Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG

“BENTUKLAHAN ASAL PROSES ORGANIK & BENTUKLAHAN ANTROPOGENIK”

WINANDA NATHANIA A-1


2110115220001
MATA KULIAH : GEOMORFOLOGI DAN LINGKUNGAN
DOSEN PENGAMPU : DR. H. SIDHARTA ADYATAMA, S.PD., M.SC

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2022

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB l
PENDAHULUAN.............................................................................................................

a. Latar Belakang..........................................................................................................................

b. Tujuan.......................................................................................................................................

BAB ll PEMBAHASAN..............................................................................................................

A. Pengertian Dan Proses Terjadinya Bentuklahan Organik & Bentuklahan Antropogenik.......

B. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Bentuklahan Organik & Antropogenik....................

C. Klasifikasi Bentuklahan Organik & Antropogenik Berdasarkan Kelompoknya.....................

BAB lll PENUTUP......................................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Menurut Whitton (1984) dalam Hendro Murtianto (2010), bentuk lahan adalah

morfologi Dan karakteristik permukaan lahan sebagai hasil dari interaksi antara proses fisik

dan gerakan Kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Verstappen (1983) dalam Retno

Sriwayanti (2009), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor geomorfologi mayor yang

berpengaruh dalam pengembangan lahan yaitu bentuk lahan, Proses geomorfologis, dan

kondisi tanah. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa bentuk lahan Mencakup kemiringan lahan,

proses geomorfologi; mencakup banjir, tanah longsor, dan bahaya dari proses alam yang

merugikan, sedangkan mengenai kondisi tanah, antara lain mencakup Kedalaman batuan dari

pelapukan material. Karakteristik geomorfologis dalam hal ini bentuk lahan memberikan

informasi yang dapat menentukan dalam penggunaan lahan suatu daerah tertentu.

b. Tujuan

2.1 Mengetahui tentang bentuk lahan asal Organik & Bentuklahan Antropogenik

2.2 Mengetahui ciri-ciri bentuk lahan asal Organik & Bentuklahan Antropogenik

2.3 Mengetahui macam-macam bentuk lahan Organik & Bentuklahan Antropogenik

2.4 Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah geomorfologi dan lingkungan.

BAB lI
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Proses Terjadinya Bentuklahan Organik & Bentuklahan Antropogenik


1. Pengertian

Bentuklahan asal organik adalah bentuklahan atau landform yang secara alamiah
terbentuk dari proses kegiatan makhluk hidup, contohnya adalah bentuklahan terumbu
karang (coral reefs). Terumbu karang adalah masa endapan kapur (limestone/CaCO3)
dimana endapan kapur ini terbentuk dari hasil sekresi biota laut pensekresi kapur
(coral/karang). (Sorensen, 2019)

Bentuk lahan asal organik merupakan bentuk lahan yang secara alamiah
terbentuk dari Proses kegiatan makhluk hidup. Terumbu karang adalah material endapan
kapur yang Terbentuk dari hasil sekresi biota laut pensekresi kapur. Satuan bentuk lahan
asal proses organi Terdiri dari bentuk lahan atol dan cincin terumbu, terumbu koral,
rataan terumbu, tudung Terumbu, perisai dan akumulasi pasir koral (Purwanto). Bentuk
lahan asal organik merupakanKelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat
pengaruh kuat aktivitas organisme (Lobeck, 1989). Atol adalah kumpulan terumbu karang
yang berbentuk melingkar atau Hampir melingkar menyerupai cincin yang mengelilingi
laguna di dalamnya. Bentuk Melingkar dari atol disebabkan proses perkembangan atol
yang tumbuh di sekeliling pulau Gunung api. Karang pembentuk terumbu hanya
berkembang di perairan tropis dan subtropis Yang hangat, karena itu atol hanya
ditemukan di daerah tropis dan subtropis.Terumbu karang penghalang tumbuh dan
berkembang jauh dari pantai, dan antara Terumbu karang dan pantai terdekat dibatasi
oleh sebuah lagoon. Terumbu karang penghalang Paling terkenal ditemukan di sebelah
timur Benua Australia yang disebut Great Barrier Reef (GBR). Great barrier reef pada
dasarnya merupakan rentetan banyak terumbu karang dan Memiliki ukuran total panjang
mencapai sekitar 2.000 km. Terumbu karang Great Barrier Reef didukung oleh beragam
organisme, baik yang berasal dari kelompok hewan maupun Yang berasal dari kelompok
tumbuhan,baik yang berada di dalam kolom air maupun yang Berada di dasar perairan.
Seperti organisme dari kelompok ikan saja, keseluruhan Great Barrier Reef diperkirakan
memiliki lebih dari 2.000 spesies (Mather dan Bennett, 1993). Bentuk lahan Glasial
merupakan bentuk lahan yang dipengaruhi oleh adanya kumulasi Es/salju atau gletser
disuatu wilayah dengan waktu yang lama.

Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan


aktivitas Manusia (Retno Sriwayanti, 2009). Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat
disebut sebagai Bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia Bentuk lahan
antropogenik merupakan salah satu bentuk lahan mikro.Aktivitas tersebut dapat berupa
aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru
dari bentuk lahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja
telah merubah bentuk lahan yang telah ada. Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk
dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada. Misalnya bentuk lahan marin yang dapat
berubah menjadi pelabuhan dan pantai reklamasi seperti yang terdapat pada pantai
Marina Semarang, dan bentuk lahan struktural dan fluvial dapat berubah menjadi waduk
serta bentuk lahan struktural dan denudasional dari bukit yang telah mengalami
perubahan bentuk akibat aktivitas manusia seperti yang terjadi di bukit Ngoro Mojokerto.
Contoh dari bentuk lahan antropogenik berbeda dengan contoh dari penggunaan lahan.
Misalnya sawah dan permukiman, kedua contoh inibukan merupakan bentuk lahan.
(Karena Sawah Dan Permukiman Tidak Merubah Bentuk Lahan Yang Telah Ada, Sawah
Dan Permukiman Hanya, 2010)

Antropogenik melainkan termasuk pada bentuk penggunaan lahan atau landuse


karena sawah Dan permukiman tidak merubah bentuk lahan yang telah ada, sawah dan
permukiman hanya termasuk upaya pemanfaatan dari permukaaan bentuk lahan. Bisa
saja sawah ada di dataran bentuk lahan aluvial, di lereng gunung, atau bahkan di gumuk
pasir. Begitu juga dengan permukiman juga bisa terdapat di dataran rendah, dataran
tinggi, lembah, maupun kaki lereng, namun keberadaan sawah dan permukiman tersebut
tidak bisa digolongkan dalam bentuk lahan antropogenik (Retno Sriwayanti, 2009).

2. Proses Terjadinya Bentuklahan Bentuklahan Organik & Bentuklahan Antropogenik

 Bentuk lahan asal organik ini, diproses melalui bentuk lahan yang dihasilkan oleh
aktvitias organisme contohnya adalah terumbu karang dan pantai bakau.
 Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari bentuk-bentuk lahan yang telah ada.
Misalnya bentuk lahan marin yang dapat berubah menjadi pelabuhan
dan pantai reklamasi seperti yang terdapat pada pantai Marina Semarang.

Fisiografis Pantai Marina

Secara geologi pantai marina merupakan pantai yang tersusun oleh sedimentasi laut
dan sungai serta terdapat endapan aluvium delta yang berumur kuarter. Material aluvium
delta yang berupa batulempung merupakan litologi yang belum terkompaksi secara utuh
apalagi ditambah adanya intrusi air laut yang diakibatkan penggunaan air tanah secara
berlebihan sehingga akuifer dangkal yang ada menjadi rusak dan terintrusi oleh air laut. Hal
ini karena dipesisir pantai marina digunakan sebagai kawasan pariwisata dan perkantoran
serta kawasan huni mewah yang sangat banyak membutuhkan air bersih sehingga banyak
yang melakukan pengeburan sumur artesis yang mencari lapisan akuifer dalam sehingga
terjadi proses kerusakan akuifer dan berdampak pada proses land subsidence didaerah pesisir
utara dan secara morfogenesa kawasan pantai marina merupakan daerah pantai genetic yang
endapannya tersusun oleh endapan material laut dan sedimentasi sungai. Namun
penyalahgunaan fungsi sungai sebagai bahan pembuangan limbah menjadikan daerah
kawasan pantai marina menjadi daerah yang kotor.
(http://syawal88.wordpress.com/2009/06/19/reklamasi-pantai-marina/)

Reklamasi

Secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris,to reclaim yang
artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secaraspesifik dalam Kamus Bahasa Inggris-
Indonesia disebutkan arti reclaim sebagai menjadikan tanah ( from the sea). Menurut UU no
27 tahun 2007 Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka
meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi
dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Reklamasi kawasan perairan
merupakan upaya pembentukan suatu kawasandaratan baru baik di wilayah pesisir pantai
ataupun di tengah lautan. Tujuan utama reklamasi ini adalah untuk menjadikan kawasan
berair yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi suatu kawasan baru yang lebih baik dan
bermanfaat untuk ekonomi maupun tujuan strategis lain.
Kawasan daratan baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustria
n, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur transportasi alternatif,
reservoir air tawar di pinggir pantai, kawasan pengelolaan limbah dan lingkunganterpadu,
dan sebagai tanggul perlindungan daratan lama dari ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu
kawasan wisata terpadu (

http://www.academia.edu/4432623/Reklamasi_Pantai)

Pantai Marina oleh aktivitas reklamasi

Pantai Marina Semarang merupakan pantai yang terbentuk karena aktivitas reklamasi.
Kawasan yang direklamasi tersebut memanjang sesuai dengan bibir atau garis pantai. Dengan
pola reklamasi yang demikian, maka ini akan melewati daerah tambak yang dimiliki oleh
petambak pada daerah tepi pantai. Lebih lanjut reklamasi ini mengarah ke laut. Hal ini
melihat daerah yang direklamasi cukup luas yaitu sekitar 200 hektar. Padahal daerah yang
sebagian merupakan area tambak kurang produktif yaitu hanya 80 hektar.

Pelaksanaan pembangunan reklamasi ini tidak dilakukan dalam satu tahap, namun kegiatan
tersebut akan dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap awal kegiatan yang dilakukan
adalah melakukan penimbunan atau pengurukan dengan material sebanyak 5 juta m3.
Material tersebut diambil dari kawasan industri candi, sedangkan sisanya diambil dari daerah
sekitar lokasi. Total material pengurukan adalah 15 juta m3. Material yang digunakan berupa
batuan vulkanik dan breksi. Pada bagian bawah diisi dengan breksi. Kemudian diatasnya diisi
dengan batuan vulkanik. Dengan kondisi tersebut, material timbunan mengalami penurunan
atau penyusutan. Kemudian pada tahap selanjutnya dilakukan penimbunan kembali sesuai
dengan target.( http://belajarmenjadigeograf.blogspot.com/2009/11/analisis-bentuk-lahan-
antropogenik-di.html)

B. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Bentuklahan Organik & Bentuklahan


Antropogenik
 Temperatur

 Salinitas

 Kedalaman laut

 Sirkulasi air laut

 Persediaan nutrisi

 Turbulensi

 Turbiditas

Manusia dan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari baik secara sadar maupun
tidak sadar dapat menyebabkan perubahan pada bentuk lahan yang telah ada menjadi bentuk
lahan antropogenik. Aktivitas tersebut antara lain:

 Aktivitas reklamasi misalnya pada pantai.


 Aktivitas pembangunan pemanfaatan lahan yang menyebabkan perubahan yang
mencolok pada bentuk lahan.
 Aktivitas penambangan atau pengambilan material yang dapat menyebabkan perubahan
pada bentuk lahan.

Aktivitas antropogenik di Indonesia banyak jumlahnya, namun tidak


semuanyamenghasilkan bentuk lahan yang potensial. Misalnya aktivitas reklamasi pada
pantai dapat menyebabkan erosi dan abrasi pada pantai tersebut. Aktivitas pembangunan
waduk yang kurang tepat juga menyebabkan kerusakan pada daerah tangkapan hujan sekitar
waduk sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan tanah berupa rekahan dan
retakan tanah. Oleh karena itu, aktivitas antropogenik dalam merubah lahan hendaknya
memperhatikan dampak terhadap lahan disekitarnya.
C. Klasifikasi Bentuklahan Organik & Bentuklahan Antropogenik Berdasarkan
Kelompoknya
 Bentuklahan Organik
1. Freenging Reefs ( Terumbu karang tepi)

Terumbu karang tepi berkembang di pesisir


pantai – pantai pulau besar. perkembangannya
bisamencapapai kedalaman 40 meter dengan
pertumbuhan karah luar menuju laut lepas.
Contoh : Pantai pasir putih, Pantai Bama

2. Barrier Reefs (Terumbu karang penghalang)


Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif
jauh dari pulau, sekitar 0,52 kearah laut lepas.
Terbentuk pada kedalaman 1000 kaki atau 300
meter. Contoh : Batuan Tengah (Bintan,
Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan)

3. Atol (Terumbu Karang Cincin)


Terumbu karang yang
terbentuk dari cincin yang
mengelilingi batas dari pulau
– pulau vukanik yang
tenggelam sehinggatidak
terdapat perbatasan dengan
daratan. Contohnya : Take Bone Rate ( Sulawesi), Maratua ( Kalimantan
Selatan ).

4. Patch Reefs
Merupakan terumbu karang yang selalu
tenggelam (shoal, taket) atau hanya muncul
ketika surut terendah (gosong,
taket).Contohnya: Taket Kayu di Perairan
Situbondo.

5. Terumbu Karang Koral


Koral merupakan komponen yang terpenting
dari ekosistem laut untuk media
perkembangbiakan semua biota laut.
Contohnya : Terumbu Karang yang terdapat
diTaman Nasional Bunaken.

 Bentuklahan Antropogenik

 1.  Reklamasi           

Reklamasi merupakan upaya meningkatkan sumber daya alam lahan dari aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan cara pengurangan atau dengan pengeringan lahan.
Misalnya Pantai Marina Semarang, pantai ini merupakan pantai yang terbentuk karena
aktivitas reklamasi. Kawasan yang direklamasi tersebut memanjang sesuai dengan bibir atau
garis pantai. Daerah yang direklamasi cukup luas yaitu sekitar 200 hektar. Material yang
digunakan berupa batuan vulkanik dan breksi. Pada bagian bawah diisi dengan breksi.
Kemudian diatasnya diisi dengan batuan vulkanik. Perubahan garis pantai mengakibatkan
perubahan arus mengarah ke pantai. Arus yang sedianya dapat tertahan di Pantai Marina
kemudian berubah arah masing-masing ke arah barat dan timur. Arus yang ke arah timur
memiliki arus yang relatif besar dengan tidak membawa sedimen laut. Pada arus ini akan
mengakibatkan abrasi terhadap pantai. Akibat abrasi pantai sekitar lima hektare lahan yang
telah diuruk hilang.

Abrasi diduga di antaranya disebabkan perubahan pola arus yang diakibatkan


anjungan/pemecah ombak yang dibangun sebuah industri di sebelah barat desa. Petambak
(pemilik dan penggarap) yang hidupnya bergantung pada sumber daya pesisir mengalami
kerugian akibat berkurangnya lahan tambak dan penurunan pendapatan akibat menurunnya
produksi tambak dan tangkapan yang dipicu oleh abrasi dan pencemaran.

Selain abrasi, reklamasi Pantai Marina secara umum berpengaruh pada terjadinya
erosi pantai di Sayung, Demak. Padahal, daerah tersebut dahulunya merupakan kawasan
sedimentasi. Namun sekarang kondisinya sudah berbeda jauh, di kawasan pantai itu banyak
yang mengalami erosi. Reklamasi atau pengurukan kawasan pantai akan mengubah sifat arus
yang kemudian berdampak pada erosi pantai di daerah lain. Karena itu, setiap ada
pengurukan kawasan pantai harus diwaspadai sifat arus pantai. Sifat arus air di Pantai
Semarang berputar ke timur karena pada sisi timur Semarang terdapat tanjung. Arus air yang
berputar seperti itu menyebabkan rawan erosi, perubahan fisik pantai, dan sedimentasi pantai
dapat berubah. Selain mengakibatkan dampak tersebut, reklamasi pantai juga akan
menambah jarak tempuh air sungai. Hal ini berpengaruh pada keterbentukan sedimentasi di
muara yang lama sehingga terjadi pendangkalan di sana.Atau contoh lainnya yaitu Kansai
International Airport. Kansai International Airport (KIA) merupakan bandara internasional
yang dibangun di atas lahan reklamasi di Teluk Osaka, Jepang.

2. Waduk

Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk berbagai kebutuhan.
Waduk dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri air sampai waduk
tersebut penuh. Waduk dapat terbentuk dari bentuk lahan lain yang telah ada. Misalnya
berasal dari bentuk lahan struktural dan fluvial. Waduk merupakan bentuk lahan
antropogenik karena terbentuk oleh aktivitas manusia yang merubah lahan menjadi berbentuk
cekungan.

Gambar 4. Waduk Pluit, Jakarta


Gambar 5. Bendungan Inguri di Rusia

Dalam pembuatan waduk selain harus memperhatikan teknik-teknik dalam pembuatan


waduk juga harus memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak sampai merusak daerah
tangkapan hujan yang dapat menyebabkan rusaknya lahan biasanya ditandai dengan rekahan
dan retakan pada tanah.

3.     Pelabuhan

Menurut peraturan pemerintah RI no. 69 tahun 2001


tentang kepelabuhanan, yang dimaksud pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun
penumpang dan atau bongkar muat barang yang di lengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar
moda transportasi. Pelabuhan termasuk lahan antropogenik karena bentuknya telah merubah
bentuk lahan pesisir sebelumnya.
Gambar 6. Pelabuhan Pontianak

Pembangunan pelabuhan hendaknya memperhatikan aspek lokasi agar pelabuhan


dapat berfungsi secara efektif dan tidak mengancam lahan sekitar. Misalnya pembangunan
pelabuhan Indonesia cabang Pontianak yang dibangun di tepi sungai yang dapat
menyebabkan pendangkalan yang disebabkan oleh erosi daerah hulu dan juga pelabuhan
Tanjung Api-api yang ada di Provinsi Sumatera Selatan mengakibatkan rusaknya hutan
bakau (mangrove) dan hutan nipah, ancaman kepunahan sejumlah satwa langka, serta
merusak perkebunan kelapa milik penduduk. 

4. Penambangan Pasir

Penambangan pasir termasuk ke dalam lahan antropogenik karena aktivitas tersebut


merubah bentuk lahan yang berbukit. Selain itu penambangan pasir juga dapat
mengakibatkan erosi dan sedimentasi serta menurunkan keanekaragaman flora dan fauna.
Gambar 7. Aktivitas Penambangan Pasir

Misalnya Bukit Ngoro yang terletak di sekitar daerah perbukitan dan patahan
Watukosek Mojokerto. Bukit ini merupakan bukit dari bentuk lahan asal struktural yang
kemudian telah mengalami degradasi akibat aktivitas masyarakat sekitar yaitu adanya
penambangan pasir dan pengambilan material yang dimanfaatkan sebagai tanggul lumpur
lapindo Sidoarjo.

5. Kota
6. Kanal

7. Sawah

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bentuklahan asal organik adalah bentuklahan atau landform yang secara alamiah
terbentuk dari proses kegiatan makhluk hidup, contohnya adalah bentuklahan terumbu
karang (coral reefs). Terumbu karang adalah masa endapan kapur (limestone/CaCO3)
dimana endapan kapur ini terbentuk dari hasil sekresi biota laut pensekresi kapur
(coral/karang). (Sorensen, 2019)

Antropogenik merupakan proses atau akibat yang berkaitan dengan dengan aktivitas
Manusia (Retno Sriwayanti, 2009). Sehingga bentuk lahan antropogenik dapat disebut
sebagai Bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia Bentuk lahan antropogenik
merupakan salah Satu bentuk lahan mikro.Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas yang
telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk
lahan yang telah ada Maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah
merubah bentuk lahan yang Telah ada. Bentuk lahan antropogenik dapat dibentuk dari
bentuk-bentuk lahan yang telah ada.

DAFTAR PUSTAKA
karena sawah dan permukiman tidak merubah bentuk lahan yang telah ada, sawah dan
permukiman hanya. (2010). 1984.
Sorensen, G. (2019). Materi Pembelajaran Geomorfologi Untuk Program Studi Pendidikan
Geografi. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
http://syawal88.wordpress.com/2009/06/19/reklamasi-pantai-marina/)

http://www.academia.edu/4432623/Reklamasi_Pantai)

(http://belajarmenjadigeograf.blogspot.com/2009/11/analisis-bentuk-lahan-antropogenik-
di.html)

Anda mungkin juga menyukai