Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Kerajaan Singosari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara vang didirikan
oleh Ken Arok pada 1222. Sejarah Kerajaan Singasari berawal dari Kerajaan Tumapel, yang
dikuasai oleh seorang akuwu (bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah
Malang dengan pelabuhannya bernama Pasuruan. Dari daerah inilah Kerajaan Singosari
berkembang dan bahkan menjadi sebuah kerajaan besar di Jawa Timur, terutama setelah
berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri dalam pertempuran di dekat Ganter tahun 1222
M.Kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara
(1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa.

Dalam pelajaran sejarah di SD & SMP, kita pernah belajar tentang kerajaan-kerajaan Hindu-
Budha yang pernah berdiri di Indonesia, salah satunya adalah Kerajaan Kediri. Kerajaan Kediri
adalah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12, tepatnya pada tahun 1042-
1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya terletak
di dekat tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai.
Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang berarti kota api), yang terletak di sekitar kota Kediri
sekarang. Untuk lebih jelasnya, kami membuat makalah ini dengan tujuan agar pembaca dapat
mengetahui tentang Kerajaan Kediri, sehingga pembaca dapat memahami dan mengetahui
salah satu kerajaan besar di Jawa Timur ini.

Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia yang pernah berdiri
dari sekitar tahun 1293 hingga1550 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi
kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan
Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga1389. Kerajaan Majapahit adalah
kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu
dari negara terbesar dalam sejarah Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di
Jawa, Sumatra, Semenanjung, Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah
kekuasaannya masih diperdebatkan.

Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya tidak
jelas.Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab Raja-raja')
dalam bahasa Kawai dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno. Pararatonterutama
menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian
pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagamamerupakan
puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam
Wuruk. Setelah masa iCtu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti
dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KERAJAAN KEDIRI

Kerajaan Kediri merupakan kerajaan yang berdiri pada abad XI Masehi dan merupakan
kelanjutan dari Kerajaan Medang Kamulan yang didirikan oleh Mpu Sindok dari Dinasti
Isyana. Kerajaan ini terletak di wilayah pedalaman Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan hasil
dari pembagian wilayah Kerajaan Medang Kamulan yang dibagi menjadi dua yakni Panjalu
dan Jenggala.
Nama Keraajaan Kediri sebelumnya adalah Panjalu.

Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri
adalah sebagai berikut :
a. Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri,
Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa
di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang
Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah.
Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun
1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan
Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya.
Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang
Kamulan. Selama menjadi Raja Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala
yanga sempat memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut
diberitakan dalam prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135.

b. Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka menganut
ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang
ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso.
Arca-arca tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama
Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa
dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala.
Salah satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang
disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.

c. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai
kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas.
Pertanian menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan.
Sektor perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain
2
beras, barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana,
rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka
memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah
ke sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya
rempah-rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian
diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah
Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.
d. Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan Kerajaan Kediri sudah
teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan
menjadi tiga golongan sebagai berikut :
1. Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan
raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
2. Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para
pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
3. Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai
kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat.
Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan
Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang ditulis
oleh Mpu Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung.
Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis
kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

e. Hasil Budaya
adapun hasil budaya dari Kerajaan Kediri antara lain :
1. Candi Penataran

Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud,
di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450 meter dpl. Dari prasasti yang tersimpan di bagian
candi diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar
tahun 1200 Masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana,
Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415

2. Candi Gurah

Candi Gurah terletak di kecamatan di Kediri, Jawa Timur. Pada tahun 1957 pernah
ditemukan sebuah candi yang jaraknya kurang lebih 2 km dari Situs Tondowongso yang
dinamakan Candi Gurah namun karena kurangnya dana kemudian candi tersebut dikubur
kembali

3
3. Candi Tondowongso

Situs Tondowongso merupakan situs temuan purbakala yang ditemukan pada awal tahun
2007 di Dusun Tondowongso, Kediri, Jawa Timur.
Situs seluas lebih dari satu hektare ini dianggap sebagai penemuan terbesar untuk
periode klasik sejarah Indonesia dalam 30 tahun terakhir (semenjak penemuan Kompleks
Percandian Batujaya), meskipun Prof.Soekmono pernah menemukan satu arca dari lokasi
yang sama pada tahun 1957. Penemuan situs ini diawali dari ditemukannya sejumlah arca
oleh sejumlah perajin batu bata setempat.
Berdasarkan bentuk dan gaya tatahan arca yang ditemukan, situs ini diyakini sebagai
peninggalan masa Kerajaan Kediri awal (abad XI), masa-masa awal perpindahan pusat politik
dari kawasan Jawa Tengah ke Jawa Timur. Selama ini Kerajaan Kediri dikenal dari sejumlah
karya sastra namun tidak banyak diketahui peninggalannya dalam bentuk bangunan atau hasil
pahatan.

4. Arca Buddha Vajrasattva

Arca Buddha Vajrasattva ini berasal dari zaman Kerajaan Kediri (abad X/XI). Dan
sekarang merupakan Koleksi Museum fr Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman

5. Prasasti Kamulan
Prasasti Kamulan ini berada di Desa Kamulan, Trenggalek, Jawa Timur. Prasasti ini dibuat
dan dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, pada tahun 1194 Masehi, atau 1116
Caka. Melalui prasasti ini disebutkan bahwa hari jadi dari Kabupaten Trenggalek sendiri
tepatnya pada hari Rabu Kliwon, tanggal 31 Agustus 1194.

6. Prasasti Galunggung

Prasasti Galunggung memiliki tinggi sekitar 160 cm, lebar atas 80 cm, lebar bawah 75 cm.
Prasasti ini terletak di Rejotangan, Tulungagung. Di sekeliling prasasti Galunggung banyak
terdapat tulisan memakai huruf Jawa kuno. Tulisan itu berjajar rapi. Total ada 20 baris yang
masih bisa dilihat mata. Sedangkan di sisi lain prasasti beberapa huruf sudah hilang lantaran
rusak dimakan usia. Di bagian depan, ada sebuah lambang berbentuk lingkaran. Di tengah
lingkaran tersebut ada gambar persegi panjang dengan beberapa logo. Tertulis pula angka
1123 C di salah satu sisi prasasti.

7. Prasasti Jaring

Prasasti Jaring yang bertanggal 19 November 1181. Isinya berupa pengabulan permohonan
penduduk desa Jaring melalui Senapati Sarwajala tentang anugerah raja sebelumnya yang
belum terwujud.vDalam prasasti tersebut diketahui adanya nama-nama hewan untuk pertama
kalinya dipakai sebagai nama depan para pejabat Kadiri, misalnya Menjangan Puguh, Lembu
Agra, dan Macan Kuning.

4
8. Candi Tuban
Pada tahun 1967, ketika gelombang tragedi 1965 melanda Tulungagung. Aksi
Ikonoklastik, yaitu aksi menghancurkan ikon ikon kebudayaan dan benda yang dianggap
berhala terjadi. Candi Mirigambar luput dari pengrusakan karena adanya petinggi desa yang
melarang merusak candi ini dan kawasan candi yang dianggap angker.
Massa pun beralih ke Candi Tuban, dinamakan demikian karena candi ini terletak di
Dukuh Tuban, Desa Domasan, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung. Candi ini
terletak sekitar 500 meter dari Candi Mirigambar. Candi Tuban sendiri hanya tersisa kaki
candinya. Setelah dirusak, candi ini dipendam dan kini diatas candi telah berdiri kandang
kambing, ayam dan bebek.
Menurut Pak Suyoto, jika warga mau kembali menggalinya, maka kira kira setengah
sampai satu meter dari dalam tanah, pondasi Candi Tuban bisa tersingkap dan relatif masih
utuh. Pengrusakan atas Candi Tuban juga didasari legenda bahwa Candi Tuban
menggambarkan tokoh laki laki Aryo Damar, dalam legenda Angling Dharma dan jika sang
laki laki dihancurkan, maka dapat dianggap sebagai kemenangan.
9. Prasasti Panumbangan
Pada tanggal 2 Agustus 1120 Maharaja Bameswara mengeluarkan prasasti Panumbangan
tentang permohonan penduduk desa Panumbangan agar piagam mereka yang tertulis di atas
daun lontar ditulis ulang di atas batu. Prasasti tersebut berisi penetapan desa Panumbangan
sebagai sima swatantra oleh raja sebelumnya yang dimakamkan di Gajapada. Raja
sebelumnya yang dimaksud dalam prasasti ini diperkirakan adalah Sri Jayawarsa.
10. Prasasti Talan

Prasasti Talan/ Munggut terletak di Dusun Gurit, Kabupaten Blitar. Prasasti ini berangka
tahun 1058 Saka (1136 Masehi). Cap prasasti ini adalah berbentuk Garudhamukalancana
pada bagian atas prasasti dalam bentuk badan manusia dengan kepala burung garuda serta
bersayap. Isi prasasti ini berkenaan dengan anugerah sima kepada Desa Talan yang masuk
wilayah Panumbangan memperlihatkan prasasti diatas daun lontar dengan cap kerajaan
Garudamukha yang telah mereka terima dari Bhatara Guru pada tahun 961 Saka (27 Januari
1040 Masehi) dan menetapkan Desa Talan sewilayahnya sebagai sima yang bebas dari
kewajiban iuran pajak sehingga mereka memohon agar prasasti tersebut dipindahkan diatas
batu dengan cap kerajaan Narasingha.
Raja Jayabhaya mengabulkan permintaan warga Talan karena kesetiaan yang amat sangat
terhadap raja dan menambah anugerah berupa berbagai macam hak istimewa.

KEMUNDURAN/KEHANCURAN KERAJAAN KEDIRI


Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam
Pararaton dan Nagarakertagama. Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum
Brahmana, perselisihan ini terjadi karena Raja Kertajaya memerintahkan kaum Brahmana
untuk menyembah dia sebagai raja, namun para kaum Brahmana menolak dan kemudian
meminta perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita

5
memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kediri. Perang antara Kediri dan
Tumapel terjadi dekat Desa Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan
Kertajaya. Dengan demikian, berakhirlah masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu kemudian
menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah dibawah
kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati
Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sstrajaya. Pada tahun 1271
Sastrajaya digantikan putranaya, yaitu Jayakatwang.
Jayakatwang memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena
dendam masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil
membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali kerajaan Kediri, namun hanya
bertahan satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol
dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

B. KERAJAAN SINGASARI
Adalah sebuah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok
pada tahun 1222 M. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan di daerah Singosari,
Malang. Kerajaan Singasari hanya sempat bertahan 70 tahun sebelum mengalami
keruntuhan. Kerajaan ini beribu kota di Tumapel yang terletak di kawasan bernama
Kutaraja. Pada awalnya, Tumapel hanyalah sebuah wilayah kabupaten yang berada
dibawah kekuasaan Kerajaan Kadiri dengan bupati bernama Tunggul Ametung. Tunggul
Ametung dibunuh oleh Ken Arok yang merupakan pengawalnya.
Keberadaan Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak
ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra
peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca
yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton
yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya
sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken
Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan
sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya,
karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan
melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang diperintah oleh Kertajaya.
Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kadiri meminta perlindungannya.
Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M /1144 C Ken Arok menyerang Kediri,
sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok
yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.

Sumber Sejarah

Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singosari berasal dari:


Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja Singasari.
Kitab Negarakertagama, berisi silsilah raja-raja Majapahit yang memiliki hubungan
erat dengan raja-raja Singasari.
Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248 M.
SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN SINGASARI

6
Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama
adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton
menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati
(12471249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (12491250 M), yang diteruskan oleh
Ranggawuni alias Wisnuwardhana (12501272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang
memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi Negarakretagama, raja pertama
Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang Girinathapura (12221227 M). Selanjutnya
adalah Anusapati, yang dilanjutkan Wisnuwardhana (12481254 M). Terakhir adalah
Kertanagara (12541292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.

1. Ken Arok (12221227 M)


Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja Singasari
yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok
sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima
tahun (12221227 M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan
Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan
SiwaBuddha.

2. Anusapati (12271248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati.
Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan
pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa
kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok
dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam
sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk
mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya,
secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan
langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan
di Candi Kidal.

3. Tohjoyo (1248 M)
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo.
Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang
bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa
Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian
menduduki singgasana.

4. Ranggawuni (12481268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya
Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi
kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan
Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M
Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja
muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada
tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago
sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.

7
5. Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk
menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri
Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang
mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk
dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot
dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide
dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat
diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan
ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai
Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya
atas perintah Raja Kertanegara.

Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura
(Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan
dengan raja Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari
Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah selatan termasuk Indonesia
mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara menolak dengan melukai muka utusannya
yang bernama Mengki. Tindakan Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan
bermaksud menghukumnya dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian
besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang
(Kediri) menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua
arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan
pasukan inti.

Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk
istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanaga
beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja berbalik
memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan
diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria
Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi
kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh
Jayakatwang untuk ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari
dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai
dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai SiwaBuddha
(Bairawa) di Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang
sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.

KEHIDUPAN DI KERAJAAN SINGASARI

Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun. Ketika Ken
Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya.
Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan
Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut dalam
kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial
masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf
kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari
pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.
Politik Dalam Negeri:

8
1. Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata
digantikan oleh Aragani, dll.
2. Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra
Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
3. Memperkuat angkatan perang.

Politik Luar Negeri:


1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta
melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
2. Menguasai Bali.
3. Menguasai Jawa Barat.
4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.

C. KERAJAAN MAJAPAHIT
Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang bagian
utara, ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka ketika
Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari hampir habis
dilalap api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar
lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan
dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura meminta
perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki tahta, dengan
menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah kekuasaannya. Ketika
tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing
dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya memanfaatkan situasi itu
untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, tentara
Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya. Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh
Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir
dari Jawa dan pulang ke negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan
bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
Arca Harihara, dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Kertarajasa.
Berlokasi semula di Candi Simping, Blitar, kini menjadi koleksi Museum Nasional
Republik Indonesia. Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan
paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di
Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut
Uperi. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk
membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan
memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke
Jawa tahun 1293. Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan
membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan
pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan
diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi

9
pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban
dari surat diatas disambut dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan
Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit,
yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika
pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur
melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya
berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang
kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing. Saat itu
juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari
penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka
yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi
Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya
Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya,
meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini
didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra
Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton. Slamet Muljana
menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk
menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam
pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha
ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun
1309.
Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala
Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun
pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia,Oodrico da Pordenone mengunjungi
keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya,
Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi
Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi Bhiksuni. Rajapatni
menunjuk anak perempuannya Tribhuwana untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun
1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya
Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk
melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama
kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan
terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian
ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

B. Kejayaan Majapahit

Bidadari Majapahit yang anggun, arca cetakan emasapsara (bidadari surgawi) gaya
khas Majapahit menggambarkan dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai

10
"zaman keemasan" nusantara. Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah
Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak
kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada
(1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Menurut Kakawin
Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra,
Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua,
Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas
sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah
kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi
terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja.
Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan,
dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok. Selain melancarkan serangan
dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan.
Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting
Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai Permaisurinya. Pihak Sunda menganggap
lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta
keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan
dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk
memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan
Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah
berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya
dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara
kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam
melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda
Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian
di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi
sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama. Kakawin Nagarakretagama yang
disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya Keraton yang adiluhung, anggun, dan
canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan
yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang
membentang dari Sumatra ke Papiua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi
lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan
Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup
wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas,
pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi
segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat
mengundang reaksi keras.Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada,
Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.

11
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan
kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah
mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada
saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.

C. Jatuhnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-
angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki
masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri
mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana.
Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut
haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada
tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya
dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung.
Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah
taklukannya di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi
laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Chaeng Ho, seorang jenderal muslim China,
tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi
Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota
pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tubah dan Ampel; maka Islam
pun mulai memiliki pijakan di pantai utara JawaWikramawardhana memerintah hingga tahun
1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai
1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua
Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik
laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhere Pamotan
menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada
tahun 1453 AD.
Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta.
Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan
digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak
terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit. Ketika
Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki
Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh
Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang
berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di
bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung
kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat
Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan
daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan
diri dari kekuasaan Majapahit. Sebuah tampilan model kapal Majapahit di Museum Negara

12
Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan
lebih jauh ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah di
sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya
mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan.
Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar
Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik
dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun
1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan
berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1527. Dalam tradisi Jawa ada sebuah
Kronogram atau candasengkala yang berbunyisirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon
adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka,
atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah sirna hilanglah kemakmuran bumi. Namun
demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre
Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. prasasti Jiyu dan Petak,
Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke
Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena
penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi.
Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana,
seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini
kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat selama
ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi. Dengan jatuhnya Daha yang
dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16
akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak dibawah pemerintahan Raden
(kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit.
Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra
raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan
bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan
Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M.
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama
yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang
masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan
Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar
seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung
masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan
Bromo dan Semeru.

D. Kebudayaan Majapahit

Gapura Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu
kota Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan. "Dari semua bangunan, tidak
ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi

13
tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan...
Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan
rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa
seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam
kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan
dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak.
Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu
kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai
oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan
Nusantara yang menikmati otonomi luas. Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota
besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun.
Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan
raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali
tidak menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai
atau abdi istana muslim saat itu. Walaupun batu bata telah digunakan dalam candi pada masa
sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya. Candi-candi Majapahit
berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula
merah sebagai perekat batu bata.

F. Struktur Pemerintahan

Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu


Majapahit ibunda Hayam Wuruk. Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan
birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya struktur dan
birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya. Raja dianggap
sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.

a. Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan


pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan
tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya,
antara lain yaitu:
Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan
pemerintahan
Dharmmadhyaksa, para pejabat hukum keagamaan
Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang
terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat
dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut
melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. disebut Bhattara Saptaprabhu.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Jadi perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal ini terkait
dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental dengan nuansa
perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan angkatan
perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian dalam.
Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan
sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu
Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan
membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir

Berdasarkan analisa kami dari sejumlah referensi yang saya baca, kami dapat
menyimpulkan beberapa hal tentang Kerajaan Kediri yaitu : Kerajaan Kediri merupakan
salah satu kerajaan yang besar yang pernah berkuasa di Nusantara. Kerajaan Kediri sudah ada
sebelum Raja Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno menjadi dua bagian. Kerajaan
Kediri sempat menjadi kerajaan yang kaya dan disegani di Asia. Kerajaan Kediri mengalami
2 kali pendirian masa, yang pertama saat Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno, yang
kedua saat Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara.

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah pada masanya Majapahit mencapai puncak
kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada
(1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Menurut Kakawin
Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra,
Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua,
Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas
sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/kerajaan-singasari.htm
http://www.google.com/#q=pengertian+sejarah+singasari
https://docs.google.com/document/d/1-X-WQ0M-
dcKIliCUw_VSe5o0qLssUNwj5hWlSQxeMr4/edit?pli=1
http://katapengantaryangbaik.blogspot.com/
http://nesaci.com/sejarah-lengkap-kerajaan-majapahit/
http://id.wikepedia.org/wiki/majapahit
http://www.slideshare.net/PurnaSenda/kerajaan-kediri-15219260?related=1
http://kumsej.blogspot.com/2012/11/dinasti-kediri_18.html
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:iLha9ZnvvHsJ:macheda.blog.uns.ac.
id
http://id.wikipedia.org/wiki/kerajaan_panjalu_ciamis
http://taniacaroline.wordpress.com/2010/08/18/kerajaan-medang-kamulan/

16

Anda mungkin juga menyukai