Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM GEMORFOLOGI

OLEH :

NAMA : SRI MULYA JATISWARI

NIM : C1B016051

PRODI : ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidahyah-Nya, terutama kesehatan dan kesempatan, sehingga saya dapat
menyelesaikan “Laporan Lapangan Praktikum Geomorfologi” sesuai waktu yang telah
diberikan. Saya merasa pembuatan laporan praktikum lapangan yang saya buat ini masih jauh
dari sempurna, maka dari itu diharapkan kritik dan sarannya yang dapat menjadi acuan
pembuatan laporan praktikum dikemudin harinya.
Laporan ini berisi semua hal-hal yang kami lakukan di lapangan semoga bermanfaat
bagi yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Mataram, 16 Januari 2019

Penyusun

Sri Mulya Jatiswari


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan bumi dan poses yang
terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari
batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan
terkadang oleh perilaku organisme di tempat mereka hidup. Geomorfologi mengutamakan
pembelajaran mengenai bentuklahan, yaitu bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil
perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologis yang bekerja di
permukaan bumi. Bentuk lahan yang terbentuk jutaan tahun lalu dapat di lihat hasilnya di
masa sekarang, yang terus di kaji dan di pelajari oleh para peneliti.

Geomorfologi merupakan pengaruh dari erosi oleh: air, angin, maupun es, berkolaborasi
dengan latitude, ketinggian dan posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan bahwa tiap
daerah dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri sebagai hasil
dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, mahasiswa akan diperkenalkan dan akan melihat serta
mengamati langsung bagaimana bentuklahan yang terbentuk dari proses-proses gemorfologi
yang terjadi di Kabupaten Lombok Utara (KLU).

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menginterpretasikan bentuk landform
dengan cirri yang khas.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bentuk lahan atau landform adalah permukaan lahan yang mempunyai relief khas
karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat proses alam yang bekerja pada
batuan di dalam ruang tertentu, masing-masing bentuk lahan berbeda dalam struktur, proses
geomorfologi, relief/topografi dan materi penyusunnya.. Studi tentang bentuklahan ini
disebut geomorfologi. Bentuklahan yang terjadi ini merupakan akibat dari proses
geomorfologi tersebut. Bentuklahan dapat terjadi karena asal proses vulkanis, asal proses
struktural, asal proses marin, asal proses angin, asal proses denudasional, asal proses
fluvial,asal. Proses solusional, dan asal proses organic (Hardjowigeno, S. 1993).

Bentuklahan adalah kenampakan tertentu di setiap muka bumi yang terjadi akibat
hasil pengerjaan dan proses utama pada lapisan utama kerak bumi. Kedua proses ini adalah
proses endogen (berasal dari dalam) dan proses eksogen (berasal dari luar). Perbedaan
intensitas, kecepatan jenis, dan lamanya salah satu atau kedua proses tersebut yang bekerja
pada suatu daerah menyebabkan kenampakan bentuk lahan di suatu daerah dengan daerah
lain umumnya berbeda (Buckman, 1982).

Bahan induk adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar planet
bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh
iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu
selama jangka waktu tertentu pula. Berdasar definisi tanah, dikenal lima macam faktor
pembentuk bahan induk yaitu: iklim, kehidupan, bahan induk, topografi, waktu. Dari kelima
faktor tersebut yang bebas pengaruhnya adalah iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah
kering dinamakan dengan istilah asing weathering. Secara garis besar proses pembentukan
tanah dibagi dalam dua tahap, yaitu proses pelapukan dan proses perkembangan tanah
(Darmawijaya, 1990 ).

Faktor pembentuk tanah terdiri dari Bahan induk dan faktor lingkungan yang
mempengaruhinya adalah bahan induk, iklim, organisme, relief, dan waktu. Secara tidak
langsung pengaruh bahan induk terhadap sifat-sifat tanah dapat disebutkan antara lain:
Tekstur bahan induk mempunyai pengaruh langsung terhadap tekstur tanah muda. Bahan
induk pasir menghasilkan tanah muda yang barpasir juga. Bahan induk dengan tekstur halus
membentuk tanah dengan bahan organik yang lebih tinggi dari pada bahan induk yang
bertekstur kasar (Foth, H.D. 1991).
Bentuk lahan asal fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang
terjadi akibat aktivitas sungai, pantai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan
bentuk lahan ini. Bentuk lahan asal fluvial berkaitaan erat dengan aktifitas sungai dan air
permukaan yang berupa pengikisan, pengangkutan dan buangan pada daerah seperti lembah
ledok dan dataran alluvial. Proses penimbunan bersifat meratakan pada daerah-daerah ledok,
sehingga umumnya bentuk lahan asal fluvial mempunyai relief yang datar arau rata. Material
penyusun satuan bentuk lahan berupa hasil perombakan dan daerah denudasional di
sekitarnya, berukuran halus sampai kasar, yang lazim di sebut alluvial. Karena umumnya
reliefnya datar dan litologi alluvial, maka kenampakan suatu bentuk lahan fluvial lebih di
tekankan pada genessis yang berkaitan dengan kegitan utama sungai yakni erosi,
pengangkutan dan penimbunan (Baver, L.D. 1961 )
BAB II METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 16 Desember 2018 dimulai pada pukul
07.00 – 17.00 WITA. Bertempat pada Lokasi 1 di daerah pusuk, Lokasi 2 dan Lokasi 3 di
daerah Pemenang, Lokasi 4 dan 5 di daerah Kayangan.

3.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kamera dan alat tulis. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan contoh landform untuk diamati.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah:

1. Dikunjungi masing-masing lokasi pengamatan


2. Diamati permukaan lahannya (landform) pada setiap lokasi
3. Dijelaskan keadaan lahannya
4. Dicatat hasilnya
5. Dilakukan pula prosedur yang sama dengan lokasi seterusnya
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi 1

Bentang lahan ialah sebagian ruang permukaan bumi yang terdiri atas sistem-sistem,
yang dibentuk oleh interaksi dan interpen-densi antara bentuklahan, batuan, bahan pelapukan
batuan, tanah, air, udara, tetumbuhan, hewan, laut tepi pantai, energi dan manusia dengan
segala aktivitasnya, yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan.

Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan di perlihatkan contoh dari landform :


bentang lahan muda salah satu cirinya adalah masih ada energi potensial yang tinggi, energi
potensial tinggi dapat di lihat dari jarak antara bagian puncak dengan bagian dasar relatif jauh
( beda ketinggian di atas dengan di dasar landform ). Adanya energi potensial ini dapat
mendukung untuk melakukan perubahan , perubahan dari bentuk/wajah landform tersebut,
selain itu perubahan juga dapat di sebabkan oleh faktor erosi, pengendali erosi dalam ilmu
konservasi maupun fisika dapat berupa vegetasi dan kemiringan lahan. Landform pada lokasi
ini yang cenderung mempengaruhi adalah kemiringan. Ladform dikatakan tua maupun muda
tergantung dari energi untuk melakukan perubahan tinggi atau rendah.

Tanah menduduki sebagian besar planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman,
dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap
bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Pengaruh
erosi dapat juga disebut pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angin baik yang berlangsung secara
alami maupun sebagai akibat tindakan manusia. Erosi merupakan bentuk dan taraf.
Lereng adalah penampakan alam yang di sebabkan karena adanya beda tinggi di dua
tempat. Kemiringan lereng (slope) merupakan sala satu unsur topografi dan sebagai factor
terjadinya erosi melalui proses runoof. Semakin curam lereng semakin besar laju dan jumlah
aliran permukaan, semakin besar pula erosi yang terjadi.

Bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan pelapukan. Sedangkan
kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai tempat yang di
sebabkan oleh gaya- gaya eksogen dan gaya-gaya endogen. Hal ini yang mengakibatkan
perbedaan letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi.

Lereng yang tajam ( runcing ) ini tergolong landform muda. Aliran sungai ( drainase )
memiliki bentuk penampang melintang relatif menjam membentuk huruf v , ini di sebabkan
karena energi potensial ( Ep ) , Energi vertikal lebih besar dari energi lateral, hal ini di
sebabkan karena beda tinggi yang cukup signifikan antar bagian atas dengan bagian dasar
sehingga menyebabkan terjunan air sangat keras, arah vertikal lebih besar dari arah lateral
sehingga membentuk pola drainase v. Pada daerah Bentek ( daerah bawah ) penampang
melintang alirannya sudah mulai mendekati U , ini di karenakan energi lateral lebih besar dari
energi vertikal ( aliran ke samping lebih besar ) .

Dari aspek perubahan lereng yang terkait dengan perubaha tanah. Batas unit lahan pada
lokasi ini masih sejajar dengan batas unit lereng , tentu bagian-bagian tersebut akan berbeda
sifat tanahnya, pada bagian puncak terjadi erosi tinggi, pada bagian tengah terjadi trasportasi
dan pada bagian dasar terjadi pengendapan, karena pada bagian bagian tersebut memiliki
proses yang bebeda maka hasil akhirnya juga bebeda. Indikator lain yang digunakan adalah :

1. Kedalaman solum
2. Kenampakan vegetasi
3. Bentuk bukit
4. Drainase

Dari aspek konservasi secara global proses yang terjadi yakni erosi – tranportasi –
dekomposisi dan pengendapan.

Macam-macam prosesnya adalah : proses erosi, proses transportasi, proses


sedimentasi. Proses erosi adalah gaya melebar air yang mengalir disatas permukaan air tanah
yang menyebabkan terjadinya lembah-lembah. Proses transporasi adalah proses perpindahan /
pengangkutan material oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga
kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi. Proses sedimentasi terjadi bila
terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga
angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih
dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus.

Lokasi 2

Pada lokasi ini di jelaskan mengenai aliran berkelok kelok (meander) lokasi ini paling
intensif dibandingkan dengan tempat yang lain, disebabkan oleh faktor lereng. Lengkungan
pada aliran sungai terbentuk karena airnya dangkal karena kecepatannya tinggi maka daya
gerusnya juga tinggi sehingga akan mengendap pada aliran yang pelan karena gerakan lateral
seperti lereng yang dominan. Kaitannya dengan geomorfologi adalah aliran air akan
membawa partikel-partikel tanah yang halus (clay) yang dimana lama kelamaan akan
mengendap yang disebut dengan tanah alluvial. Tanah-tanah yang mengendap tersebut sangat
subur karena mengandung partikel halus/ clay (kation dan anion). Partikel tanahnya
bermacam-macam tergantung pada apa yang digerus diatas sana, apabila alirannya pelan
maka clay akan mengendap disana. Proses mempengaruhi sifat tanah yang terbentuk, karena
terjadi proses pengendapan maka yang hanya partikel halus saja daripada daerah yang
diatasnya. Gerakan vertical atau kecepatannya tinggi, jika datar maka energi potensialnya
yang rendah, sehingga air yang menyebar ke samping lebih luas daripada yang terbawa.
Lokasi 3

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis


yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis.

Vegetasi tanaman yang di tanam pada lokasi ini adalah kelapa, jarak tanam tanaman
kelapa pada lokasi ini relatif jauh antara satu pohon denan pohon lainnya, sehingga tidak
dapat menahan erosi yang terjadi secara efektif, ini dapa menyebabkan terjadi erosi yang
sangat besar. Tanah pada lokasi ini tanah lunak, apabila terjadi erosi, akan tergerus secara
trus menerus sehingga hanya meninggalkan batuan, apabila terjadi secara terus menerus,
lama kelamaan akan mengalami perubahan warna menjadi pucat dengan kandungan silikat (
Si ) yang dominan. Silikat tahan terhadap pencucian dan masih tetap tertinggal di karenakan
gugus silikat membentuk tetrahedral ( piramid ) .

Lokasi 4
Landform tua sangat kontras dengan landform muda. Landform tua memiliki warna
pucat, partikel bahan induknya dari batu apung, banyak mengandung silikat. Pada landform
tua hanya tanaman tertentu yang bisa tumbuh dan bertahan ( dareah landform tua termasuk
daerah setres air ). Tanaman yang bisa hidup dan bertahan pada kondisi lagha seperti ini pasti
memiliki keistimewaan tersendiri. Adanya keistimewaan ini menyebabkan adanya peluang
untuk di kahi potensi lahan kering ( tanaman yang bisa bertahan ). Contoh tanaman yang bisa
bertahan adalah nimbe dan kelor. Kelor memiliki banyak manfaat dan nimbe bisa di gunakan
sebagai bahan anti hama.

Pada landform tua energi potensial yang di miliki sudah mendekati habis. Jenis tanah
pada landform tua susah untuk di tentukan , tetapi masih dapat di identifikasi karena vegetasi
yang terdapat di atas permukaannya dapat digunakan menajadi indikator.

Pada lokasi ini, dulu mungkin ( beberapa juta tahun yang lalu ) berupa cekungan
tetapi mengalami erosi. Pada landform tua sulit di ketahui batasannya baik itu batas lereng
maupun batas lahannya, hal terebut dapat diatasi dengan melakukan survei menggunakan
sistem grid, setiap jengkal lahan di bor.

Penciri landform tua adalah :

1. Bentuk lereng
2. Energi potensial landform tua rendah
Energi potensial landform muda tinggi

Landfrom ini sudah tua, tapi masih bisa terlihat bekas ketika masih muda, landform pola
drainase tidak tererosi , dulunya terbentuk pada masa muda, energi tinggi, serta vertikal
keras. Apabila lahan ini di gali akan langsung di temukan batuan. Dari segi warna jauh lebih
pucat daipada yang terdapat di pemenang.
Lokasi 5

Saluran drainase tidak mengalami erosi, sehingga tidak hilang, yang mengalami erosi
adalah bukitnya, tetapi mungkin saja pada zaman dahulu lokasi ini seperti di Pusuk, memiliki
suhu dingin, curah hujan tinggi, tetapi sering berjalannya waktu mengalami perubahan (
kemungkinan jutaan tahun lalu ). Landform tua maupun landform muda tidak di tinjau dari
segi umurnya tetapi di tinjau dari perkembangan dan prosesnya. Umur muda dan tua di lihat
dari proses penuaannya. Landform di Dompu ada yang di percepat penuannya, hasil yang di
ditmbulkan adalah banjir , tanah mengalami degradasi dan rusak .

Landform tua tidak meiliki batas unit lahan yang tidak jelas

Tanaman yang bertahan : banten

Potensial untuk di kembangkan : kayu putih

Pada landform tua tidak di ketahui dan tidak jelas bagaimana prosesnya dan batasnya tidak
terlihat, tetapi terdapat indikator yang bisa digunakan yakni tanaman yang tumbuh di atasnya.

Apabila penuan landform di percepat : bisa jadi padang pasir, bukit sudah tererosi,
perbukitan dan lembah tidak terlihat batasannya
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan dapat di simpulkan bahwa :

1. Bentang lahan ialah sebagian ruang permukaan bumi yang terdiri atas sistem-sistem,
yang dibentuk oleh interaksi dan interpen-densi antara bentuklahan, batuan, bahan
pelapukan batuan, tanah, air, udara, tetumbuhan, hewan, laut tepi pantai, energi dan
manusia dengan segala aktivitasnya, yang secara keseluruhan membentuk satu
kesatuan.
2. Bentang lahan muda salah satu cirinya adalah masih ada energi potensial yang tinggi,
bentang lahan tua memiliki energi potensial rendah
3. Dari aspek konservasi secara global proses yang terjadi yakni erosi – tranportasi –
dekomposisi dan pengendapan.
4. Jenis tanah pada landform tua susah untuk di tentukan , tetapi masih dapat di
identifikasi karena vegetasi yang terdapat di atas permukaannya dapat digunaka
menajadi indikator. Hanya tanaman-tanaman tertentu yang mampu hidup dan
bertahan pada landform tua contohnya nimbe, banten dan kelor.
DAFTAR PUSTAKA

Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Baver, L.D. 1961. Soil Physics. John Wiley & Sons Inc. New york.

Buckman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Darmawijaya, M. Isa. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Foth, H.D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai