Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SEJARAH

KERAJAAN KEDIRI

Nama Kelompok:
1. Dewa Ayu Cantika Kiranaswari (04)
2. I Kadek Bagus Prayuda Dinatha (10)
3. I Putu Adi Wiguna (14)
4. Komang Krisny Bona Savira (18)
5. Ni Putu Ditia Ayu Riani (31)
6. Ni Putu Eka Rahayu Ningsih (32)
7. Ni Wayan Diah Cintya Dewi (34)

SMA NEGERI 1 SUKAWATI


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
Rahmat-Nya kami dapat menyusun tugas makalah dalam rangka menyelesaikan mata Pelajaran
Sejarah yang mengambil judul “Sejarah Kerajaan Kediri.” Penyusun juga mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung kami dalam
penyelesaian makalah ini, khususnya kepada bapak/ibu Waka Kurikulum SMA Negeri 1
Sukawati, serta kepada Ibu Gung Yun selaku guru Sejarah. Selain itu, terima kasih juga kami
panjatkan kepada para orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan penyusun. Serta
seluruh pihak yang selalu memberi dukungan secara langsung atau tidak langsung.

Dalam penyusunan makalah ini, terdapat beberapa kendala dalam pengaturan waktu dan
pengerjaan tugas lainnya, namun berkat kegigihan kami, dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Kendatipun, makalah ini jauh dari
kata sempurna, tetapi makalah ini merupakan hasil orisinil dari buah pikiran dan kerja keras
kelompok kami. Maka dari itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sebagai bahan evaluasi kepada penyusun agar kedepannya penyusun dapat
menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Penyusun berharap dengan membuat makalah ini,
kita dapat meminimalisir sampah botol plastik dapat terealisasikan. Penyusun juga berharap
dengan pengerjaan makalah ini, kemampuan penyusun dalam menyusun karya tulis berupa
makalah semakin terasah.

Sukawati, 1 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Jawa Tengah pada abad ke-8 M telah berdiri sebuah kerajaan, yakni Mataram.
Mataram yang bercorak Hindu-Buddha ini diperintah oleh dua dinasti (wangsa) yang
berbeda, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Ibukota Mataram adalah Medang
atau Medang Kamulan hingga tahun 925. Pada Prasasti Canggal terdapat kata-kata
“Medang I Bhumi Mataram”. Namun, hingga sekarang letak pasti ibukota ini belum
diketahui. Berdasarkan Prasasti Canggal diketahui, Mataram Kuno mula-mula diperintah
oleh Raja Sanna. Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya, Sanjaya. Sanjaya
adalah anak Sanaha, saudara perempuan Raja Sanna (Sanna tidak memiliki keturunan).
Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan
tenteram.
Hal ini terlihat dari Prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa tanah Jawa kaya
akan padi dan emas. Selain pada Prasasti Canggal, nama Sanjaya juga tercantum pada
Prasasti Balitung. Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di
tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan
bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya
Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu. Sejarah Berdirinya
Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi
dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan
Gunung Kawi dan Sungai Brantas.
Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri
atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan
Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi,
Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha. Kemudian pada November 1042, kedua putra
Raja Airlangga memperebutkan tahta kerajaan sehingga dengan terpaksa Airlangga
membelah kerajaan menjadi dua. Hasil dari perang saudara tersebut, Kerajaan Panjalu
diberikan kepada Sri Samarawijaya yang pusatnya di Kota Daha. Sedangkan Kerajaan
Jenggala diberikan kepada Mapanji Garasakan yang berpusat di Kahuripan. Dalam
Prasasti Meaenga disebutkan bahwa Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan nama Raja
Mapanji Garasakan(1042-1052 M) diabadikan. Namun, pada peperangan selanjutnya,
Kerajaan Panjalu (Kediri) berhasil menguasai seluruh takhta Airlangga.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Kediri?
2. Bagaimana letak geografis Kerajaan Kediri?
3. Bagaimana kehidupan politik Kerajaan Kediri?
4. Bagaimana kehidupan social Kerajaan Berdiri?
5. Kapan masa kejayaan Kerajaan Kediri?
6. Kapan masa keruntuhan Kerajaan Kediri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Kediri
2. Mengetahui letak geografis Kerajaan Kediri
3. Mengetahui kehidupan politik Kerajaan Kediri
4. Mengetahui kehidupan social Kerajaan Kediri
5. Mengetahui masa kejayaan Kerajaan Kediri
6. Mengetahui masa keruntuhan Kerajaan Kediri
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri


Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di
Pulau Jawa, Indonesia, pada abad ke-11 hingga abad ke-13 Masehi. Kerajaan ini
memiliki sejarah yang kaya dan berpengaruh dalam perkembangan budaya dan peradaban
di Nusantara. Kerajaan Kediri didirikan oleh Sri Airlangga, seorang tokoh penting pada
masa itu, pada awal abad ke-11 Masehi. Sri Airlangga mempersatukan dua kerajaan yang
saling bersaing, yaitu Kerajaan Medang dan Kerajaan Hujung Galuh. Ia memilih Kediri
sebagai ibu kota kerajaan yang baru.
Pada puncak kejayaannya, Kerajaan Kediri dikenal sebagai pusat kebudayaan dan
perdagangan di Asia Tenggara. Hal ini terbukti dari catatan sejarah yang menyebutkan
bahwa Kediri memiliki hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan di Asia, termasuk
Cina dan India. Selama masa pemerintahan Sri Airlangga, Kerajaan Kediri mencapai
masa keemasannya. Sri Airlangga berhasil menciptakan stabilitas politik dan ekonomi di
wilayahnya. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan mendukung
perkembangan seni dan budaya.
Setelah Sri Airlangga wafat, Kerajaan Kediri mengalami periode ketidakstabilan
politik dan persaingan internal. Para penguasa penerusnya tidak mampu mempertahankan
kejayaan yang dicapai oleh pendiri kerajaan. Akibatnya, Kerajaan Kediri mulai melemah
dan terbagi menjadi beberapa wilayah kecil yang diperintah oleh penguasa lokal. Pada
abad ke-13 Masehi, Kerajaan Kediri menghadapi tantangan serius dari Kerajaan
Singhasari yang dipimpin oleh Ken Arok. Pertempuran antara kedua kerajaan ini
menciptakan periode transisi menuju Kerajaan Majapahit. Singhasari berhasil
menaklukkan Kediri, dan akhirnya, pada tahun 1292 Masehi, Raden Wijaya, cucu Ken
Arok, mendirikan Kerajaan Majapahit.
Meskipun Kerajaan Kediri tidak lagi menjadi pusat kekuatan, warisan budaya dan
peradabannya tetap berdampak besar pada masa yang akan datang. Seni arsitektur, seni
rupa, dan sistem pemerintahan yang diperkenalkan oleh Kerajaan Kediri tetap
membentuk dasar bagi perkembangan budaya di Pulau Jawa. Dengan demikian,
meskipun Kerajaan Kediri mengalami periode kejayaan dan kemunduran, warisan
sejarahnya tetap memainkan peran penting dalam pembentukan peradaban di Indonesia

2.2 Letak Geografis Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri terletak di Pulau Jawa, bagian barat daya dari apa yang sekarang
dikenal sebagai Indonesia. Secara geografis, Pulau Jawa terletak di antara 6° LU - 9° LS
dan 105° - 115° BT. Wilayah kerajaan ini terutama terletak di bagian tengah Pulau Jawa,
dengan cakupan yang meliputi sebagian besar wilayah provinsi Jawa Timur dan sebagian
kecil dari wilayah Jawa Tengah.

Letak geografis Kerajaan Kediri memberikan keuntungan strategis karena berada


di wilayah yang subur dengan akses yang baik ke sumber daya alam, termasuk sungai-
sungai yang memudahkan transportasi dan irigasi untuk pertanian. Wilayah ini juga
terdiri dari dataran rendah dan perbukitan yang cocok untuk pertanian, serta memiliki
akses ke pantai utara Jawa yang memberikan peluang perdagangan maritim yang luas.

Secara lebih spesifik, ibu kota Kerajaan Kediri terletak di sekitar wilayah Kediri
modern, yang sekarang menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur. Kota Kediri terletak di
dataran rendah yang subur di antara Sungai Brantas dan Sungai Sampeyan. Sungai
Brantas menjadi salah satu aspek penting dalam keberhasilan ekonomi dan pertanian
kerajaan, karena memungkinkan irigasi untuk pertanian yang produktif dan juga menjadi
jalur transportasi penting.

Wilayah Kerajaan Kediri juga mencakup sebagian wilayah timur Jawa Tengah,
termasuk wilayah sekitar Sungai Bengawan Solo. Sungai ini menjadi salah satu jalur
perdagangan penting pada masa itu, menghubungkan wilayah pedalaman dengan pantai
utara Jawa. Selain itu, keberadaan wilayah pegunungan di sekitar Kediri memberikan
perlindungan alami bagi kerajaan dari serangan musuh. Pegunungan juga menjadi sumber
berbagai macam tanaman obat-obatan dan rempah-rempah yang bernilai tinggi dalam
perdagangan pada masa itu.

Secara keseluruhan, letak geografis Kerajaan Kediri memberikan keuntungan


besar dalam hal akses ke sumber daya alam, perdagangan, pertanian, dan pertahanan. Hal
ini memungkinkan kerajaan untuk berkembang menjadi pusat kebudayaan dan
perdagangan yang penting di Pulau Jawa dan kawasan sekitarnya.

2.3 Kondisi Politik Kerajaan Kediri

Kondisi politik Kerajaan Kediri berkembang selama periode keberadaannya, dari


awal pendiriannya di bawah Sri Airlangga hingga periode penurunan dan akhirnya
kejatuhan kerajaan tersebut. Berikut adalah gambaran tentang kondisi politik Kerajaan
Kediri selama periode tersebut:

Pendirian oleh Sri Airlangga:

Kerajaan Kediri didirikan oleh Sri Airlangga pada awal abad ke-11 Masehi setelah
menyatukan dua kerajaan yang bersaing, yaitu Kerajaan Medang dan Kerajaan Hujung
Galuh. Sri Airlangga memilih Kediri sebagai ibu kota kerajaan yang baru dan berhasil
menciptakan stabilitas politik awal dalam mempersatukan dua kekuatan yang sebelumnya
bersaing.

Masa Kejayaan di Bawah Sri Airlangga:

Selama pemerintahan Sri Airlangga, Kerajaan Kediri mencapai puncak


kejayaannya. Sri Airlangga adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan mendukung
perkembangan seni, budaya, dan perdagangan. Stabilitas politik dan ekonomi di Kerajaan
Kediri membuatnya menjadi pusat kekuatan yang dominan di Pulau Jawa pada masa itu.
Sri Airlangga juga dikenal karena kebijaksanaannya dalam mengelola hubungan dengan
kerajaan tetangga dan kerajaan asing, seperti Cina dan India.

Persaingan Internal Setelah Sri Airlangga:

Setelah Sri Airlangga wafat, Kerajaan Kediri menghadapi tantangan dalam


mempertahankan stabilitas politiknya. Persaingan internal antara para penguasa
penerusnya seringkali mengganggu kestabilan kerajaan. Kekuasaan dan pengaruh politik
sering kali diperebutkan oleh anggota keluarga kerajaan dan elit politik, menyebabkan
ketidakstabilan dalam pemerintahan.
Pertempuran dengan Kerajaan Singhasari:

Pada abad ke-13 Masehi, Kerajaan Kediri menghadapi persaingan serius dengan
Kerajaan Singhasari yang dipimpin oleh Ken Arok. Pertempuran antara kedua kerajaan
ini menciptakan periode ketidakstabilan politik dan ketegangan di Jawa. Singhasari
akhirnya berhasil menaklukkan Kediri, mengakhiri masa kekuasaan Kediri.

Penurunan dan Kejatuhan Kerajaan Kediri:

Setelah ditaklukkan oleh Singhasari, Kerajaan Kediri mengalami penurunan dan


kejatuhan yang cepat. Meskipun beberapa penguasa penerus mencoba mempertahankan
kekuasaan, kejayaan Kerajaan Kediri tidak pernah pulih sepenuhnya. Ketidakstabilan
politik, konflik internal, dan tekanan dari luar menyebabkan keruntuhan akhir Kerajaan
Kediri.

Peninggalan Politik Kerajaan Kediri:

Meskipun Kerajaan Kediri telah runtuh, warisan politiknya tetap berpengaruh


dalam sejarah dan budaya Jawa. Sistem pemerintahan dan tradisi politik yang
diperkenalkan oleh Kerajaan Kediri, seperti sistem feodal dan hierarki pemerintahan,
berlanjut dalam pembentukan kerajaan-kerajaan penerusnya, termasuk Majapahit.
Peninggalan politik ini juga mencakup struktur sosial dan budaya yang masih terlihat
dalam masyarakat Jawa modern.

Secara keseluruhan, kondisi politik Kerajaan Kediri mengalami berbagai fase,


dari masa kejayaan di bawah Sri Airlangga hingga penurunan dan kejatuhan akibat
persaingan internal dan eksternal. Meskipun kerajaan ini tidak lagi ada, warisan
politiknya tetap memengaruhi perkembangan politik dan budaya di Pulau Jawa dan
Indonesia secara luas.

2.4 Kehidupan Sosial Kerajaan Kediri

Kehidupan sosial di Kerajaan Kediri mencerminkan beragam aspek budaya,


struktur sosial, dan nilai-nilai yang mempengaruhi masyarakat pada masa itu. Berikut
adalah gambaran tentang kehidupan sosial di Kerajaan Kediri:
Struktur Sosial Feodal:

Kerajaan Kediri didominasi oleh struktur sosial feodal, di mana masyarakat dibagi
menjadi berbagai kasta atau golongan. Kasta tertinggi dihuni oleh keluarga kerajaan dan
bangsawan, yang memiliki kekuasaan politik dan ekonomi yang besar. Di bawah mereka,
terdapat golongan para pembesar dan pejabat kerajaan yang mengelola administrasi dan
pemerintahan. Golongan ini biasanya memiliki hak istimewa dan kekuasaan dalam
keputusan politik dan hukum.

Masyarakat Agraris:

Kediri adalah kerajaan agraris di mana sebagian besar masyarakatnya


menggantungkan hidup dari pertanian. Pertanian padi, jagung, dan tanaman lainnya
menjadi sumber utama penghidupan bagi penduduk. Sistem irigasi yang canggih,
terutama di sepanjang Sungai Brantas, memungkinkan pertanian yang produktif dan
berkelanjutan. Masyarakat juga terlibat dalam berbagai kegiatan pertanian, seperti
bercocok tanam, penyiraman, dan panen.

Pekerjaan dan Profesi Lainnya:

Selain pertanian, masyarakat Kediri juga terlibat dalam berbagai profesi lainnya.
Ada pengrajin, pedagang, petani, nelayan, dan pekerja lain yang membentuk struktur
ekonomi yang beragam. Pengrajin terampil seperti pandai besi, tukang batu, dan
pengrajin keramik juga berkembang di Kerajaan Kediri, menciptakan barang-barang yang
diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari dan perdagangan.

Perdagangan dan Pasar:

Kediri adalah pusat perdagangan yang penting di Pulau Jawa, terutama karena
posisinya yang strategis di antara Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pasar-pasar lokal di
Kediri menjadi tempat utama untuk berdagang barang-barang seperti hasil pertanian,
kerajinan tangan, rempah-rempah, dan barang-barang impor. Selain itu, perdagangan laut
juga berkembang di pelabuhan-pelabuhan utama di pantai utara Jawa.
Sistem Kepercayaan dan Agama:

Kediri, seperti banyak kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, memiliki sistem


kepercayaan yang diwarnai oleh agama Hindu dan Buddha. Agama-agama ini
memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Pemujaan
terhadap dewa-dewi Hindu dan Buddha dilakukan di candi-candi dan kuil-kuil yang
tersebar di seluruh wilayah kerajaan. Para pendeta dan biksu memiliki peran penting
dalam masyarakat, tidak hanya sebagai pemimpin rohani tetapi juga sebagai penjaga
kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Kehidupan Istana dan Kehidupan Aristokrat:

Istana kerajaan di Kediri menjadi pusat kegiatan politik, budaya, dan sosial. Para
anggota keluarga kerajaan dan bangsawan menghuni istana dan terlibat dalam berbagai
kegiatan upacara, pertemuan, dan hiburan. Kehidupan istana dipenuhi dengan
kemewahan, seperti upacara keagamaan, perjamuan, dan pertunjukan seni seperti tari dan
musik.

Sistem Pendidikan dan Pengetahuan:

Pendidikan dan pengetahuan berkembang di Kerajaan Kediri, terutama di


kalangan bangsawan dan para pemimpin intelektual. Sekolah-sekolah didirikan untuk
mengajarkan agama, sastra, filsafat, dan ilmu pengetahuan lainnya. Para cendekiawan
dan ahli pengetahuan, seperti pandai besi dan pengrajin keramik, juga mengembangkan
keterampilan mereka melalui praktik dan pengalaman.

Budaya dan Seni:

Budaya dan seni berkembang pesat di Kerajaan Kediri, tercermin dalam


arsitektur, seni rupa, sastra, tari, dan musik. Candi-candi dan struktur arsitektur lainnya
dibangun dengan gaya yang indah dan artistik. Sastra Jawa juga berkembang pesat,
dengan karya-karya sastra yang menampilkan nilai-nilai kehidupan dan kebijaksanaan.
Pertunjukan seni, seperti wayang kulit, tari, dan musik, menjadi bagian integral dari
kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
Melalui gambaran ini, terlihat bahwa kehidupan sosial di Kerajaan Kediri sangat
beragam dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk struktur sosial, ekonomi, agama,
dan budaya. Meskipun sudah lama runtuh, warisan sosial dan budaya dari Kerajaan
Kediri tetap memengaruhi masyarakat Jawa dan Indonesia hingga saat ini.

2.5 Masa Kejayaan Kerajaan Kediri

Masa kejayaan Kerajaan Kediri merupakan periode penting dalam sejarah


Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah
pemerintahan Sri Airlangga, seorang pemimpin yang bijaksana dan berpengaruh. Berikut
adalah gambaran tentang masa kejayaan Kerajaan Kediri:

Pendirian dan Konsolidasi Kekuasaan Sri Airlangga:

Kerajaan Kediri didirikan oleh Sri Airlangga pada awal abad ke-11 Masehi setelah
menyatukan dua kerajaan yang bersaing, yaitu Kerajaan Medang dan Kerajaan Hujung
Galuh. Sri Airlangga berhasil menciptakan stabilitas politik dan ekonomi yang langka di
Pulau Jawa pada masa itu. Kediri dipilih sebagai ibu kota kerajaan yang baru, dan Sri
Airlangga membangun struktur pemerintahan yang efektif untuk mengelola wilayahnya.

Stabilitas Politik dan Ekonomi:

Di bawah kepemimpinan Sri Airlangga, Kerajaan Kediri menikmati stabilitas


politik dan ekonomi yang luar biasa. Sri Airlangga dikenal sebagai pemimpin yang
bijaksana dan adil, yang mampu menjaga perdamaian dan keamanan di wilayahnya. Hal
ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan
perkembangan budaya.

Perekonomian yang Makmur:

Masa kejayaan Kerajaan Kediri ditandai dengan kemakmuran ekonomi yang luar
biasa. Pertanian menjadi tulang punggung ekonomi kerajaan, dengan sistem irigasi yang
canggih dan produktivitas yang tinggi. Selain itu, perdagangan juga berkembang pesat,
terutama perdagangan maritim di pelabuhan-pelabuhan utama di pantai utara Jawa.
Kediri menjadi pusat perdagangan yang penting di Asia Tenggara, menghasilkan
kekayaan dan kemakmuran bagi kerajaan dan rakyatnya.
Perkembangan Seni dan Budaya:

Masa kejayaan Kerajaan Kediri juga merupakan zaman keemasan dalam bidang
seni dan budaya. Sri Airlangga mendukung perkembangan seni arsitektur, seni rupa,
sastra, tari, dan musik. Candi-candi dan struktur arsitektur lainnya dibangun dengan gaya
yang indah dan artistik. Sastra Jawa mencapai puncaknya, dengan karya-karya sastra
yang menggambarkan nilai-nilai kehidupan dan kebijaksanaan. Seni tari dan musik juga
berkembang pesat, menjadi bagian integral dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat.

Hubungan Luar Negeri yang Kuat:

Sri Airlangga berhasil menjalin hubungan diplomatik yang kuat dengan kerajaan-
kerajaan tetangga dan negara-negara lain di kawasan Asia. Kediri memiliki hubungan
yang erat dengan kerajaan-kerajaan di daratan Asia, seperti Cina dan India, serta dengan
kerajaan-kerajaan maritim di Asia Tenggara. Hubungan dagang dan diplomasi yang baik
membantu memperkuat posisi Kediri sebagai pusat kekuatan di wilayah tersebut.

Peningkatan Kesejahteraan Rakyat:

Salah satu indikator keberhasilan Sri Airlangga sebagai pemimpin adalah


peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Kediri menjadi kerajaan yang makmur dan
sejahtera, dengan rakyatnya menikmati keamanan, lapangan pekerjaan, dan kemakmuran
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sistem redistribusi kekayaan yang adil dan
efisien membantu mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan
seluruh masyarakat.

Masa kejayaan Kerajaan Kediri di bawah Sri Airlangga adalah periode yang
penting dalam sejarah Indonesia. Pemerintahan yang bijaksana, ekonomi yang kuat, seni
dan budaya yang berkembang, serta hubungan luar negeri yang baik adalah faktor-faktor
utama yang menyumbang kesuksesan kerajaan ini. Meskipun Kerajaan Kediri telah lama
runtuh, warisan kejayaannya tetap memengaruhi perkembangan budaya, politik, dan
ekonomi di Indonesia hingga saat ini.
2.6 Masa Keruntuhan Kerajaaan Kediri

Masa keruntuhan Kerajaan Kediri merupakan periode yang ditandai dengan


ketidakstabilan politik, persaingan internal, dan tekanan eksternal yang menyebabkan
penurunan kekuasaan dan akhirnya kejatuhan kerajaan tersebut. Berikut adalah gambaran
tentang masa keruntuhan Kerajaan Kediri:

Persaingan Kekuasaan Internal:

Salah satu faktor utama yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Kediri adalah
persaingan kekuasaan internal antara anggota keluarga kerajaan dan elit politik. Setelah
Sri Airlangga wafat, ketidakstabilan politik mulai muncul karena persaingan untuk
mendapatkan kekuasaan dan pengaruh dalam pemerintahan. Konflik internal ini
melemahkan kerajaan dari dalam dan mengganggu kestabilan politik yang telah dibangun
sebelumnya.

Penurunan Kesejahteraan Ekonomi:

Selama periode keruntuhan, terjadi penurunan kesejahteraan ekonomi di Kerajaan


Kediri. Faktor-faktor seperti konflik politik, perampasan sumber daya oleh elit politik,
dan penurunan produktivitas pertanian menyebabkan keruntuhan sistem ekonomi yang
sebelumnya makmur. Kesenjangan sosial semakin melebar karena rakyat jelata menderita
akibat peningkatan pajak dan pengambilan sumber daya yang tidak adil oleh penguasa.

Tekanan dari Kerajaan Tetangga:

Keruntuhan Kerajaan Kediri juga dipengaruhi oleh tekanan dari kerajaan


tetangga, terutama Kerajaan Singhasari yang dipimpin oleh Ken Arok. Singhasari, yang
semakin berkembang dan ambisius, menekan Kediri secara militer dan politik.
Pertempuran antara kedua kerajaan ini menyebabkan Kerajaan Kediri semakin terpukul
dan melemah secara bertahap.

Pembelahan Intern Kediri:

Konflik internal di Kerajaan Kediri memicu pembelahan intern yang


memperburuk situasi. Bagian-bagian kerajaan mulai memisahkan diri dan menetapkan
otonomi lokal, mengurangi kesatuan dan kekuatan kerajaan secara keseluruhan. Para
penguasa lokal memperjuangkan kepentingan mereka sendiri tanpa memperhatikan
kepentingan kerajaan secara keseluruhan, menyebabkan fragmentasi dan kerapuhan
politik yang lebih besar.

Pertempuran dengan Singhasari dan Majapahit:

Konflik dengan Singhasari mencapai puncaknya ketika Kerajaan Kediri berhasil


ditaklukkan oleh Singhasari di bawah pimpinan Ken Arok. Pertempuran berkepanjangan
dan tekanan militer dari Singhasari membuat Kediri semakin terpojok dan lemah. Setelah
kekalahan oleh Singhasari, beberapa wilayah Kediri berusaha untuk mempertahankan
kemerdekaan mereka, tetapi akhirnya, Kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Raden
Wijaya berhasil menguasai wilayah Kediri pada tahun 1292 Masehi.

Korupsi dan Pemerintahan yang Lemah:

Selain konflik politik dan tekanan militer, korupsi dan pemerintahan yang lemah
juga menjadi faktor yang mempercepat keruntuhan Kerajaan Kediri. Elit politik dan
birokrat kerap memanfaatkan kekuasaan mereka untuk kepentingan pribadi, mengabaikan
kesejahteraan rakyat dan kepentingan negara secara keseluruhan. Korupsi yang
merajalela merusak sistem pemerintahan dan mengurangi kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah.

Kehilangan Legitimasi Pemerintah:

Akumulasi ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan yang korup dan tidak


efektif menyebabkan hilangnya legitimasi pemerintah. Rakyat mulai memperjuangkan
otonomi lokal dan membangkitkan gerakan-gerakan perlawanan terhadap pemerintah
pusat. Pemimpin yang lemah dan tidak mampu mengatasi tantangan eksternal dan
internal menyebabkan kepercayaan rakyat hilang, yang akhirnya mempercepat
keruntuhan kerajaan.

Perubahan Sosial dan Budaya:

Perubahan sosial dan budaya juga terjadi selama masa keruntuhan Kerajaan
Kediri. Persaingan kekuasaan, perang, dan ketidakstabilan politik mengganggu
kehidupan sehari-hari masyarakat. Seni dan budaya juga mengalami penurunan karena
fokus utama beralih dari kegiatan kebudayaan ke upaya bertahan hidup dan perjuangan
politik.

Secara keseluruhan, masa keruntuhan Kerajaan Kediri ditandai oleh


ketidakstabilan politik, konflik internal, tekanan eksternal, dan korupsi yang merajalela.
Faktor-faktor ini bersama-sama mempercepat penurunan kekuasaan dan akhirnya
kejatuhan Kerajaan Kediri, yang pada akhirnya memberikan jalan bagi kebangkitan
Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kerajaan Kediri memiliki peran yang signifikan dalam membentuk sejarah dan
budaya Indonesia. Sebagai salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Pulau Jawa,
Kediri memainkan peran penting dalam perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan
budaya di kawasan tersebut. Kediri juga menjadi pusat perdagangan penting di Asia
Tenggara, menghubungkan berbagai kerajaan dan negara di wilayah itu.

Masa kejayaan Kerajaan Kediri terjadi pada masa pemerintahan Sri Airlangga,
yang dikenal sebagai pemimpin bijaksana dan cakap. Di bawah kepemimpinannya,
Kediri mencapai stabilitas politik dan ekonomi yang luar biasa, dengan ekspansi wilayah,
perkembangan seni dan budaya, serta hubungan luar negeri yang kuat.

Pertanian dan perdagangan merupakan tulang punggung ekonomi Kerajaan


Kediri. Pertanian yang produktif didukung oleh sistem irigasi yang canggih, sementara
perdagangan maritim di pelabuhan-pelabuhan utama membawa kekayaan dan
kemakmuran bagi kerajaan. Kediri menjadi pusat perdagangan penting di Asia Tenggara,
menghasilkan keuntungan dari perdagangan rempah-rempah, logam, kerajinan, dan
barang-barang lainnya.

Kerajaan Kediri juga menyaksikan kemajuan yang signifikan dalam bidang seni
dan budaya. Arsitektur candi-candi dan bangunan kerajaan mencerminkan kemegahan
dan keindahan seni Hindu-Buddha. Sastra Jawa mencapai puncaknya, dengan karya-
karya sastra yang menggambarkan nilai-nilai kehidupan dan kebijaksanaan. Seni tari,
musik, dan kerajinan juga berkembang pesat, menciptakan warisan budaya yang kaya
bagi masyarakat.

Meskipun mencapai kejayaan, Kerajaan Kediri juga menghadapi berbagai


tantangan yang akhirnya menyebabkan keruntuhan. Persaingan internal untuk kekuasaan,
tekanan dari kerajaan tetangga seperti Singhasari, penurunan ekonomi, dan
ketidakstabilan politik adalah faktor-faktor yang menyebabkan keruntuhan kerajaan
tersebut.

Meskipun sudah lama runtuh, Kerajaan Kediri meninggalkan jejak yang penting
dalam sejarah dan budaya Indonesia. Peninggalan arsitektur, seni, dan budaya masih
dapat dilihat hingga saat ini, menginspirasi dan memperkaya warisan budaya Indonesia.
Selain itu, sistem politik, ekonomi, dan sosial yang diperkenalkan oleh Kerajaan Kediri
juga memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan masyarakat dan negara-negara
penerusnya di Pulau Jawa dan Indonesia secara keseluruhan.

Sejarah Kerajaan Kediri mengajarkan kita tentang kompleksitas perkembangan


masyarakat dan kerajaan di masa lalu. Pembelajaran dari kejayaan dan keruntuhan
Kerajaan Kediri dapat memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana faktor-
faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya saling terkait dalam membentuk nasib sebuah
kerajaan. Dengan memahami sejarah tersebut, kita dapat belajar untuk menghindari
kesalahan yang sama di masa depan dan membangun masyarakat yang lebih baik.

Kesimpulannya, Kerajaan Kediri adalah salah satu kerajaan terpenting dalam


sejarah Indonesia, yang mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Sri
Airlangga. Meskipun menghadapi tantangan dan akhirnya mengalami keruntuhan,
warisan budaya dan pengaruhnya masih terasa hingga saat ini. Sejarah Kerajaan Kediri
mengajarkan kita banyak hal tentang kompleksitas perkembangan masyarakat dan
kerajaan, serta pentingnya pembelajaran dari masa lalu untuk membangun masa depan
yang lebih baik.

3.2 Saran

Disarankan kepada seluruh siswa-siswi agar memperdalam Sejarah Kerajaan-


kerajaan hindu budha agar dapat memahami edukasi kompleks.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai