KERAJAAN KEDIRI
Nama Kelompok:
1. Dewa Ayu Cantika Kiranaswari (04)
2. I Kadek Bagus Prayuda Dinatha (10)
3. I Putu Adi Wiguna (14)
4. Komang Krisny Bona Savira (18)
5. Ni Putu Ditia Ayu Riani (31)
6. Ni Putu Eka Rahayu Ningsih (32)
7. Ni Wayan Diah Cintya Dewi (34)
Dalam penyusunan makalah ini, terdapat beberapa kendala dalam pengaturan waktu dan
pengerjaan tugas lainnya, namun berkat kegigihan kami, dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Kendatipun, makalah ini jauh dari
kata sempurna, tetapi makalah ini merupakan hasil orisinil dari buah pikiran dan kerja keras
kelompok kami. Maka dari itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sebagai bahan evaluasi kepada penyusun agar kedepannya penyusun dapat
menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Penyusun berharap dengan membuat makalah ini,
kita dapat meminimalisir sampah botol plastik dapat terealisasikan. Penyusun juga berharap
dengan pengerjaan makalah ini, kemampuan penyusun dalam menyusun karya tulis berupa
makalah semakin terasah.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Jawa Tengah pada abad ke-8 M telah berdiri sebuah kerajaan, yakni Mataram.
Mataram yang bercorak Hindu-Buddha ini diperintah oleh dua dinasti (wangsa) yang
berbeda, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Ibukota Mataram adalah Medang
atau Medang Kamulan hingga tahun 925. Pada Prasasti Canggal terdapat kata-kata
“Medang I Bhumi Mataram”. Namun, hingga sekarang letak pasti ibukota ini belum
diketahui. Berdasarkan Prasasti Canggal diketahui, Mataram Kuno mula-mula diperintah
oleh Raja Sanna. Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya, Sanjaya. Sanjaya
adalah anak Sanaha, saudara perempuan Raja Sanna (Sanna tidak memiliki keturunan).
Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan
tenteram.
Hal ini terlihat dari Prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa tanah Jawa kaya
akan padi dan emas. Selain pada Prasasti Canggal, nama Sanjaya juga tercantum pada
Prasasti Balitung. Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan Hindu yang terletak di
tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan
bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya
Shastraprabu yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu. Sejarah Berdirinya
Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi
dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan
Gunung Kawi dan Sungai Brantas.
Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri
atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan
Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi,
Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha. Kemudian pada November 1042, kedua putra
Raja Airlangga memperebutkan tahta kerajaan sehingga dengan terpaksa Airlangga
membelah kerajaan menjadi dua. Hasil dari perang saudara tersebut, Kerajaan Panjalu
diberikan kepada Sri Samarawijaya yang pusatnya di Kota Daha. Sedangkan Kerajaan
Jenggala diberikan kepada Mapanji Garasakan yang berpusat di Kahuripan. Dalam
Prasasti Meaenga disebutkan bahwa Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan nama Raja
Mapanji Garasakan(1042-1052 M) diabadikan. Namun, pada peperangan selanjutnya,
Kerajaan Panjalu (Kediri) berhasil menguasai seluruh takhta Airlangga.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Kediri?
2. Bagaimana letak geografis Kerajaan Kediri?
3. Bagaimana kehidupan politik Kerajaan Kediri?
4. Bagaimana kehidupan social Kerajaan Berdiri?
5. Kapan masa kejayaan Kerajaan Kediri?
6. Kapan masa keruntuhan Kerajaan Kediri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Kediri
2. Mengetahui letak geografis Kerajaan Kediri
3. Mengetahui kehidupan politik Kerajaan Kediri
4. Mengetahui kehidupan social Kerajaan Kediri
5. Mengetahui masa kejayaan Kerajaan Kediri
6. Mengetahui masa keruntuhan Kerajaan Kediri
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan Kediri terletak di Pulau Jawa, bagian barat daya dari apa yang sekarang
dikenal sebagai Indonesia. Secara geografis, Pulau Jawa terletak di antara 6° LU - 9° LS
dan 105° - 115° BT. Wilayah kerajaan ini terutama terletak di bagian tengah Pulau Jawa,
dengan cakupan yang meliputi sebagian besar wilayah provinsi Jawa Timur dan sebagian
kecil dari wilayah Jawa Tengah.
Secara lebih spesifik, ibu kota Kerajaan Kediri terletak di sekitar wilayah Kediri
modern, yang sekarang menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur. Kota Kediri terletak di
dataran rendah yang subur di antara Sungai Brantas dan Sungai Sampeyan. Sungai
Brantas menjadi salah satu aspek penting dalam keberhasilan ekonomi dan pertanian
kerajaan, karena memungkinkan irigasi untuk pertanian yang produktif dan juga menjadi
jalur transportasi penting.
Wilayah Kerajaan Kediri juga mencakup sebagian wilayah timur Jawa Tengah,
termasuk wilayah sekitar Sungai Bengawan Solo. Sungai ini menjadi salah satu jalur
perdagangan penting pada masa itu, menghubungkan wilayah pedalaman dengan pantai
utara Jawa. Selain itu, keberadaan wilayah pegunungan di sekitar Kediri memberikan
perlindungan alami bagi kerajaan dari serangan musuh. Pegunungan juga menjadi sumber
berbagai macam tanaman obat-obatan dan rempah-rempah yang bernilai tinggi dalam
perdagangan pada masa itu.
Kerajaan Kediri didirikan oleh Sri Airlangga pada awal abad ke-11 Masehi setelah
menyatukan dua kerajaan yang bersaing, yaitu Kerajaan Medang dan Kerajaan Hujung
Galuh. Sri Airlangga memilih Kediri sebagai ibu kota kerajaan yang baru dan berhasil
menciptakan stabilitas politik awal dalam mempersatukan dua kekuatan yang sebelumnya
bersaing.
Pada abad ke-13 Masehi, Kerajaan Kediri menghadapi persaingan serius dengan
Kerajaan Singhasari yang dipimpin oleh Ken Arok. Pertempuran antara kedua kerajaan
ini menciptakan periode ketidakstabilan politik dan ketegangan di Jawa. Singhasari
akhirnya berhasil menaklukkan Kediri, mengakhiri masa kekuasaan Kediri.
Kerajaan Kediri didominasi oleh struktur sosial feodal, di mana masyarakat dibagi
menjadi berbagai kasta atau golongan. Kasta tertinggi dihuni oleh keluarga kerajaan dan
bangsawan, yang memiliki kekuasaan politik dan ekonomi yang besar. Di bawah mereka,
terdapat golongan para pembesar dan pejabat kerajaan yang mengelola administrasi dan
pemerintahan. Golongan ini biasanya memiliki hak istimewa dan kekuasaan dalam
keputusan politik dan hukum.
Masyarakat Agraris:
Selain pertanian, masyarakat Kediri juga terlibat dalam berbagai profesi lainnya.
Ada pengrajin, pedagang, petani, nelayan, dan pekerja lain yang membentuk struktur
ekonomi yang beragam. Pengrajin terampil seperti pandai besi, tukang batu, dan
pengrajin keramik juga berkembang di Kerajaan Kediri, menciptakan barang-barang yang
diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari dan perdagangan.
Kediri adalah pusat perdagangan yang penting di Pulau Jawa, terutama karena
posisinya yang strategis di antara Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pasar-pasar lokal di
Kediri menjadi tempat utama untuk berdagang barang-barang seperti hasil pertanian,
kerajinan tangan, rempah-rempah, dan barang-barang impor. Selain itu, perdagangan laut
juga berkembang di pelabuhan-pelabuhan utama di pantai utara Jawa.
Sistem Kepercayaan dan Agama:
Istana kerajaan di Kediri menjadi pusat kegiatan politik, budaya, dan sosial. Para
anggota keluarga kerajaan dan bangsawan menghuni istana dan terlibat dalam berbagai
kegiatan upacara, pertemuan, dan hiburan. Kehidupan istana dipenuhi dengan
kemewahan, seperti upacara keagamaan, perjamuan, dan pertunjukan seni seperti tari dan
musik.
Kerajaan Kediri didirikan oleh Sri Airlangga pada awal abad ke-11 Masehi setelah
menyatukan dua kerajaan yang bersaing, yaitu Kerajaan Medang dan Kerajaan Hujung
Galuh. Sri Airlangga berhasil menciptakan stabilitas politik dan ekonomi yang langka di
Pulau Jawa pada masa itu. Kediri dipilih sebagai ibu kota kerajaan yang baru, dan Sri
Airlangga membangun struktur pemerintahan yang efektif untuk mengelola wilayahnya.
Masa kejayaan Kerajaan Kediri ditandai dengan kemakmuran ekonomi yang luar
biasa. Pertanian menjadi tulang punggung ekonomi kerajaan, dengan sistem irigasi yang
canggih dan produktivitas yang tinggi. Selain itu, perdagangan juga berkembang pesat,
terutama perdagangan maritim di pelabuhan-pelabuhan utama di pantai utara Jawa.
Kediri menjadi pusat perdagangan yang penting di Asia Tenggara, menghasilkan
kekayaan dan kemakmuran bagi kerajaan dan rakyatnya.
Perkembangan Seni dan Budaya:
Masa kejayaan Kerajaan Kediri juga merupakan zaman keemasan dalam bidang
seni dan budaya. Sri Airlangga mendukung perkembangan seni arsitektur, seni rupa,
sastra, tari, dan musik. Candi-candi dan struktur arsitektur lainnya dibangun dengan gaya
yang indah dan artistik. Sastra Jawa mencapai puncaknya, dengan karya-karya sastra
yang menggambarkan nilai-nilai kehidupan dan kebijaksanaan. Seni tari dan musik juga
berkembang pesat, menjadi bagian integral dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
Sri Airlangga berhasil menjalin hubungan diplomatik yang kuat dengan kerajaan-
kerajaan tetangga dan negara-negara lain di kawasan Asia. Kediri memiliki hubungan
yang erat dengan kerajaan-kerajaan di daratan Asia, seperti Cina dan India, serta dengan
kerajaan-kerajaan maritim di Asia Tenggara. Hubungan dagang dan diplomasi yang baik
membantu memperkuat posisi Kediri sebagai pusat kekuatan di wilayah tersebut.
Masa kejayaan Kerajaan Kediri di bawah Sri Airlangga adalah periode yang
penting dalam sejarah Indonesia. Pemerintahan yang bijaksana, ekonomi yang kuat, seni
dan budaya yang berkembang, serta hubungan luar negeri yang baik adalah faktor-faktor
utama yang menyumbang kesuksesan kerajaan ini. Meskipun Kerajaan Kediri telah lama
runtuh, warisan kejayaannya tetap memengaruhi perkembangan budaya, politik, dan
ekonomi di Indonesia hingga saat ini.
2.6 Masa Keruntuhan Kerajaaan Kediri
Salah satu faktor utama yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Kediri adalah
persaingan kekuasaan internal antara anggota keluarga kerajaan dan elit politik. Setelah
Sri Airlangga wafat, ketidakstabilan politik mulai muncul karena persaingan untuk
mendapatkan kekuasaan dan pengaruh dalam pemerintahan. Konflik internal ini
melemahkan kerajaan dari dalam dan mengganggu kestabilan politik yang telah dibangun
sebelumnya.
Selain konflik politik dan tekanan militer, korupsi dan pemerintahan yang lemah
juga menjadi faktor yang mempercepat keruntuhan Kerajaan Kediri. Elit politik dan
birokrat kerap memanfaatkan kekuasaan mereka untuk kepentingan pribadi, mengabaikan
kesejahteraan rakyat dan kepentingan negara secara keseluruhan. Korupsi yang
merajalela merusak sistem pemerintahan dan mengurangi kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah.
Perubahan sosial dan budaya juga terjadi selama masa keruntuhan Kerajaan
Kediri. Persaingan kekuasaan, perang, dan ketidakstabilan politik mengganggu
kehidupan sehari-hari masyarakat. Seni dan budaya juga mengalami penurunan karena
fokus utama beralih dari kegiatan kebudayaan ke upaya bertahan hidup dan perjuangan
politik.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Kediri memiliki peran yang signifikan dalam membentuk sejarah dan
budaya Indonesia. Sebagai salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Pulau Jawa,
Kediri memainkan peran penting dalam perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan
budaya di kawasan tersebut. Kediri juga menjadi pusat perdagangan penting di Asia
Tenggara, menghubungkan berbagai kerajaan dan negara di wilayah itu.
Masa kejayaan Kerajaan Kediri terjadi pada masa pemerintahan Sri Airlangga,
yang dikenal sebagai pemimpin bijaksana dan cakap. Di bawah kepemimpinannya,
Kediri mencapai stabilitas politik dan ekonomi yang luar biasa, dengan ekspansi wilayah,
perkembangan seni dan budaya, serta hubungan luar negeri yang kuat.
Kerajaan Kediri juga menyaksikan kemajuan yang signifikan dalam bidang seni
dan budaya. Arsitektur candi-candi dan bangunan kerajaan mencerminkan kemegahan
dan keindahan seni Hindu-Buddha. Sastra Jawa mencapai puncaknya, dengan karya-
karya sastra yang menggambarkan nilai-nilai kehidupan dan kebijaksanaan. Seni tari,
musik, dan kerajinan juga berkembang pesat, menciptakan warisan budaya yang kaya
bagi masyarakat.
Meskipun sudah lama runtuh, Kerajaan Kediri meninggalkan jejak yang penting
dalam sejarah dan budaya Indonesia. Peninggalan arsitektur, seni, dan budaya masih
dapat dilihat hingga saat ini, menginspirasi dan memperkaya warisan budaya Indonesia.
Selain itu, sistem politik, ekonomi, dan sosial yang diperkenalkan oleh Kerajaan Kediri
juga memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan masyarakat dan negara-negara
penerusnya di Pulau Jawa dan Indonesia secara keseluruhan.
3.2 Saran