Anda di halaman 1dari 41

4.1.

Pesawat Atwood

Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk yang menjelaskan hubungan
antara tegangan, energi pontensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat
(massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Benda yang yang lebih berat
diletakan lebih tinggi posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi benda yang berat akan
turun karena gravitasi dan menarik benda yang lebih ringan karena ada tali dan katrol.

Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas. Ia menyimpulkan


dari pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda - benda berat jatuh dengan cara
yang sama dengan benda-benda ringan. Tiga puluh tahun kemudian, Robert Boyle, dalam
sederetan eksperimen yang dimungkinkan oleh pompa vakum barunya, menunjukan bahwa
pengamatan ini tepat benar untuk benda- benda jatuh tanpa adanya hambatan dari gesekan
udara. Galileo mengetahui bahwa ada pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tetapi
pernyataannya walaupun mengabaikan hambatan udara, masih cukup sesuai dengan hasil
pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan yang dipercayai orangpada saat itu
(tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu kesimpulan Aristoteles yang menyatakan
bahwa,” Benda yang beratnya sepuluh kali benda lain akan sampai ke tanah sepersepuluh
waktu dari waktu benda yang lebih ringan”. Pada tahun 1678 Sir Isaac Newton menyatakan
hukum pertamanya tentang gerak, yang sekarang kita kenal sebagai Hukum I Newton Hukum
I Newton menyatakan“Sebuah benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan apabila resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol”.

Secara matematis, Hukum I Newton dinyatakan dengan persamaan:

∑F = 0

Keterangan :

∑F = Resultan gaya (N)

Hukum di atas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka benda
selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu diberi gaya luar.
Sebaliknya, jika benda sedang bergerak maka benda selamanya akan bergerak, kecuali bila
ada gaya yang menghentikannya. Konsep Gaya dan Massa yang dijelaskan oleh Hukum
Newton yaitu Hukum I Newton mengungkap tentang sifat benda yang cenderung
mempertahankan keadaannya atau dengan kata lain sifat kemalasan benda untuk mengubah
keadaannya. Sifat ini kita ini kita sebutkelembaman atau inersia. Oleh karena itu, Hukum I
Newton disebut juga Hukum Kelembaman.

Hukum II Newton

“Setiap benda yang dikenai gaya maka akan mengalami percepatanyang besarnya
berbanding lurus dengan besarnya gaya dan berbanding tebalik dengan besarnya massa
benda.”

a= , ∑F = m a
Keterangan :

a = percepatan benda (ms-2)

m = massa benda (kg)


F = Gaya (N)

Kesimpulan dari persamaan diatas yaitu arah percepatan benda sama dengan arah
gaya yang bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya. Jadi
bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan Bila pada benda
bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari
pengamatan benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya yang menyebabkannya.
Persamaan gerak untuk percepatan yang tetap yaitu :

Vt = V0 + at
Xt = X0 + V0t +

½ at2 V2 = V02

+ 2a(Xt – X0)

Keterangan :
Vt = kecepatan akhir (m/s)
V0 = kecepatan awal (m/s)
V = kecepatan (m/s)

Xt = jarak akhir (m)


X0 = jarak awal (m)

a = percepatan (m/s2) t
= waktu (s)
Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya, makapada gerak
melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linear.
Dalam hal ini ada besaran fisis momen inersia (momen kelembaman) I yang ekivalen dengan
besaran fisis massa (m) pada gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros tertentu
harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya.

I~m

I ~ r2

Dimana harga tersebut adalah harga yang tetap

Hukum III Newton

Hukum III Newton menyatakan bahwa “Apabila benda pertama mengerjakan gaya
pada benda kedua (disebut aksi) maka benda kedua akan mengerjakan gaya pada benda
pertama sama besar dan berlawanan arah dengan gaya pada benda pertama (reaksi).”
Secara matematis dinyatakan dengan persamaan :

Faksi = - Freaksi

Keterangan :

F = gaya (N)

Suatu pasangan gaya disebut aksi-reaksi apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

1. sama besar
2. berlawanan arah
3. bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama
4. tidak saling meniadakan
5. bekerja pada benda yang berbeda

2.2 Gerak translasi

Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis lurus. Dapat pula
jenis gerak ini disebut sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama
terjadi perpindahan yang besarnya sama. Gerak lurus dapat dikelompokkan menjadi gerak
lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan yang dibedakan dengan ada dan tidaknya
percepatan.

1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)

Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana dalam gerak ini
kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus
beraturan adalah kelajuan kali waktu.

s=vt

Keterangan :

s = jarak tempuh (m) v


= kecepatan (m/s) t =
waktu (s)

2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek, di mana
kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang tetap. Akibat adanya
percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier melainkan kuadratik. Dengan kata
lain benda yang melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan
berubah kecepatannya karena ada percepatan (a = + ) atau perlambatan ( a = - ) Pada
umumnya GLBB didasari oleh Hukum Newton II ( Σ F = m a)

Vt = V0 + at

Vt2 = V02 +

2aS

S = V0t + a t2

Keterangan:

V0= kecepatan awal (m⁄s)


Vt= kecepatan akhir (m⁄s) a
= percepatan (m⁄ s2)
t = waktu (s)
S = jarak yang ditempuh (s) GLBB

dibagi menjadi 2 macam :


a. GLBB dipercepat

GLBB dipercepat adalah GLBB yang kecepatannya makin lama makin cepat, contoh
GLBB dipercepat adalah gerak buah dari pohonnya.

b. GLBB diperlambat

GLBB diperlambat adalah GLBB yang kecepatannya makin lama makin kecil (lambat).
Contoh GLBB diperlambat adalah gerak benda dilempar keatas.

Persamaan yang digunakan dalam GLBB sebagai berikut :

Untuk menentukan kecepatan akhir

v = v0 +/- at

Keterangan :
V = kecepatan (m/s)
V0 = kecepatan awal (m/s) a
= percepatan (m/s2)
t = waktu (s)

Untuk menentukan jarak yang ditempuh setelah t detik adalah sebagai berikut:

s = v0t +/- 1/2 at2


V = kecepatan (m/s)
V0 = kecepatan awal (m/s) a
= percepatan (m/s2)
t = waktu (s)
s = jarak (m)
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persamaan diatas adalah saat GLBB
dipercepat tanda yang digunakan adalah (+) . Untuk GLBB diperlambat tanda yang
digunakan adalah (-) , catatan penting disini adalah nilai percepatan (a) yang dimasukkan
pada GLBB diperlambat bernilai positif karena dirumusnya sudah menggunakan tanda
negatif.

II. Judul Percobaan : Pesawat Atwood (M3)

III. Tujuan Percobaan :


1. Untuk dapat memahami kebenaran-kebenaran hokum Newton pada system control.
2. Untuk dapat memahami besaran momen inersia pada gerak rotasi pada benda tegar.

IV. Alat dan Bahan


1. Pesawat Atwood
Berfungsi :
- Untuk memperlihatkan peristiwa benda jatuh dan percepatannya pada percobaan.
- Untuk memperlihatkan pengaruh-pengaruh gaya yang terlibat pada hokum Newton.

2. Neraca Analisis
Berfungsi sebagai alat untuk menimbang berat benda yang digunakan dalam percobaan.

3. Anak Timbangan
Berfungsi sebagai medium dalam percobaan.
4. Stopwatch
Berfungsi untuk menentukan waktu yang diperlukan selama benda menempuh jarak tertentu.

V. Dasar Teori
Dalam percobaan pesawat atwood ini, gerak pada benda yang melibatkan gaya-gaya
yang dialami oleh benda tersebut, pada dasarnya menggunakan perinsip yang dikemukakan
oleh Sir Issac Newton (1942-727) seorang ilmuan inggris, hokum ini digunakan sebagai asas
hokum tentang gerak.
Yang menjadi pertanyaan semula sebelum hukum Newton ini adalah mengapa benda
yang mula-mula diam menjadi bergerak, atau sebaliknya, benda yang mula-mula bergerak
dapat menjadi diam. Apa yang menyebabkan itu semua? Jawabanya tidak lain karena gaya.
Seperti kita ketahui, pengertian gaya adalah gerak dan penyebab perubahan gerak. Cabang
fisika yang mempelajari gerak dan perubahan gerak suatu benda dengan memperlihatkan
sebab-sebab dari gerak tersebut dinamakan dinamika.
Adapun hukum Newton tersebut adalah :
1. Hukum Newton I
Bunyi hokum Newton I :
“Jika benda dibiarkan pada keadaan dirinya sendiri (tidak ada gaya-gaya yang bekerja atau
resultan gaya-gaya yang bekerja pada benda itu adalah nol) maka benda tersebut tetap dalam
keadaan diam atau bergerak lurus beraturan.”
Dengan kata lain pernyataan di atas dapat pula berbunyi :
“Setiap benda yang berada dalam keadaan diam akan tetap diam, dan setiap benda yang
bergerak akan tetap bergerak lurus beraturan kecuali ada gaya yang tidak seimbang bekerja
pada benda tersebut.”
Jika resultan yang bekerja adalah nol, vector kecepatan benda tidak akan berubah.
Benda yang berada dalam keadaan diam, dan benda yang bergerak dengan kecepatan
konstan.
Pernyataan-pernyataan di atas atau hokum Newton I disebut juga hokum kelembaman
atau hokum inersia. Dengan ketentuan makin besar massa benda makin besar kelembaman
benda. Lembam atau inert artinya sifat benda dalam mempertahankan keadaannya. Misalnya
pada saat kita naik mobil dan tiba-tiba mobil direm maka kita akan cenderung
mempertahankan keadaan kita.

F = 0  diam atau bergerak lurus beraturan

Hokum Newton I dapat dirumuskan :

2. Hukum Newton II
Bunyi hukum Newton II :
“Percepatan yang dihasilkan resultan gaya yang bekerja pada suatu benda besarnya
berbanding lurus dan searah dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan masa
benda.”
Persamaannya :

F=m.a
Keterangan :
F = gaya yang bekrja pada benda (N atau kgm/s 2) m = massa
benda (kg)
a = percepatan pada benda (m/s2)
Jika resultan gaya (Σ F) yang bekerja pada suatu benda bermasa m tidak nol, benda
dipercepat searah dengan gaya yang bekerja. Massa suatu benda berkaitan langsung dengan
sifat benda yang disebut dengan
inersia. Sifat lain dari massa ditunjukkan dengan mengukur massa dua benda, dengan m1
dan m2 adalah massa masing-masing benda, maka massa kedua benda digabungkan selalu
m1 + m2. hal ini menyatakan bahwa massa adalah besaran yang aditif, dan berhubungan
langsung dengan materi.
Dimana konsep massa adalah salah satu cara untuk mengungkapkan “kuantitas
materi” dalam arti yang tepat.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian hokum Newton adalah pengertian F,
dimana didefinisikan sebagai resultan gaya yang bekerja pada suatu benda atau suatu system.
Dari rumus di atas dapat kita ketahui bahwa :
- arah dari sebuah percepatan benda adalah sama arah gaya yang bekerja pada benda tersebut.
- besarnya percepatan benda adalah sebanding dengan gaya yang bekerja padanya.
- jika gaya tersebut konstan, maka akan didapat percepatan yang konstan seperti yang terdapat
pada persamaan

V = V0 + a . t

S = V0 . t + . a . t2

Berdasarkan persamaan hokum Newton II, gaya yang dapat


didefenisikan sebagai penyebab perubahan kecepatan suatu benda.
Dalam hal ini, satuan gaya adalah Newton, yaitu satuan gaya yang diturunkan dalam
SI, didefenisikan sebagai berikut :
“Gaya 1 Newton adalah gaya yang bekerja pada massa 1 kilogram, hingga menimbulkan
percepatan 1 meter per sekon kuadrat.”
Kadang-kadang dalam pengukuran kita masih menggunakan system satuan cgs. Jika
massa benda 1 gram, percepatan ditimbulkan 1 cm/s 2 maka besarnya dinyatakan dengan 1
dyne (1 dn).

1 N = 1 kg m/s2 1 dyne = 1 gr cm/s2

Karena 1 N = 1 kg m/s2 = 103 g . 102 cm/s2 = 105 g cm/s2 maka :

1 N = 105 dyne

3. Hukum Newton III


Bunyi hukum Newton III :
“Apabila sebuah benda (benda pertama) mengerjakan gaya pada benda lain (benda kedua)
maka benda kedua akan mengerjakan gaya pula pada benda pertama, sama besar tetapi
berlawanan arah dengan gaya pada benda yang pertama.”
Hukum Newton III dengan “interaksi” dua benda. Interaksi artinya saling “tidak”.
Dua benda tersebut berinteraksi jiak tindakan benda yang satu terhadap yang lain disertai
tindakan benda yang lain terhadap yang satu (yang disebut pertama). Hokum Newton III ini
kurang lebih sebagai berikut :
“Jika dua benda berinteraksi, gaya yang diadakan oleh benda satu kepada yang lain
sama besarnya dan berlawanan arah.”
Sekarang kita meninjau suatu benda yang ada dalam keseimbangan statis, yaitu benda
yang ada dalam keadaan tidak bergerak, misalnya buku yang terletak di meja (lihat gambar di
atas). Buku di atas meja meja mempunyai berat w karena gaya tarik bumi sebesar w’. dlam
hal ini, buku menekan meja dengan gaya F, sebaliknya meja memberikan gaya perlawanan
sebesar N (gaya normal). N dengan F, serta w dengan w’ merupakan pasangan gaya aksi dan
reaksi. Akan tetapi, N dengan w bukan merupakan pasangan aksi dan reaksi, sebab keduanya
bekerja pada suatu benda yang sama yaitu buku, meskipun dalam keadaan tersebut besar w
dan N sama.
Hokum Newton III dapat dirumuskan sebagai berikut :
F=-N
Keterangan :
F = Gaya tekan (N) (gaya aksi)
N= Gaya normal (N) (gaya reaksi)
Jadi, pada dasarnya untuk setiap aksi terhadap reaksi yang sama besarnya tetapi
berlawanan arahnya atau :

Faksi = Freaksi

Hokum Newton III ini disebut juga sebagai hokum aksi reaksi. Dua hal yang perlu
diperhatikan dalam pemakaian hokum Newton III ini adalah
- pasangan aksi reaksi selalu melibatkan dua benda dan bekerja pada dua benda yang
berlainan.
- Besar gaya aksi adalah sama besarnya dengan gaya reaksi. Namun yang membedakan disini
adalah hanya arahnya saja yang berlawanan.
Pemahaman hokum Newton III pada gerak dua benda yang dihubungkan dengan
katrol yang licin memiliki percepatan, dimanan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :
a = percepatan tiap-tiap balok
m1 = massa balok yang terletak pada bidang datar licin m2 =
massa balok yang tergantung pada tali
g = gravitasi
T = tegangan tali
Untuk tegangan tali benda yang teretak pada bidang datar licin dan tegangan tali
benda yang tergantung apabila dihubungkan dengan katrol maka nilainya adalah sama.
Gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda yang tidak melalui pusat poros benda itu
menyebabkan benda melakukan gerak rotasi atau gerak putar. Dalam hal ini dipengaruhi apa
yang dikatakan sebagai keseimbangan benda tegar. Dimana benda tegar merupakan benda
benda yang dianggap tidak mengalami perubahan bentuk. Jika pada
sebuah benda tegar bekerja beberapa gaya atau sebuah gaya maka akibat yang mungkin dapat
terjadi pada benda itu adalah :
- benda dapat mengalami perubahan bentuk atau volume bahan keduanya.
- Benda dapat mengalami translasi atau rotasi bahkan keduanya.
Penyebab gerak translasi suatu benda adalah gaya, sedangkan gerak rotasi disebabkan
oleh momen gaya. Kecenderungan suatu gaya menyebabkan putaran tergantung pada garis
serta besar gaya tersebut.
Dari gambar di atas, lengan momen gaya dapat didefenisikan sebagai panjang garis
yang ditarik dari titik poros sampai memotong tegak lurus garis kerja gaya. Dari pernyataan
tersebut dapat dikatakan bahwa penyebab gerak gerak rotasi (berputar) adalah hasil dari cross
product atau silang antara vector lengan yang disebut dengan vector momen gaya (∂).

∂=I.F

keterangan :
∂ = torsi , momen gaya (Nm) I =
lengan gaya (m)
F = gaya (N)
Apabila garis kerja gaya melalui sumbu putar (poros) besar lengan momen gaya
adalah nol, sehingga besar momen gaya juga nol. Jadi, gaya-gaya yang garis kerjanya melalui
poros benda tidak menimbulkan efek rotasi (putaran).
Momen gaya merupakan besaran vector dan bukan salah satu bentuk energi sehingga
satuannya tidak boleh dalam joule ataupun erg.
Momen gaya yang searah gerak jarum jam diberi tanda positif (+), sedangkan momen
gaya yang berlawanan gerak jarum jam diberi tanda negative (-).
Hasil kali antara salah satu gaya dengan jarak pisah antara gaya tersebut disebut
momen kopel. Kopel adalah pasangan gaya-gaya sejajar dan sama berlawanan arah,
menyebabkan benda berotasi.
Persamaan :

M=F.d
Keterangan :
M = momen kopel (Nm atau dn.cm)
F = gaya (N)
d = jarak antara kedua gaya (m)
Jumlah momen gaya-gaya yang bereaksi pada benda dihitung terhadap suatu sumbu,
haruslah nol. Dimana pada benda tegar mencapai keseimbangan rotasi bila memenuhi
persamaan F = 0. Dengan demikian, sebuah benda tegar dikatakan seimbang apabila :

∑ F = 0 dan ∑ ∂ = 0

Meskipun pemilihan terhadap sumbu adalah sembarang, tentu saja harus


dipergunakan sumbu yang sama untuk semua momen. Bila gaya- gaya dinyatakan dalam
komponen-komponennya, momen gaya tersebut terhadap suatu sumbu dapat diperoleh
dengan menghitung momen dari komponen terpisah, masing-masing dengan lengan momen
yang bersangkutan dengan menjumlahkan hasilnya. Sifat-sifat momen kopel adalah :
- sebuah kopel dapat dipindahkan baik pada bidang asalnya ataupun pada bidang yang lain
yang sejajar dengan bidang asalnya, dengan arah dan besar putaran tetap.
- Resultan sebuah kopel M dan sebuah gaya F yang sebidang, berupa gaya yang besar dan
arahnya sama dengan F, namun garis kerjanya bejarak dari gaya semula.
Dengan :

- Resultan beberapa kopel yang terletak sebidang yang masing-masing momen kopelnya M1,
M2, M3, …, Mn adalah sebuah kopel yang besar momen kopelnya sama dengan jumlah
aljabar momen-momen kopel tersebut.

MR = M1 + M2 + M3 + …+ Mn
Atau
MR = Mn

Dalam percobaan ini, diterapkan adanya pemakaian perumusan momen inersia,


karena dalam hal ini pesawat atwood menggunakan katrol yang dimana pada katrol tersebut
terdapat silinder.
Adapun perumusan momen inersia yaitu :

I = M . R2

Keterangan :
I = momen inersia (kg m2) M =
massa partikel (kg)
R = jari-jari lintasan (m)
Momen inersia digunakan untuk mencari ataupun menyatakan besarnya
kecenderungan mempertahankan posisi atau keadaan dimana benda dalam keadaan bergerak
rotasi.
Adapun momen inersia memperhatikan media tertentu yang mempengaruhi
perumusan terhadap momen inersia itu. Dalam hal ini perhitungkan percobaan menggunakan
momen inersia dengan media silinder, sehingga untuk mencari momen inersia pada media
silinder pejal menggunakan perumusan sebagai berikut :

I = ½ M . R2

VI. Prosedur Percobaan


1. Pasang beban m di atas M dan tentukan kedudukannya di A.
2. Bila penahan S di lepas, system akan bergerak dari A ke C. Catat waktu yang diperlukan (M
+ m) untuk menempuh jarak AB dan waktu yang diperlukan M untuk menempuh jarak BC.
Jarak AB dibuat tetap dan rubahlah kedudukkan C sehingga jarak BC menjadi k, l, m, n, o.
Jarak BC dibuat tetap dan ubahlah kedudukan A sehingga jarak AB menjadi p, q, r, s, t.
Lakukan beberapa kali.
3. Ulangi butir 2.1 dan 2.2 di atas masing-masing menggunakan yang berbeda.
Perhatikan gambar

VII. Data Hasil Pengamatan m1 =


200 gram

t (detik)
No ΔΧ (cm) M1 (gr) M3 (gr)
1 buah M3 2 buah M3
1 40 200 10 3.73 1.57
2 40 200 10 3.40 1.52
3 40 200 10 3.30 1.45
4 40 200 10 3.68 1.54
5 40 200 10 3.32 1.48
6 60 150 10 3.59 1.77
7 60 150 10 3.58 1.82
8 60 150 10 3.44 1.65
9 60 150 10 3.45 1.70
10 60 150 10 3.45 1.72
11 80 100 10 3.29 1.52
12 80 100 10 3.18 1.86
13 80 100 10 3.23 1.92
14 80 100 10 3.25 1.59
15 80 100 10 3.29 1.48

m1 = 3,67 gram

tA tB ∑ ∑
No SAB SBC
B T tA tB
B C
T1 t2 t3 t1 t2 t3
I 30 30 1.66 1.66 1.66 1.00 1.00 1.00 1.66 1.00
35 1.53 1.88 1.97 1.15 1.12 1.09 1.79 1.72
40 1.81 1.90 1.94 1.41 1.44 1.50 1.88 1.45
II 30 30 1.82 1.69 1.34 1.18 1.43 1.29 1.61 1.30
25 1.72 1.78 1.56 1.31 1.19 1.35 1.68 1.28
20 1.35 1.12 1.34 1.47 1.54 1.63 1.27 1.54

VIII. Penggolahan Data m1 =


3,67 gram
I. a. AB
untuk t1

No T │t- │
1 1.66 0
2 1.66 0
3 1.66 0
∑ 1.66
AB = ∑ /n = 1.66 / 3 = 0,55

∆t =

NT = ± ∆ t = 1.66 ± 0
KA = ±∆t=±0
KR = 0/1.66 x 100 % = 0

untuk t2

No T │t- │
1 1.53 0.26
2 1.88 0.09
3 1.97 0.18
∑ 1.79 0.17

AB = ∑ /n = 1.79 / 3 = 0,59

∆t
NT = ± ∆ t = 0.59 ± 0.05
KA = ± 0.05
KR = 0.05/0.59 x 100 % = 8.471

untuk t3

No T │t- │
1 1.81 0.07
2 1.90 0.02
3 1.94 0.06
∑ 1.88 0.05

AB = ∑ /n = 1.88 / 3 = 0,62
=
∆t
NT = ± ∆ t = 0.62 ± 0.01
KA = ± 0.01
KR = 0.01/0.62 x 100 % = 1.61 %
b. BC untuk
t1

No T │t- │
1 1.00 0
2 1.00 0
3 1.00 0
∑ 1.00 0

BC = ∑ /n = 1.00 / 3 = 0,33

∆t =

NT = ± ∆ t = 0.33 ± 0
KA = ±0
KR = 0/0.33 x 100 % = 0 %

untuk t2

No T │t- │
1 1.15 0.78
2 1.12 0.75
3 1.09 0.72
∑ 0.37 0.75

BC = ∑ /n = 0.37 / 3 = 0,12

∆t
NT = ± ∆ t = 0.12 ± 0.25
KA = ± 0.25
KR = 0.25/0.12 x 100 % = 2.08 %
untuk t3

No T │t- │
1 1.41 0.04
2 1.44 0.01
3 1.50 0.05
∑ 1.45 0.03
AB = ∑ /n = 1.45 / 3 = 0,48

∆t =

NT = ± ∆ t = 0.48 ± 0.01
KA = ± 0.01
KR = 0.01/0.48 x 100 % = 2.08 %

II. a. AB
untuk t1

No T │t- │
1 1.82 0.21
2 1.69 0.08
3 1.34 0.27
∑ 1.61 0.18

AB = ∑ /n = 1.61 / 3 = 0,53

∆t =

NT = ± ∆ t = 0.53 ± 0.06
KA = ± ∆ t = ± 0.06
KR = 0.06/0.53 x 100 % = 11.32 %
untuk t2

No T │t- │
1 1.72 0.04
2 1.78 0.10
3 1.56 0.12
∑ 1.68 0.08

AB = ∑ /n = 1.68 / 3 = 0,56

∆t =
NT = ± ∆ t = 0.56 ± 0.02
KA = ± 0.02
KR = 0.02/0.56 x 100 % = 3.57 %

untuk t3
No T │t- │
1 1.35 0.08
2 1.12 0.15
3 1.34 0.07
∑ 1.88 0.1

AB = ∑ /n = 1.27/ 3 = 0,42

∆t
NT = ± ∆ t = 0.62 ± 0.01
KA = ± 0.03
KR = 0.03/0.42 x 100 % = 7.14 %

b. BC
untuk t1

No T │t- │
1 1.18 0.12
2 1.43 0.13
3 1.29 0.01
∑ 1.30 0.08

BC = ∑ /n = 1.3 / 3 = 0,43

∆t
NT = ± ∆ t = 0.43 ± 0.02
KA = ± ∆ t = ± 0.02
KR = 0.02/0.43 x 100 % = 4.65 %

untuk t2

No T │t- │
1 1.31 0.03
2 1.19 0.09
3 1.35 0.07
∑ 1.28 0.06

AB = ∑ /n = 1.28 / 3 = 0,42
∆t =

NT = ± ∆ t = 0.43 ± 0.02
KA = ± 0.02
KR = 0.02/0.42 x 100 % = 4.76 %

untuk t3

No T │t- │
1 1.47 0.07
2 1.54 0
3 1.63 0.09
∑ 1.54 0.05

BC = ∑ /n = 1.54/ 3 = 0,51

∆t =

NT = ± ∆ t = 0.51 ± 0.01
KA = ± 0.01
KR = 0.01/0.51 x 100 % = 1.96 %

m2 = 8,46 gram
I. a. AB
untuk t1

No T │t- │
1 0.94 0.06
2 1.22 0.22
3 0.85 0.15
∑ 1.00 0.14

AB = ∑ /n = 1.00 / 3 = 0,33

∆t =

NT = ± ∆ t = 0.33 ± 0.04
KA = ± ∆ t = ± 0.04
KR = 0.04/0.33 x 100 % = 12.12 %
untuk t2
No T │t- │
1 1.04 0.01
2 0.97 0.08
3 1.16 0.11
∑ 1.05 0.66

AB = ∑ /n = 1.05 / 3 = 0,35

∆t
NT = ± ∆ t = 0.35 ± 0.22
KA = ± 0.22
KR = 0.22/0.35 x 100 % = 5.71 %

untuk t3

No T │t- │
1 1.00 0.09
2 1.16 0.07
3 1.12 0.03
∑ 1.09 0.06

AB = ∑ /n = 1.09 / 3 = 0,36

∆t
NT = ± ∆ t = 0.36 ± 0.02
KA = ± 0.02
KR = 0.02/0.36 x 100 % = 5.55 %

b. BC
untuk t1

No T │t- │
1 0.53 0.11
2 0.31 0.11
3 0.43 0.11
∑ 0.42 0.77

BC = ∑ /n = 0.42 / 3 = 0,14
∆t =

NT = ± ∆ t = 0.14 ± 0.02
KA = ± 0.02
KR = 0.02 / 0.14 x 100 % = 14.28 %

untuk t2

No T │t- │
1 0.62 0.02
2 0.59 0.01
3 0.59 0.01
∑ 0.6 0.01

BC = ∑ /n = 0.6 / 3 = 0,2

∆t =

NT = ± ∆ t = 0.2 ± 0.003
KA = ± 0.003
KR = 0.003/0.2 x 100 % = 1.5 %
untuk t3

No T │t- │
1 0.78 0.02
2 0.84 0.04
3 0.79 0.01
∑ 0.80 0.02

AB = ∑ /n = 0.80 / 3 = 0,26

∆t =

NT = ± ∆ t = 0.26 ± 0.006
KA = ± 0.006
KR = 0.006/0.26 x 100 % = 2.30 %
II. a. AB
untuk t1
No T │t- │
1 1.15 0.01
2 1.12 0.02
3 1.16 0.04
∑ 1.14 0.02

AB = ∑ /n = 1.14 / 3 = 0,38

∆t
NT = ± ∆ t = 0.38 ± 0.006
KA = ± ∆ t = ± 0.006
KR = 0.006/0.38 x 100 % = 15.78 %
untuk t2

No T │t- │
1 0.94 0.04
2 0.97 0.01
3 1.04 0.06
∑ 0.94 0.03

BC = ∑ /n = 1.98 / 3 = 0,32

∆t
NT = ± ∆ t = 0.32 ± 0.01
KA = ± 0.01
KR = 0.01/0.32 x 100 % = 3.12 %

untuk t3

No T │t- │
1 0.90 0.04
2 075 0.11
3 093 0.07
∑ 0.86 0.07
BC = ∑ /n = 0.86/ 3 = 0,28

∆t =
NT = ± ∆ t = 0.28 ± 0.02
KA = ± 0.02
KR = 0.02/0.28 x 100 % = 7.14 %

b. BC
untuk t1

No T │t- │
1 0.63 0.51
2 0.44 0.7
3 0.43 0.71
∑ 1.14 0.64

BC = ∑ /n = 1.14 / 3 = 0,38

∆t
NT = ± ∆ t = 0.38 ± 0.21
KA = ± ∆ t = ± 0.21
KR = 0.21/0.38 x 100 % = 55.26 %

untuk t2

No T │t- │
1 0.65 0.01
2 0.59 0.07
3 0.74 0.08
∑ 0.66 0.05

AB = ∑ /n = 0.66 / 3 = 0,22

∆t
NT = ± ∆ t = 0.22 ± 0.016
KA = ± 0.016
KR = 0.016/0.22 x 100 % = 7.27 %
untuk t3

No T │t- │
1 0.63 0.11
2 0.81 0.07
3 0.79 0.05
∑ 0.74 0.07

BC = ∑ /n = 0.74/ 3 = 0,24

∆t =

NT = ± ∆ t = 0.24 ± 0.02
KA = ± 0.02
KR = 0.02/0.24 x 100 % = 8.33 %

IX. Pertanyaan dan Jawaban


Pertanyaan dan jawaban
1. Dengan mengabaikan gesekkan katrol dan vat benda maka
percepatannya dapat dihitung sebagai berikut :

(Buktikan rumus di samping)


Jawab :
Berdasarkan hokum Newton F = m .
a
m.g=m.a
dengan menghubungkan rumus di atas, maka : m . g – I =
m.a atau
m.g=

sehingga → a = atau a =
dengan memasukkan nilai 1 = ½ m R2 didapat :

2.
X. Analisa Percobaan
Pada percobaan kali ini, kami membahas tentang pesawat atwood. Pada percobaan
pesawat atwood ini dilakukan agar kita dapat memahami kebenaran hokum-hukum Newton
dan dapat memahami besaran momen inersia pada gerak rotasi benda tegar.
Sebelum kita melakukan percobaan, pesawat atwood yang kita gunakan kita atur
dahulu jarak antara A ke B dan B ke C agar tidak ada kesalahan waktu dalam perhitungan.
Setelah itu letakkan massa benda yang ditentukan dan kita letakkan di atas penahan yang
pertama. Agar hasilnya tepat maka apbila ada kipas angina disekitar daerah tersebut, maka
dimatikan. Karena berpengaruh terhadap hasilnya. Setelah kita letakkan di atas penahan
pertama kita atur posisi penahan tersebut agar posisinya tepat, lalu kita tarik penahan kedua
agar penahan pertama tertarik ke atas. Setelah itu kita lepaskan penahan kedua, kemudian
hitung waktu yang diperlukan untuk beban tersebut sampai ke kedudukan B dan sampai ke C
dan catat hasilnya. Disarankan setiap mengubah jarak menggunakan mistar agar jarak tepat.

XI. Kesimpulan
 System di suatu lingkungan akan berubah sesuai dengan lingkungan tersebut. Apbila benda
tersebut diam dan dia akan cenderung diam, apabila benda tersebut bergerak akan cenderung
bergerak.
 Kecepatan perubahan suatu gerak sama dengan resultan yang bergerak pada gerak tersebut.

XII. Sumber Kesalahan


1. Kurang telitinya praktikan dalam menggunakan dan membaca waktu pada stopwatch.
2. Pemasangan massa benda pada pesawat atwood yang tidak sempurna yang mengakibatkan
terganggunya perhitungan waktu yang tepat.
3. Kesatnya tali pada pesawat atwood yang tidak sempurna yang
mengakibatkan kesalahan perbedaan waktu.
4. Kesalahan praktikan karena lupa mengulangi percobaan tersebut pada jarak yang berbeda
pula.

XIII. Daftar Pustaka


1. Paul A. Tippler. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jilid I. Jakarta : Erlangga.
2. Resnik, Maliday. 1995. Fisika Edisi I Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
3. Leanginan, Marten. 2004. Fisika. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai