Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KERAJAAN KEDIRI

MASA PRAAKSARAA HINDU BUDDHA

Dosen Pengampu : Arfan Diansyah S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Reza (3203321030)

Isnaini Alawiyah (3203121061)

Desi Apriani Sitorus (3203121018)

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Kerajaan Kediri” mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Praaksara Hindu dan
Buddha. Dalam penyusunan makalah ini, kami juga tidak terlepas dari bantuan dan dorongan
dari beberapa pihak yang memotivasi dalam pembuatan makalah ini supaya hasilnya lebih
baik.

Apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini, baik dari isi maupun sistematika
penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
mengembangkan dan menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Medan, 09 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................3

1.3 Tujuan Masalah ................................................................................4

1.4 Manfaat.............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................6

2.1  Sejarah Kerajaan Kediri....................................................................7


2.2 Masa Kejayaan kerajaan Kediri........................................................8
2.3. Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri...................................................9

2.4  Raja-raja yang pernah memerintah..................................................10

2.5  Runtuhnya Kerajaan Kediri.............................................................11

2.6 Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Kediri......................................12

BAB III PENUTUP................................................................................13

3.1    Kesimpulan....................................................................................14

3.2    Saran ...........................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerajaan Kediri merupakan salah satu Kerajaan Hindu yang terletak di tepi Sungai
Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari
Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu
yang menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang
membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri)
yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada
pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas
dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan
Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaimana Sejarah berdirinya kerajaan kediri?
2. seperti Apa Aspek kehidupan kerajaan kediri?
3. Siapa saja Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri?
4. Apa penyebab Runtuhnya Kerajaan Kediri?
5. Apa saja benda peninggalan kerajaan Kediri?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang sejarah berdirinya Kerajaan Kediri
2. Mengetahui aspek kehidupan Kerajaan Kediri
3. Mengetahui raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri
4. Mengetahui runtuhnya Kerajaan Kediri
5. Mengetahui peninggalan kerajaan Kediri
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan tentang berdirinya Kerajaan Kediri
2. Menambah wawasan tentang aspek kehidupan Kerajaan Kediri
3. Menambah pengetahuan tentang raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Kediri
4. Menambah wawasan tentang runtuhnya Kerajaan Kediri
5. menambah wawasan tentang peninggalan-peninggalan kerajaan Kediri

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajan Kediri

Kerajaan Kediri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Wangsa Isyana (Kerajaan Medang
Kamulan). Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang bercorak
Hindu terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha,
yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum
Kerajaan Kediri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api.
Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042.

Hal in isesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan
Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.
Kerajaan ini merupakan salah satu dari dua kerajaan pecahan Kahuripan pada tahun 1045
Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua
putranya bersaing memperebutkan tahta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya
mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha.
Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama
Jenggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.

Tidak ada bukti yang jelas bagaimana kerajaan tersebut dipecah dan menjadi beberapa
bagian. Dalam babad disebutkan bahwa kerajaan dibagi empat atau lima bagian. Tetapi dalam
perkembangannya hanya dua kerajaan yang sering disebut, yaitu Kediri (Panjalu) dan
Jenggala. Samarawijaya sebagai pewaris sah kerajaan mendapat ibukota lama, yaitu
Dahanaputra, dan nama kerajaannya diubah menjadi Panjalu atau dikenal juga sebagai
Kerajaan Kediri. Perkembangan Kerajaan Kediri Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri
yang beribukota Daha tumbuh menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin
tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri.

Menurut Nagarakretagama sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin
Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir
sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah
ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.

Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama
Kediri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kediri.
Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling
wai tai ta (1178).

Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan.Tak banyak yang
diketahui peristiwa di masa-masa awal Kerajaan Kediri. Raja Kameswara (1116-1136)
menikah dengan Dewi Kirana, puteri Kerajaan Janggala. Dengan demikian, berakhirlah
Janggala kembali dipersatukan dengan Kediri. Kediri menjadi kerajaan yang cukup kuat di
Jawa. Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin Smaradahana, yang dikenal dalam kesusastraan
Jawa dengan cerita Panji.

2
Nama Kediri ada yang yang berpendapat berasal dari kata “Kedi” yang artinya “Mandul”
atau “Wanita yang tidak berdatang bulan”.Menurut kamus Jawa Kuno Wojo Wasito, ‘Kedi”
berarti Orang Kebiri Bidan atau Dukun. Di dalam lakon Wayang, Sang Arjuno pernah
menyamar Guru Tari di Negara Wirata, bernama “Kedi Wrakantolo”.Bila kita hubungkan
dengan nama tokoh Dewi Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng, “Kedi” berarti Suci
atau Wadad. Disamping itu kata Kediri berasal dari kata “Diri” yang berarti Adeg, Angdhiri,
menghadiri atau menjadi Raja (bahasa Jawa Jumenengan).

2.2 Masa Kejayaan Kediri

Kerajaan Kediri mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya. Masa
kejayaan kerajaan terjadi sekitar tahun 1135-1159. Pemerintahan yang dipimpinnya sudah
teratur dan hukum dilakukan secara tegas dan adil. Sri Jayabhaya mampu menaklukkan
Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam Prasasti Ngantang (1135) yaitu
Panjalu Jayat atau Panjalu Menang. (Azza, 2017). Sri Jayabhaya juga terkenal sebagai
“peramal” karena ramalannya mengenai kondisi Indonesia di masa Depan. Ramalannya
dikumpulkan dalam kitab Jongko Joyoboyo. Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam
memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan.

2.3 Aspek Kehidupan Kerajaan Kediri

A. Kehidupan Politik

Semenjak Airlangga membagi kerajaan menjadi dua, konflik antara Jenggala dan Panjalu
(Kediri) senantiasa terjadi. Prasasti Banjaran (1052 M) menyebutkan kemenangan Panjalu
atas Jenggala. Demikian juga dengan kakawin Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh, memberitakan bahwa Panjalu (Kediri) memenangkan peperangan dan menguasai
takhta Kediri.

Masing-masing raja Kediri memiliki lencana sendiri-sendiri. Misalnya Raja Kameswara


(1115–1130 M) mempunyai lencana Candrakapale yaitu tengkorak bertaring. Selanjutnya,
Raja Jayabaya (1130–1160) menggunakan lencana Narasingha yaitu manusia setengah singa.
Periode Jayabaya merupakan puncak kejayaan Kediri. Pada masa pemerintahan Raja Gandra,
nama-nama orang menggunakan nama binatang. Misalnya, Kebo Salawah, Manjangan
Puguh, Macan Putih, Gajah Kuning, dan lain-lain. Raja selanjutnya yang memerintah adalah
Kertajaya

B. Kehidupan Ekonomi

Ditilik dari letaknya yang berada di tepi Sungai Brantas dengan sejumlah pelabuhan besar,
kita bisa mengetahui bahwa kehidupan perekonomian Kerajaan Kediri didominasi oleh
aktivitas perdagangan. Meskipun begitu, masyarakat Kediri juga mengenal peternakan dan
pertanian. Hasil Kerajaan Kediri antara lain beras, kapas, dan ulat sutra. Dari hasil itulah,
penghasilan para pegawainya dibayar dengan menggunakan hasil bumi.

Selain itu, pada masa tersebut, mata uang yang terbuat dari emas dan campuran antara perak,
timah, dan tembaga sudah digunakan. Hubungan antara daerah pedalaman dan daerah pesisir

3
sudah berjalan cukup lancar. Sungai Brantas banyak digunakan untuk lalu lintas perdagangan
antara daerah pedalaman dan daerah pesisir.

C. Kehidupan Sosial dan Budaya

Pada masa Kerajaan Kediri, berkembang beragam bentuk kesenian. Salah satu yang paling
menonjol adalah kesusastraan. Secara lebih lengkap akan dibahas pada pembelajaran
berikutnya. Hanya saja, dari beberapa kakawin dan prasasti bisa ditemukan informasi bahwa
masyarakat di Kerajaan Kediri hidup dalam kesejahteraan. Ketenteraman kehidupan sosial
masyarakat Kerajaan Kediri bahkan tertulis di dalam berbagai kitab yang berasal dari Cina.
Misalnya kitab Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-Ku-Fei tahun 1178 M dan kitab Chu-
Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.

2.4 Raja-Raja Yang Pernah Memerintah

1. Sri Jayawarsa

Sejarahnya bisa diketahui dari sebuah prasasti Sirah Keting (1104 M)yang mana raja Sri
Jayawarsa sangat perhatian terhadap rakyatnya. Hal ini terbukti pada masa pemerintahannya
Sri Jayawarsa sering memberikan hadiah terhadap rakyat desa sebagai penghargaan atas
jasanya. Selain itu Jayawarsa selalu berusaha keras untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
rakyatnya.

2. Sri Bameswara

Banyak meninggalkan prasasti-prasasti yang tersebar di daerah Kertosono dan Tulung


Agung. Prasasti peninggalan raja Sri Bameswara ini lebih banyak memuat hal-hal mengenai
keagamaan. Sehingga melalui prasasti ini bisa diketahui kalau keadaan pemerintahannya
pada jaman dulu sangatlah baik.

3. Prabu Jayabaya

Kerajaan Kediri pernah mengalami masa keemasan pada saat pemerintahan Prabu Jayabaya.
Strategi kepemimpinannya dalam upaya memakmurkan dan mensejahterakan rakyat memang
sangat mengagumkan sekali.

Kerajaan dengan ibukota Dahono Puro yang berada di bawah kaki Gunung Kelud ini
tanahnya memang subur sekali. Sehingga membuat segala macam tumbuhan yang di tanam
bisa tumbuh menghijau menyebabkan hasil perkebunan dan pertanian melimpah ruah.

4. Sri Sarwaswera

Sejarah tentang kerjaan yang di pimpin oleh Sri Sarwaswera ini didasarkan atas prasasti
Padelegan II (1159) serta prasasti Kahyunan (1161). Raja Sri Sarwaswera sangat terkenal
sebagai raja yang sangat taat beragama serta berbudaya. Menurutnya tujuan akhir dari hidup
manusia adalah moksa (pemanunggalan jiwatma dan paramatma). Jalan yang utama atau
benar adalah sesuatu yang menuju ke kesatuan, jadi jika ada sesuatu yang menghalangi
berarti tidak benar.

5. Sri Aryeswara

4
Raja Sri Aryeswara merupakan raja Kediri yang berkuasa sekitar tahun 1171, hal ini
berdasarkan prasasti Angin 23 Maret 1171. Ganesha merupakan lambang kerajaan pada masa
pemerintahan raja Sri Aryeswara namun tidak diketahui kapan masa pemerintahannya ini
berakhir. Gelar abhisekanya adalah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhus

6. Sri Gandra

Masa pemerintahan raja Sri Gandra bisa diketahui melalui prasasti Jaring tahun 1181. Pada
masa pemerintahan raja Sri Gandra ini banyak menggunakan nama hewan sebagai gelar
kepangkatan seseorang dalam istana. Nama-nama ini menunjukkan tinggi rendahnya pangkat
seseorang di istana kerajaan seperti nama gajah, tikus dan kebo.

7. Sri Kameswara

Melalui prasasti Ceker 1182 serta Kakawin Smaradhana bisa diketahui tentang masa
kejayaan pemerintahan raja Sri Kameswara. Pada masa pemerintahannya tahun 1182 – 1185
M seni  sastra mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu buktinya adalah Mpu
Dharmaja yang mengarang buku (kitab) Smaradhana. Banyak cerita-cerita rakyat yang sangat
terkenal pada masa itu seperti misalnya cerita Panji Semirang.

8. Sri Kertajaya

Pemerintahan raja Sri Kertajaya berlangsung dari tahun 1190 – 1222 Masehi dan terkenal
dengan nama “Dandang Gendis”. Selama pemerintahan raja Sri Kertajaya kestabilan
Kerajaan Kediri menurun karena hubungannya dengan kaum Brahmana semakin kurang
bagus. Banyak kaum Brahmana yang lari dan minta tolong kepada Ken Arok selaku
pimpinan Kadipaten Tumapel.

Maka terjadilah perang antara raja Sri Kertajaya dengan Ken Arok yang didukung oleh kaum
Brahmana. Peperangan ini terjadi sekitar tahun 1222 M di dekat Ganter dengan kemenangan
di tangan Ken arok. Masa pemerintahan raja Sri Kertajaya bisa dilihat dari prasasti-prasasti
peninggalannya. Seperti prasasti Kamulan 1194, prasasti Galunggung 1194, prasasti Palah
1197, prasasti Nagarakretagama dan Pararaton, serta Wates Kulon 1205.

2.5 Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya. Dikisahkan dalam Pararaton dan
Nagarakretagama, pada tahun 1222, Kertajaya sedang berselisih melawan kaum Brahmana.
Perselisihan ini terjadi karena Raja Kertajaya memerintahkan kaum Brahmana untuk
menyembahnya sebagai raja.

Namun, kaum Brahmana menolak, yang kemudian meminta perlindungan kepada Ken Arok,
Akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang
merupakan daerah bawahan Kediri.

Perang antara Kediri dan Tumapel terjadi di dekat Desa Ganter. Dalam peperangan tersebut
pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah
masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau
Singasari.

5
Kerajaan Janggala dan Panjalu (Kediri), kemudian bersatu menjadi Kerajaan KediriSetelah
Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah di bawah kekuasaan
Singasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kediri. Tahun
1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271, Sastrajaya
digantikan putranya, yaitu Jayakatwang. Jayakatwang memberontak terhadap Singasari yang
dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa lalu di mana leluhurnya Kertajya
dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang
membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun dikarenakan
serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu
Kertanegara, Raden Wijaya

2.6 Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Kediri

Ada banyak bukti peninggalan sejara dari Kerajaan Kediri yang masih bisa dilihat hingga
sekarang, baik itu berupa candi, arca, prasasti dan juga berbagai kitab sastra

 Candi Tondowongso

berada di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur yang ditemukan belum lama
ini yakni pada tahun 2007. Arsitektur dari arca dan bentuk bangunan yang ditemukan
disekitar candi memperlihatkan jika bangunan ini dibangun pada abad ke-9 yakni disaat pusat
politik dipindahkan dari Jawa Tengah menuju wilayah Jawa Timur.

Meskipun menjadi penemuan di era modern, namun sampai saat ini keadaan dari Candi
Tondowongso beserta kompleks disekelilingnya masih sangat memperihatinkan dan belum
mendapat perhatian dari pemerintah. Candi Tondowongso dengan luas 1 hektar ini menjadi
penemuan terbesar sejarah Indonesia pada 30 tahun terakhir. Profesor Soekmono juga pernah
menemukan satu buah arca pada lokasi yang sama di tahun 1957 dan penemuan situs Candi
Tondowongso ini diawali dari penemuan beberapa arca oleh pengrajin batu setempat

 Candi Panataran

terletak di lereng Gunung Kelud Barat Daya di Utara Kota Blitar pada ketinggian 450 meter
dari permukaan laut dan menjadi candi paling indah dan besar di Jawa Timur. Dari beberapa
prasasti yang juga ditemukan di sekitar candi, maka diketahui jika candi ini dibangun sekitar
abad ke-12 sampai 14 Masehi pada masa pemerintahan Raja Srengga sampai Raja
Wikramawardhana. Sistem Candi Panataran dan terasnya berundak memakai susunan batu
andesity yang saling mengunci.Candi Panataran atau Candi Palah ini adalah sebuah candi
bersifat keagamaan Hindu Siwaitis dan pada Kitab Desawarnana atau Nagarakretagama yang
dibuat pada tahun 1365, Candi ini dikatakan menjadi bangunan suci yang sudah dikunjungi
Raja Hayam Wuruk saat ia melakukan perjalanan keliling Jawa Timur.

 Candi Gurah

Peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah Candi Gurah. Candi Gurah berada di
Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur yang ditemukan pada tahun 1957 dan letaknya berada
di 2 km dari situs Candi Tondowongso. Candi Gurah ini berukuran 9 x 9 meter. Ada
persamaan dari Candi Gurah dan Candi Tondowongso yakni Arca Brahma, Surya, Candra,

6
Yoni dan Nandi. Selain itu, penempatan arca dikedua candi tersebut juga sama meskipun
pada bangunan tempat arca Candra, Surya dan juga Nandi dari Candi Tondowongso belum
terlihat jelas bentuknya.Profesor Soekmono menduga jika Candi Gurah ada dalam satu
kompleks yang sama dengan Candi Tondowongso sebab mempunyai ciri khas yang adalah
gaya peralihan antara candi Jawa Tengah dengan candi Jawa Timur. Karena itu, penelitian
menyeluruh untuk Candi Tondowongso sangat penting untuk dilakukan sebab sampai saat ini
belum ada wujud nyata dari bentuk bangunan gaya peralihan tersebu

 Candi Mirigambar

Candi Mirigambar merupakan candi peninggalan dari Kerajaan Kediri selanjutnya yang
ditemukan pada sebuah lapangan di Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol,
Tulungagung, Jawa Timur. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada tahun 1214 sampai
dengan 1310 Saka dengan material yang terbuat dari bata merah seperti halnya pada candi
lain di wilayah Jawa Timur. Salah seorang petinggi dari Desa Mirigambar di tahun 1965
melindungi Candi Mirigambar tersebut dari ikonklastik sehingga candi ini masih bisa kita
lihat hingga sekarang. Ikonklastik sendiri merupakan perbuatan menghancurkan berbagai
kebudayaan yang dianggap sebagai berhala.Struktur candi ini terbuat dari batu bata merah,
dimana pada dinding candi terdapat relief patung yang diukir. Pada bagian kanan depan
terdapat relief 2 tokoh lelaki yang sedang mengapit 2 tokoh perempuan dan pada salah satu
tokoh lelaki bertubuh besar dan terdapat relief seorang tokoh lelaki yang sedang berdiri. Pada
bagian tepi halaman candi sebelah Utara ada tumpukan batu bata merah yang menurut cerita
merupakan reruntuhan dari candi lainnya yang juga ditemukan di sekitar Candi Mirigambar
tersebut. Pada bagian tepi halaman selatan juga terdapat lempengan batu andesit dan terukir
tahun 1310c atau 1388 Maseh

 Candi Tuban

Candi Tuban yang menjadi salah satu peninggalan dari Kerajaan Kediri ini, kini hanya
menyisakan reruntuhannya saja yang terletak di 500 meter dari Candi Minigambar. Saat ini,
Candi Tuban sudah tertutup dengan tanah sehingga tidak memungkinkan untuk dibangun
kembali. Pada saat ini, diatas timbunan Candi Tuban sudah dijadikan kandang beberapa
hewan ternak.

 Prasasti Kamulan

Ditemukan di Desa Kamulan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur yang dibuat pada tahun
1194 Masehi atau 1116 Saka yakni pada masa pemerintahan Raja Kertajaya. Prasasti
Kamulan ini berisi tentang berdirinya Kabupaten Trenggalek pada Rabu Kliwon tanggal 31
Agustus 1194.Dalam prasasti ini tertulis nama Kediri yang diserang Raja Kerajaan sebelah
Timur dan pada tanggal yang tertulis dalam prasasti adalah tanggal 31 Agustus 1191

 Prasasti Galunggung

Peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Galunggung. Prasasti Galunggung


ditemukan di Rejotangan, Tulungagung dengan ukuran 160 x 80 x 75 cm dengan memakai
huruf Jawa Kuno sebanyak 20 baris kalimat. Aksara yang terdapat pada prasasti ini sudah
tidak terlalu jelas terbaca karena sudah ada bagian yang rusak, akan tetapi hanya bagian tahun
saja yang masih bisa terbaca dengan jelas yakni tahun 1123 Saka.

7
 Prasasti Jaring

Prasasti Jaring dibuat pada 19 November 1181 dengan isi yang menerangkan tentang
pengabulan permohonan penduduk dukuh jaring lewat senapati Sarwajala yakni keinginan
yang tidak sempat diwujudkan oleh raja sebelumnya. Prasasti Jaring ini menyebutkan jika
pejabat Kediri mempunyai gelar atau sebutan dengan menggunakan nama hewan seperti
Menjangan Puguh, Lembu Agra serta Macan Kuning.

 Prasasti Panumbangan

Prasasti Panumbangan dibuat pada 2 Agustus 1120 yang dikeluarkan oleh Maharaja
Bameswara dengan isi tentang penetapan Desa Panumbangan sebagai Sima Swatantra atau
desa bebas pajak

 Prasasti Talan

Prasasti Talan ditemukan di Desa Gurit, Blitar, Jawa Timur yang dibuat tahun 1136 Masehi
atau 1058 Saka. Isi dari prasasti ini adalah tentang penetapan masuknya Desa Talan ke
wilayah Panumbang yang sudha terbebas dari pajak. Pada prasasti ini dilengkapi dengan
pahatan Garudhamukalanca yakni pahatan berupa tubuh manusia dengan sayap dan kepala
garuda.

 Prasasti Sirah Keting

Berisi tentang pemberian tanah dari Raja Jayawarsa untuk rakyat Desa Sirah Keting berkat
jasanya untuk Kerajaan Kediri.

 Prasasti Kertosono

Berisi tentang masalah keagaamaan dari masa pemerintahan Raja Kameshwara

 Prasasti Ngantang

Berisi tentang pemberian tanah bebas pajak oleh Jayabaya untuk Desa Ngantang berkat
jasanya mengabdi pada Kerajaan Kediri. Pada Prasasti ini tertulis angka tahun 1057 Saka atau
1135 Masehi yang ditemukan di Desa Ngantang, Malang dan sekarang menjadi koleksi dari
Museum  Nasional. Saat penduduk dari Hantang dan juga 12 desa masuk dalam wilayah
menghadap raja dengan perantara guru raja yakni Mpungku Naiyayikarsana yang memohon
agar prasasti tersebut didharmakan di Gajapada dan Nagapuspa yang ditulis diatas daun
lontar dan kemudian dipindahkan ke batu dan ditambah lagi dengan anugerah dari Raja
Jayabhaya itu sendiri.

 Prasasti Padelegan

Berisi tentang bakti yang dilakukan penduduk Desa Padegelan pada Raja Kameshwara.
Prasasti Padelegan ini memiliki bentuk stella dengan puncak kurawal berukutan 145 cm,
lebar atas 81 cml lebar bawah 70 cm dan tebal 18 cm. Aksara Jawa Kuno yang terdapat pada
prasasti ini sudah banyak yang aus, namun berhasil terbaca oleh Oud Javansche Oorkonde
dan dalam prasasti ini terdapat penanggalan angka tahun 1038 Saka atau 11 Januari 1117

8
Masehi. Prasasti ini menjadi prasasti pertama yang dikeluarkan Raja Bameswara sehingga
menjadi prasasti pertama Kerajaan Kediri sesudah menjalani masa kelam Raja Samarawijaya
yang memerintah pada tahun 1042 Masehi sampai dengan 1044 Masehi dan berkuasa di Daha
sesudah pembagian kerajaan oleh Raja Airlangga.Prasasti ini tersimpan di Museum
Panataran, Kabupaten Blitar

 Prasasti Ceker

Prasasti yang berisi tentang anugrah yang diberikan raja untuk penduduk Desa Ceker yang
sudah mengabdi untuk kemajuan Kerajaan Kediri.

 Kitab Kakawin Bharatayudha

dikarang oleh Mpu Sedah dan juga Mpu Panuluh dengan isi Kitab yang menceritakan
tentang perjuangan yang dilakukan oleh Raja Jenggala, Jayabaya dan akhirnya berhasil
menaklukan Panjalu. Kisah perjuangan Raja Jayabaya ini dianalogikan menjadi kisah
peperangan dari Kurawa dan Pandawa di dalam kisah Mahabarata. Prasasti ini mnurut
perkiraan dibuat pada tahun 1079 Saka atau 1157 Masehi di pemerintahan Prabu Jayabaya
dan selesai ditulis pada 6 November 1157. Pada bagian awal kitab sampai ke kisah Prabu
Salya ke medan perang merupakan karya dari Mpu Sedah dan kemudian dilanjutkan oleh
Mpu Panuluh.

 Kitab Kresnayana

dikarang oleh Mpu Triguna yang isinya menceritakan tentang riwayat hidup Kresna yakni
seorang anak yang mempunyai kekuatan besar akan tetapi sangat senang menolong orang
lain. Dalam Kitab ini diceritakan tentang Kresna yang sangat disukai oleh rakyat dan ia
menikah dengan Dewi Rukmin.  Apabila diartikan secara harafiah, maka Kresnayana berarti
perjalanan Krena ke negeri Kundina tempat Sang Rukmini. Dewi Rukmini, putri dari Prabu
Bismaka di negeri Kundina tersebut sudah dijodohkan dengan Suniti yang merupakan raja
negeri Cedi. Akan tetapi, ibu dari Rukmini yakni Dewi Pretukirti lebih ingin putrinya
menikah dengan Kresna. Oleh sebab itu, pada hari besar yang semakin dekat, Suniti dan
Jarasanda pamannya datang ke Kundina dan Pretukirti serta Rukmini secara diam-diam
memberitahu Kresna untuk datang Mereka kemudian dikejar oleh Suniti, Jarasanda serta
Rukma adik dari Rukmini sekaligus bersama dengan tentara mereka. Kresna lalu berhasil
semua dan hampir saja membunuh Rukma, akan tetapi Rukmini mencegahnya lalu mereka
berdua pergi ke Dwarwati lalu menggelar pesta pernikahannya disana.

 Kitab Sumarasantaka

Kitab Sumarasantaka dikarang oleh Mpu Monaguna yang menceritakan tentang kutukan
Harini yakni seorang bidadari dari khayangan yang sudah berbuat kesalahan dan ia dikutuk
menjadi manusia. Harini lalu tinggal di bumi selama beberapa saat sampai kutukan tersebut
selesai.

 Kitab Gatotkacasraya

Kitab Gatotkacasraya dikarang oleh Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kisah
kepahlawanan dari Gatotkaca yang sudah berhasil menyatukan Abimayu yang adalah putra
dari Arjuan dengan Siti Sundhari.Kitab Smaradhana dikarang oleh Mpu Dharmaja yang

9
isinya menceritakan tentang kisah Dewa Kama serta Dewi Ratih yang merupakan sepasang
suami istri menghilang secara misterius sebab terkena api yang keluar dari mata ketiga Dewa
Syiwa. Saat Batara Siwa sedang pergi untuk bertapa, Indralaya dikunjungi oleh para musuh
yakni raksasa dengan rajanya bernama Nilarudraka. Karena Batara Siwa sangat serius dengan
tapanya, maka ia seolah lupa dengan keadaan di khayangan. Agar Batara Siwa bisa teringat
dan kembali ke khayangan, maka paa dewa mengutus Batara Kamajaya untuk menjemput
Batara Siwa. Batara Kamajaya mencoba berbagai cara seperti panah bunga, namun Batara
Siwa tetap tidak bergeming dari tapanya yang akhirnya dilepaskannya panah pancawisesa
yakni hasrat mendengar yang merdu, hasrat mengenyam yang lezat, hasrat meraba yang
halus, hasrat mencium yang harum dan hasrat memandang yang serba indah. Karena panah
pancawisesa tersebut, akhirnya Batara Siwa merasa rindu dengan Dewi Uma, akan tetapi saat
mata ketiganya yang berada di tengah dahi mengetahui jika itu perbuatan dari Batara
Kamajaya, maka ia menatap Batara Kamajaya yang membuat dirinya hancur. Dewi Ratih
yang merupakan istri dari Batara Kamajaya lalu melaksanakan bela dengan menceburkan
dirinya dalam api yang telah membakar suaminya dan para dewa memanjatkan ampun atas
semua kejadian tersebut supaya mereka bisa dihidupkan kembali, akan tetapi permintaan
tersebut tidak dikabulkan dan jiwa sabda Batara Kamajaya turun ke dunia lalu masuk ke hati
laki-laki, sementara Dewi Ratih masuk ke jiwa wanita.Saat Siwa duduk berdua dengan Dewi
Uma, para dewa datang mengunjungi termasuk Dewa Indra beserta gajahnya Airawata yang
sangat dahsyat sehingga membuat Dewi Uma ketakutan melihatnya. Dewi Uma lalu
melahirkan putra berkepala gajah yang dinamakan Ganesha. Saat raksasa Nilarudraka datang
ke khayangan, maka Ganesha bertanding melawannya dan membuat Ganesha terus
bertambah besar dan semakin kuat sehingga musuh bisa dikalahkan dan para dewa
bersukacita.

 Arca Buddha Vajrasattva

Arca Buddha Vajrasattva berasal dari Kerajaan Kediri pada abad ke-10 atau ke-11 yang
sekarang ini menjadi koleksi dari Museum fur Indische Kunst, Berlin, Dahlem, Jerman.

 Kitab Hariwangsa

secepat mungkin dan Rukmini serta Krena melarikan diri. Prabu Kresna titisan Batara Wisnu
yang menikah dengan Dewi Rukmini dari negeri Kundina, yakni putri dari Prabu Bismaka
dan Rukmini merupakan titisan dari Dewi Sri. Hariwangsa jika diartikan secara harafiah
berarti garis keturunan Wisnu. Isi dari kitab ini menceritakan tentang Kresna yang berjalan di
taman dan dikunjungi oleh Batara Narada yang mengatakan jika calon istrinya adalah titisan
dari Dewi Sri, akan tetapi Prabu Jarasanda sudah ingin menikahkan dengan Raja Cedi
bernama Prabu Cedya.Prabu Kresna lalu menculik Dewi Rukmini dan pada malam sebelum
pesta pernikahan, Kresna datang lalu membawwa Rukmini, sementara banyak tamu yang
sudah datang. Prabu Bismaka menjadi marah dan berunding dengan raja lain yang datang dan
mereka semua takut menghadapi Kresna yang sangat sakti tersebut. Jarasanda lalu meminta
Yudistira dan para Pandawa untuk membantu mereka dan kemudian utusan di kirim ke
Yudistira yang membuatnya menjadi bingung, sebab tugas kesatria adalah melindungi dunia
serta berperang melawan hal buruk.Kresna sendiri adalah sahabat dari para Pandawa, akan
tetapi karena perbuatannya tersebut maka ia harus dihukum. Bima menjadi marah besar dan
ingin membunuh utusan Jarasanda tersebut namun Arjuna mencegahnya dan tidak beberapa
lama kemudian, mereka dikunjungi oleh duta Prabu Kresna yang ingin meminta bantuan.
Akan tetapi karena sudah membuat janji, maka Yudistira menolaknya sambil berpesan pada
duta tersebut jika Prabu Kresna tidak perlu khawatir sebab ia sangat sakti. Para Pandawa lima

10
lalu berangkat ke negeri Karawira tempat berkuasanya Prabu Jarasanda yang lalu menyerang
Dharawati, negeri Prabu Kresna.Kresna lalu bersipa menghadapi musuh dan dibantu oleh
kakanya Sang Baladewa dan mereka berdua membunuh banyak musuh termasuk Jarasanda,
para korawa, Bima, Nakula dan Sahadewa, sedangkan Yudistira dibius oleh Kresna sehingga
tidak mampu bergerak. Kresna lalu berperang melawan Arjuna dan hampir saja kalah,
kemudian turun Batara Wisnu dari surga sehingga Kresna yang merupakan titisan Wisnu pun
berubah menjadi Wisnu. Yudistira yang sudah siuman lalu meminta Wisnu agar
menghidupkan semua yang tewas di medan perang dan Wisnu mengabulkannya dengan
menghujani amerta sehingga semua bisa hidup kembali termasuk Jarasanda dan mereka
semua datang ke pernikahan Kresna di Dwarawati

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lahirnya Kerajaan K
ediri berkaitan dengan adanya pembagian kekuasaan di Kerajaan Medang Mataram
pada tahun November 1041. Airlangga membagi kerajaan bertujuan untuk menghindari
terjadinya perang saudara di Mataram. Setelah Mataram dibagi 2 oleh Mpu Bharada seorang
Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya, muncullah Panjalu dan Janggala yang dibatasi
gunung Kawi dan sungai Brantas.
Perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan dan  pertanian
untuk masyarakat yang hidup di daerah pedalaman. Sedangkan yang  berada di pesisir
hidupnya bergantung dari perdagangan dan pelayaran. Mereka telah mengadakan hubungan
dagang dengan Maluku dan Sriwijaya. Kediri terkenal sebagai penghasil beras, kapas dan ulat
sutra.
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha
seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat
terutama kaum Brahmana. Dalam masa  pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya
dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.

3.2 Saran

 Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik dari
isi maupun cara penulisan. Untuk itu kami, mohon maaf apabila pembaca tidak merasa puas
dengan hasil yang kami sajikan. Kritik dan saran kami harapkan untuk memperbaiki makalah
ini agar lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kedirikota.go.id/p/dalamberita/6351/silsilah-raja-raja-kerajaan-kediri-dan-asal-
usulnya

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kadiri

https://www.studiobelajar.com/kerajaan-kadiri/

https://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-kediri

12

Anda mungkin juga menyukai