Anda di halaman 1dari 17

BIOTA LAUT BERDASARKAN ZONASI

DISUSUN OLEH :
MUTHIA NURLESTARI PUTRI 230110150197
PERIKANAN C

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
DAFTAR ISI

BAB Halaman
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan.......................................................................................... 2
1.3 Manfaat........................................................................................ 2

II PEMBAHASAN
2.1 Zonasi Laut.................................................................................. 3
2.2 Zonasi Laut Secara Horizontal.................................................... 3
2.2.1 Zona Litoral................................................................................. 3
2.2.2 Zona Neritik................................................................................. 4
2.3 Zona Oseanik............................................................................... 5
2.3.1 Zona Laut secara Vertikal............................................................ 6
2.3.2 Zona Bathial................................................................................ 6
2.3.3 Zona Abysal................................................................................. 8
2.4 Zona Hadal.................................................................................. 9

III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lautan merupakan habitat terbesar di bumi. Dibalik selubungkebiruannya,
masih tersimpan banyak rahasia yang belum terungkap. Hingga kinisebagian besar
kehidupan di laut dalam belum benar-benar diketahui. Masalah inimenunjukkan
betapa luasnya lautan dan begitu kompleksnya struktur serta kehidupanorganisme di
dalamnya. Lautan merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik dan
mempunyai nilaiekologis dan ekonomis yang tinggi. Kawasan laut memilki sejumlah
fungsi ekologis berupa penghasil sumberdaya, penyedia jasa kenyamanan, penyedia
kebutuhan pokok hidup dan penerima limbah (Bengen 2002). Ekosistem pesisir dan
lautan merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. ukuran dan
kerumitannya menyulitkan kita untuk dapat membiarakannya secara utuh sebagai
suatu kesatuan.
Akibatnya dirasa lebih mudah jika membaginya menjadi sub-bagian yang
dapat di pahami serta di pelajari, selanjutnyamasing-masing dapat dibi&arakan
berdasarkan prisip-prinsip ekologi yang menentukkan kekhasannya. Tidak ada suatu
cara pembagian laut yang telah diajukan yang dapat diterima secara universal. Para
pembagian wilayah lingkungan laut yang telah banyak dipakai oleh parailmuwan dan
pakar kelautan diseluruh dunia pada umumnya di landaskan pada berbagaidasar
seperti di bagi berdasarkan letaknya yakni ada laut tepi, laut tengah dan laut
dalam.selain itu yang paling sering di gunakan dalam kajian hidrobiologi adalah
pembagianwilayah lautan atau yang lebih dikenal dengan zonasi, menggunakan
pembagian zona berdasarkan faktor-faktor fisik dan penyebaran komunitas biotanya
yakni daerah pelagic yang meliputi kolom air dan daerah bentik yang meliputi dasar
laut dimana biota laut hidup.
Biota Laut adalah semua makhluk hidup yang ada di laut baik hewan maupun
tumbuhan atau karang . Secara umum kita dapat mengelompokkan biota laut menjadi
tiga kelompok besar, yakni Plankton, Nekton, dan Bentos.Bahwa pembagian ini tidak
ada kaitannya dengan kalsifikasi ilmiah, ukuran,atau jenis spesies saja, tetapi
berdasarkan pada kebiasaan hidupnya secara umum masing-masing , juga
berdasarkan gerak berjalan, pola hidup dan sebaran menurut ekologi

1.2 Tujuan
Makalah biologi laut mengenai biota laut ini memiliki tujuan yaitu
Mengetahui pembagian zona laut dan jenis-jenis biota yang hidup pada zona tersebut.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah memberikan informasi
seputar laut, zonasinya dan biota yang tinggal di setiap zonasi wilayahnya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Zonasi Laut


Laut merupakan suatu kawasan yang terluas dipermukaan bumi ini, hampir
2/3 dari permukaan bumi terdiri atas hamparan lautan dan sisanya adalah daratan.
Kita tahu bahwa laut merupakan bagian bumi yang memberikan kontribusi sangat
besar bagi kehidupan manusia seperti sebagai sarana transportasi maupun sebagai
penghasil sumber daya seberti ikan, terumbu karang, rumput laut, dan kekayaan alam
lainnya. Laut merupakan wilayah yang menghubungkan antara wilayah atau daerah
yang satu dengan wilayah lainnya lainnya. Laut juga merupakan habitat bagi berbagai
macam organisme seperti ikan, terumbu karang, ubur-ubur, dan masih banyak
organisme lainnya
Berdasarkan jarak dari pantai dan kedalamannya ekosistem laut dibedakan
menjadi zona litoral, neritik, dan oseanik. Secara vertikal kedalaman dibedakan
menjadi epipelagik, mesopelagik, batio pelagik, abisal pelagik, dan hadal pelagik.
Dan meurut intensitas cahaya nya, zona dibagi menjadi zona euphotic, zona disphotic
dan zona aphotic.

Gambar 1. Zona Laut berdasarkan Kedalaman


2.2 Zonasi Secara Vertikal dan Horizontal
2.2.1 Zona Litoral
Zona litoral adalah zona atau wilayah laut yang apabila pada saat terjadi air
pasang, wilayah ini akan tergenang oleh air, dan pada saat terjadi air surut, wilayah
ini akan mengering dan berubah menjadi pantai. Oleh karena itulah maka zona ini
seringkali disebut dengan daerah pasang surut. Zona littoral merupakan wilayah
dengan variasi faktor lingkungan yang sangat bervariasi dalam waktu yang relatif
singkat. Organisme yang mampu tinggal pada wilayah littoral mempunyai
mekanisme tertentu untuk beradaptasi terhadap variasi lingkungan yang ekstrem.
Pengaruh suhu udara serta sinar matahari yang terdapat pada zona litoral sangat kuat.
Menjadikan zona ini sebagai habitat bagi beberapa spesies laut seperti bintang laut,
udang, kepiting, cacing, serta bentos.

Gambar 2. Biota di Zona Litoral

2.2.2 Zona Neritik


Ernawati (2011), mendefinisikan zona neritik merupakan daerah laut dangkal
yang masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat
mencapai 200 m. Zona neritic atau sublittoral, ialah wilayah dari batas littoral sampai
batas atas paparan benua (shelf), sampai kedalaman 20 50 m. Wilayah neritik dan
littoral ialah lokasi yang sangat penting sebagai pendukung kehidupan organisme di
laut. Formasi bakau, padang lamun, rumput laut dan pantai berpasir ialah habitat
dominan yang terdapat pada wilayah littoral. Semua jenis habitat tersebut diketahui
sangat penting untuk ikan dan avertebrata laut lainnya. Luas wilayah zona ini adalah
mencakup pesisir, dimana zona ini mendapatkan pencahayaan matahari yang sangat
baik. Berbagai jenis ekosistem dapat hidup di zona tersebut. Mereka diantaranya
adalah ganggang laut, terumbu karang, dan juga rerumputan.

Gambar 2. Terumbu Karang

2.2.3 Zona Oseanik


Zona oseanik merupakan daerah laut terbuka. Berdasarkan kedalamannya,
dibedakan menjadi zona batial (200-400 m), zona abisal (400-10.000 m) dan zona
hadal (10.000 - dasar). Komunitas pada zona oseanik yaitu alga bersel satu
(Diatomae), coelenterata, udang, mollusca, dan berbagai jenis ikan (Susilowarno
2007). Zona oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya
mulai dari yang tertembus cahaya sampai tidak dapat ditembus cahaya matahari
sampai ke dasar, sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air
dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan
suhu. Batas dari kedua lapisan air itu disebut daerah termoklin, Daerah ini banyak
ikannya (Ernawati 2011).
Menurut Romimohtarto (2007), daerah oseanik ini dibagi menjadi 4 bagian
yaitu epipelagik, mesopelagik, batipelagik, dan abisopelagik.

a. Epipelagik
Zona epipelagik atau oseanik atas meluas dari permukaan sampai
kedalaman 200 m. Epipelagik ini masih di tembus oleh cahaya matahari
sehingga proses fotosintesis oleh organisme autotrof masih mungkin
terjadi. Area ini juga meluas ke perairan neritik sehingga ia bisa juga
dikatakan bagian dari perairan neritik. Epipelagik dibagi menjadi tiga
bagian yaitu zona dekat permukaan dimana penyinaran siang hari diatas
optimal atau bahkan letal bagi fitoplankton. Penyinaran ini juga masih
terlalu tinggi bagi zooplankton. Di bawah zona tersebut dinamakan zona
bawah-permukaan yang merupakan tempat terjadinya pertumbuhan yang
aktif sampai perairan yang agak dalam, di mana fitoplankton yang tidak
berbiak aktif masih terdapat berlimpah. Zona ketiga atau area paling
bawah merupakan tempat zooplankton yang biasa bermigrasi ke
permukaan pada malam hari dan kembali pada siang hari. Jadi pada zona
epipelagik ini organisme penghuninya cukup banyak hampir sama halnya
pada daerah neritik (Romimohtarto 2007).

Gambar 3. Ikan Tuna

b. Mesopelagik
Mesopelagik merupakan perairan yang berada di bawah epipelagik yang
meluas dari 200-1000 m. Lapisan ini bertepatan dengan lapisan terjadinya
perubahan suhu dan tempat terjadinya termoklin. Karena area ini
penyinaran sudah hampir bahkan tidak ada, maka tidak ada kegiatan
produksi primer oleh produsen. Area ini kebanyakan dihuni oleh
konsumen primer yang memanfaatkan bangkaibangkai organisme dari
lapisan di atasnya. Pada area ini tekanan lebih kecil dan persediaan
makanan lebih banyak daripada lapisan yang ada di bawahnya
(Romimohtarto 2007).

Ciri dari biota yang hidup di zona ini yakni warna hewan umunya abu-abu
keperakan atau hitam (ikan), ungu kelam (ubur-ubur) dan merah
(crustacea), mata besar dan penglihatan senja (tingginya pigmen rodopsin
dan kepadatan sel batang pada retina akan memberi kemampuan
maksimum dalam melihat dan mendeteksi cahaya) dan bioluminusens
yaitu kemampuan memproduksi cahaya pada makhluk hidup, biasanya
dilengkapi oleh organ penghasil cahaya (fotofor) serta memiliki mulut
besar, morfologi mulut, rahang, gigi yang mendukung efektifitas
penangkapan mangsa (Efenndy 2009).

Gambar 4. Ubur-ubur
c. Batipelagik
Batipelagik meluas dari kedalaman 1000-4000 m. Kondisi fisiknya
seragam dan tidak ada aktifitas produsen sehingga hanya ada konsumen
skunder sperti ikan. Suhu pada area ini sudah lebih rendah jika di
bandingkan dengan lapisan diatasnya. Tumbuh-tumbuhan masih ada
sedikit atau juga tidak ada sama sekali (Romimohtarto 2007).

Menurut Effendy (2009), penghuni zona ini secara umum terdiri dari ikan
yang umumnya berwarna hitam kelam, sedangkan invertebratanya seakan
tidak berpigmen (putih cerah), ukuran mata sangat kecil, bahkan tidak
bermata, bahkan ada yang memiliki mata berbentuk pipa (ikan
Argyropelecus) dan sebelah matanya lebih besar (cumi-cumi
Histioteuthis). Ikan yang ditemukan umumnya berukuran sangat kecil,
namun invertebrata yang hidup umumnya berukuran sangat besar

Gambar 5. Cumi-cumi Histioteuthis


d. Abisopelagik
Abisopelagik merupakan area terdalam jika dibanding ketiga area lainnya.
Biota laut yang hidup di area ini cenderung bertahan terhadap kegelapan,
suhu semakin rendah dan tekananpun semakin tinggi. Organisme yang
hidup di area ini tentu telah beradaptasi bahkan berevolusi seperti halnya
ikan yang memiliki antena penghasil cahaya yang berasal dari senyawa
kimia yang dihasilkan oleh sel-sel penyusun antenanya yang biasa di kenal
sebagai biopendar cahaya (biolumiscence). Selain itu ikan memiliki
gelembung renang yang lebih besar sehingga bisa melawan beratnya
tekanan air. Gelembung renang akan terperas oleh tekanan sehingga
sedikit ruang untuk gas, akibatnya ikan sedikit lebih ringan daripada berat
air disekitarnya. Suhu yang rendah pada area ini juga mebuat reaksi
metabolisme menjadi lebih lambat. Pada area ini tidak ada lagi proses
fotosintesis dan tumbuhtumbuhan yang hidup sangat sedikit atau tidak ada
sama sekali. Perubahan suhu, salinitas dan kondisi serupa jarang terjadi
bahkan kalupun ada sangat kecil
Gambar 6. Hatchet Fish

2.2 Zonasi Laut secara Vertikal


Zona batial, abisal dan hadal disebut juga zona dasar laut dalam karena pada
zona ini temperatur air laut dan salinitasnya relatif sama (homogen), tidak ada cahaya
matahari yang tembus, tekanan airnya besar, serta tidak terpengaruh oleh adanya
musim dan letak lintang (Hartono 2007).

2.2.3 Zona Bathial


Zona Bathial merupakan Wilayah perairan yang memiliki kedalaman yang
berkisar antara 200 hingga 2000 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus oleh sinar
matahari. Hal tersebutlah yang menjadikan kehidupan diwilayah zona bathial tidak
seramai di zona neritic.

Biota yang hidup pada bagian bentik zona bathyal antara lain spons,
brachiopod, bintang laut, echinoid, dan populasi pemakan sedimen lainnya yang
terdapat pada bagian sedimen terrigenous. Biasanya biota yang hidup di zona ini
memiliki metabolisme yang lamban karena kebutuhan konservasi energi pada
lingkungan yang minim nutrisi. Kecuali pada laut yang sangat dalam, zona bathyal
memanjang hingga ke zona bentik pada dasar laut yang merupakan bagian dari
continental slope yang berada di kedalaman 1000 hingga 4000 meter.
Di zona ini masih banyak terdapat jenis ikan dan hewan laut lainnya, namun
sudah jarang ditemukan tanaman-tanaman laut. Contohnya ubur-ubur, dan gurita.

Gambar 7. Biota di Zona Bathial

2.2.4 Zona Abysal


Zona laut sangat dalam atau zona abisal memiliki kedalaman lebih dari 1.000
m. Pada zona ini, tekanan air sangat tinggi dengan suhu yang sangat rendah. Hal
inilah yang menjadikan zona abbisal hanya memiliki beberapa spesies hewan laut.
Dan di zona ini tidak dapat ditemui spesies tumbuh-tumbuhan laut. Pada bagian laut
ini binatang laut memiliki sistem tubuh yang mampu beradaptasi dengan lingkungan
yang ekstrim. Contoh spesies yang dapat hidup di zona ini adalah angler fish, dimana
biota laut tersebut dapat menghasilkan cahaya sendiri untuk berkomunikasi.

Gambar 8. Angler Fish


2.2.5 Zona Hadal
Zona hadal yaitu laut yang ditemukan pada kedalaman antara 5.000 sampai
6.000 meter di dasar laut serta dikenal juga sebagai zona hadopelagic atau zona parit.
Parit laut ini adalah wilayah sempit dan panjang di dasar laut. Mereka adalah daerah
terdalam dari dasar laut dan biasanya memiliki panjang ratusan kilometer.

Gambar 9. Biota di Zona Hadal

2.3 Zona Berdasarkan Intensitas Cahaya


2.3.1 Zona Euphotic
Zona eufotik atau zona epipelagic merupakan zona yang dapat diterangi oleh
pancaran sinar matahari, sehingga proses fotosintesis di zona tersebut dapat berjalan
dengan sangat baik. Kedalamannya mencapai kurang lebih 200 meter. Suhu zona
epipelagic berkisar dari 40-3oC.
Wilayah perairan laut yang dapat ditembus sinar matahari, kedalamnnya
hingga mencapai kurang lebih 200 m. Beragam jenis biota hidup di zona ini seperti
terumbu karang, ikan, rumput laut dan lainnya.

Gambar 10. Biota Eupotic


2.3.2 Zona Disphotic
Zona disfotik atau zona mesopelagic merupakan zona laut yang hanya
mendapatkan sejumlah kecil penerangan sinar matahari atau disebut daerah remang-
remang. Karena kelangkaan cahaya yang didapat, maka zona ini dikenal dengan
sebutan twilight zone. Suhu dari zona mesopelagic berkisar dari 5o-4oC atau sekitar
41-39oF.
Wilayah titik remang-remang yang minim cahaya sehingga jumlah produsen
kurang, sebab mereka tidak bisa melakukan aktifitas fotosintesis. Kedalamannya
antara 200 sampai 2000 meter. Contoh hewan laut yang hidup di zona ini diantaranya
ikan paus, hiu, dan gurita.

Gambar 11. Gurita

2.3.3 Zona Aphotic


Zona afotik atau zona bathypelagic merupakan zona laut terdalam, dimana
sama sekali tidak ada cahaya matahari yang dapat menembus zona tersebut. Zona ini
disebut sebagai zona tengah malam. Suhu yang terdapat pada zona ini berkisar 0-6 0C.
Biota yang hidup disini adalah biota-biota unik seperti biota yang memiliki
kemampuan menghasilkan cahaya sendiri atau sering disebut juga bioluminescene.
Pendaran cahaya tersebut dihasilkan dari reaksi zat kimia tertentu yang diproduksi
oleh mahluk tersebut.
Gambar 12. Viper Fish
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan penjelasasn pada bab pembahasan maka dapay ditarik


kesimpulan diantaranya:

1. Pembagian zona laut secara horizontal dibagi menjadi 3 zona yaitu: zona
litoral, neritic dan oseanik.
2. Pembagian zona laut secara vertikal dibagi menjadi 3 zona yaitu: zona
batial, zona abisal dan zona hadal.
3. Pembagian zona laut berdasarkan intensitas cahaya yang dapat masuk yaitu:
zona euphotic, zona disphotic dan zona aphotic.
4. Setiap biota laut yang mendiami masing-masing zonasi memiliki bentuk
adaptasi yang disesuaikan dengan lingkungannya seperti, intensitas cahaya,
kedalaman, ketersediaan makanan dsb.
DAFTAR PUSTAKA

Allaby, M., 2009. Oceans: A Scientific History of Oceans and Marine Life. New
York, USA, Facts on File.
Hartono. 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Citra Praya: Bandung.
Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 2007. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.
Susilowarno, G.R., dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas X. Grasindo: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai