Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH KERAJAAN KEDIRI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia

Dosen Pengampu : Khoirun Nikmah M.Pd

Disusun Oleh :

Farras Kurnia Afifah (208210031)

Julia Yoga Pratama (208210043)

Melani Pramudya Latifa (208210049)

Miftahur Rohmah (208210051)

Nabil Jeihan Allifiardi (208210057)

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN PONOROGO

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’at di akhirat nanti.

Dengan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Klasik
yang berjudul “Sejarah Kerajaan Kediri”. Makalah ini yang bertujuan menambah wawasan dan
juga pengetahuan bagi pembaca. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan
dan bimbingan, terutama dari Ibu Khoirun Nikmah M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Sejarah Indonesia.

Penulis menyadari bahwa makalahi ini jauh dari sempurna dan tentunya masih banyak
kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan
kritik pembaca untuk membantu mereka menulis makalah yang lebih baik untuk tugas masa
depan.

Ponorogo, 05 Maret 2023

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu adalah sebuah kerajaan besar yang berdiri
pada abad ke-12 antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan
Mataram Kuno. Kerajaan Kediri bercorak Hindu Budha. Berdirinya Kerajaan Kediri
berawal dari pembagian kerajaan yang dilakukan oleh Raja Airlangga. Tujuannya yakni
untuk menghindari pertikaian. Raja Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua bagian
yakni Kerajaan Panjalu (Kediri) untuk Samarawijaya dan Kerajaan Jenggala (Kahuripan)
untuk Mapanji, dari sini bisa dikatakan kalau Samarawijaya merupakan pendiri Kerajaan
Kediri sekaligus raja pertamanya. Kerajaan Kediri sendiri terletak di dekat sungai Brantas
meliputi Kediri dan Madiun, dan ibu kotanya disebut Daha. Sementara itu, kalau ibu kota
Kerajaan Jenggala disebut Kahuripan. Untuk penyebaran Kerajaan Kediri sendiri ialah
berpusat di daerah Kediri dan Madiun saja. Pada awal masa perkembangan, Kerajaan
Kediri tidak banyak diketahui orang. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang dikeluarkan
Kerajaan Jenggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara Jenggala dan
Kediri sepeninggal Raja Airlangga. Untuk sejarahnya Kerajaan Kediri atau Panjalu mulai
diketahui oleh adanya Prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa.
Sebelum Sri Jayawarsa , hanya raja Sri Samarawijaya yang diketahui.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri

2. Siapa raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Kediri?

3. Kapan Masa Kejayaan Kerajaan Kediri?

4. Bagaimana penyebab runtuhnya Kerajaan Kediri?

5. Apa saja peningalan dari Kerajaan kediri?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Sejarah berdirinya Kerajaan kediri

2. Untuk mengetahui raja yang berkuasa di Kerajaan Kediri

3. Untuk mengetahui Masa Kejayaan Kerajaan Kediri

4. Untuk mengetahui Penyebab Runtuhnya Kerajaan Kediri

5. Untuk mengetahui peninggalan Sejarah dari Kerajaan Kediri


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri

Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan
Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang
kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di
desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa
Syiwa Catur Muka atau bermuka empat.

Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi
dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terke akan
kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahan menjadi
Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas
dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab
Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.

Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan
pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu
kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha.
Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas
seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena
kedua putranya bersaing memperebutkan takhta.Putra yang bernama Sri Samarawijaya
mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan
putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang
berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama
Raja Mapanji Garasakan (1042 - 1052 M) dalam prasasti Malenga, la tetap memakai lambang
Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.

Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada
perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai
seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana
bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga
melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil
karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang
ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas
Jenggala.1

B. Kehidupan Sosial Kerajaan Kediri

Kehidupan sosial masyarakat Kediri pada masa tersebut dinilai positif karena terjadi
peningkatan kesejahteraan, yang menyebabkan masyarakat dapat hidup dengan damai.
Sebuah catatan dalam kitab Ling-wai-tai-ta karya Chou-Ku-fei menjelaskan bahwa
penduduk Kediri mengenakan pakaian yang mencapai lutut, merapikan rambut mereka, serta
merawat kebersihan rumah mereka dengan baik. Pertanian dan perdagangan berkembang
pesat, dan hukuman bagi pelanggar hukum adalah pembayaran dengan emas. Tindakan
kriminal seperti pencurian dan perampokan dihukum mati, dan mata uang perak sudah
digunakan secara luas. Penyakit diobati dengan upaya spiritual, dengan masyarakat
memohon kesembuhan kepada Dewa atau Buddha daripada menggunakan obat-obatan.
Setiap bulan kelima, diadakan pesta air yang dirayakan dengan menggunakan alat musik
tradisional seperti seruling, gendang, dan gambang kayu. Dengan suasana aman dan damai,
seni berkembang pesat, terutama dalam bidang kesusastraan, khususnya dalam karya-karya
sastra Jawa kuno.2

Dalam kehidupan bersmasyrakatnya Kerajaan Kediri membagi menjadi 3 golongan


kedudukan masyarakat dalam pemerintahan

1. Masyarakat pusat ( Kerajaan ) dimana dalam golongan ini berisi orangorang yang
petemu langsung oleh raja seperti kerabat, pelayan, dan petinggi-petinggi
kerajaan lainnya.
2. Golongan masyarakat Thani ( daerah ) digolongan ini berisi para pejabat atau
petugas pemerintah yang ditugaskan di wilayah.
3. Golongan masyarakat non pemerintah atau masyrakat wiraswasta adalah
golongan masyarakat yang tiddak ada atau memiliki suatu kedudukan atau
keterkaitan dalam suatu kegiatan kerajaan dan secara resmi mereka disebut
sebagai golongan swasta yang mandiri.3

C. Raja-Raja Kerajaan Kediri


1
Adi Suripan, Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia, Diva Press,Yogyakarta,2019

2
Eni, S. P., & Tsabit, A. H. (2017). Arsitektur Kuno Kerajaan-Kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit di
Jawa Timur Indonesi, Depok: PT. RajaGrafindo Persada-Rajawali Pers

3
Tsabit, A. H., & Eni, I. I. S. P. (2023). Arsitektur Kuno Kerajaan-kerajaan Jawa Timur (Kediri, Singasari, dan
Majapahit) di Indonesia. PT. RajaGrafindo Persada-Rajawali Pers.
Dari awal berdirinya hingga keruntuhannya, Kerajaan Kediri dipimpin oleh beberapa raja.
Antara lain yaitu :

1. Sri Jayawarsa
Jayawarsa merupakan raja pertama yang memerintah Kerajaan Kediri dengan
memakai prasastinya pada tahun 1104. Kemudian ia menamakan dirinya dengan sebutan
titisan dewa.
2. Sri Bameswara
Raja Bameswara adalah raja yang banyak meninggalkan prasasti seperti yang
ditemukan di Tulungagung dan Kertosono. Prasasti yang ditinggalkan dan banyak
ditemukan itu banyak memuat masalah-masalah keagamaan, sehingga sangat baik
diketahui keadaan pemerintahannya.
3. Sri Jayabaya
Jayabaya merupakan raja Kediri yang ketiga dengan digelari Sri Maharaja Sri
Kroncarryadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama Sri
Gandra. Raja Kediri paling terkenal adalah Prabu Jayabaya, dibawah pemerintahannya
Kerajaan Kediri berhasil mencapai kejayaan.
4. Sri Sarweswara
Merupakan raja yang sangat taat dalam beragama dan berbudaya serta memegang
teguh prinsip.
5. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin tahun 1171 M. Raja Sri Aryeswara adalah raja Kediri
yang memimpin pemerintahan pada tahun 1171 M.
6. Sri Gandra
Pemerintahan Raja Sri Gandra adalah pada tahun 1181 M, dan dapat diketahui dari
Prasasti Jaring.
7. Sri Kameswara
Kameswara merupakan raja kedua Kerajaan Kediri pada tahun 1115-1130 M.
Lancana kerajaannya adalah tengkorak yang bertaring disebut Candrakapala. Selama
masa pemerintahannya Kameswara, Empu darmaja telah mengubah kitab Samaradana.
Di dalam kitab ini sang raja dipuji-puji sebagai titisan Dewa Kama.4
8. Sri Kertajaya

4
Adi Sudirman, Rusdianto. Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia. Yogyakarta: Diva Press, 2019. Hal 98-
99.
Kertajaya merupakan raja terakhir pada masa Kerajaan Kediri. Sri Kertajaya adalah
raja yang mulia serta sangat peduli kepada rakyatnya. Kertajaya dikenal dengan catur
marganya, yang memiliki arti empat jalan. Adapun arti yang dimaksud empat jalan
adalah darma, arta, kama dan moksa. 5

D. Masa Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Sri Jayabaya,
yang disebut sebagai raja bijaksana.Wilayah kekuasaannya semakin meluas meliputi seluruh
pulau Jawa dan beberapa pulau di Nusantara. Bahkan selain itu pengaruh Kerajaan Kediri juga
sampai masuk ke pulau Sumatra yang dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya. Masa kejayaan pada
saat itu diperkuat oleh kronik China yang berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei pada tahun
1178 M, berisi tentang Negeri paling kaya di masa Kerajaan Kediri pimpinan Raja Sri Jayabaya
selain China secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu Arab dikuasai oleh Bani
Abbasiyah, Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.

Kondisi masyarakat Kediri pada saat diperintah Raja Sri Jayabaya sudah teratur.
Penduduknya sudah memakai kain sampai di bawah lutut, rambut diurai serta rumahnya bersih
dan rapi. Dalam perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima maskawin berupa emas.
Orang-orang yang sakit memohon kesembahan kepada dewa dan Budha. Pada masa
pemerintahan Raja Jayabaya, konflik antara kerajaan Jengala dan Kediri pun berakhir. Buktinya
dapat dilihat pada isi Prasasti Ngantan yang dikeluarkan oleh Raja Jayabaya pada tahun 1135.
Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, wilayah kekuasaan Kediri sangat luas dan didukung
oleh angkatan laut yang kuat. Nama Kediri juga terkenal di Tiongkok, buktinya dapat ditemukan
pada teks yang ditulis oleh seorang saudagar bernama Kou Kufei yang menggambarkan ciri-ciri
masyarakat pada masa Kerajaan Kediri. Nama Sri Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda
dan hingga saat ini ia dikenal karena ramalannya tentang Indonesia pada masa Jayabaya.
Pemerintahan yang dipimpin Jayabaya berjalan dengan tertib dan hukum ditegakkan secara ketat
dan adil. Hanya beberapa dekade setelah kejayaannya, Kerajaan Kediri jatuh ketika Raja
Kertajaya terlibat perang dengan Ken Arok.6

E. PENYEBAB RUNTUHNYA( KEMUNDURAN) KERAJAAN KEDIRI

Konflik antara Raja Kertajaya dan kaum Brahmana menyebabkan runtuhnya Kerajaan Kediri
terjadi pada masa Kertajaya.7 Disebabkan hasratnya Raja Kertajaya ingin disembah oleh para

5
Fatayat Ridlo Mintarsih, Sejarah Indonesia Kelas X. NTB: Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian
Indonesia (P4I), 2023. Hal 58-59.

6
Prasetya R, Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa 1042-1527 M. Yogyakarta: Araska, 2021.

7
Mahadewa Adi Seta, Mengenal Kerajaan-Kerajaan Besar Nusantara (Laksana, 2018), 38.
Brahmana Hindu dan Buddha di Kerajaan Kediri. Meskipun demikian, para brahmana
menolaknya. Penentangan tersebut tampak membuat Kertajaya marah. Ia kemudian melakukan
beberapa hal jahat terhadap kaum brahmana. Untuk melindungi diri dari ancaman Kertajaya,
Brahmana melarikan diri ke Tumapel untuk meminta perlindungan pada Ken Arok.Selama itu
juga brahmana juga menyebarkan informasi palsu kabar tentang Kertajaya ke seluruh rakyat kota
Kediri. Sampai di Tumapel, kaum brahmana bergabung dengan Ken Arok untuk berperang
melawan Kertajaya setelah tiba di Tumapel. Pada Tahun 1222, Ken Arok mengumumkan bahwa
Tumapel telah melepaskan diri dari Kediri dan menjadi kerajaan yang berdaulat.Setelah itu, para
brahmana memimpin upacara penobatan Ken Arok sebagai raja. Mendengar tentang penobatan
sepihak yang dilakukan oleh Ken Arok dan para Brahmana, Kertajaya sangat marah. Ia
kemudian mengirim pasukan guna menangkap Ken Arok.Upaya tersebut gagal. Setelah berhasil
menghentikan serangan pasukan Kerajaan Kediri, Ken Arok dengan bantuan rakyat dan para
brahmana melakukan serangan balik dan berhasil menguasai Kediri pada tahun 1222. Kerajaan
Kediri runtuh pada 1222 M, akibat mengalami kekalahan mereka dalam peperangan melawan
Ken Arok di Ganter.8

F. Peninggalan Kerajaan Kediri

1. Candi Penataran

Candi Penataran berlokasi di lereng barat daya Gunung Kelud, atau lebih tepatnya di
Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Menurut Kitab Negarakertagama, Candi Penataran juga
disebut sebagai Candi Palah.Candi ini sengaja dibangun untuk memuja Hyang Acalapati atau
Raja Gunung (Girindra) dalam kepercayaan atau ajaran Siwa. Berdasarkan tulisan yang
terdapat di salah satu batunya, candi ini diduga dibangun pada awal abad ke-12 atas perintah
Raja Srengga dari Kerajaan Kediri.

2. Prasasti Sirah Keting

Prasasti Sirah Keting ini ditemukan di wilayah Ponorogo, Jawa Timur, dan diduga dibangun
pada sekitar tahun 1126 Saka atau 1204 Masehi.Sama seperti prasasti pada umumnya,
Prasasti Sirah Keting ini juga ditulis di atas sebuah batu dengan ukuran persegi panjang,
tulisannya menggunakan aksara Jawa Kuno. Prasasti yang kini dapat ditemukan di Museum
Nasional Jakarta ini menyebutkan tentang kisah Sri Jayawarsa Digwijaya Sastraprabhu yang
menghadiahi tanah kepada para rakyatnya.Dari Prasasti ini, diketahui bahwa Sri Jayawarsa
Digwijaya Sastraprabhu adalah raja yang memiliki kekuasaan terpisah dari Kerajaan Kediri,
tepatnya di wilayah sekitar Madiun dan Ponorogo, sementara Kerajaan Kediri saat itu
dipimpin oleh Raja Kameswara (1184-1194).

3. Candi Tondowongso

8
Nana Supriatna, Sejarah (PT Grafindo Media Pratama, 2006), 21.
Candi Tondowongso atau situs Tondowongso ditemukan pada tahun 2007 di Dusun
Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur. Situs Tondowongso
adalah sebuah kompleks candi dengan ukuran besar yang dipercaya dibangun pada awal
masa Kerajaan Kediri, yakni pada sekitar abad ke-11. Tidak hanya bangunan candi, di situs
ini juga ditemukan berbagai macam arca seperti Arca Agastya, Arca Nandi, Arca Brahma,
dan masih banyak lagi.

4. Kitab Smaradahana

Kitab Smaradahana ditulis pada zaman Raja Kameswari oleh Mpu Darmaja yang terkenal
dengan karya buatannya, yakni Cerita Panji.Isi Kitab Smaradahana ini menceritakan tentang
sepasang suami istri yakni Smara dan Rati yang menggoda Dewa Syiwa saat sedang bertapa.
Karena perbuatannya, Smara dan Rati akhirnya terkena kutukan dan mati terbakar di api
karena kesaktian yang dimiliki Dewa Siwa. Beruntungnya, mereka bisa dihidupkan kembali
dan nantinya menjelma sebagai Kameswara (Raja Kediri) dan permaisurinya.

5. Prasasti Kamulan

Sama seperti namanya, Prasasti Kamulan ditemukan di Desa Kamulan, Trenggalek, Jawa
Timur pada 1194 Masehi. Saat ini Prasasti Kamulan telah menjadi salah satu koleksi di
Museum Wajakensis di wilayah Tulungagung, Jawa Timur. Prasasti Kamulan ini
diperkirakan telah dibuat pada masa pemerintahan Raja Kertajaya (1194-1222). Pesan yang
tertulis pada prasasti ini adalah tentang sejarah berdirinya Kabupaten Trenggalek pada
Agustus 1194, bagaimana jalannya roda pemerintahan Raja Kertajaya, dan kisah
penyerangan Kerajaan Kediri yang dilakukan oleh salah satu kerajaan yang berada di sebelah
timur.

6. Kitab Kakawin Bharatayudha

Kitab Kakawin Bharatayudha adalah karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh pada tahun
1157, dan termasuk salah satu peninggalan Kerajaan Kediri yang paling terkenal. Kitab ini
menceritakan tentang sebuah perang saudara antara Kaum Pandawa dan Kurawa yang masih
merupakan keturunan dari Bharata. Kitab ini ditulis pada masa kekuasaan Raja Jayabaya
(1135 – 1159 M) dan selesai pada 6 November 1157 Masehi, pembuatan kitab ini bertujuan
untuk memberikan gambaran mengenai terjadinya peperangan antara Panjalu dan Jenggala.
7. Prasasti Ngantang Prasasti Ngantang merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Kediri
yang dibuat pada tahun 1194 Masehi. Prasasti ini bercerita tentang pemberian atau
pembebasan pajak tanah yang dilakukan oleh Raja Jayabaya untuk Desa Ngantang karena
telah dengan sukarela mengabdi pada Kerajaan Kediri. Kalau penasaran, kamu bisa melihat
prasasti ini secara langsung di Museum Nasional, Jakarta. Itu dia beberapa peninggalan dari
Kerajaan Kediri yang pernah berdiri di Nusantara beberapa abad yang lalu. Selain Kerajaan
Kediri, masih ada banyak kerajaan bercorak Hindu yang terkenal misalnya seperti Kerajaan
Kutai, Kerajaan Singasari, Kerajaan Mataram Kuno.9

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu merupakan kerajaan besar yang berdiri pada abad ke-
12 antara tahun 1042-1222. Kerajaan Kediri sendiri terletak di dekat sungai Brantas meliputi
Kediri dan Madiun, dan ibu kotanya disebut Daha.Raja-raja kerajaan kediri terdiri dari Sri
Jayawarsa, Sri Bameswara , Sri Jayabaya,Sri Sarweswara,Sri Aryeswara ,Sri Gandra ,Sri
9
Prasetya r. Jejak peradaban hindu jawa 1135 -1156 M ,Yogyakarta Gramedia 2023.
Kameswara ,Sri Kertajaya. Kehidupan sosial masyarakat Kediri pada masa tersebut dinilai positif
karena terjadi peningkatan kesejahteraan, yang menyebabkan masyarakat dapat hidup dengan
damai. Sebuah catatan dalam kitab Ling-wai-tai-ta karya Chou-Ku-fei menjelaskan bahwa
penduduk Kediri mengenakan pakaian yang mencapai lutut, merapikan rambut mereka, serta
merawat kebersihan rumah mereka dengan baik. Kerajaan Kediri mengalami puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Raja Sri Jayabaya, Konflik antara Raja Kertajaya dan kaum Brahmana
menyebabkan runtuhnya Kerajaan Kediri terjadi pada masa Kertajaya.Peninggalan-peninggalan
kerajaan kediri seperti Candi Penataran, Prasasti Sirah Keting, Candi Tondowongso, Kitab
Smaradahana, Prasasti Kamulan, Kitab Kakawin Bharatayudha

DAFTAR PUSTAKA

Ibrohim, A. N. (2023, October 7). Sejarah Kerajaan Kediri: Latar Belakang, Masa Kejayaan,
Keruntuhan, dan Peninggalannya. SINDOnews Daerah.
Seta, Mahadewa Adi. Mengenal Kerajaan-Kerajaan Besar Nusantara. Laksana, 2018.
Supriatna, Nana. Sejarah. PT Grafindo Media Pratama, 2006.
Rusdianto, Adi Sudirman, 2019. Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia,Yogyakarta: Diva
Press. Mintarsih Ridlo Fatayat, 2023. Sejarah Indonesia Kelas X, NTB: Pusat
Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I).
Suripan Adi, Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia, Diva Press,Yogyakarta,2019
Mintarsih,Fatayat Ridlo ,Sejarah Indonesia Kelas X. NTB: Pusat Pengembangan Pendidikan dan
Penelitian Indonesia (P4I), 2023.
R Prasetya, Jejak Peradaban Kerajaan Hindu Jawa 1042-1527 M. Yogyakarta: Araska, 2021
Seta,Mahadewa Adi , Mengenal Kerajaan-Kerajaan Besar Nusantara (Laksana, 2018)
Supriatna, Nana, Sejarah (PT Grafindo Media Pratama, 2006)
Eni, S. P., & Tsabit, A. H. Arsitektur Kuno Kerajaan-Kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit
di Jawa Timur Indonesi, Depok: PT. RajaGrafindo Persada-Rajawali Pers, (2017)

Tsabit, A. H., & Eni, I. I. S. P. Arsitektur Kuno Kerajaan-kerajaan Jawa Timur (Kediri,
Singasari, dan Majapahit) di Indonesia. PT. RajaGrafindo Persada-Rajawali Pers(2023)

Anda mungkin juga menyukai