Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BIOLOGI LAUT

ZONA BATHYAL

Oleh :

Reza dwi Afandi

11/318178/PN/12480

Fitria Meilia Fatah

11/318129/PN/12520

Hanif Hidayat

11/313357/PN/12301

Rahmad Taufik Antuli

11/318228/PN/12529

Imam Muhlis Maulana

11/318242/PN/12543

JURUSAN PERIKANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lautan

merupakan

habitat

terbesar

di

bumi.

Dibalik

selubung

kebiruannya, masih tersimpan banyak rahasia yang belum terungkap. Hingga kini
sebagian besar kehidupan di laut dalam belum benar-benar diketahui. Masalah ini
menunjukkan betapa luasnya lautan dan begitu kompleksnya struktur serta kehidupan
organisme di dalamnya.
Lautan merupakan ekosistem alamiah yang produktif, unik dan mempunyai nilai
ekologis dan ekonomis yang tinggi. Kawasan laut memilki sejumlah fungsi ekologis berupa
penghasil sumberdaya, penyedia jasa kenyamanan, penyedia kebutuhan pokok hidup dan
penerima limbah (Bengen, 2002). Ekosistem pesisir dan lautan merupakan sistem akuatik
yang terbesar di planet bumi. Ukuran dan kerumitannya menyulitkan kita untuk dapat
membicarakannya secara utuh sebagai suatu kesatuan. Akibatnya dirasa lebih mudah jika
membaginya menjadi sub-bagian yang dapat di pahami serta di pelajari, selanjutnya
masing-masing dapat dibicarakan berdasarkan prisip-prinsip ekologi yang menentukkan
kekhasannya. Tidak ada suatu cara pembagian laut yang telah diajukan yang dapat diterima
secara universal.
Cara pembagian wilayah lingkungan laut yang telah banyak dipakai oleh para
ilmuwan dan pakar kelautan diseluruh dunia pada umumnya di landaskan pada berbagai
dasar seperti di bagi berdasarkan letaknya yakni ada laut tepi, laut tengah dan laut dalam.
Selain itu yang paling sering di gunakan dalam kajian hidrobiologi adalah pembagian
wilayah lautan atau yang lebih dikenal dengan zonasi, menggunakan pembagian zona
berdasarkan faktor-faktor fisik dan penyebaran komunitas biotanya yakni daerah pelagik
yang meliputi kolom air dan daerah bentik yang meliputi dasar laut dimana biota laut hidup.
Pembagian zonasi lingkungan laut tersebut sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya hidrobiologi, karena dengan memahami sifat fisik-kimia pada tiap-tiap zona
dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan berbagai organisme yang ada
pada tiap-tiap zona.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka dianggap perlu
untuk menyusun makalah mengenai zonasi lingkungan laut. Hal ini dapat dijadikan sebagai
bahan pembelajaran dan acuan dalam kegiatan diskusi untuk pengembangan materi lebih
lanjut.

B. Tujuan
Mengetahui lebih dalam mengenai zonasi laut terutama zona bathyal dan organisme
di dalamnya.
C. Manfaat
Dapat memberikan informasi mengenai zonasi laut terutama zona bathyal dan
organisme yang ada di dalamnya.

II.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zona Bathyal


Zona merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti sabuk,
digunakan untuk berbagai keperluan, dalam bahasa Yunani kuno/ortokoks digunakan untuk
menjelaskan kawasan untuk pria dan kawasan untuk wanita yang kemudian digunakan
untuk menjelaskan : wilayah, daerah, atau bagian. Pesisir merupakan daerah pertemuan
antara darat dan laut ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam
air yangmasih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan
air asin. sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-

proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran
(Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Berdasarkan kedalamannya pesisir terbagi menjadi 4 wilayah (zone) yaitu zona
lithoral, zona neritic, zona bhatiyal, dan zona abysal. Dalam hal ini kami akan mengupas
tuntas tentang zona bhatyal secara lengkap. Zona bhatyal merupakan wilayah laut dalam,
suatu wilayah yang memiliki kedalaman antara 100 hingga 2000 M. Wilayah ini tidak dapat
ditembus sinar cahaya matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak
pada zona zona lainnya.
B. Pembagian Zona Bathyal
Zona batial laut dimulai dari batas bawah dari rak (biasanya 130-200 m) atas dasar
lereng, yang terletak di kedalaman 1800 m zona ini ditandai dengan air yang tenang, tidak
adanya cahaya, hewan hidup sangat miskin dan pengaruh yang lemah tanah dengan proses
yang terjadi dalam lingkungan. Dengan tidak adanya cahaya di sana, tidak ada tanaman.
Bentuk zona ini biasaya melereng seitr 25 m shingga disebut juga lereng kontinen
(continental slope)

Gambar 2.1. Zonasi kedalaman laut


C. Biota Pada Zona Bathyal

Keadaan bentik zona bathyal umumnya merupakan lereng-lereng curam yang


merupakan dinding laut dalam dan sebagai bagian pinggiran kontinen. Zona bathyal juga
diistilahkan sebagai Continental Slope. Pada Continental slope sering ditemui canyon/
ngarai / submarine canyon, yang umumnya merupakan kelanjutan dari muara sungai
sungai besar di pesisir (Romimohtarto dan Juwana, 2007)
Meskipun lebih besar volume dari zona euphotic, zona bathyal kurang padat
penduduknya. Sinar matahari tidak mencapai zona ini, berarti tidak ada produksi primer.
Hal ini dikenal sebagai zona tengah malam karena fitur ini. Karena kurangnya cahaya,
beberapa spesies tidak memiliki mata, tetapi ada beberapa ikan yang memiliki mata di zona
ini seperti viperfish dan hiu embel-embel. Penghuni zona ini secara umum terdiri dari ikan
yang umumnya berwarna hitam kelam, sedangkan invertebratanya seakan tidak berpigmen
(putih cerah) serta ukuran mata sangat kecil. Berbagai macam bentuk nekton tinggal di zona
bathyal, seperti cumi, paus besar, ikan Argyropelecus dan gurita, tapi zona ini sulit bagi
ikan untuk hidup.

Gambar 2.2. Gurita


Spons, Brachiopoda, bintang laut, dan Ekinoida juga umum di zona bathyal. Ikan di
zona ini sudah menjadi sangat hemat energi, karena sangat sulit untuk menemukan nutrisi.
Banyak memiliki tingkat metabolisme lambat untuk menghemat energi. Ikan di sini
memiliki otot yang lemah, kulit halus dan tubuh berlendir. Hewan di zona bathyal tidak
terancam oleh predator yang dapat melihat mereka, sehingga mereka tidak memiliki otot
yang kuat. Ada beberapa tanaman karena kurangnya sinar matahari, karena mereka
membutuhkan cahaya matahari untuk menghasilkan makanan melalui fotosintesis. Zona
bathyal memegang beberapa paus terbesar di dunia. Biasanya biota yang hidup di zona ini
memiliki metabolisme yang lamban karena kebutuhan konservasi energi pada lingkungan
yang minim nutrisi. Kecuali pada laut yang sangat dalam, zona bathyal memanjang hingga
ke zona bentik pada dasar laut yang merupakan bagian dari continental slope yang berada di
kedalaman 1000 hingga 4000 meter.

Gambar 2.3 ikan Argyropelecus

D. Kondisi Lingkungan di Zona Bathyal


Tipe sedimen utama sedimen pada zona bathyal merupakan lempung biru, lempung
gelap dengan butiran halus dan memiliki kandungan karbonat kurang dari 30%. Sedimensedimennya memiliki jenis sedimen terrestrial, pelagis, atau autigenik (terbentuk ditempat).
Sedimen Terrestrial (terbentuk dari daratan) lebih banyak merupakan lempung dan lanau,
berwarna biru disebabkan karena akumulasi sisa-sisa bahan organik dan senyawa ferro besi
sulfida yang diproduksi oleh bakteri, Sedimen terrestrial juga merupakan tipe sedimen yang
paling mendominasi. Sedimen terrigenous terbawa hingga ke zona bathyal melalui arus
sporadik turbiditi yang berasal dari wilayah yang lebih dangkal. Saat material terrigenous
langka, cangkang mikroskopis dari fitoplankton dan zooplankton akan terakumulasi di
dasar membentuk sedimen authigenik.

III.PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Zona bathyal merupakan wilayah laut dalam, suatu wilayah yang memiliki
kedalaman antara 100 hingga 2000 meter.
2. Organisme yang hidup di zona bathyal antara lain cumi, paus besar dan gurita,
Spons, Brachiopoda, bintang laut, dan Ekinoida.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Bengen. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir
dan Lautan. Sipnosis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dahuri R, J. Rais 2001. Pengelolaan Sumberaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara terpadu.
Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 2007. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.
Soegiarto, A., S. Birowo dan Sukarno. 1976. Atlas Oseanografi Perairan Indonesia dan
Sekitarnya. Lembaga Oseanologi Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Buku No. 3. 327 Halaman.

Anda mungkin juga menyukai