Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepadanya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepadanya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaiton yang selalu menghembuskan
kebatilan pada diri kita.

Dengan rahmat dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul SEJARAH KERAJAAN KERAJAAN BUDHA ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
Drs. Syafril MA pada mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
semester II jurusan S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam
Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2019/2020. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang SEJARAH KERAJAAN
KERAJAAN BUDHA bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pak syafril selaku dosen mata kuliah
PPKN yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan kami
sesuzai dengan makalah yang kami buat dalam mata kuliah yang kami takuni.

Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengatahuannya untuk membantu kami menyelesaikan makalah kami ini. Dan
kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran akan kami nantikan segbagai bahan evaluasi kami
dalam pembuatan makalah berikutnya. Mudah mudahan itu semua cambuk bagi
kami agar lebih meningkatkan kualitas hasil untuk mendatang.

Medan,
februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kerajaan Mataram Kuno
2.2. Kerajaan Sriwijaya
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan yang memiliki
peninggalan yang cukup banyak yang masih ada sampai sekarang, contohnya Candi
Prambanan dan Borobudur. Terletak di Jawa Tengah, memiliki beberapa sebutan
antara lain Bumi Mataram, Kerajaan Mataram Hindu, serta Kerajaan Medang.
Kerajaan Mataram Kuno dikelilingi oleh gunung – gunung tinggi meliputi Gunung
Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Lawu, Perahu dan Pegunungan Sewu. Selain
dikelilingi oleh pegunungan, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak dialiri sungai
besar, seperti Bengawan Solo, Progo, Bogowonto, dan Elo. Kedua faktor alam ini
membuat kondisi kehidupan kerajaan menjadi sangat subur.
Kerajaan Sriwijaya yang terletak di Sumatera Selatan merupakan kerajaan
yang bercorak budha dan juga sebagai pusat penyebaran agama budha di Asia
Tenggara. Kerajaan Sriwijaya ini dipimpin oleh Dapunta Hyang Srijayanasa, yang
juga merupakan raja pertama di kerajaan ini. Mengenai penamaannya, kata
sriwijaya ini berasal dari bahasa sanskerta “sri” dengan arti “bercahaya” dan
“wijaya” artinya “kemenangan”. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kerajaan
ini adalah kemenangan yang gemilang atau bercahaya. Selain sebagai pusat agama
budha, kerajaan sriwijaya juga dikenal sebagai Negara maritim yang memiliki
armada laut cukup besar. Sebagai kerajaan maritime, sriwijaya menjadi pusat
perdagangan di Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan kerajaan sriwijaya menguasai
dua selat penting dalam jalur perdagangan laut, yaitu: Selat Malaka dan Selat
Sunda.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah :
a. Bagaimana kerajaan bercorak budha masuk ke Indonesia?
b. Apa saja factor penyebab kemajuan dan kemunduran kerajaan bercorak
budha di Indonesia?
c. Bagaimana keadaan politik, ekonomi, social dan budaya dari kerajaan
bercorak budha di Indonesia?
d. Apa saja peninggalan kerajaan bercorak budha di Indonesia?

1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
a. Mengetahui proses masuknya kerajaan bercorak budha ke Indonesia
b. Mengetahui factor penyebab kemajuan dan kemunduran kerajaan bercorak
budha di Indonesia
c. Mengetahui keadaan politik, ekonomi, social dan budaya dari kerajaan
bercorak budha di Indonesia
d. Mengetahui peninggalan kerajaan bercorak budha di Indonesia

1.4.Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar kita sebagai bangsa
Indonesia dapat mengetahui sejarah tentang kerajaan kerajaan budha yang ada di
Indonesia dan lebih menyadarkan kita bahwa bangsa Indonesia memiliki banyak
ragam suku ras dan agama yang memiliki nilai sejarah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KERAJAAN MATARAM KUNO

A. Sejarah Berdirinya
Kerajaan Mataram didirikan pada abad ke-8 di Jawa Tengah. Kerajaan
Mataram ini disebut juga sebagai Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram
Hindu, atau Kerajaan Medang karena ibukotaDalam prasasti Tugu, dinyatakan
bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat sebuah terusan
sepanjang 6122 tombak. Terusan ini (Gomati dan Candrabhaga) dibangun oleh
golongan budak dan kaum sudra. Pada akhirnya terusan ini selain berfungsi sebagai
sarana pencegah banjir, juga berfungsi sebagai sarana lalu lintas pelayaran
perdagangan antar daerah di Kerajaan Tarumanegara dengan daerah lain di luar
kerajaan. Berdasarkan catatan Fa-Hien, seorang musafir Cina, masyarakat
Tarumanegara memperdagangkan beras dan kayu jati.

Kerajaan Mataram didirikan oleh Sanjaya pada abad ke-8 sebagai raja
pertama. Ia menganut agama Hindu aliran Siwa. Sebelum Sanjaya menjadi seorang
raja, daerah kerajaan di Jawa sebelumnya dipimpin oleh Sanna. Suasana menjadi
kacau setelah ditinggalkan oleh Sanna. Sebab, Sanna meninggal dunia karena gugur
diserang musuh. Oleh karena itu, Sanjaya naik untuk menjadi raja dengan dukungan
ibunya, Sannaha, yang juga merupakan saudara perempuan Sanna. Dengan gagah
berani ia menaklukkan raja-raja lain disekitarnya, sehingga Pulau Jawa kembali
tentram. Ungkapan pernyataan diri Sanjaya sebagai raja dan didahului oleh Sanna
tertulis di Prasasti Canggal yang berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi.

Ada tiga dinasti yang pernah berkuasa dan memimpin Kerajaan Mataram. Ketiga
dinasti tersebut yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra, dan Wangsa Isyana.
Setelah Sanjaya wafat, karena jatuh sakit lalu ia digantikan oleh Rakai Panangkaran
sebagai putra Sanjaya yang beragam Hindu, ia dikalahkan oleh Wangsa Syailendra
yang beragama Buddha. Setelah hal tersebut terjadi, Kerajaan Mataram berada di
bawah Wangsa Syailendra dan berubah corak menjadi Buddha. Meskipun begitu,
sebenarnya penganut agama Hindu dan Buddha keduanya ada di daerah Kerajaan
Mataram. (https://www.google.com sejarah-dan-asal-usul-kerajaan-
mataram)

B. Wilayah Kerajaan
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Bumi Mataram, Jawa Tengah. Daerah ini
sangat subur karena berada di tengah-tengah gunung Sindoro, Tangkuban Perahu,
Sumbing, Merapi, Merbabu, gunung Lawu dan pegunungan Sewu. Kerajaan ini
sering disebut dengan nama Kerajaan Medang yang merupakan kerajaan agraris.

C. Masa Kejayaan

Pemindahan ibukota dari Jawa Tengah ke wilayah Sungai Brantas, Jawa Timur
yang juga dekat dengan Sungai Begawan Solo telah memudahkan bagi lalu lintas
perdagangan . dan dilakukan pembangunan waduk Hujung Galuh di Waringin
Sapta (Waringin Pitu) yang berperan untuk mengatur aliran Sungai Brantas,
sehingga aktivitas perdagangan di wilayah kerajaan Mataram kuno sangat tinggi
yang dibuktikan dengan banyaknya kapal-kapal dagang yang singgah di
wilayahnya yang berasal dari Champa, Benggala, Chola, Sri Lanka, Burma, dan
lain sebagainya. Maka kerajaan ini pada saat itu sangat jaya.

D. Kehidupan Politik

 DINASTI SANJAYA

Berdasarkan prasasti Metyasih, Rakai Watukumara Dyah Balitung (Wangsa


Sanjaya ke-9) telah memberikan hadiah tanah kepada 5 orang patihnya yang berjasa
besar kepada Mataram. Dalam prasasti Metyasih juga disebutkan raja-raja yang
memerintah pada masa Dinasti Sanjaya. Raja-raja itu adalah
a. Rakai Sri Mataram sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
Masa Sanjaya berkuasa adalah masa-masa pendirian candi-candi siwa di
Gunung Dieng. Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya mangkat kira-kira
pertengahan abad ke-8 M. Ia digantikan oleh putranya Rakai Panangkaran.
b. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
Rakai Panangkaran yang berarti raja mulia yang berhasil mengambangkan
potensi wilayahnya. Menurut Prasati Kalasan, pada masa pemerintahan Rakai
Panangkaran dibangun sebuah candi yang bernama Candi Tara, yang
didalamnya tersimpang patung Dewi Tara. Terletak di Desa Kalasan, dan
sekarang dikenal dengan nama Candi Kalasan.
c. Sri Maharaja Rakai Panunggalan (780-800 M)
Rakai Pananggalan yang berarti raja mulia yang peduli terhadap siklus waktu.
Beliau berjasa atas sistem kalender Jawa Kuno. Visi dan Misi Rakai Panggalan
yaitu selalu menjunjung tinggi arti penting ilmu pengetahuan. Perwujudan dari
visi dan misi tersebut yaitu Catur Guru. Catur Guru tersebut adalah
 Guru Sudarma, orang tua yang melairkan manusia.
 Guru Swadaya, Tuhan
 Guru Surasa, Bapak dan Ibu Guru di sekolah
 Guru Wisesa, Pemerintah pembuat undang-undang untuk kepentingan
bersama

d. Sri Maharaja Rakai Warak (800-820 M)


Pada masa pemerintahannya, kehidupan dalam dunia militer berkembang
dengan pesat.
e. Sri Maharaja Rakai Garung (820-840 M)
Garung memiliki arti raja mulia yang tahan banting terhadap segala macam
rintangan. Demi memakmurkan rakyatnya, Sri Maharaja Rakai Garung
bekerja siang hingga malam.
f. Sri Maharaja Rakai Pikatan (840 – 856 M)
Dinasti Sanjaya mengalami masa gemilang pada masa pemerintahan Rakai
Pikatan.Pada masa pemerintahannya, pasukan Balaputera Dewa menyerang
wilayah kekuasaannya. Namun Rakai Pikatan tetap mempertahankan
kedaulatan negerinya dan bahkan pasukan Balaputera Dewa dapat dipukul
mundur dan melarikan diri ke Palembang.Pada zaman Rakai Pikatan inilah
dibangunnya Candi Prambanan dan Candi Roro Jonggrang.
g. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi (856-882 M)
Prasasti Siwagraha menyebutkan bahwa Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
memiliki gelar Sang Prabu Dyah Lokapala.
h. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
Sri Maharaja Rakai Watuhumalang memiliki prinsip dalam menjalankan
pemerintahannya. Prinsip yang dipegangnya adalah Tri Parama Arta
i. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitong (898-915 M)
Masa pemerintahannya juga menjadi masa keemasan bagi Wangsa Sanjaya.
Sang Prabu aktif mengolah cipta karya untuk mengembangkan kemajuan
masyarakatnya.
j. Sri Maharaja Rakai Daksottama (915 – 919 M)
Pada masa pemerintahan Dyah Balitung, Daksottama dipersiapkan untuk
menggantikannya sebagai raja Mataram Hindu.
k. Sri Maharaja Dyah Tulodhong (919 – 921 M)
Rakai Dyah Tulodhong mengabdikan dirinya kepada masyarakat
menggantikan kepemimpinan Rakai Daksottama. Keterangan tersebut
termuat dalam Prasasti Poh Galuh yang berangka tahun 809 M. Pada masa
pemerintahannya, Dyah Tulodhong sangat memperhatikan kaum brahmana
i. Sri Maharaja Dyah Wawa ( 921 – 928 M)
Beliau terkenal sebagai raja yang ahli dalam berdiplomasi, sehingga sangat
terkenal dalam kancah politik internasional.
 DINASTI SYAILENDRA
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukan dapat diketahui raja-raja yang
pernah memerintah Dinasti Syailendra, di antaranya:
1) Bhanu ( 752- 775 M )
Raja banu merupakan raja pertama sekaligus pendiri Wangsa Syailendra.
2) Wisnu ( 775- 782 M)
Pada masa pemerintahannya, Candi Brobudur mulai di banugun tempatnya
778.
3) Indra ( 782 -812 M )
Pada masa pemerintahannya, Raja Indra membuat Prasasti Klurak yang
berangka tahun 782 M, di daerah Prambanan. Dinasti Syailendra
menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indra.
Perluasan wilayah ini ditujukan untuk menguasai daerah-daerah di sekitar
Selat Malaka. Selanjutnya, yang memperkokoh pengaruh kekuasaan
Syailendra terhadap Sriwijaya adalah karena Raja Indra menjalankan
perkawinan politik. Raja Indra mengawinkan putranya yang bernama
Samarottungga dengan putri Raja Sriwijaya.

4) Samaratungga ( 812 – 833 M )


Pengganti Raja Indra bernama Samarottungga. Raja Samaratungga
berperan menjadi pengatur segala dimensi kehidupan rakyatnya. Sebagai
raja Mataram Budha, Samaratungga sangat menghayati nilai agama dan
budaya. Pada zaman kekuasaannya dibangun Candi Borobudur. Namun
sebelum pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga
meninggal dan digantikan oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa
yang merupakan anak dari selir.

5) Pramodhawardhani ( 883 – 856 M )


Pramodhawardhani adalah putri Samaratungga yang dikenal cerdas dan
cantik. Beliau bergelar Sri Kaluhunan, yang artinya seorang sekar keratin
yang menjadi tumpuan harapan bagi rakyat. Pramodhawardhani kelak
menjdi permaisuri raja Rakai Pikatan, Raja Mataram Kuno dari Wangsa
Sanjaya.
6) Balaputera Dewa ( 883 – 850 M )
Balaputera Dewa adalah putera Raja Samaratungga dari ibunya yang
bernama Dewi Tara, Puteri raja Sriwijaya. Dari Prasasti Ratu Boko, terjadi
perebutan tahta kerajaan oleh Rakai Pikatan yang menjadi suami
Pramodhawardhani. Belaputera Dewa merasa berhak mendapatkan tahta
tersebut karena beliau merupakan anak laki-laki berdarah Syailendra dan
tidak setuju terhadap tahta yang diberikan Rakai Pikatan yang keturunan
Sanjaya. Dalam peperangan saudara tersebut Balaputera Dewa mengalami
kekalahan dan melarikan diri ke Palembang
(http://lailameika13.blogspot.com/2015/03/kehidupan-politik-sosial-
ekonomi-dan_22.html?m=1)
E. Kehidupan Sosial Budaya

 DINASTI SANJAYA

Kehidupa sosial masyarakat di kerajaan Mataram Kuno sudah teratur.


Terlihat dari sikap gotong oyong mereka saat membuat candi bersama.
Sikap toleran diantara masyarakat sangat baik. Terbukti dengan adanya
dua aliran kepercayaan yang berbeda tetapi mereka tetap bisa
bersosialisasi.

 DINASTI SYAILENDRA

Kehidupan sosial Kerajaan Syailendra tidak diketahui secara pasti.


Namun, melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli
menafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Syailendra
sudah teratur. Hal ini dilihat melalui cara pembuatan candi yang
menggunakan tenaga rakyat secara bergotong-royong. Di samping itu,
pembuatan candi ini menunjukkan betapa rakyat taat dan mengkultuskan
rajanya. Dengan adanya dua agama yang berjalan, sikap toleransi antar
pemeluk agama di masyarakat sangat baik

F. Sejarah Kehancuran
Kerajaan Mataram diakibatkan oleh konflik dengan Kerajaan Sriwijaya. Hal ini
dipicu oleh kejadian saat Rakai Pikatan menyingkirkan Balaputradewa.
Balaputradewa akhirnya menyingkir ke Sriwijaya dan menjadi raja di sana. Ia
masih menyimpan dendam atas kejadian tersebut sehingga memicu perselisihan
atas kedua kerajaan ini. Kerajaan Sriwijaya beberapa kali menyerang Kerajaan
Mataram. Kerajaan Mataram berakhir setelah Dharmawangsa Teguh, raja
terakhir meninggal dan istana hancur pada tahun 1006 atau 1016. Pada saat itu
permusuhan antara Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram memang
memanas. Pada tahun tersebut Dharmawangsa lengah dan istana Medang
diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang merupakan sekutu Sriwijaya.
G. Peninggalan Sejarah
Peninggalan Kerajaan Mataram berupa berbagai prasasti di daerah Jawa
Tengah dan Jawa Timur (misalnya Prasasti Canggal) serta candi-candi seperti
Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Mendut, Candi
Borobudur.

2.2. KERAJAAN SRIWIJAYA

A. Sejarah Berdirinya

Sriwijaya didirikan oleh seorang tokoh Melayu local di Sumateara, yakni


Dapunta Hiyang Sri Jayanagabdari Dinasti Syailendra, dalam abad ke-7. Antara
tahun 670-1025, kerajaan ini

mendominasi perdagangan di Asia Tenggara. Sriwijaya mampu


mengontrol dan memanfaatkan potensi perdagangan maritim Selat Malaka, suatu
kawasan palinng pentingn dalam pelayaran antara India dan China. Dalam abad
ke-7, Sriwijaya merupakan tempat belajar agama Budha Mahayana. Dari catatan
I-Tsing diperoleh informasi bahwa di sana terdapat lebuh dari seribu pendeta
Budha. Aturan dan upacara mereka sama dengan yang ada di India.

Maharaja Sriwijaya memanfaatkan orang laut, dengan sejumlah perahu


mereka, di sepanjang pesisir di Kepulauan Riau di pintu masuk Selat Malaka,
untuk menyerang target target mereka di kawasan tersebut. Orang Bajau atau
Bajo serta toponim lainnya di Nusantara yang sejak dahulu di kenal sebagai
pengemban laut yang andal memiliki potensi lebih baik untuk menjadi angkatan
laut Sriwijaya. Kehadiran orang laut di muara sungai besar di wilayah selat yang
merupakan alur pelayaran memberi kepada Sriwijaya suatu sarana pertahanan
dan pengawasan laut yang cukup tangguh, sehingga penguasaan peraiaran dapat
dilaksanakan dengan baik.
Menurut berita Mas’udi dari abad ke-10, Sriwijaya memerlukan lebih dari
dua tahun untuk mengelilingi semua pulau yang berada dalam wilayah
kekuasaannya, itu pun bila mengguanakan perahu layar yang cepat. Kemampuan
untuk menguasai laut itu, menurut Lapian hanya dimungkinkan bila didukung
oleh angkatan laut yang kuat, tenaga aramada dan perlengkapan yang diperoleh
dari laut yang loyal kepada Sriwijaya.

Pada abad ke-13, sebuah sumber sejarah menyebutkan bahwa Sriwijaya


merupakan tempat yang dilalui kapal asing, hasil semua negeri ditahan di sana
dan disimpan untuk dijual kepada kapal yang singgah. Penduduknya tinggal
tersebar di luar kota. Bila menghadapi musuh, mereka berani mati, mereka tidak
ada tandingnya di antara bangsa bangsa lain. Informasi tersebut melukiskan
penting peranan orang laut sebagai kekuatan pertahanan yang sangat di takuti
kapal asing. Mereka bukan bajak laut, karena di bawah Sriwijaya yang
merupakan penguasa kawasan itu.

*Sejarah berdirinya Nusantara tentu tidak lepas dari perjuangan para


pahlawan. Selain perjuangan para pahlawan, tentunya kerajaan-kerajaan yang
ada di Indonesia juga memiliki pengaruh besar terhadap sejarah Indonesia. Salah
satu kerajaan besar yang ada di Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Melayu yang berada di pulau Sumatera


serta memiliki pengaruh besar terhadap Nusantara. Nama kerajaan ini berasal dari
Bahasa Sansekerta, sri artinya bercahaya dan wijaya yang memiliki arti
kemenangan. Sehingga arti nama kerajaan ini berarti kemenangan yang
bercahaya.

Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang meliputi KambojDalam prasasti Tugu,


dinyatakan bahwa raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membuat
sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Terusan ini (Gomati dan Candrabhaga)
dibangun oleh golongan budak dan kaum sudra. Pada akhirnya terusan ini selain
berfungsi sebagai sarana pencegah banjir, juga berfungsi sebagai sarana lalu lintas
pelayaran perdagangan antar daerah di Kerajaan Tarumanegara dengan daerah
lain di luar kerajaan. Berdasarkan catatan Fa-Hien, seorang musafir Cina,
masyarakat Tarumanegara memperdagangkan beras dan kayu jati.gga ke
mancanegara.

Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai sumber yang menyebutkan adanya
kerajaan di Sumatera ini. Ada kabar yang mengatakan bahwa para pedagang dari
Arab dan Cina pernah berdagang di Sriwijaya. Sedangkan menurut berita dari
India, kerajaan di India pernah bekerja sama dengan kerajaan Sriwijaya. (
http://www.google.com/url? kerajaan-sriwijaya)

B. Wilayah Kerajaan

Posisi Sriwijaya sangat strategis di Sumatera dalam hubungan internal


antara tiga kesatuan wilayah: Tanah Tinggi Sumatera bagian barat (Pegunungan
Bukit Barisan), daerah kaki bukit dan pertemuan anak sungai sewaktu memasuki
daratan rendah, dan daerah pesisir timur laut. Sriwijaya juga mampu mengontrol
lalu lintas perdagangan maritime di Selat Malaka dan Selat Sunda. Penguasa
Sriwijaya terkenal sebagai raja raja pelaut. Mereka berhasil menaklukan pantai
pantai Semenajung Malaya. Karena itulah Sriwijaya dipandang sebagai
“kerajaan kelautan” awal Indonesia.

C. Masa Kejayaan dan kemakmuran

Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya menjadi pengendali rute perdagangan


lokal yang mana waktu itu seluruh kapal yang lewat akan dikenakan bea cukai.
Mereka juga berhasil mengumpulkan kekayaan mereka dari gudang perdagangan
serta melalui jasa pelabuhan.

Sayangnya, masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya harus berakhir sekitar tahun 1007
dan 1023 Masehi. Bermula ketika Raja Rajendra Chola, seorang penguasa
Kerajaan Cholamandala berhasil menyerang Sriwijaya dan berhasil merebut
bandar-bandar kota Sriwijaya.

Terjadinya penyerangan ini karena kedua kerajaan ini saling bersaing pada bidang
pelayaran serta perdagangan. Kerajaan Cholamandala bukan berniat untuk
menjajah, akan tetapi ingin meruntuhkan armada kerajaan. Sehingga membuat
kondisi ekonomi pada saat itu melemah serta berkurangnya pedagang.

Tidak hanya itu, kekuatan militer kerajaan juga melemah dan membuat prajurit
Sriwijaya melepaskan diri dari kerajaan. Hingga, masa kejayaan Kerajaan
Sriwijaya berakhir sekitar abad ke-13.

D. Kehidupan Politik

Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang


memerintahkannya di , wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar
negeri.

a. Raja yang memerintah (yang terkenal)

1) DapuntaHyang SriJayanasa

Beliau adalah pendiri kerajaan Sriwijaya. Pada masa pemerintahannya, dia berhasil
memperluas wilayah kekuasaan sampai wilayah Jambi dengan menduduki daerah
Minangatamwan yang terletak di dekat jalur perhubungan pelayaran perdagangan di
Selat Malaka. Sejak awal dia telah mencita-citakan agar Sriwijaya menjadi kerajaan
maritim.

2) Balaputera Dewa

Awalnya, Balaputradewa adalah raja di Kerajaan Syailendra. Ketika terjadi perang


saudara antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh
Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami kekalahan. Akibatnya dia
lari ke Kerajaan Sriwijaya, dimana Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Raja Balaputra
Dewa) tengah berkuasa. Karena dia tak mempunyai keturunan, dia mengangkat
Balaputradewa sebagi raja.

Masa pemerintahan Balaputradewa diperkirakan dimulai pada tahun 850 M. Sriwijaya


mengalami perkembangan pesat dengan meingkatkan kegiatan pelayaran dan
perdagangan rakyat. Pada masa pemerintahannya pula, Sriwijaya mengadakan
hubungan dengan Kerajaan Chola dan Benggala (Nalanda) dalam bidang
pengembangan agama Buddha, bahkan menjadi pusat penyebaran agama Buddha di
Asia Tenggara.

3) Sri SanggaramaWijayatunggawarman

Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya dikhianati dan diserang oleh kerajaan Chola.
Sang raja ditawan dan baru dilepaskan pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I di
Chola.

b. Wilayah kekuasaan

Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya dipindahakan dari


Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat
menguasai daerah-daerah di sekitarnya seperti Pulau Bangka yang terletak di
pertemuan jalan perdagangan internasional, Jambi Hulu yang terletak di tepi Sungai
Batanghari dan mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M,
Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang
penting seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat.

Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu
menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra. Pendudukan pada daerah
Semenanjung Malaya memiliki tujuan untuk menguasai daerah penghasil lada dan
timah. Sedangkan pendudukan pada daerah Tanah Genting Kra memiliki tujuan untuk
menguasai lintas jalur perdagangan antara Cina dan India. Tanah Genting Kra sering
dipergunakan oleh para pedagang untuk menyeberang dari perairan Lautan Hindia ke
Laut Cina Selatan, untuk menghindari persinggahan di pusat Kerajaan Sriwijaya.

Daerah lain yang menjadi kekuasaan Sriwijaya diantaranyaTulang-Bawang yang


terletak di daerah Lampung dan daerah Kedah yang terletak di pantai barat
Semenanjung Melayu untuk mengembangkan usaha perdagagan dengan India. Selain
itu, diketahui pula berdasar berita dari China, Sriwijaya menggusur kerajaan Kaling
agar dapat mengusai pantai utara Jawa sebab adalah jalur perdagangan yang penting.

Pada akhir abad ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur
perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka, Selat Karimata, dan
Tanah Genting Kra. Dengan kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan
laut terbesar di seluruh Asia Tenggara.

c. Hubungan dengan luar negeri

Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah


Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti Kerajaan
Pala/Nalanda di Benggala. Raja Nalanda, Dewapala Dewa menghadiahi sebidang tanah
untuk pembuatan asrama bagi pelajar dari nusantara yang ingin menjadi ‘dharma’
yang dibiayai oleh Balaputradewa.

E. Kehidupan Sosial Budaya.

Kerajaan Sriwijaya karena letaknya yang strategis dalam lalu lintas perdagangan
internasional menyebabkan masyarakatnya lebih terbuka dalam menerima berbagai
pengaruh asing. Masyarakat Sriwijaya juga telah mampu mengembangkan bahasa
komunikasi dalam dunia perdagangannya. Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah
digunakan sebagai bahasa pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat,
Bangka, Jambi, dan Semanjung Malaysia.

Penduduk Sriwijaya juga bersifat terbuka dalam menerima berbagai kebudayaan yang
datang. Salah satunya adalah mengadopsi kebudayaan India, seperti nama-nama India,
adat istiadat, serta tradisi dalam agama Hindu. Oleh karena itu, Sriwijaya pernah
menjadi pusat pengembangan ajaran Buddha di Asia Tenggara.

Di bidang kebudayaan pun Kerajaan Sriwijaya banyak meninggalkan prasasti-prasasti


yang sangat penting dalam sejarah kerajaan Sriwijaya itu sendiri.

F. Masa Kehancuran

Kemunduran yang berakhirnya Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh beberapa faktor,


diantaranya:

Pada tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, soerang dari dinasti Cholda di
Koromande, India Selatan. Dari dua serangan tersebut membuat luluh lantah armada
perang Sriwijaya dan membuat perdagangan di wilayah Asia-tenggara jatuh pada Raja
Chola. Namun Kerajaan Sriwijaya masih berdiri.

Melemahnya kekuatan militer Sriwijaya, membuat beberapa daerah taklukannya


melepaskan diri sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru
yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan
Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.

Melemahnya Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor ekonomi. Para pedagang yang
melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang karena
daerha-daerah strategis yang dulu merupakan daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke
tangan raja-raja sekitarnya.

Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai


Sriwijaya seutuhnya serta Kerajaan Singhasari yang tercatat melakukan sebuah
ekspedisi yang bernama ekspedisi Pamalayu.

Kerajaan Sriwijaya pun akhirnya runtuh di tangan Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.

G. Peninggalan Sejarah

Sebagai kerajaan yang pernah jaya di Nusantara, tentunya peninggalan


kerajaan Sriwijaya tersebar di seluruh daerah kekuasaan mereka. Salah satu jenis
peninggalan kerajaan Sriwijaya yang masih ada hingga saat ini adalah berupa
prasasti. Berikut ini merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya


yang berada di bagian Barat Pulau Bangka. Bahasa yang ditulis pada prasasti ini
menggunakan bahasa Melayu Kuno serta menggunakan aksara Pallawa. Prasasti
ini ditemukan sekitar tahun 1892 bulan Desember.
Orang yang berhasil menemukan prasasti ini adalah J.K. van der Meulen. Prasasti
ini berisi tentang kutukan bagi siapa saja yang membantah perintah serta
kekuasaan kerajaan akan terkena kutukan.

Prasasti Kedukan Bukit

Seseorang bernama Batenburg menemukan sebuah batu tulis yang berada


di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir pada 29 November 1920 Masehi.
Ukuran dari prasasti ini adalah sekitar 45 x 80 centimeter serta ditulis
menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini berisi tentang
seorang utusan kerajaan yang bernama Dapunta Hyang yang melakukan
perjalanan suci atau sidhayarta dengan menggunakan perahu. Dengan diiringi
2000 pasukan, perjalanannya membuahkan hasil. Saat ini, prasasti Kedukan Bukit
disimpan di Museum Nasional Indonesia.

BAB III

PENUTUP

.1. Simpulan

1. Awal munculnya Agama Budha dimulai pada abad ke 6 Masehi sampai sekarang.
Agama Budha ini muncul saat lahirnya sang Budha Siddharta Gautama. Jadi, agama
budha ini adalah agama yang paling tertua yang dianut di dunia. Agama Budha ini
disebar melalui Raja yang bernama Ashoka. Ia menyebarkan dakwah di India Timur
secara berdarah.

2. Kejayaan dan Keruntuhan Budha

A. Penyebab Kejayaan

1) Letaknya yang strategis di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan
perdagangan internasional. Hal ini mendorong Kerajaan Sriwiijaya untuk berkembang
pesat sebagai negara maritim.

2) Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina yang melintasa Selat Malaka
sehingga membawa keuntungan yang terbesar bagi Sriwijaya.
3) Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan Kerajaan Kamboja
memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim
(sarwajala), yang selama abad ke-6 dipegang oleh Kerajaan Funan.

4) Pembangunan sebuah wadukHujung Galuhdi Waringin Sapta (Waringin Pitu) guna


mengatur aliran Sungai Berangas, sehingga banyak kapal dagang dari Benggala, Sri
Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lain-lain datang ke pelabuhan itu.

5) Adanya sungai-sungai besar, antara lain Sungai Brantas dan Bengawan Solo yang
sangatmemudahkan bagi lalu lintas perdagangan.

6) Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama waktu itu,
yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.

B. Penyebab Runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

Peranan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah mundur ketika pusat kekuasaannya
pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ada beberapa pendapat mengenai
pemindahan pusat kerajaan ini. Pendapat lama mengatakan bahwa pemindahan pusat
kerajaan ini sehubungan dengan adanya bencana alam berupa banjir atau gunung
meletus atau adanya wabah penyakit.

Namun, pendapat ini tidak dapat dibuktikan sebab tidak didukung oleh bukti-bukti
sejarah. Pendapat lain menyebutkan bahwa rakyat menyingkir ke Jawa Timur akibat
adanya paksaan terhadap para penganut Hindu untuk membangun candi Buddha.

Pendapat baru menyebutkan dua faktor berikut.

 Keadaan alam bumi Mataram yang tertutup secara alamiah berakibat negara
ini sulit berkembang. Sementara, keadaan alam Jawa Timur lebih terbuka
untuk perdagangan luar, tidak ada pegunungan atau gunung yang merintangi,
bahkan didukung adanya Sungai Bengawan Solo dan Brantas yang
memperlancar lalu lintas dari pedalaman ke pantai. Apalagi, alam Jawa Timur
belum banyak diusahakan sehingga tanahnya lebih subur dibandingkan dengan
tanah di Jawa Tengah.
 Dari segi politik, ada kebutuhan untuk mewaspadai ancaman Sriwijaya,
terutama karena Sriwijaya pada saat itu dikuasai dinasti Syailendra. Sebagai
antisipasinya, pusat kerajaan perlu dijauhkan dari tekanan Sriwijaya.

Ketika Sriwijaya sungguh-sungguh menyerang pada pertengahan abad ke-10, Mpu


Sindok dapat mematahkannya. Tetapi, serangan Sriwijaya berikutnya dibantu Raja
Wurawari pada tahun 1017 menghancurkan Mataram yang saat itu dipimpin
Dharmawangsa. Kerajaan Mataram yang kedua berdiri kembali di Jawa Tengah pada
abad ke-16, kali ini telah beragama Islam.

3.Keadaan politik,ekonomi dan sosial Budha

a. Bidang Politik

Masyarakat Indonesia dikenalkan oleh orang-orang India tentang sistem pemerintahan


kerajaan. Dalam sistem ini, kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan
kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas
tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin memerintah atas hak waris sesuai
dengan peraturan hukum kasta.Karena itu, lahirlah kerajaan-kerajaan di Indonesia,
seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya.

b.Bidang sosial

Hindu budha yang menjadikan masyarakat Indonesia mengenal aturan kasta, yaitu:

(1) Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana),

(2) Kasta Ksatria (para prajurit, pejabat dan bangsawan),

(3) Kasta Waisya (para petani, pemilik tanah) dan prajurit)

(4) Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar).

c. Bidang Ekonomi

Masyarakat Tarumanegara mengutamakan bidang pertanian sebagai sumber mata


pencaharian mereka. Mereka berladang secara berpindah-pindah. Selain itu, bidang
pelayaran dan perdagangan tidak kalah penting dalam perekonomian Tarumanegara.
Kehidupan ekonomi masyarakat Kutai diperkirakan ditunjang dari sektor pertanian,
baik sawah maupun ladang. Selain itu, melihat letaknya yang strategis, yaitu di sekitar
Sungai Mahakam yang menjadi jalur perdagangan Cina dan India, membuat Kerajaan
Kutai menarik untuk disinggahi para pedagang. Dengan begitu, bidang perdagangan
telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai.

Kehidupan ekonomi masyarakat Kutai meningkat dengan diangkatnya Raja


Mulawarman. Beliau adalah raja yang mulia dan dermawan. Terbukti dengan memberi
sedekah kepada rakyatnya berupa 20.000 ekor sapi yang diletakkan di Waprakeswara

4. Peninggalan bercorak Budha

✓candi / stupa

✓Arca

✓Prasasti

3.2. Saran

Dengan keberadaan kerajaan-kerajaan yang terlahir di Indonesia, kita harus bisa


mengapresiasi peninggalan-peninggalan yang menjadi sumber ilmu pendidikan dari
generasi ke generasi. Upaya pengapresiasian itu sendiri dapat dengan
melestarikannya, memeliharanya, dan tidak merusaknya. Jika kita dapat berpartisipasi
dalam upaya tersebut, berarti kita mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Dengan
begitu kita dapat menanamkan rasa nasionalisme terhadap negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=17&
cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiS7_G659PnAhXG4jgGHTN_CVUQFjAQ
egQIBhAB&url=https%3A%2F%2Fmedium.com%2F%40putriazzahra000
1%2Fsejarah-dan-asal-usul-kerajaan-mataram-
94071e0caa64&usg=AOvVaw1cPc5COmsnWXZCGyz25sYL

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rj
a&uact=8&ved=2ahUKEwiJ4ZzbjdbnAhUCbn0KHYmUAscQFjAAegQIBRAB
&url=https%3A%2F%2Fwww.romadecade.org%2Fkerajaan-
sriwijaya%2F&usg=AOvVaw1QGQCdK1-_bf777xKHos8n

Sejarah Maritim Indonesia.2015.Yogyakarta:Penerbit Ombak

https://brainly.co.id/tugas/11620468

https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-mataram-kuno/

http://lailameika13.blogspot.com/2015/03/kehidupan-politik-sosial-ekonomi-
dan_22.html?m=1

https://siswaloka.blogspot.com/2019/06/kehidupan-politik-ekonomi-sosial-
budaya_36.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai