakterisasi sifat alam dan perumusan hukum alam namun
secara digital.
J. Paradigma Holistik
Paradigma holistik (wholelistik) adalah wawasan manusia yang mencakup keluasan
pengertian serta keberadaan pihak “yang lain” yang juga mempunyai pengertian
pemahaman sendiri. Paradigma ini lahir juga tidak lepas dari dampak sains baru dan
kompleksometri.
BAB 9

Sains di Masyarakat dan Etika Keilmuwan

Pengantar

Pada hakikatnya ilmuwan harus hidup di tengah masyarakat, hal ini yang menyebabkan ilmuwan
harus profesional di dalam lingkungannya, di laboratorium, di tempat kerja. Sebaiknya para
ilmuwan besikap seperti masyarakat biasa dan pengaruh apa yang dia bawa dalam
lingkungannya. Perlu adanya etika yang akan kita bahas dalam bab ini.

A. Sains di Masyarakat
Ilmuwan dalam masyakat memainkan peran penting, hal ini para ilmuwan dalam
masyakat sangat membantu dengan menggunakan gaya berpikir logis, objektif, dan
universal dalam memecahkan masalah dalam masyarakat.
1. Dampak Karya Ilmuwan Sains pada Masyarakat
a. Dampak Intelektual
Dimana manusia akan (1) menjadi lebih logis dalam menghadapi peristiwa alam,
(2) menerapkan metode ilmiah yang lebih objektif dalam menghadapi masalah
umum, (3) lebih terbuka untuk tertarik dan meneliti peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Dampak sosial praktis
Pengetahuan akan masyarakat dan masalahnya akan digali dengan lebih objektif
dan dibuatkan kerangka teoritisnya untuk tujuan tertentu, yaitu pemecahan
masalah, baik masalah teknis maupun masalah sosial
2. Tipe Hubungan Antara Ilmuwan dan Pemerintah
Menurut habermas, dalam kehidupan bermasyarakat ilmuwan secara spesifik bisa
berada dalam struktur hidup bernegara. Dengan kata lain, ada interaksi antara
ilmuwan dan politisi, atau ilmuwan dengan pemerintahan. Dalam aturan-aturan
bernegara ada beberapa tipe hubungan para ilmuwan dengan pemerintah yang ada.
a. Decisionic model
Pada model ini penguasa mengambil keputusan atas kepentingan negara dan
ilmuwan mngikuti.
b. Technocratic model
Pada model ini ilmuwan mengambil keputusan untuk negara atas nama
pemerintah.
c. Pragmatic model
Pada model pragmatis ini diperlukan banyak komunikasi antar pihak yang
terlibat.
B. Etika Keilmuwan
Etika adalah diskursus atau wacana nilai-nilai. Ilmu pengetahuan sebagai objek bukanlah
merupakan masalah etika. Subjek yang menjalankan sainslah yang memerlukan sainslah
yang memerlukan pertimbangan etis dalam menerapkan teknologi, karena akan
berhubungan dengan masyarakat luas.
1. Masalah Bebas Ilmiah
Sains hendaknya memenuhi prinsip “ bebas nilai” diamana sains yang berkembang
tidak dipengaruhi nilai lain yang ada di luar lingkup sains, terutama kepentingan
politik. Dalam menjaga sains sebagai kajian bebas nilai, sebaiknya kita bahas dua
macam kecenderungan dasar yang ada, yang jika diterapkan secara ekstrim akan
memberikan gambaran bagaimana seharusnya peranan sains dalam masyarakat.
a. Kecenderungan puritan-elitis
Dimana tujuan ilmu pengetahuan dan sains melulu demi ilmu sains itu sendiri
secara murni, yaitu mengetahui serta mencari kejelasan terhadap apa yang dicari
dari gejala alam dan mampu menjelaskannnya.
b. Kencenderungan pragmatis
Dimana salah satu tujuan pengembangan sains tidak berhenti pada penjelasan
mengenai gejala alam, namun masih terus untuk kehidupan masyarakat luas
terutama dalam hal memecahkan masalah kehidupan yang ada.
2. Sikap Ilmiah
Salah satu tuntutan utama menyangkut sikap yang baik dari ilmuwan adalah
kejujuran. Tanpa kejujuran kerja ilmuwan tidak punya makna. Salah satu aspek dalam
kejujuran ilmuwan adalah klaim akan kebenaran dan kesalahan. Kesalahan tidak
selalu berkonotasi negatif, tanpa kesalahan ilmuwan tidak mengetahui kelemahannya.
3. Risk Management
Bagaimanapun juga semua hasil ilmu pengetahuan yang dilontarkan ke masyarakat
mengandung risiko. Ilmuwan harus mengetahui risikonya dan melakukan upaya
meminimalkan risiko tersebut dengan cara dan metode ilmiah pula. Tugas ilmuwan
salah satunya adalah menanggulangi masalah baru yang timbul karena kegiatan
ilmiahnya.
C. Peran Ilmuwan
Dalam artikel tersebut polanyi menulis mengenai dua bagian penting dalam hidup dan
karya ilmuwan, yaitu (1) kegiatan ber-sains (doing science) di laboratorium yang
melibatkan kerja eskperimen dan kerja pemikiran teoritis, dan (2) kegiatan hidup
bermasyakat (being science) dimana ilmuwan yang mempunyai latar belakang sains
diharapkan dapat memberi pengaruh yang positif bagi masyarakatnya. Kedua peran ini
harus seimbang.

Anda mungkin juga menyukai