Anda di halaman 1dari 6

Nama : Lisa Meisya Sasabone

Nim : 2019 40 077


UTS : Biologi Laut

JAWABAN :

1. Kerak bumi merupakan lempeng tektonik sehingga pergerakan relatifnya menyebabkan


terbentuknya ciri-ciri khusus dasar laut. Berikut ini merupakan pembagian bentuk-bentuk
dasar laut berdasarkan defenisi dari Nontji (1993).

 Paparan (shelf) yang dangkal
 Depresi dalam berbagai bentuk (basin, palung)
 Berbagai bentuk elevasi berupa punggung (rise, ridge)
 Gunung bawah laut (sea mount)
 Terumbu karang dan sebagainya.
2. Pengertian Mintakat

Istilah “pemintakatan” merupakan terjemahan dari istilah “zonasi”, yang artinya adalah pemisahan suatu
ruang lingkungan kedalam bagian-bagiannya (mintakat-mintakatnya). Pembagian Zona Mintakat
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Oleh karena itu para ahli
oseanografi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona menurut criteria yang berbeda-beda.
Karena lingkungan laut terdiri dari bagian dasar laut dan kolom air yang ada di atasnya, maka laut
dapat dibagi kedalam 2 (dua) mintakat utama, yakni mintakat pelagik dan mintakat bentik. Mintakat
pelagik meliputi seluruh kolom air, sedangkan mintakat bentik meliputi seluruh lingkungan dasar.

 Mintakat Pelagik
Mintakat pelagik ini mencakup kolom air mulai dari permukaan dasar laut sampai paras (permukaan)
laut. Mintakat ini terbagi lagi secara horizontal dan vertical.

                        Secara horisontal mintakat pelagik terdiri dari :

o Mintakat neritik
 Mintakat neritik merupakan wilayah lingkungan perairan yang terletak diatas landas benua,
dengan kandungan unsur hara melimpah, kandungan sedimen tinggi dan daya tembus cahaya
yang dangkal. Hal ini disebabkan karena letaknya yang berdekatan dengan daratan yang
memasok berbagai macam zat terlarut ke laut.

o Mintakat Oseanik 
 Mintakat oseanik merupakan wilayah lingkungan perairan yang terletak di luar landas benua,
kandungan unsur hara kurang, kandungan sedimen relative lebih sedikit sehingga daya
tembus cahaya yang kuat.
 Secara vertikal mintakat pelagik terdiri dari :

 Mintakat Epipelagik
 Mintakat epipelagik merupakan bagian kolom air paling atas. Ketebalan mintakat ini hampir
sama dengan ketebalan lapisan penembusan cahaya yang efektif untuk fotosintesis, yaitu
sekitar 200 m. Oleh karena itu mintakat epipelagik disebut juga sebagai mintakat Fotik. Pada
dan dekat bagian permukaan mintakat ini penyinaran matahari siang hari diatas optimal
bahkan letal bagi phytoplankton. Di bawah lapisan ini desebut mintakat bawah permukaan
merupakan tempat yang aktif bagi phytoplankton. Sedangkan bagian paling bawah
merupakan lapisan dimana terdapat zooplankton pada siang hari.

 Mintakat Mesopelagik
 Mintakat mesopelagik terletak dibawah mintakat epipelagik. Mintakat ini terletak antara
kejelukan 200 – 1000 m. Karena letaknya dibawah mintakat fotik maka mulai dari mintakat
mesopelagik sampai kepada mintakat abisopelagik, disebut sebagai mintakat Afotik. Artinya,
pada mintakat ini tidak terdapat kegiatan yang menghasilkan produksi primer. Mintakat
mesopelagik dihuni oleh konsumen primer yang memanfaatkan detritus (jasad renik) yang
turun dari lapisan yang lebih dangkal. Pada mintakat ini terdapat lapisan termoklin, yaitu
lapisan perairan dimana suhunya berubah secara drastis.
 Mintakat Batipelagik
 Mintakat batipelagik meluas dari kejelukan 1000 m sampai kejelukan 4000 m atau sama
dengan kejelukan dasar laut jeluk. Sifat-sifat fisiknya seragam.

 Mintakat Abisopelagik
 Mintakat abisopelagik meluas ke bagian-bagian terjeluk dari samudra dan disebut juga
sebagai mintakat palung. Biota air yang hidup di mintakat ini mengalami kegelapan karena
tidak ada cahaya, suhu dingin dan tekanan air yang tinggi. Di perairan abisopelagik ini tidak
ada cahaya kecuali cahaya yang berasal dari hewan-hewan laut (bioluminescence).
3. Faktor internal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut ini antara lain jenis,
galur, bagian talus dan umur talus yang digunakan sebagai bibit, sedangkan faktor
eksternal yang berpengaruh antara lain keadaan lingkungan fisik dan kimiawi perairan

4. Rumput laut telah ditetapkan sebagai salah satu komoditas prioritas, penetapan tersebut
berdasarkan pada perolehan manfaat dan nilai yang bisa diberikan baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.

Pemerintah telah mengambil langkah serius dalam pengembangan industri rumput laut
nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2019 tentang Peta Panduan (Road Map)
pengembangan industri rumput laut nasional tahun 2018-2021.
KKP telah melakukan langkah penguatan industri rumput laut nasional dan
diimplementasikan dalam beberapa program penelitian pengembangan budidaya jenis baru,
pengembangan budidaya, inovasi teknologi pengolahan produk setengah jadi dan produk
akhir serta penguatan pasar produk rumput laut nasional dan global.

Kami mendorong penetapan bioplastik ke UMKM beberapa waktu lalu bersama Coal


Triangle Center,” ujar dia dalam keterangan persnya yang diterima Investor Daily, di Jakarta,
belum lama ini.
Asisten Deputi Bidang Koordinasi dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian Pujo Setio mengatakan, Road Map pengembangan industri rumput laut 2018-
2021 dimulai dari penguasaan pasar, dimana nilai ekspor rumput laut kering Indonesia
menempati posisi ke-2 setelah Korea.
Tidak hanya itu,saat ini telah dilakukan integrasi kawasan budidaya ke dalam 27 Perda
Provinsi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Laut.

5. Ekosistem Padang lamun adalah ekosistem khas di laut dangkal pada wilayah perairan hangat
dengan dasar pasir dan didominasi oleh tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota
bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin.
6. fungsi ekosistem Lamun sebagai produsen Primer : Lamun mempunyai tingkat produktivitas
primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada pendauran berbagai zat
hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. khususnya zat-zat hara yang
dibutuhkan oleh algae epifitik.

Sebagai Penangkap Sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang
disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping
itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat
menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai
penangkap sedimen dapat mencegah erosi (Gingsburg &Lowenstan 195 8, Thoraug & Austin,
1976).
7. Ciri-ciri tumbuhan mangrove menurut Setyawan, dkk, (2002) adalah sebagai berikut :
a. Tumbuhan berpembuluh (vaskuler). b. Menggunakan air garam sebagai sumber air, daun
keras, tebal, mengkilat, sukulen, memiliki jaringan penyimpan air dan garam.
8. Serasah vegetasi mangrove yang telah terurai melalui proses dekomposisi, sebagian akan
diserap oleh mangrove itu sendiri dan sebagian lainnya menjadi tambahan masukan bahan
organik bagi ekosistem mangrove di sekitarnya. Manfaat akumulasi bahan organik hasil
dekomposisi serasah hutan mangrove antara lain memperkaya hara pada ekosistem mangrove,
sebagai daerah asuhan dan pembesaran (nursery ground), daerah pemijahan (spawning
ground), dan perlindungan bagi aneka biota perairan (Wibisana, 2004). Selain itu, akumulasi
bahan organik juga mampu mereduksi potensi subsidensi permukaan lahan hutan mangrove.
Bahan organik yang tersedia di kawasan tersebut berasal dari bagian-bagian pohon, terutama
yang berupa daun. Akumulasi bahan organik ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor produksi
dan faktor dekomposisi. Secara umum produksi bahan organik ditentukan oleh jenis dan
kerapatan tegakan hutan mangrove, dimana semakin rapat tegakan produksi bahan organik
juga meningkat, sedangkan dekomposisi juga ditentukan oleh jenis bahan organik maupun
oleh faktor dekomposernya.Dekomposisi merupakan prose penghancuran/penguraian bahan
organik mati yang dilakukan oleh agen biologi maupun fisika menjadi bahan-bahan mineral
dan humus koloidal organik. Oleh karena itu, dekomposisi bahan organik juga sering disebut
proses mineralisasi.Proses ini merupakan proses mikroba (dekomposer) dalam memperoleh
energi bagi perkembangbiakannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses
dekomposisi bahan organik dari sisi dekomposernya adalah suhu, kelembaban, salinitas, dan
pH. Proses ini sangat besar peranannya dalam siklus energi dan rantai makanan pada
ekosistem mangrove. Penelitian tentang dinamika serasah mangrove berupa produksi dan laju
dekomposisi dikawasan hutan mangrove Kecamatan Padang Cermin mempunyai arti penting
karena serasah merupakan sumbangan terbesar dari ekosistem mangrove terhadap kesuburan
esturia,sehingga peran hutan mangrove sebagai pendukung dan penyedia jasa-jasa bagi
kelangsungan hidup manusia dapat terjaga.
9. Faktor penyebab kerusakan mangrove, katanya, antara lain, alih fungsi lahan jadi perkebunan
sawit, perusakan kayu bakau untuk kayu arang, tambak, dan dirambah jadi perladangan ilegal
masyarakat. Parahnya, lagi belum ada keseriusan pemerintah menekan laju kerusakan
ekosistem mangrove.
10. Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis
tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae.[1] Terumbu karang termasuk dalam jenis
filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel.[1] Kelas Anthozoa tersebut terdiri
dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya
dibedakan secara asal-usul Morfologi dan Fisiologi

11. Terumbu Karang Tepi


Merupakan karang yang berada di sepanjang pantai dengan kedalaman 40 meter. Terumbu ini berada
di permukaan laut terbuka. Terumbu karang tepi berada di pesisir pantai dari pulau-pulau besar.

Karang tumbuh ke atas, ke arah luar, dan menuju laut lepas. Proses pengembang biakkan terumbu,
bentuknya melingkar ditandai dengan ban. Bagian endapan karang mati mengelilingi pulau. Pada
pantai yang curam, pertumbuhan terumbu mengarah vertikal. Contoh terumbu karang tepi yaitu
Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
 Terumbu Karang Penghalang
 Terumbu karang ini berada lumayan jauh dari pantai. Jarak dari pantai sekitar 0,52 kilometer
dari laut lepas. Sementara di perairan dengan kedalaman 75 meter, terumbu karang ini bisa
membentuk kolom air atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilo.
 Terumbu karang penghalang umumnya berada di benua atau pulau besar. Terumbu ini
membentuk gugusan pulau karang yang terputus, contohnya Batuan Tengah (Bintan,
Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
 3. Terumbu Karang Cincin (Atolls)
 Terumbu ini berbentuk cincin yang mengelilingi pulau-pulau vulkanik. Kumpulan karang ini
tidak memiliki perbatasan dengan pantai, sehingga tidak terlihat. Terumbu karang cincin
biasanya berada di perairan laut dalam.
 4. Terumbu Karang Datar
 Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas permukaan laut. Kumpulan karang ini bisa
membentuk pulau datar dalam waktu lama. Umumnya, pulau yang terdiri dari terumbu ini
berkembang secara horizontal atau vertikal. Terumbu karang datar berada di perairan laut
dangkal. Di Indonesia, contoh terumbu karang datar dapat dilihat di Kepulauan Seribu (DKI
Jakarta) dan Kepulauan Ujung Batu (Aceh).
 Bentuk dan Penyebaran Terumbu Karang
 Berdasarkan wilayah, terumbu karang yang terbesar terdiri dari spesies karang, ikan, dan
mollusca. Berdasarkan wilayah tumbuh terumbu karang berikut bentuk-bentuk terumbu
karang:
o Terumbu atau Reef
 Terumbu ini berasal dari endapan masif batu kapur, kalsium karbonat yang dihasilkan hewan
karang, alga berkapur, dan mollusca. Konstruksi batu kapur biogenesis ini menjadi struktur
dasar ekosistem pesisir. Dalam navigasi laut, terumbu merupakan punggung laut yang
terbentuk dari batuan kapur di laut dangkal.

2. Karang atau Coral
 Karang ini dibentuk hewan ordo scleractinia yang mampu mensekresi scleractinia. Karang
adalah hewan yang klonal, tersusun dari puluhan atau jutaan individu polip. Contoh hewan
klonal adalah tebu atau bambu yang memiliki banyak ruas. Karang terdiri atas polip seperti
bambu yang memiliki banyak ruas.
o Karang Terumbu
 Pembangun utama struktur terumbu disebut karang hermatipik dan karang yang menghasilkan
kapur. Karang terumbu ini berbeda dari karang lunak yang tidak menghasilkan kapur.
o Terumbu Karang
 Terumbu karang ini ada di biota laut penghasil kapur, khususnya batu dan alga berkapur. Ada
beberapa hewan yang kerap melekat karang ini seperti moluska, krustasea, echinodermata,
polychaeta, porifera, dan tunikata. Biota laut yang hidup di perairan lain termasuk Plankton
dan jenis nekton
 Zonasi Terumbu Karang
 Terumbu karang menghadap angin (Windward Reef)
 Terumbu karang ini menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali dengan lereng
terumbu menghadap ke arah laut lepas. Kehidupan biota laut ini, berada di kedalaman 50
meter dan didominasi karang lunak.
 Pada kedalaman 15 meter terdapat tera terumbu yang memiliki ciri karang keras, tinggi, dan
subur. Bagian daratan pulau terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan
bukti terumbu yang mempengaruhi gelombang kuat.
 Terumbu membelakangi angin (Leeward Reef)
 Terumbu ini berada di sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya
punya hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada terumbu karang yang
menghadap angin.
 Kedalaman bentangan biasanya mencapai 50 meter, tetapi kondisinya kurang ideal untuk
pertumbuhan terumbu karang. Penyebabnya karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi
air lemah, serta sedimen yang lebih besar.

12.Sebagai tempat tinggal berbagai jenis ikan dan hewan-hewan laut, kelestarian terumbu karang
haruslah dijaga. Tetapi sayangnya saat ini, ekosistem terumbu karang terancam punah karena banyak
yang rusak. Berikut ini adalah 7 penyebab rusaknya terumbu karang.

o Pengambilan Terumbu Karang Secara Ilegal


 Keindahan terumbu karang memang dapat menarik minat para wisatawan untuk melihatnya.
Tetapi tidak jarang, mereka mengambil terumbu-terumbu karang tersebut secara ilegal untuk
dijadikan aksesori atau hiasan bernilai ekonomi.
o Pembangunan Di Pesisir Pantai
 Selain dapat menguntungkan secara ekonomi, pembangunan di pesisir pantai juga dapat
menyebabkan kerusakan pada ekosistem air laut, terutama terumbu karang. Untuk
membangun bangunan-bangunan tersebut, diperlukan pengerukan tanah dan reklamasi
sehingga dapat menyebabkan erosi. Selain itu, bangunan-bangunan tersebut juga dapat
menghalangi masuknya cahaya matahari ke dalam laut.
o Pencemaran Limbah
 Limbah-limbah yang berasal dari aktivitas mesin dan rumah tangga dapat mencemari
ekosistem air laut, termasuk terumbu karang.
o Penambangan
 Tujuan dari kegiatan penambangan terumbu karang adalah mendapatkan batu karang yang
akan digunakan untuk membuat aksesori bernilai ekonomi, pembangunan jalan, dan bahan
bangunan. Jika hal ini dilakukan terus-menerus, dapat dipastikan terumbu karang akan punah.
o Penangkapan Ikan Secara Ilegal
 Untuk mendapatkan ikan dalam jumlah yang banyak, para nelayan akan melakukan berbagai
cara meskipun hal tersebut dapat merusak ekosistem yang ada di dalam air laut, termasuk
terumbu karang. Biasanya, para nelayan akan menggunakan pukat harimau, bahan peledak,
dan racun sianida.
o Penebangan Hutan Mangrove
 Fungsi dari hutan mangrove adalah sebagai pencegah abrasi dan pemfilter air. Jika hutan ini
ditebang, kedua fungsi tersebut tidak dapat berjalan dengan baik dan dapat merusak terumbu
karang beserta ekosistem di dalamnya.
o Pestisida
 Penggunaan pestisida yang berlebih pada lahan pertanian dapat mencemari air laut. Selain itu,
dapat juga mencemari terumbu karang dan ekosistem yang ada di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai