Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA

“AGEN-AGEN PERUBAHAN : AIR”

Dosen Pengampu :

DISUSUN OLEH :

VIOLA MAHARANI AGUSTIN A24121023

RATNA ADHININGRUM A24121095

BAYU A24116093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bentuk permukaan bumi selalu mengalami perkembangan dan perubahan.


Perkembangan dan perubahan tersebut disebabkan oleh proses -proses geomorfologi,
yaitu setiap media alami yang mampu menghancurkan dan menghanyutkan material
batuan maupun tanah dengan tenaga yang terdiri dari air,angin dan gelombang
(Thornbury,1954). Salah satu proses geomorfologi yang menyebabkan perubahan bentuk
permukaan bumi tersebut adalah erosi. Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya
tanah atau bagian tanah dari satu tempat yang diangkut oleh air atau angina ke tempat
lain (Sitanala Arsyad, 1989).

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya erosi seperti : erosivitas hujan, erodibilitas
tanah, panjang dan kemiringan lereng, vegetasi dan manusia (Hudson, 1972 ). Dari enam
faktor tersebut salah satu faktor penyebab terjadinya erosi tanah adalah erodibilitas tanah.
Erodibilitas tanah adalah daya tahan tanah terhadap proses penguraian dan pengangkutan
oleh tenaga erosi (Morgan,1979 ). Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti tekstur tanah, kandungan bahan organik, struktur tanah dan permeabilitas tanah.

Bahan organik terbentuk dari sisa-sisa jasad hidup dan sisa-sisa tanaman. Bahan organik
mampu mengikat butir-butir tanah menjadi satu kesatuan agregat tanah yang kuat. Oleh
sebab itu tanah yang banyak mengandung bahan organik akan tahan terhadap kikisan air
permukaan, maupun pukulan langsung air hujan.

Pada tanah bagian atas (top soil) merupakan lapisan tanah yang paling subur ,sedangkan
lapisan tanah di bawahnya (sub soil) merupakan bagian yang paling penting untuk
pertanian, terkadang secara tidak sengaja sering rusak karena aktivitas manusia,sehingga
tanah tidak lagi produktif dan bahkan menjadi kritis.Kerusakan tanah ini akan
menyebabkan menurunnya kadar bahan. Tanah-tanah yang mempunyai tekstur pasir dan
lempung akan mempunyai daya tahan yang lebih besar terhadap kikisan air hujan
dibanding tanah bertekstur debu. Hal ini disebabkan untuk mengikis tanah yang
bertekstur pasir butuh tenaga yang lebih besar, sedangkan tanah yang bertekstur lempung
mempunyai daya ikat yang lebih kuat, sedangkan debu mempunyai daya ikat antar butir
yang lemah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses perubahan di muka bumi?
2. Apa saja jenis-jenis cuaca serta tanah yang ada di muka bumi?
3. Bagaimanakah aliran air, erosi oleh sungai dan air bawah tanah terbentuk?

C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan proses perubahan di muka bumi.
2. Menjelaskan jenis-jenis cuaca serta tanah yang ada di muka bumi.
3. Mendeskripsikan aliran air, erosi oleh sungai dan air bawah tanah.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Proses-proses di Muka Bumi


Bentuk permukaan bumi selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan
dan perubahan tersebut disebabkan oleh proses -proses geomorfologi, yaitu setiap media
alami yang mampu menghancurkan dan menghanyutkan material batuan maupun tanah
dengan tenaga yang terdiri dari air,angin dan gelombang (Thornbury,1954). Salah satu
proses geomorfologi yang menyebabkan perubahan bentuk permukaan bumi tersebut
adalah erosi. Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari
satu tempat yang diangkut oleh air atau angina ke tempat lain (Sitanala Arsyad, 1989).

Bumi terdiri dari beberapa lapisan penyusun. Bagian terluar yang kita tinggali sekarang
disebut dengan kerak bumi. Proses pembentukan muka bumi melalui serangkaian
peristiwa yang membentuknya selama ribuan tahun. Proses geologis yang membentuk
permukaan bumi tersebut terdiri dari dua acara, yaitu proses dari dalam atau endogen dan
proses dari luar atau eksogen. Ketika perubahan internal dan eksternal ini terjadi terus
menerus, perubahan kimiawi dan stres dipicu di permukaan bumi, yang pada akhirnya
mengarah pada pembentukan medan yang tidak rata.

Proses endogen yaitu berasal dari tenaga tektonik (diatropisme), aktivitas vulkanik
(vulkanisme) dan gempa bumi (seisme). Sedangkan proses tenaga eksogen meliputi
pelapukan, erosi, dan sedimentasi.

a.) Proses Pembentukan Muka Bumi: Tenaga Endogen

Proses endogen sebagian besar disebabkan oleh energi panas dari mantel dan kerak
bumi. Energi panas ini berasal dari peluruhan dan disintegrasi unsur radioaktif dan dari
diferensiasi gravitasi di mantel. 

Proses-proses tersebut menimbulkan fenomena seperti gempa bumi, munculnya dan


berkembangnya benua, palung samudra dan pegunungan, timbulnya aktivitas vulkanik,
metamorfisme batuan yang sudah ada sebelumnya, deformasi dan pergerakan kerak bumi
baik secara vertikal maupun lateral. 

Beberapa proses endogenik yang penting dan perannya dalam evolusi bentuk lahan
dijelaskan di bawah ini dilansir dari laman knowyoursurface:

1. Seisme (Gempa)
Seisme adalah bentuk energi dari gerakan gelombang yang ditransmisikan melalui lapisan
permukaan bumi, mulai dari getaran samar hingga gerakan lliar yang mampu
mengguncang bangunan dan menyebabkan celah menganga terbuka di tanah. Gempa
bumi sebagian besar dihasilkan karena dislokasi batuan di bawah tanah.

2. Gerakan teknonik dan vulkanik


 Gerakan Tektonik
Gerakan tektonik kerak bumi memiliki berbagai bentuk dan dicirikan oleh
kompleksitas yang tinggi. Dalam perjalanan sejarah geologi kerak bumi, bebatuan
telah kusut menjadi lipatan, saling dorong, pecah dan lain-lain, sehingga
menimbulkan pegunungan, punggung bukit, palung laut dan bentang alam
lainnya.

 Vulkanisme  
Ini adalah fenomena di mana materi dipindahkan dari interior bumi dan meletus
ke permukaannya. Itu adalah salah satu perwujudan penting dari sifat dinamis
bumi. Proses efusi material magmatik ke permukaan bumi, sehingga membentuk
berbagai struktur vulkanik dan / atau mengalir di atas permukaan yang disebut
vulkanisme.

b.) Proses Pembentukan Muka Bumi: Tenaga Eksogen


Tenaga eksogen adalah kebalikan dari tenaga endogen, yaitu tenaga yang berasal dari luar
bumi. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil
bentukan dari tenaga endogen.

Di permukaan bumi, bagian litosfer yang muncul akan mengalami penggerusan oleh
tenaga eksogen yaitu dengan jalan pelapukan, pengikisan dan pengangkutan, serta
sedimentasi. Misalnya di permukaan laut muncul bukit hasil aktivitas tektonisme atau
vulkanisme.

Mula-mula bukit dihancurkannya melalui tenaga pelapukan, kemudian puing-puing yang


telah hancur diangkut oleh tenaga air, angin, gletser atau dengan hanya grafitasi bumi.
Hasil pengangkutan itu kemudian diendapkan, ditimbun di bagian lain yang akhirnya
membentuk timbunan atau hamparan bantuan hancur dari yang kasar sampai yang halus.
Berikut penjelasannya dirangkum dari laman UPI education:

1. Pelapukan (weathering)
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi
karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin).

Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran
yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga
macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.

2. Erosi
Erosi sering disebut juga pengikisan. Erosi adalah proses pengikisan terhadap batuan
yang dilakukan oleh air, angin, atau gletser. Air hujan bisa mengikis permukaan tanah
terutama yang gundul. Tanah itu bersama air mengalir ke sungai.

Air sungai juga dapat mengikis tepi atau bagian dasar sungai. Akibat pengikisan pada tepi
sungai menyebabkan sungai menjadi berkelok-kelok dan melebar. Sedangkan pengikisan
ke dasar sungai bisa menyebabkan sungai bertambah dalam.
3. Sedimentasi
Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh
tenaga air atau angin tadi. Pada saat pengikisan terjadi, air membawa batuan mengalir ke
sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada saat kekuatan pengangkutannya
berkurang atau habis, batuan diendapkan di daerah aliran air tadi. Karena itu
pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau, dan di laut.

2. Jenis-Jenis Cuaca dan Tanah yang ada Di Bumi


1.) Cuaca
Istilah “cuaca” pada hakikatnya lebih mengacu kepada kondisi sementara atmosfer,
dimana lapisan udara ini kemudian mengelilingi planet bumi, sehingga biasanya ketika
memikirkan cuaca erat kaitannya dengan keadaan atmosfer pada bagian dunia kita
sendiri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cuaca adalah keadaang udara (tentang
suhu, cahaya matahari kelembapan, kecepatan angin, dan sebagainya) pada satu tempat
tertentu dengan jangka waktu terbatas.

Selain itu, cuaca bisa menentukan periode waktu yang singkat hingga dalam waktu
beberapa hari. Kondisi cuaca itu bisa dikatakan sebagai suatu gambaran fenomena cuaca
yang khas, seperti diantaranya pada serangkaian badai petir di musim panas, bulan
berkabut di musim gugur, ataupun kondisi cuaca lainnya yang khas untuk suatu daerah
dan musim tertentu.

a. Unsur Pembentuk Cuaca


Cuaca itu sendiri tidak terjadi begitu saja, tetapi terjadi karena adanya beberapa unsur
pembentuk. Berikut ini beberapa unsur pembentuk cuaca yang perlu kamu tahu.

1. Radiasi Matahari
Setiap benda yang memiliki suhu di atas nol mutlak, maka bisa memberikan pancaran
radiasi matahari dalam bentuk sebuah energi. Lalu, radiasi matahari bisa dikatakan
sebagai satu-satunya bentuk energi yang dapat melakukan perambatan dalam vakum luar
angkasa. Radiasi matahari terbentuk dari medan listrik serta medan magnet. Oleh sebab
itu, radiasi matahari ini bisa dikatakan sebagai gelombang elektromagnetik.

Permukaan Bumi sendiri hanya menerima radiasi yang dipancarkan matahari dalam
jumlah yang sangat kecil. Selain itu, Bumi juga memanfaatkan radiasi matahari sebagai
energi utama dalam melakukan proses-proses fisika di atmosfer.

2. Suhu Udara
Suhu udara sebagai keadaan panas atau dingin dari suatu udara. Sementara itu, pengukur
suhu udara atau suatu derajat panas biasanya disebut dengan nama termometer.
Pengukur suhu udara ini bisa dinyatakan dalam skala Celsius (C), Reamur (R), serta
Fahrenheit (F). Daerah tropis juga memiliki suhu udara tertinggi di permukaan bumi,
sedangkan di daerah kutub memiliki suhu yang paling dingin.

3. Tekanan Udara
Tekanan udara adalah suatu gaya berat yang disebabkan oleh udara pada suatu luas
tertentu. Ketika melakukan pengukuran terhadap tekanan udara akan digunakan
barometer dan biasanya tekanan udara ini umumnya diukur dengan satuan milibar.

4. Kelembapan Udara
Kelembapan udara adalah jumlah uap air yang ada di dalam udara. Atmosfer mempunyai
jumlah uap air serta udara dengan nilai yang sangat sedikit yaitu sekitar 2 % dari jumlah
massa keseluruhan. Kelembapan udara bisa terjadi karena adanya proses pemusatan uap
air di udara yang sangat mempengaruhi cuaca. Selain itu, tingkat pemusatan kelembapan
udara ini biasanya dinyatakan menjadi kelembapan absolut, kelembapan spesifik
maupun kelembapan relatif.
5. Awan
Awan adalahi kumpulan massa air yang kemudian berkumpul di atas permukaan Bumi.
Pengamatan awan ini juga dilakukan dengan memperhatikan tutupan awan yang dibagi
lagi menjadi delapan bagian dan tutupan ini disebut juga sebagai oktaf. Selain itu, awan
dapat juga diamati dalam bentuk butiran air, udara, maupun kristal es.

6. Hujan
Hujan bisa dikatakan sebagai air yang jatuh dari awan ke permukaan Bumi. Adapun
besarnya curah hujan bisa diukur dengan alat ombrometer secara manual serta otomatis.
Curah hujan ini juga dinyatakan dalam satuan milimeter.

7. Angin
Angin adalah suatu pergerakan udara yang terjadi akibat adanya perbedaan suhu serta
tekanan antara suatu tempat dan pada tempat lain. Pergerakan angin juga terjadi dalam
arah mendatar. Adapun angin yang dapat terukur oleh sensor angin ini biasanya berada
pada ketinggian sekitar 6-10 meter dari permukaan bumi dan biasa disebut juga dengan
angin permukaan.

Penamaan angin ini disesuaikan dengan arah datang dan kecepatannya, sedangkan arah
angin dinyatakan dengan derajat. Arah angin dari utara dinyatakan juga dalam 360
derajat, dari timur 90 derajat, dari selatan 180 derajat, serta dari barat 270 derajat. Tidak
hanya itu, kecepatan angin ini juga dinyatakan dalam km/jam, m/detik, atau dalam knot.
Angin yang memiliki kecepatan yang sangat rendah dinyatakan dalam arah 0 derajat.

b. Jenis-Jenis Cuaca

1. Cuaca Panas

Jenis cuaca yang pertama adalah cuaca panas. Pada cuaca ini, seseorang akan merasa
panas dan lingkungan sekitar pun menjadi lebih kering. Cuaca panas ini disebabkan
karena panasnya matahari apalagi ketika ada matahari berada tegak lurus di atas bumi,
sehingga memunculkan rasa panas.
2. Cuaca Cerah

Jenis kedua dari cuaca adalah cuaca cerah. Cuaca cerah ini dapat diartikan sebagai cuaca
yang di mana sinar matahari terlihat jernih yang disertai juga dengan udara yang segar.
Oleh sebab itu, ketika cuaca sedang cerah, maka rasa panas pun berkurang.

3. Cuaca Sejuk

Cuaca sejuk adalah jenis cuaca yang terjadi pada suatu daerah yang mengalami angin
berrtiup, suhu udara rendah, dan humiditas udara yang cukup tinggi.

4. Cuaca Hujan

Jenis cuaca yang satu ini bisa dibilang sudah banyak orang yang mengetahuinya. Hujan
itu sendiri terjadi karena adanya uap air yang terkandung di udara atau di awan.

5. Cuaca Berangin

Jenis cuaca berikutnya adalah cuaca berangin. Sama dengan namanya, maka cuaca
berangin ini akan menghasilkan angin yang bisa menggerakkan pohon lebat atau bahkan
bisa membuat suatu bangunan ambruk.

6. Cuaca Berawan
Jenis cuaca berawan berikutnya adalah cuaca berawan. Cuaca berawan ini dapat terjadi
ketika cahaya matahari tidak terasa panas karena tertutup oleh awan. Cuaca berawan ini
bisa dibilang hampir sama dengan cuaca cerah.

2.) Jenis-Jenis Tanah

Dari sudut pandang umum, tanah adalah istilah yang sangat luas dan merujuk pada
lapisan bumi yang menutupi permukaan planet. Tanah adalah bagian dari permukaan
bumi, yang meliputi batuan hancur, humus, bahan anorganik dan organik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tanah diartikan sebagai permukaan
bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali. Tanah merupakan hasil dari proses
pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi
batuan. Proses pembentukan tanah ini juga dikenal sebagai pedogenesis.

Bagi manusia, keberadaan tanah sangat penting karena kehidupan mereka berjalan di
atasnya. Keberadaan tanah juga sangat vital bagi kehidupan makhluk lain. Tanah
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan dan habitat bagi hewan.

Jenis tanah pun juga berbeda-beda. Jenis-jenis tanah dan ciri-cirinya mungkin banyak
yang menghiraukan. Namun jenis-jenis tanah dan ciri-cirinya ini penting diketahui
karena berpengaruh kepada kesuburan tanah.
a.) Tanah Alluvial
Jenis-jenis tanah dan ciri-cirinya yang pertama adalah tanah alluvial. Tanah alluvial
berasal dari sedimen lumpur yang terbawa air sungai. Tanah ini adalah hasil erosi
yang diendapkan bersama dengan lumpur sungai. Tanah alluvial berwarna kelabu
dan memiliki sifat subur.

Anda bisa menemukan tanah alluvial ini di wilayah dataran rendah. Di Indonesia
sendiri, tanah ini banyak ditemukan di wilayah timur Sumatera, bagian utara Jawa,
Kalimantan bagian selatan dan tengah, Papua bagian utara dan selatan.

b.) Tanah Vulkanis

Jenis-jenis tanah dan ciri-cirinya yang kedua yaitu tanah vulkanis. Tanah vulkanis
merupakan jenis tanah yang berasal dari abu gunung api atau dari material letusan
gunung api yang mengalami pelapukan. Meski berasal dari letusan gunung, tanah ini
mengandung banyak unsur hara yang sifatnya sangat subur. Itulah kenapa, tanah-
tanah yang dekat dengan gunung api terlihat begitu subur. Tanah vulkanis banyak
ditemukan di wilayah Jawa, Bali, dan Sumatera, contohnya di sekitaran Danau Toba.

Tanah vulaknis juga dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tanah regosol dan
latosol. Tanah regosol adalah tanah vulkanis yang mempunyai butir kasar, berwarna
kelabu hingga kuning serta mengandung bahan organik yang sedikit. Tanah ini cocok
ditanami tanaman seperti tembakau, palawija serta buah-buahan.

Sedangkan tanah latosol adalah tanah vulkanis dengan ciri khas berwarna merah
hingga kuning dan mengandung bahan organik yang sifatnya asam. Tanah latosol
cocok untuk ditanami padi, karet, kopi, kelapa dan palawija.

c.) Tanah Humus


Jenis-jenis tanah dan ciri-cirinya yang ketiga yakni tanah humus. Tanah humus
muncul akibat tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Tumbuhan yang membusuk ini
membuat tanah humus memiliki kandungan unsur hara yang tinggi.
Itu berarti tanah humus memiliki sifat sangat subur. Jenis tanah ini sangat cocok
untuk ditanami padi, nanas dan kelapa. Anda bisa menemukan tanah ini di daerah
seperti Pulau Sulawesi, Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan dan Papua.

d.) Tanah Organosol

Jenis-jenis tanah dan ciri-cirinya yang keempat adalah tanah organosol. Mungkin
Anda asing dengan sebutan tanah organosol. Anda mungkin lebih familiar dengan
sebutan tanah gambut. Tanah ini terbentuk dari proses pelapukan bahan-bahan
organik, seperti sisa pembusukan tanaman rawa. Pembusukan bahan organik yang
terjadi pada tanaman yang kurang sempurna disebabkan karena tanaman yang selalu
tergenang air.

Karena pembusukan yang kurang sempurna ini, tanah gambut cenderung memiliki
sifat asam hingga sangat asam. Karena selalu tergenang air, tanah gambut kurang
baik untuk pertanian. Tanah gambut banyak terdapat di daerah pasang surut, seperti
di Papua bagian barat, Kalimantan Barat, Sumatra bagian timur, Jawa, pantai barat
Sumatra, dan pantai Kalimantan Timur.

e.) Tanah Inseptisol

Jenis-jenis tanah dan ciri-cirinya yang kelima yaitu tanah inseptisol. Terbentuk dari
batuan sedimen atau metamorf, tanah inseptisol memiliki warna yang agak
kecokelatan dan kehitaman serta campuran yang agak keabu-abuan. Tanah ini
menopang pembentukan hutan yang asri.

Ciri-ciri tanah ini yaitu adanya horizon kambik di mana horizon ini kurang dari 25%
dari horizon selanjutnya. Tanah ini cocok untuk perkebunan seperti perkebunan
kelapa sawit perkebunan lainnya seperti karet. Jenis tanah ini tersebar di berbagai
daerah di Indonesia seperti di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
f.) Tanah Kapur

Tanah kapur merupakan jenis tanah yang berasal dari batuan kapur dan memiliki
sifat yang tidak subur. Namun, tanah ini tetap bisa ditanami tanaman seperti pohon
jati. Tanah kapur terdapat di daerah Blora, Pegunungan Kendeng, serta Pegunungan
Seribu Yogyakarta.

Tanah kapur bisa dibagi dalam dua kelompok, yaitu tanah renzina dan tanah
mediteran. Tanah renzina merupakan jenis tanah kapur yang berasal dari proses
pelapukan batuan kapur di daerah bercurah hujan tinggi. Karenanya, tanah ini
memiliki warna yang hitam dan miskin zat hara.

Sedangkan tanah mediteran adalah tanah kapur hasil dari proses pelapukan batuan
kapur keras dan sedimen. Warna tanahnya kemerahan hingga coklat dan kurang
subur. Namun, tanah kapur meditaran ini masih dapat ditanami tanaman jati,
palawija, jambu mete dan tembakau.

g.) Tanah Mergel

Hampir sama dengan tanah kapur, tanah mergel juga berasal dari kapur, tapi dengan
tambahan berbagai bahan lainnya sehingga lebih mirip seperti pasir. Tanah mergel
terbentuk dari batuan kapur, pasir dan tanah liat, kemudian terbentuk dengan bantuan
hujan namun tidak merata.

Tanah ini mengandung banyak mineral dan air, serta subur dan bisa ditanami oleh
persawahan dan perkebunan. Tanah ini dapat Anda temui di daerah dataran rendah
seperti di Solo (Jawa Tengah), Madiun dan Kediri (Jawa Timur).
h.) Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan jenis tanah yang terbentuk dari proses pelapukan batuan
beku dan sedimen. Tanah ini memiliki ciri khas butiran kasar berupa kerikil. Tanah
ini sangat miskin unsur hara sehingga tidak subur dan kurang baik untuk pertanian.

Karena sifat tanahnya kurang subur, tanah ini hanya cocok untuk ditanami pohon
besar di hutan. Tanah litosol banyak ditemukan di daerah Pulau Sumatera, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Papua.

i.) Tanah Laterit

Tanah laterit adalah jenis tanah yang sifatnya tidak subur, atau bahkan sudah hilang
kesuburannya. Ini karena tanah laterit memiliki banyak kandungan zat besi dan
alumunium. Unsur hara dalam tanah ini sudah hilang karena larut oleh curah hujan
yang tinggi.

Tanah laterit juga bersifat kering dan tandus. Warnanya kekuningan hingga merah,
sehingga tanah laterit juga sering disebut sebagai tanah merah. Tanah laterit banyak
ditemukan di wilayah Jawa Barat, Sulawesi Tenggara hingga Kalimantan Barat.

j.) Tanah Pasir

Jenis-jenis tanah dan ciri-cirinya yang terakhir ada tanah pasir. Tanah pasir adalah
jenis tanah yang memiliki sedikit kadar air dan miskin akan unsur haranya. Tanah
pasir berasal dari batuan pasir yang telah melapuk. Tanah ini banyak ditemukan di
wilayah pantai yang disebut sand dune atau bukit pasir.

3. Pengertian aliran air, erosi oleh sungai dan air bawah tanah.
 Aliran Air
Aliran air tanah merupakan suatu proses aliran yang terjadi di bawah air tanah dari satu
titik elevasi ke titik elevasi lainnya yang lebih rendah hingga kemudian menuju sungai
atau laut. Aliran air tanah sebenarnya dalam keadaan yang tidak berubah, terjadinya
aliran dipengaruhi oleh prinsip hidrolika yang telah tersusun secara baik terhadap aliran
air tanah melalui akuifer sebagai media. Pergerakan aliran air tanah bermula dari
masuknya air ke dalam tanah yang disebut sebagai recharge area kemudian mengalir
menuju titik keluarnya air tanah berupa mata air, rembesan pada sumur atau disebut
juga dengan discharge area.
Pola pergerakan aliran air tanah disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya
gravitasi membuat air mengalir menuju titik yang lebih rendah sedangkan gaya kapiler
menyebabkan air mengalir ke segala arah. Gaya kapiler ini lebih lebih kuat bekerja pada
tanah dengan struktur halus seperti tanah lempung dibandingkan dengan tanah dengan
struktur kasar seperti pasir. Aliran air tanah yang disebabkan oleh gaya kapiler bergerak
dari area basah menuju area kering. Pada tanah yang basah gaya kapiler akan berkurang
sehingga menyebabkan penurunan kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi akan
berkurang secara berangsung ketika pori-pori tanah terisi hingga mencapai kondisi
konstan.[2]Sedangkan air yang meresap pada tanah akan mengikuti gaya gravitasi,
setelah hujan air akan mengalir menuju titik tidak jenuh air kemudian sejumlah air yang
beredar di dalam tanah akan ditahan oleh gaya kapiler pada pori-pori tanah yang kecil.
Setelah kapasitas retensi tanah habis, air akan bergerak ke bagian pori-pori tanah atau
bebatuan. Air pada titik tidak jenuh tersebutlah yang disebut dengan air tanah.

 Erosi oleh Sungai dan air bawah tanah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), erosi adalah sebuah kondisi pengikisian
permukaan bumi oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan benda-beda seperti air
mengalir, es, angin, dan gelombang atau arus. Selanjutnya, berdasarkan penjelasan
di dpupkp.bantulkab.go.id, erosi atau pengikisan merupakan sebuah proses perpindahan
massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang
bergerak di atas bumi.
Mengutip dari Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010–2014 milik Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), disebutkan bahwa Indonesia berpotensi
mengalami pengikisan karena adanya perubahan bentuk tanah atau batuan. Hal ini terjadi
akibat kekuatan air, angin, es, hingga pengaruh baya berat atau organisme hidup.

Secara umum, erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan
permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses erosi
ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas
lingkungan hidup.

Permukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi
pengikisan sementara di tempat lainnya akan terjadi penimbunan, sehingga bentuknya
akan selalu berubah sepanjang masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung
sangat lambat, sehingga akibat yang ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan
beratus tahun kemudian.

Erosi juga merupakan proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah yang tererosi
diangkut oleh aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat
seperti sungai, saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hal ini
berdampak kepada mendangkalnya sungai, sehingga mengakibatkan semakin seringnya
terjadi banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Erosi merupakan salah satu proses dalam daerah aliran sungai (DAS) yang terjadi akibat
dari pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan. Erosi juga
merupakan salah satu indikasi untuk menentukan kekritisan suatu DAS. Besarnya erosi
dan sedimentasi dari tahun ke tahun akan semakin bertambah apabila tidak dilakukan
pengendalian atau pun pencegahan.

Faktor Penentu Terjadinya Erosi

Selain beberapa faktor utama yang disebutkan di atas, dalam Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan Vol. 3 No. 1, juga dijelaskan empat faktor penentu terjadinya pengikisan.
Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Topografi
Topografi atau tinggi rendahnya permukaan bumi juga bisa menjadi pemicu terjadinya
pengikisan. Topografi akan menyebabkan terjadinya perbedaan lereng. Kemiringan dan
panjang lereng yang sangat berpengaruh terhadap aliran pemukaan dan pengikisan.

2. Tanah
Tanah menjadi faktor penentu berikutnya. Beberapa hal dari kondisi tanah yang bisa
menyebabkan pengikisan antara lain ketahanan tanah terhadap penyebab kerusakan baik
air hujan atau aktivitas di permukaan dan kemampuan tanah untuk menyerap air.
3. Vegetasi
Faktor penentu terjadinya pengikisan yang terakhir adalah vegetasi. Kehadiran vegetasi di
atas permukaan bumi akan mempengaruhi aliran pemukaan dan pengikisan. Pengaruh
tersebut antara lain:

 Intersepsi hujan yang dilakukan olah tajuk tanaman.


 Vegetasi yang memengaruhi kecepatan aliran di permukaan dan kekuatan perusak
yang berasal dari air.
 Akar tanaman akan memengaruhi kegiatan biologi yang behubungan dengan
pertumbuhan tanaman tersebut dan akan mempengaruhi prositas tanah.
 Transpirasi yang terjadi akan membuat tanah menjadi lebih kering.

4. Manusia
Kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap erosi, misalnya perubahan penutupan tanah akibat penggundulan atau
pembabatan hutan untuk pemukiman, lahan pertanian, atau
gembalaan. Perubahan topografi secara mikro akibat penerapan terasering, penggemburan
tanah dengan pengolahan, serta pemakaian stabiliter dan pupuk yang berpengaruh kepada
struktur tanah.

Proses pembukaan lahan yang tidak terkendali akan berimplikasi kepada meningkatnya
risiko terjadinya erosi. Penyebab utama terjadinya erosi adalah penggunaan lahan yang
kurang sesuai dengan fungsinya serta tingkat kepekaan tanahnya yang sangat peka
terhadap erosi. Kerusakan lahan yang terjadi karena tingkat kepekaan tanah yang cukup
tinggi terhadap erosi akibat dari aktivitas manusia dalam mengelola penggunaan lahan
yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi. Kebiasaan masyarakat untuk menetapkan
awal bercocok tanam pada bulan deengan curah hujan tinggi, baik untuk persawahan,
perladangan maupun perkebunan. Hal ini dapat dicermati bahwa pada awal musim tanam
area vegetasi penutup lahan (vegetal cover) menjadi berkurang, sehingga lahan yang tidak
memiliki vegetasi rentan terhadap bahaya erosi. Semakin luas lahan petani, erosi yang
ditimbulkan juga semakin besar.
Kegiatan perladangan dengan kebiasaan membakar areal penanaman yang berulang-ulang
akan dapat merusak permukaan tanah baik terhadap kehilangan organik maupun erosi
tanah. Kegiatan pengelolaan hutan seperti penebangan, pembuatan jalan, parit dan base
camp harus mendapat perhatian khusus dalam melestarikan sumber daya hutan. Demikian
pula sektor pembangunan lainnya seperti bangunan jaringan jalan, pertambangan,
pertanian, transmigrasi, serta pemukiman yang menggundulkan permukaan tanah.

Contoh-Contoh Erosi
Pengikisan yang terjadi di permukaan bumi ternyata banyak sekali jenisnya. Ada
beberapa contoh erosi yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Erosi Air atau Ablasi


Contoh yang pertama yaitu erosi air. Pengikisan ini terjadi karena adanya pengaruh dari
air sungai dan hujan. Intensitas dan curah hujan yang tinggi akan semakin meningkatkan
peluang terjadinya ablasi. Setidaknya, ada empat jenis ablasi yang bisa terjadi.

 Erosi percik: disebabkan oleh air hujan yang jatuh ke dalam tanah dan menghanyutkan
tanah tersebut.
 Erosi lembar: terjadi di tanah pada daerah lereng gunung. Lapisan bagian atas tanah akan
hanyut bersama air hujan.
 Erosi alur: pengikisan pada tanah yang sudah berlangsung dan menyebabkan
terbentuknya alur yang nantinya menjadi tempat air mengalir.
 Erosi parit: pengikisan yang terjadi ketika alur yang terbentuk sudah memiliki kedalaman
lebih dari 0,3 meter.
2. Erosi Korasi atau Deflasi
Deflasi merupakan pengikisan yang disebabkan oleh angin. Biasanya terjadi di daerah
gurun. Angin di tempat tersebut akan menyebabkan pasir berpindah ke tempat lain secara
konstan.
3. Abrasi
Abrasi adalah pengikisan yang terjadi di daerah pantai. Pengikisan tersebut terjadi karena
adanya gelombang laut dan arus laut yang merusak. Menurut BNPB dalam Risiko
Bencana Indonesia, juga menjelasakan proses abrasi terjadi ketika ada angin yang
bergerak di laut yang menyebabkan arus serta gelombang ke arah pantai. Jika kejadian
tersebut berlangsung lebih lama, akan menyebabkan banyak pengikisan di pinggir pantai.

4. Eksarasi
Pengikisan ini disebabkan oleh adanya gerakan es yang mencair. Pencairan ini membuat
bebatuan ikut bergerak ke bawah kemudian mengendap. Hasil dari pengikisan tersebut
dikenal dengan nama fjord. Kejadian ini biasanya ada di pegunungan bersalju.

Dampak Erosi
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi
adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan
kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan
air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai.

Selain itu, butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan
mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan
mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur
pelayaran.

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami dan baik untuk
ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui
angkutan air. Namun, erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal
dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.

Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan
tanaman, serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah
yang terangkut tersebut akan terbawa masuk ke sumber air (sedimen) dan akan
diendapkan di tempat yang aliran airnya melambat di dalam sungai, waduk, danau,
reservoir, saluran irigasi, diatas pertanian dan sebagainya.

Dengan demikian, kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi di dua tempat,
yaitu di tanah tempat erosi terjadi, dan di tempat tujuan akhir tanah yang terangkut
tersebut diendapkan.

Cara Mencegah Erosi


Fenoma terjadinya pengikisan di lapisan atas permukaan bumi sebenarnya bisa dicegah
dengan berbagai cara. Mengutip dari pusatkritis.kemkes.go.id, ada beberapa cara untuk
mencegah terjadinya erosi. Berikut penjelasannya.
1. Konservasi Tanah
Cara pertama yang bisa dilakukan yakni dengan melakukan konservasi tanah. Upaya ini
dilakukan untuk mencegah dan menghambat terjadinya pengikisan tanah. Pemilihan
vegetasi yang tepat menjadi kunci suksesnya upaya konservasi. Pastikan menggunakan
vegetasi yang memiliki kemampuan untuk bertahan dalam berbagai kondisi cekaman.

2. Terasering
Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan sistem terasering yang biasanya dijumpai
pada lahan pertanian di dataran tinggi. Terasering ini sebenarnya memiliki peranan yang
sangat penting terutama dalam menjaga agar air hujan tidak langsung mengalir ke bawah
dan menyebabkan pengikisan. Dengan lahan berbentuk teras, tanah akan lebih stabil dan
tanaman juga tumbuh lebih baik.

3. Countor Farming
Upaya selanjutnya untuk mencegah terjadinya pengikisan tanah yaitu dengan countor
farming atau penanaman berdasarkan garis kontur. Cara becocok tanamn seperti ini akan
membuat akar tanaman lebih kuat, sehingga bisa menahan tanah agar tidak mudah
terkikis saat hujan deras.
4. Reboisasi
Tindakan preventif berikutnya yang bisa dilakukan yaitu dengan reboisasi atau
penanaman kembali hutan yang telah gundul. Cara ini sangat penting untuk dilakukan
sebab pohon di hutan merupakan penghasil oksigen sekaligus penahan air. Dengan
ekosistem hutan yang terjaga maka bercana alam lain seperti banjir juga bisa dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
Banuwa, I. I. S. (2013). Erosi. Prenada Media.
Bisri, M. (2012). Air Tanah. Universitas Brawijaya Press.
Embun, S., & Astuti, M. (2015). Pengaruh penggunaan media gambar terhadap aktivitas belajar
siswa pada mata pelajaran IPA materi bumi dan cuaca di Madrasah Ibtidaiyah
Najahiyah Palembang. JIP (Jurnal Ilmiah PGMI), 1(1), 80-106.
Setiawan, I. N., Krismawati, D., Pramana, S., & Tanur, E. (2022, November). Klasterisasi
Wilayah Rentan Bencana Alam Berupa Gerakan Tanah Dan Gempa Bumi Di
Indonesia. In Seminar Nasional Official Statistics (Vol. 2022, No. 1, pp. 669-676).

Anda mungkin juga menyukai