Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhluk yang secara kodrati dianugerahi akal pikiran, manusia
merupakan makhluk yang memiliki kesadaran dan rasa ingin tahu tentang segala
sesuatu yang dihadapi dan dialami dalam kehidupannya.
Dari berbagai upaya untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut, maka manusia
berusaha dengan berbagai cara atau metode untuk mendapatkan pengetahuan
tersebut. Kemudian dari berbagai pengetahuan yang dikumpulkan maka
terwujudlah sekumpulan pengetahuan, untuk kemudian disusun ke dalam suatu
susunan atau sistematika tertentu, dengan menggunakan metode tertentu yang
disebut metode ilmiah maka lahirlah ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah.
Suatu pengetahuan harus memiliki beberapa sifat ilmiah sehingga dapat menjadi
pengetahuan ilmiah. Metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan
ilmiah juga tidak asal-asalan tetapi harus memenuhi beberapa prosuder atau caracara ilmiah yang sudah ditentukan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini akan dibahas
mengenai pengertian pengetahuan, macam-macam pengetahuan dan pengetahuan
ilmiah yang mencakup tentang sifat ilmiah, metode ilmiah, objek ilmiah.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penulisan makalah
ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan tahu?
2. Apa yang dimaksud pengetahuan ?
3. Bagaimana cara memperoleh pengetahuan ?
4. Bagaimana macam-macam pengetahuan?
5. Apa yang dimaksud pengetahuan ilmiah ?
6. Bagaimana cara/ metode memperoleh ilmu pengetahuan.

C. Tujuan penulisan makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan tentang pengetahuan dan
pengetahuan ilmiah untuk memenuhi salah satu dari kewajiban mata kuliah
Filsafat Ilmu Pengetahuan serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab
kelompok pada tugas yang diberikan.

II.

ISI

A. Tahu
1. Pengertian Tahu
Semua orang tahu, dan mungkin tidak ada yang tidak tahu, yaitu tahu tentang
sesuatu. Ada orang yang banyak pengetahuannya ada pulanyang sedikit. Apa
saja yang ada dan bila bersentuhan dengan panca indera, maka kita akan
tahu . Mungkin yang kita ketahui adalah nyaringnya bunyi lonceng, kita
tahu tentang panasnya api, kita tahu tentang manisnya madu, dan kita tahu
kasarnya permukaan sebuah batu. Dari contoh-contoh yang telah diungkapkan
itu maka pengertian tentang tahu adalah gambaran atau kesan yang timbul
dalam diri kita tentang sesuatu yang kita inderai. Atau gambaran (kesan) dari
penginderaan terhadap sesuatu. Kesan-kesan tersebut diolah dan diterima atau
difahami serta disimpan dalam hati (otak ?). Dengan kata lain tahu merupakan
hasil penginderaan.
Biasanya apa yang kita amati dengan panca indera gambaran atau kesan yang
kita peroleh diberi nama ,misalnya air, pohon, mangga, batu, bunyi, manis dan
lain sebagainya. Pemberian nama ini suatu keharusan, wajib dilakukan.
Semua yang ada diberi nama, supaya sebutan tehadap sesuatu dapat disepakati
oleh banyak orang atau masyarakat. Bila dibicarakan atau dikomunikasikan
secara opersional mengandung maksud yang sama.
Setiap orang banyak tahu tentang sesuatu yang ada di alam raya ini. Hal-hal
yang berkaitan dengan objek yang diketahuitersebut dinamakan pengetahuan.
Hal-hal yang berkaitan dengan objek tersebut antara lain bentuk, ukuran,
warna, sifat-sifat dan juga kwalitas. Disamping itu juga erat kaitanya dengan
situasi atau kondisi objek yang diketahui, termasuk juga peran, fungsi-fungsi
dan lain-lain. Semuanya itu juga dibedakan dengan pemberian nama.

Selanjutnya, bagaimana kita bisa tahu tentang sesuatu ? Atau, bagaimana kita
bisa berpengetahuan? Dalam dunia filsafat, para filusuf sering menggunakan
istilah

epistemologi

dalam

membahas

bagaimana

cara

memperolehpengetahuan atau bagaimana kita bisa tahu tentang sesuatu. Agar


kita ber-pengetahuan tentu harus ada jalan atau metodologi untuk itu.
Jadi, tahu adalah gambaran dipikiran manusia tentang yang ia ketahui atau
gambaran atau kesan yang timbul dalam diri kita tentang sesuatu yang kita
inderai
2. Gejala Tahu
Prof. Dr. Poedjawijatna, dalam bukunya Tahu dan Pengetahuan (Rinekacipta,
1991) sebagai berikut:
a) Manusia ingin tahu
Keingintahuan didorong oleh rasa kagum karena tidak tuntas hal-hal di
sekitarnya. Untuk itu manusia bertanya. Bila keingintahuannya terpenuhi, ia
puas. Pertanyaan akan diajukan tanpa henti-hentinya karena kepuasan
manusia ada batasnya. Semakin dewasa, manusia mengajukan pertanyaan
semakin banyak.
b) Manusia ingin tahu yang benar
Tidak seorangpun yang cinta kekeliruan. Manusia menginginkan tahu yang
benar. Pemuas rasa ingin tahu manusia yang paling dalam adalah kebenaran.
Maka, apabila manusia keliru, ia menyadari bahwa apa yang diketahuinya
itu tidak benar. Dan dia ingin mengetahui yang benar. Demikian seterusnya.
Tidak pernah manusia dengan sengaja menginginkan kekeliruan. Kalau ia
keliru, itu karena keterbatasannya sebagai manusia.
c) Objek tahu ialah apa yang ada dan yang mungkin ada
Manusia ingin tahu segala-galanya. Yang membatasi keingintahuan itu
hanyalah kehidupannya. Yang merangsang ingin tahu pertama-tama adalah
alam sekitar melalui pancaindera. Persentuhan indera dengan alam
dinamakan pemgalaman. Dalam persentuhan itu, seluruh indera dan diri

manusia terlibat. Mencium memang langsung terjadi melalui indera


penciuman, tapi sebetulnya seluruh diri manusia yang terlibat. Itulah
sebabnya kita tidak mengatakan hidungku mencium bau, tetapi saya
mencium bau. Saya tidak mengatakan mataku melihat pohon, melainkan
saya melihat pohon. Pengalaman bukanlah pengetahuan yang sebenarnya,
tapi hanya memungkinkan pengetahuan. Pengetahuan yang sebenarnya baru
ada apabila manusia mengadakan keputusan atas objek.
d) Manusia tahu bahwa ia tahu
Karena keputusan itulah, manusia tahu bahwa dia tahu. Jadi, pengetahuan
melibatkan kesadaran, meskipun pengetahuan dan kesadaran tidak sama
persis. Tentang manusia tahu bahwa dia tahu, dijelaskan Poedjawijatna
secara sederhana sebagai berikut:
manusia tahu benar, bahwa ia tidak tahu sesuatu, maka bertanyalah ia
misalnya kepada orang lain, lalu diberitahu; setelah itu, tahu jugalah bahwa
dia tahu. Mungkin juga ia mengiram bahwa ia tahu, tetapi pada suatu ketika
ternyata, bahwa ia keliru, jadi sebetulnya belum tahulah ia, ia
bertanya/mengadakan penyelidikan sendiri, hasilnya tahulah sekarang.
Dulunya, tahulaah ia bahwa ia keliru atau belum tahu, sekarang ia tahu
bahwa ia tahu (Poedjawijatna, 13)

B. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Orang yang tahu disebut mempunyai
pengetahuan. Jika seseorang tahu bahwa suatu pohon rendah, maka ia
mengakui hal rendah it terhadap pohon itu. Jadi, orang itu mengakui sesuatu
terhadap sesuatu atau yang disebut putusan, sehingga pada dasarnya putusan
dan pengetahuan itu sama (Poedjawijatna,1991: 14).
Awalnya manusia tidak mengetahui apapun mengenai alam semesta pada saat
lahir. Selama menjalani hidup di dunia, manusia terus mencari pengetahuan
mengenai alam sekitarnya. Setiap kali memperoleh pengetahuan baru, maka

wilayah gelap ketidaktahuan telah berubah menjadi pengetahuan. Pengetahuan


muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang
baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan
aroma masakan tersebut
Berikut ini adalah beberapa definisi pengetahuan dari beberapa sumber adalah
sebagai berikut :
a. Pengetahuan adalah merupakan hasil Tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana
penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia. (Poedjawijatna,
1991: 14).
b. Pengetahuan

pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui

tentang suatu objek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu.


Pengetahuan merupakan kekhasan kekayaan mental yang secara tak
langsung memperkaya kehidupan manusia. (Suriasumantri, S. Jujun , 2007:
104)
c. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (Tim penyusun Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2002).
d. Encyclopedia

of

Philosophy,

pengetahuan

didefinisikan

sebagai

kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).


e. Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar maka bukan pengetahuan
tetapi kekeliruan atau kontradiksi.
f. Pengetahuan merupakan hasil suatu proses atau pengalaman yang sadar.
g. Pengetahuan (knowledge) merupakan terminology generic yang mencakup
seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah
kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan,
dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta
mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan.

Jadi, Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu objek tertentu setelah melakukan penginderaan dengan
panca indera.
2. Ciri-ciri pengetahuan
a. Ilmu boleh dipertuturkan
Ciri ini membedakan pengetahuan dengan perasaan dan pengalaman.
Contohnya, setengah pengalaman diri seperti mimpi adalah sukar
dipertuturkan melalui bahasa. Tetapi bagi ilmu, ia haruslah sesuatu yang dapat
dipertuturkan melalui bahasa.
b. Pengetahuan mempunyai nilai kebenaran
Sesuatu yang digelar sebagai pengetahuan biasanya dianggap benar. Ciri ini
membedakan pengucapan ilmu dengan pengucapan sasastera yang biasanya
mengandungi unsur-unsur tahayul.

3. Macam-macam pengetahuan
Terdapat beberapa macam pengetahuan yang dikemukakan oleh Dr. Slamet
Ibrahim S. DEA. Apt. yaitu :
a. Pengetahuan biasa (common sense) yang digunakan terutama untuk kehidupan
sehari-hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluasluasnya.
b. Pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga
yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar
dan diatas pengalaman biasa.
c. Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat
para Nabi dan Rosul-Nya. Pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini
oleh para pemeluk agama
d. Pengetahuan ilmiah atau Ilmu, adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara
khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam
dan luas mengetahui kebenarannya, tetapi masihberkisar pada pengalaman

Hal serupa juga dikemukan oleh Poedjawijatna (1998: 22-23), pengetahuan


mempunyai dua tingkatan yaitu pengetahuan biasa dan ilmu. Pengetahuan biasa
adalah pengetahuan yang diperoleh manusia dalam hidupnya sehari-hari tanpa
mengetahui seluk-beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, misalnya
tahu bahwa air akan mendidih kalau dipanaskan. Ilmu adalah pengetahuan yang
diperoleh melalui cara yang lebih sistematis dan mendalam, misalnya: tidak puas
dengan mengetahui bahwa air yang dipanaskan akan mendidih maka manusia
mempelajari sifat air, unsur air, syarat mendidih dan sebagainya.
4. Sumber Pengetahuan
Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang mendasari lahirnya ilmu
pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan manusia. Menurut
Sumarna (dalam Susanto, 2011: 186) sumber ilmu pengetahuan terdapatperbedaan
antara pandangan filosof dan ilmuwan Barat dengan filosofot dan ilmuwan
muslim. Menurut filosof dan ilmuwan muslim, sumber utama ilmu pengetahuan
adalah wahyu yang termanifestasikan dalam Alquran dan As-sunnah, selain
empiris dan rasional. Sedangkan menurut filosof dan ilmuwan Barat sumber ilmu
pengetahuan hanya dibatasi pada sumber utama yaitu pengetahuan yang lahir dari
pertimbangan rasio (akal atau deduksi) dan pengetahuan yang dihasilkan melalui
pengalaman (empiris dan induksi).

Berikut adalah keempat sumber pengetahuan:


a. Empiris
Menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melaui pengalaman dengan
jalan observasi atau dengan pengindraan, artinya yang kita ketahui berasal dari
segala apa yang kita dapatkan kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten
dan mungkin saja terdapat hal-hal yang sifatnya kontradiktif. Karena satu fakta
dengan kaitannya dengan fakta yang lain belum menjamin terwujudnya suatu
sistem pengetahuan yang sistematis. Melalui alat indra. Ilmu pengetahuan
modern menaruh minat terhadap kenyataan yang bebas dan mendasarkan segala
sesuatunya kepada penyelidikan. Ilmuwan menaruh perhatian pada control

observasi dan eksperimen, tidak semata-mata pada pnca indra secara umum dari
pengalaman. Proses pembentukan kerangka pengetahuan ilmiah berjalan lambat
serta melibatkan jumlah manusia.
b. Rasional
Pengetahuan rasional atau pengetahuan yang bersumber dari akal adalah suatu
pengetahuan yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar, diskusi ilmiah,
pengkajian buku, pengajaran seorang guru, dan sekolah. Hal ini berbeda
dengan pengetahuan intuitif atau pengetahuan yang berasal dari hati.
Pengetahuan ini tidak akan didapatkan dari suatu proses pengajaran dan
pembelajaran resmi, akan tetapi, jenis pengetahuan ini akan terwujud dalam
bentuk-bentuk kehadiran dan penyingkapan langsung terhadap hakikathakikat yang dicapai melalui penapakan mistikal, penitian jalan-jalan
keagamaan, dan penelusuran tahapan-tahapan spiritual.
c. Intuisi
Intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan
pengetahuan yang nisbi. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.
Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat
diandalkan. Sedangkan secara etimologis intuisi adalah langsung melihat,
dengan pendapat tentang sumber pengetahuan adalah manusia mempunyai
kemampuan khusus untuk mengetahui yang tidak terikat kepada indra maupun
penalaran.
d. Wahyu Allah
Pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat Nabi yang
diutus-Nya, yang dikodifikasikan melalui kitab-Nya seperti Al-Quran, Tauret,
Zabur, dan Injil.

5. Cara Memperoleh Pengetahuan


Pengetahuan bisa didapatkan dengan beberapa cara diantaranya adalah:
a.

Melakukan pengamatan dan observasi yang dilaksanakan secara empiris


dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi

pengetahauan deskriftif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan


segala ciri, sifat dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.
b.

Melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulang kali. Misalnya,


seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya
akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.

c.

Melalui akal

budi yang

kemudian

dikenal

sebagai rasionalisme.

Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersipat apriori,


tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya, dalam Matematika, hasil 1 +
1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris
melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
C. Pengetahuan Ilmiah
1. Pengertian Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan manusia meningkat menjadi ilmu ketika manusia tidak puas dengan
hanya sekedar tahu, tetapi memuaskan rasa ingin tahunya dengan menelusuri
masalah secara mendalam. Jadi, Pengetahuan ilmiah/ilmu adalah pengetahuan
yang memiliki atau memenuhi sifat ilmiah (Poedjawijatna,1998: 24).
Menurut Serdamayanti, jika dipandang dari segi isi, ilmu dapat diartikan sebagai
pengetahuan yang terpadu atau kumpulan pengetahuan-pengetahuan yang saling
berkaitan dan mengikat dalam satu kesatuan kebenaran. Sedangkan jika dilihat
dari segi proses, ilmu dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untk
menemukan variabel-variabel alami yang penting. (Oktaviandy, 2012).
Menurut Immanuel Kant, ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman saja, tetapi
hasil konstruksi rasio. Sedangkan menurut Ernest Nagel, ilmu pengetahuan adalah
teori-teori atau konsep-konsep yaang berdasarkan prinsip-prinsip atau dalil yang
berlaku, sistematik, logis, dapat diverifikasi secara empirik, dan berdasar pada
metode ilmiah. (Amheru)
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
Ilmiah adalah pengetahuan yang memenuhi sifat ilmiah dan kebenarannya dapat
dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah.
10

2. Sifat Ilmiah
Menurut Poedjawijatna (1998: 24-26), pengetahuan yang meningkat menjadi ilmu
harus mempunyai beberapa sifat ilmiah yaitu:
a. Objektif
Pengetahuan ilmiah harus sesuai dengan objeknya. Mungkin tidak sesuai dengan
seluruh aspek objeknya, tetapi pengetahuannya harus sesuai dengan aspek yang
diketahui. Jadi, semua pernyataan yang dikemukakan harus bersifat jujur, sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya, mengandung data dan informasi yang akurat dan
tidak ada prasangka perorangan (subjektif). Karena tujuan ilmu adalah untuk
mencapai kebenaran, sehingga ilmu atau pengetahuan ilmiah harus bersifat
obyektif. Objek ilmiah ada 2 yaitu objek material yaitu sasaran/bahan kajian dan
objek formal yaitu sudut pandang pendekatan suatu ilmu terhadap objeknya.
b. Metodis
Pengetahuan ilmiah harus bermetode artinya pengetahuan itu diperoleh dengan
menggunakan

cara/prosedur

tertentu

untuk

mencari

kebenaran.

Jadi

pengembangan ilmu pengetahuan tidak dilakukan secara asal-asalan, tetapi


menggunakan metode tertentu yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah
digunakan untuk meneliti atau mempelajari suatu objek sehingga ditemukan
kebenaran sehingga ilmu yang dikembangkan dengan metode ini kebenarannya
akan diakui secara ilmiah . Ada beberapa jenis metode ilmiah yaitu induksi,
deduksi, analisis, sintesis dan analitiko sintesis.
c. Sistematis
Pengetahuan ilmiah harus sistematis, artinya pengetahuan ilmiah haruslah merupakan susunan dari hal yang ada hubungannya satu sama lain. Jadi, pengetahuan
ilmiah harus tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yan
lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu
kesatuan yang utuh. Contohnya dalam matematika, kita akan mempelajari tentang
kubus, maka materi yang akan kita pelajari perlu mendapat dukungan materi lain,
yaitu tentang, garis, sudut, luas bangun datar. Atau jika dalam ilmu biologi, ketika
akan mempelajari sel maka materi yang perlu dipelajari juga yaitu tentang
11

jaringan, organ, sistem organ dan individu. Demikian pula sebaliknya,


pengetahuan-pengetahuan itu tidak bertolak belakang. Sehingga ilmu pengetahuan
bersifat sistematis.
d. Universal
Universal adalah umum bersifat tidak untuk tertentu, mengarah pada realitas
kehidupan manusia secara keseluruhan. Kebenaran ilmu pengetahuan tidak
bersifat rahasia.
3. Objek Ilmiah
Objek dalam pengetahuan ilmiah dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Objek Material
Menurut Poedjawijatna (2004: 41) benda yang diselidiki dalam lapangan
penyelidikan disebut objek material. Sedangkan menurut Gie (1997: 139-140)
objek material adalah fenomena di dunia ini yang ditelaah oleh ilmu secara
keseluruhan dalam menunjukkan pokok persoalan suatu pengetahuan. Selain
itu, menurut Mudhofir, dkk (1997: 13) objek material adalah sesuatu hal yang
dijadikan sasaran pemikiran, sesuatu hal yang diselidiki, atau sesuatu hal
yang dipelajari. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal yang konkret
misalnya manusia, tumbuhan, dan batu, maupun hal-hal yang abstrak
misalnya ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian.
b. Objek Formal
Menurut Poedjawijatna (2004: 41) sudut dari mana objek material itu disoroti
disebut objek formal. Sedangkan menurut Gie (1997: 139-140) objek formal
adalah pusat perhatian dalam penelaahan ilmuwan terhadap objek yang
dipandang secara eksplisit sebagaimana objek itu dapat diketahui dengan
pengetahuan, asas-asas, dan jenis argumentasi yang digunakan. Selain itu,
menurut Mudhofir, dkk (1997: 13) objek formal adalah cara memandang atau
cara meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek materinya,
serta prinsip-prinsip yang digunakannnya.
Istilah objek material sering disebut juga sebagai pokok persoalan yang dibagi
atas dua arti (Mudhofir, dkk, 1997: 14), yaitu: (1) sebagai bidang khusus dari
penyelidikan faktual, misalnya penelitian tentang atom termasuk bidang fisika dan

12

penelitian tentang alam bawah sadar termasuk bidang psikologi. (2) sebagai suatu
kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan, misalnya anatomi dan
fisiologi, kedua berhubungan dengan struktur tubuh. Anatomi mempelajari
strukturnya dan fisiologi mempelajari fungsinya.
Menurut Gie (1997: 141) suatu penggolongan yang sistematis dapat
mengelompokkan segenap objek material pengetahuan ilmiah menjadi enam jenis,
yaitu: (1) ide abstrak, (2) benda fisik, (3) jasad hidup, (4) gejala rohani, (5)
peristiwa sosial, dan (6) proses tanda. Satu objek material dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang (objek formal) sehingga menimbulkan ilmu yang
berbeda-beda. Misalnya, manusia dapat ditinjau dari beberapa ilmu yang
mempelajarinya seperti psikologi, sosiologi, ekonomi, dan biologi.
Hubungan antara objek material dan objek formal, misalnya objek materialnya
adalah pohon kelapa. Seorang ahli ekonomi akan mengarahkan perhatiannya atau
meninjau (objek formal) pada aspek ekonomi dari pohon kelapa tersebut, seperti
berapa harga buahnya, daunnya, atau lidinya jika dijual. Seorang ahli pertanian
juga mempunyai sudut pandang sesuai keahliannya, seperti bagaimana cara pohon
kelapa itu akan tumbuh subur, apakah cocok ditanam pada lahan tertentu. Seorang
ahli biologi akan mengarahkan perhatiannya pada unsur-unsur yang terkandung
dalam seluruh pohon, seperti unsur batang, daun, maupun buahnya. Seorang ahli
hukum akan mempertanyakan status kepemilikan pohon tersebut, seperti siapa
pemilik sah pohon tersebut, apakah ditanam di lahannya sendiri ataukah di lahan
sewaan.
4. Metode Ilmiah
a. Deduksi
Deduksi berasal dri bahasa inggris deducation yang berarti penarikan
kesimpulang dari keadaan-keadaan umum, menemukan yang khusus dari yang
umum. (kamus umum bahasa Indonesia hal.273 W.J.S. Poerwadarminta, Balai
pustaka, 2006)

13

Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan deduktif
biasanya mempergunakan pola pikir silogisme yang secara sederhana
digambarkan

sebagai

penyusun

dua

buah

pernyataan

dan

sebuah

kesimpulan.Pernyataan yang mendukung silogisme disebut premis yang


kemudian

dapat

dibedakan

sebagai

premis

mayor

dan

premis

minor.Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran


deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
Metode berfikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal
yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagianbagian yang khusus.
Contoh :
Premis Mayor : Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan
hidup
Premis Minor : Anton adalah seorang makhluk hidup
Kesimpulan : Anton perlu makan untuk mempertahankan hidup
Dilihat dari cara penarikan kesimpulan diatas, maka dapat dikatakan bahwa
pengambilan kesimpulan dengan metode deduksi bersifat pasti.
b. Induksi
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau
peristiwa khusus yang menemukan hukum. (Kamus umum bahasa Indonesia
hal. 444 W.J.S Poerwadarminta, Balai Pustaka, 2006).
Metode berfikir induktif adalah ilmu cara berfikir dengan menarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran induksi dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
ruang lingkupnya khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang di
akhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Contoh : Misalkan kita mempunyai fakta bahwa
1. Katak makan untuk mempertahankan hidupnya
2. Ikan, sapi, dan kambing juga makan untuk mempertahankan hidupnya
Maka dari kenyataan/fakta-fakta itu dapat disimpulkan bahwa Semua hewan
makan untuk mempertahankan hidupnya

14

Perbedaan penalaran deduksi dan Induksi


Deduksi
Jika semua premis benar maka kesimpulan

Induksi
Jika premis benar, kesimpulan mungkin

benar
Semua informasi atau fakta pada

benar, tapi tak pasti benar


Kesimpulan memuat inforamsi yang tak ada,

kesimpulan sudah ada, sekurang-kurangnya

bahkan secara implisit, dalam premis

secara implisit, dalam premis.


Dari tabel di atas dapat di tarik kesimpulan yaitu, perbedaan berpikir induktif
dan deduktif; berpikir induktif adalah menarik pernyataan yang didasarkan
pada hasil-hasil pengamatan, sedangkan berpikir deduktif adalah penarikan
pernyataan yang didasarkan pada hukun dan teori.
c. Analisis
Secara etimologis, kata analisis yang dalam Bahasa Inggris analysis berasal
dari leksem bahasa Yunani analyein (gabungan morfem ana- dan lyein) berarti
melonggarkan atau memisahkan (memisahkan keseluruhan menjadi bagianbagian). Dalam Kamus Meriam-Webster (2009: CD-ROM version), kata analisis
memiliki beberapa dimensi makna. Dua di antaranya yang berkaitan dengan
filsafat dimaknai dengan a method in philosophy of resolving complex
expressions into simpler or more basic ones (metode dalam filsafat yang
menguraikan ungkapan yang rumit ke dalam bentuk yang lebih sederhana atau
yang lebih mudah) danclarification of an expression by an elucidation of its use
in discourse (klarifikasi ungkapan dengan cara menjelaskan penggunaannya
dalam wacana). Selain itu, dalam konteks kebahasaan, analisis dimaknai sebagai
penyederhanaan bentuk kata dengan memisahkan akar kata dari imbuhannya
sebagai salah satu metode bedah bahasa.
Analisis (Meriam Webster, 2009) dikategorikan sebagai metode berpikir dalam
mengungkapkan pengetahuan dan kebijaksanaan, maka tentu di dalamnya terdapat
serangkaian fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk
menguraikan ataupun menyederhanakan ungkapan atau hasil pemikiran.

15

Menurut istilah, analisis merupakan bentuk kegiatan logika yang menyarikan


kebenaran konkret suatu proposisi, dan memusatkan perhatian terutama pada nilai
kebenarannya (Palmquist, 2000).
d. Sintesis
Sintesis merupakan bentuk lain dari kegiatan atau metode berpikir. Secara
sederhana, Russel menyatakan bahwa sintesa logik berarti menentukan makna
pernyataan atas dasar empirik. Meskipun demikian, kebenaran proposisi Russel
perlu dianalisis dengan membedah pengertian yang dikemukakan.
Secara etimologis, sintesis berasal dari bahasa Yunani syntithenaiyang berarti
meletakkan atau menempatkan (Meriam-Webster Dictionary, 2009). Lebih
lanjut, sintesis diartikan sebagai komposisi atau kombinasi bagian-bagian atau
elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai paduan
berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau
penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus. Pengertian ini
sejalan dengan pendapat Kattsof (1986) yang menyatakan bahwa logika sintesis
adalah kegiatan berpikir logis yang melakukan penggabungan semua pengetahuan
yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan atau konsep. Sintesis dalam
filsafat merupakan kombinasi bagain atau elemen untuk menghasilkan pandangan
atau sistem yang lebih legkap atau sempurna.
e. Relasi Ganda dalam Analisis Sintesis
Istilah analisis dan sintesis, sebagai label pembedaan metode argumentasi
antara yang deduktif dan induktif. Euklides menerangkan sejelas-jelasnya bahwa
dua metode ini sebaiknya tidak dipahami sebagai saling terpisah, tetapi saling
melengkapi.

Metodenya

memperlihatkan

ketepatan

teorema-teorema

geometrisnya dengan mula-mula menggunakan metode argumentasi analitik


(deduktif), dan kemudian mendukung simpulannya dengan penalaran sintetik
(induktif). Proses praktis penyusunan deduksi (berlawanan dengan bentuk
tertulisnya) berawal dengan perumusan suatu simpulan, lalu pembuktiannya
16

dengan pencarian dua atau lebih asumsi yang benar yang bisa berfungsi sebagai
landasannya. Proses induksi berawal dengan pengumpulan potongan-potongan
bukti empiris, lalu ini digunakan sebagai landasan untuk menarik kesimpulan.

17

III.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah :


1. Tahu adalah gambaran dipikiran manusia tentang yang ia ketahui.
2. Pengetahuan adalah hasil dari tahu atau merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu objek tertentu. Pengetahuan didapat dari beberapa
sumber yaitu rasionalisme, empirisme, intuisi dan wahyu.
3. Ada

beberapa

macam-macam

pengetahuan

diantaranya

adalah

pengetahuan biasa, pengetahuan agama, pengetahuan filsafat, dan


pengetahuan ilmiah.
4. Pengetahuan Ilmiah adalah pengetahuan yang memenuhi sifat ilmiah dan
kebenarannya dapat dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan
metode ilmiah.
5. Ada 4 sifat ilmiah adalah metodis, objektif, universal dan sistematis
6. Objek ilmiah ada 2 yaitu objek material dan objek formal
7. Ada 5 metodis ilmiah yaitu deduktif, induktif, sintesis, analitis dan
analitiko-sintesis.

18

DAFTAR PUSTAKA

Oktaviandy, Navel. 2012. Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah, Penelitian Ilmiah,


dan Jenis Penelitian. [Online]. Tersedia:
https://navelmangelep.wordpress.com/2012/02/21/pengetahuanpengetahuan-ilmiah-penelitian-ilmiah-dan-jenis-penelitian/ [Oktober,
2015]
Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan
Amheru..Buku Baru Bab 1 : Beda Ilmu Pengetahuan dan Pengetahuan.[Online].
Tersedia: https://amheru.staff.gunadarma.ac.id/
Ibrahim, Slamet. 2008. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Bandung :
Sekolah farmasi ITB.

Mudhofir, Ali, dkk. 1997. Filsafat Ilmu: Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Intan Pariwara.
Poedjawijatna. 2004. Tahu dan Pengetahuan: Pengantar ke Ilmu dan Filsafat.
Jakarta: Rineka Cipta.
Gie, The Liang. 1997. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
http://pergunu-kencong.blogspot.co.id/2014/11/resume-buku-filsafatilmu-jujun-s.html
http://reizalichaal.blogspot.co.id/2013/11/sumbersumber-ilmu-dalamfilsafat-ilmu.html
https://lutfi4math.wordpress.com/2012/05/02/pengetahuanpengetahuan-ilmiah-penelitian-ilmiah-jenis-penelitian/

http://referensiassyariabdullah.blogspot.co.id/2008/04/definisi-danjenis-jenis-pengetahuan.html
http://true-educate.blogspot.co.id/2012/12/hakikat-tahu-danpengetahuan-telaah.html
http://rizqinote.blogspot.co.id/2013/12/iii-epistemologi-dan-logikapendidikan.html

19

20

Anda mungkin juga menyukai