Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

HABITAT PERAIRAN DAN DARATAN

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 1


BAB I
PENDAHULUAN

A. TUJUAN
1. Mengenali jenis jenis organisme pada habitat tertentu.
2. Mengenali relung ekologi suatu jenis organisme tertentu.

B. LATAR BELAKANG
Sistem perairan yang menutupi ¾ bagian dari permukaan bumi dibagi
dalam dua katagori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
Dari kedua sistem perairan tersebut air laut mempunyai bagian yang paling
besar yaitu lebih dari 97%, sisanya adalah air tawar yang sangat penting
artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya.
Ekosistem perairan tawar secara umum dibagi menjadi 2 yaitu perairan
mengalir (lotic water) dan perairan menggenang (lentic water).Perairan
menggenang disebut juga perairan tenang yaitu perairan dimana aliran air
lambat atau bahkan tidak ada dan massa air terakumulasi dalam periode waktu
yang lama. Contoh perairan lentik yaitu embung.
Embung merupakan cekungan yang dalam di suatu daerah perbukitan.
Air embung berasal dari limpasan air hujan yang jatuh di daerah tangkapan.
Ukuran embung di klasifikasikan sangat keci, sedang, besar dan sangat besar.
Berdasarkan lama embung menampung air, diklasifikasikan menjadi embung
dengan tampungan sebentar (kemampuan menyimpan air antara 0-2 bulan),
embung denga tampungan menengah (kemampuan menyimpan air antara 3-5
bulan), dan embung dengan tampungan panjang/lestari (kemampuan
menyimpan air antara 6-8 bulan).
Embung merupakan bangunan yang berfungsi menampung air hujan
untuk persediaan suatu desa di musim kering. Selama musim kering, air akan
dimanfaatkan oleh masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhannya, untuk
irigasi sawah, kebutuhan air minum, ataupun untuk ternak. Embung juga akan
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air minum karena PDAM belum

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 2


dapat memenuhi dan melayani di daerah tersebut. Pada setiap akhir musim
hujan sangat diharapkan kolam embung dapat terisi penuh air sesuai dengan
desain. Untuk menjamin fungsi dan keamanan embung mempunyai beberapa
bagian, yaitu dam/bendungan, kolam, talud, alat sadap, jaringan distribusi, dan
pelimpah.
Hal ini menarik kelompok kami untuk melakukan pengamatan dan
penelitian komponen-komponen baik abiotic dan biotik ekosistem embung
dan juga relung-relung organisme yang ada disana.

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 3


BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Ekosistem Perairan Tawar


Sistem perairan yang menutupi ¾ bagian dari permukaan bumi
dibagi dalam dua katagori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem
air laut. Dari kedua sistem perairan tersebut air laut mempunyai bagian
yang paling besar yaitu lebih dari 97%, sisanya adalah air tawar yang
sangat penting artinya bagi manusia untuk aktivitas hidupnya (Barus, 1996
dalam Yazwar).
Ekosistem perairan tawar secara umum dibagi menjadi 2 yaitu
perairan mengalir (lotic water) dan perairan menggenang (lentic water).
Perairan lotik dicirikan adanya arus yang terus menerus dengan kecepatan
bervariasi sehingga perpindahan massa air berlangsung terus-menerus,
contohnya antara lain: sungai, kali, kanal, parit, dan lain-lain. Perairan
menggenang disebut juga perairan tenang yaitu perairan dimana aliran air
lambat atau bahkan tidak ada dan massa air terakumulasi dalam periode
waktu yang lama.
B. Embung
Embung merupakan cekungan yang dalam di suatu daerah
perbukitan. Air embung berasal dari limpasan air hujan yang jatuh di
daerah tangkapan. Ukuran embung di klasifikasikan sangat keci, sedang,
besar dan sangat besar. Berdasarkan lama embung menampung air,
diklasifikasikan menjadi embung dengan tampungan sebentar
(kemampuan menyimpan air antara 0-2 bulan), embung denga tampungan
menengah (kemampuan menyimpan air antara 3-5 bulan), dan embung
dengan tampungan panjang/lestari (kemampuan menyimpan air antara 6-8
bulan).
Untuk menjamin fungsi dan keamanannya, desain rencana
pengambangan embung mempunyai beberapa bagian yang perlu di
pertimbangkan meliputi hal-hal seperti berikut ini :

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 4


 Tubuh embung berfungsi untuk menutup lembah atau
cekungan, sehingga air dapat tertampung di sebelah
hulunya.
 Kolam embung berfungsi untuk menampung air hujan yang
masuk.
 Bangunan sadap berfungsi untuk mengeluarkan air di
kolam bila diperlukan.
 Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir
dari kolam ke lembah dan untuk mengamankan tubuh
embung terhadap peluapan.
 Kolam jebakan air berfungsi untuk menangkap air yang
tersisa pada musim kemarau, agar air terkumpl pada kolam
embung.
 Kolam jebakan lumpur digunakan untuk menangkap
sedimentasi yang masuk ke kolam embung, agar efektifitas
embung tetap terjaga.
C. Zonasi Perairan
Zonasi pada perairan tawar berbeda dengan zonasi pada perairan
laut. Zonasi perairan air tawar dapat dibedakan berdasarkan letak dan
intensitas cahaya.
1. Zonasi perairan berdasrkan letaknya dibagi menjdi 4 zona yaitu:
 Zona litoral
Merupakan daerah pinggiran perairan yang masih bersentuhan
dengan daratan. Pada daerah ini terjadi percampuran sempurna
antara berbagai faktor fisika kimiawi perairan. Organisme yang
biasanya ditemukan antara lain : tumbuhan akuatik, kerang,
crustacea, amfibi, ikan, perifiton dan lain-lain
 Zona limnetik
Merupakan daerah kolam air yang terbentang antara zona
litoral di satu sisi dan zona litoral disisi lain. Zona ini memiliki
berbagai variasi secara fisik, kimiawi maupun kehidupan

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 5


didalamnya. Organisme yang hidup banyak ditemukan
didaerah ini antara lain : ikan, udang, dan plankton.
 Zona profundal
Merupakan daerah dasar perairan yang lebih dalam dan
menerima sedikit cahaya matahari dibanding derah litoral dan
limnetik. Bagian ini dihuni oleh sedikit organisme terutama
dari organisme bentik karnivor dan detrifor.
 Zona Sublitoral
Merupakan daerah peralihan antara zona litoral dan zona
profundal. Sebagian daerah peralihan zona ini dihuni oleh
banyak jenis organisme bentik dan juga organisme temporal
yang datang untuk mencari makan (Satino, 2010 : 6).

2. Zonasi perairan berdasarkan intensitas cahaya


Zonasi berdasarkan besarnya intensitas cahaya matahari yang masuk,
perairan dibagi menjadi 3 zona yaitu :
 Zona Eufotik/fotik
Merupakan bagian perairan, dimana cahaya matahari masih
dapat menembus wilayah tersebut. Daya tembus cahaya
matahari ke dalam periran sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain: tingkat kekeruhan /turbiditas, intensitas
cahaya matahari itu sendiri, densitas fitoplankton dan sudut
datang cahaya matahari. Zona ini merupakan zona produktif
dalam perairan dan dihuni oleh berbagai macam jenis biota di
dalamnya. Merupakan wilayah yang paling luas pada ekosistem
perairan daratan, dengan kedalaman yang bervariasi.
 Zona Afotik
Merupakan bagian perairan yang gelap gulita karena cahaya
matahari tidak dapat menembus daerah ini. Di daerah tropis
zona perairan tanpa cahaya hanya ditemui pada perairan yang
sangat dalam atau perairan – perairan yang hipertrofik. Pada

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 6


zona ini produsen primer bukan tumbuh-tumbuhan algae tetapi
terdiri dari jenis-jenis bakteri sulfur. Tidak adanya tumbuh-
tumbuhan sebagai produsen primer karena adanya cahaya
matahari yang masuk, menyebabkan daerah ini miskin oksigen
(DO rendah). Kondisi tersebut berpengaruh terhadap biota yang
hidup di zona ini. Biota yang hidup hanya karnifor ataupun
detrifor.
 Zona Mesofotik
Bagian perairan yang berada diantara zona fotik dan afotik atau
dikenal sebagai daerah remang-remang. Sebagai daerah ekoton,
daerah ini merupakan wilayah perburuan bagi organisme yang
hidup di zona afotik dan juga organisme yang hidup di zona
fotik (Satino, 2010 : 7).
D. Habitat dan Relung Ekologi
Hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara mahluk
hidup dengan lingkungannya dipelajari dalam cabang ilmu yang disebut
ekologi. Ekologi berasal dari bahasa latin yaitu oikos yang berarti rumah,
dan logos yang berarti ilmu. Dalam memberi deskripsi hubungan ekologis
mahluk-mahluk sangat penting dapat membedakan antara tempat suatu
mahluk hidup dan apa yang dilakukan (peran) sebagai bagian dari
ekosistemnya. Istilah habitat dan relung ekologi (ecological niche)
berkenaan dengan dua konsep yang paling penting dalam ekologi. Habitat
suatu mahluk hidup adalah tempat mahluk itu hidup. Ini adalah tempat
fisik, bagian yang spesifik di permukaan bumi, udara, tanah,atau air.
Relung ekologi adalah adalah status atau peran suatu mahluk hidup di
dalam komunitas atau ekosistem. Relung ekologi tergantung pada adaptasi
struktural mahluk, respons fisiologis dan perilakunya. Relung ekologi
bukanlah ruang fisik, tetapinsuatu abstraksi mencakup semua faktor-faktor
fisik,kimia,fisiologis dan biotik yang diperlukan mahluk untuk hidup.
Dalam ekologi tidak pernah ada dua jenis menempati relung ekologi yang
sama. Suatu spesies dapat menempati relung ekologi sangat berbeda di

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 7


daerah yang berbeda tergantung pada suplai makanan yang tersedia dan
pada jumlah macam pesaing-pesaingnya.
E. Komponen Penyusun Ekosistem
Suatu ekosistem disusun oleh dua komponen utama yaitu
komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup dan komponen
abiotik meliputi lingkungan fisik dan kimia (lingkungan tak hidup) (Herni,
2009) :
1. Komponen Biotik
Komponen biotik suatu ekosistem meliputi semua jenismakhluk hidup,
baik berupa tumbuhan, hewan, jamur, maupun mikroorganisme lain.
Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan
berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai
dekomposer. Berdasarkan peranannya, komponen biotik dibedakan
menjadi komponen autotrof, heterotrof, dan pengurai.
a. Komponen autotroph
Komponen autotrof adalah organisme yang mampumensintesis
makanan sendiri berupa bahan organik daribahan anorganik
dengan bantuan energi seperti energi cahaya matahari dan
kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen yang
menyediakan makanan bagi organisme heterotrof. Komponen
autotrof yang utama adalah berbagai tumbuhan hijau.
b. Komponen heterotroph
Komponen heterotrof merupakan organisme yangmemperoleh
makanan atau bahan organik dengan memakan organisme lain
atau sisa-sisanya. Organisme heterotrof tidak dapat mensintesis
makanan sendiri, sehingga makanan selalu diperoleh dari
organisme lain, misalnya herbivora memperoleh makanan dari
tumbuh-tumbuhan dan karnivora memperoleh makanan dari
mangsanya. Contoh :komponen heterotrof adalah manusia,
hewan, jamur, dan mikroba.

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 8


c. Detrivor dan Pengurai (dekomposer)
Detrivor adalah komponen ekosistem yang memakan detritus
atau sampah, sedangkan pengurai adalah organisme heterotrof
yang memperoleh makanan dengan menguraikanbahan organik
berupa sisa-sisa organisme yang telah mati. Organisme ini
menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan
bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali
oleh produsen.
3. Komponen Abiotik
Komponen abiotik adalah semua faktor penyusun ekosistem yang
terdiri dari benda-benda mati, antara lain oksigen, kelembapan dan
suhu, air dan garam mineral, cahaya matahari, dan tingkat keasaman
tanah atau pH tanah (Suwarno, 2009).
 Oksigen
Makhluk hidup dalam ekosistem membutuhkan oksigen untuk
respirasi atau pernapasan. Dengan adanya oksigen, zat organik
yang ada dalam tubuh akan dioksidasi untuk menghasilkan
energi untuk tetap bisa bertahan hidup.
 Kelembapan dan suhu
 Kelembapan dan suhu juga sangat memengaruhi keberadaan
suatu organisme dalam suatu ekosistem. Kelembapan dan suhu
berpengaruh terhadap hilangnya air yang terjadi melalui
penguapan. Setiap organisme memiliki toleransi yang berbeda-
beda terhadap suhu dan kelembapan. Jamur dan lumut hanya
mampu bertahan pada habitat yang memiliki kelembapan tinggi
dan tak mampu hidup pada daerah yang panas. Suhu terendah
yang masih memungkinkan organisme hidup disebut sebagai
suhu minimum. Suhu yang paling sesuai dan mendukung
kehidupan untuk organisme disebut sebagai suhu optimum,
sedangkan suhu tertinggi yang masih dapat ditoleransi atau

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 9


memungkinkan organisme hidup disebut sebagai suhu
maksimum.
 Air dan garam mineral
Air merupakan penyusun tubuh setiap makhluk hidup.
Sebagian besar tubuh tersusun oleh air, sehingga begitu
pentingnya air bagi metabolisme kehidupan makhluk hidup.
Selain itu, baik hewan maupun tumbuhan juga memerlukan
garam-garam mineral. Meskipun jumlah yang dibutuhkan
sedikit, namun harus ada karena tak bisa diganti oleh zat yang
lain. Contohnya tumbuhan memerlukan zat besi (Fe) untuk
pembentukan klorofil.
 Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi dari semua
organisme yang ada. Mahluk hidup hanya mengunakan 10 %
energi cahaya matahari pertingkat trofiknya .
 Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Tanah
jugamenyediakan unsur-unsur penting bagi kehidupan
organisme, terutama tumbuhan.
F. Interaksi antarorganisme
Interaksi antarorganisme terjadi dengan berbagai macam cara. Interaksi
tersebut ada yang saling menguntungkan tetapi ada pula yang
merugikan.Berikut ini akan dibahas berbagai bentuk interaksi yaitu :
 Netralisme dan Antibiosis
Netralisme adalah hubungan yang tidak saling mempengaruhi,
meskipun berbagai organisme hidup pada habitat yang sama.
Netralisme terjadi jika nisianya berbeda. Akan tetapi, pada dasarnya
hubungan yang benar-benar netrla tidak ada, sebab setiap organisme
memerlukan gas, ruangan, air dan cahaya yang sama serta
mengeluarkan sisa-sisa yang dapat mengganggu organisme lain.
Antibiosis adalah interaksi antar organisme dimana salah satu

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 10


organisme menghasilkan zat antibiotic atau racun yang berbahaya
bagi organisme lainnya. Misalnya, interaksi antara jamur Penicillium
dengan spesies mikroorganisme lain. Jamur penicillium mengeluarkan
antibiotic yang dapat atau mematikan organisme lain yang hidup di
sekitarnya.
 Predator-mangsa
Harimau makan kijang, singa makan jerapah, elang makan tikus, ular
makan kelinci. Harimau,singa,ular,elang adalah predator (Latin :
praeda = mangsa), yaitu organisme yang membunuh dan makan
hewan. Organisme yang dimakan dinamakan mangsa. Ada predator
yang membunuh mangsanya dulu, kemudian baru memakannya; ada
juga predator yang menangkap mangsanya, kemudian langsung
memakannya meskipun mangsanya itu belum mati
 Simbiosis
Simbiosis adalah hubungan erat antara dua organisme berbeda spesies
yang hidup bersama. Simbiosis dibedakan menjadi :
a) Simbiosis mutualisme, adalah hubungan yang saling
menguntungkan antara dua spesies organisme yang hidup
bersama.
b) Simbiosis parasitisme,adalah hubungan antara dua organisme
berbeda spesies dimana salah satu pihak mendapatkan
keuntungan sedangkan pihak lain dirugikan. Organisme yang
hanya hidup pada tubuh organisme yang masih hidup, dan
mendapatkan makanannya dari organisme tersebut disebut
parasit. Organisme tempat hidup parasit ini dinamakan inang.
Hubungan parasit dan organisme inang menguntungkan parasit
dan merugikan mangsa.
c) Simbiosis Komensalisme, adalah hubungan antara dua spesies
organisme yang satu menguntungkan satu pihak, sedangkan
pihak lain tidak diuntungkan dan juga tidak dirugikan.
Organisme yang mendapatkan keuntungan disebut komensal.

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 11


 Persaingan atau Kompetisi
Kompetisi atau Persaingan adalah hubungan antara individu dari
spesies yang berbeda untuk memperebutkan mangsa yang sama.
Contohnya adalah adanya persaingan antara tikus dan burung gelatik
untuk memperebutkan makanannya yaitu padi. Tumbuhan
pengganggu seperti rumput teki, rumput jejagoan, eceng, bersaing
dengan padi dalam hal cahaya, hara, air dan ruang.
 Hubungan saling ketergantungan
a) Saling ketergantungan antarkomponen biotik
 Saling Ketergantungan Antarindividu Satu Spesies
Antarindividu satu spesies (sejenis) terdapat saling
ketergantungan antara lain memperoleh makanan, membuat
sarang, dan berkembang biak
 Saling Ketergantungan Antarindividu Berbeda Spesies Saling
ketergantungan antarindividu berbeda spesies terjadi antara lain
dalam peristiwa makan-dimakan. Peristiwa makan-dimakan
mengakibatkan terbentuknya rantai makanan, jaring-jaring
makanan, dan piramida ekologi.

G. Faktor – faktor yang mempengaruhi perairan


Beberapa nilai penting yaitu faktor abiotik yang sangat mempengaruhi
kehidupan organisme air meliputi:
1) Suhu atau temperatur
Air mempunyai sifat unik yang berhubungan dengan panas yang
secara bersama-sama mengurangi perubahan suhu dalam air lebih
kecil dan perubahan terjadi lebih lambat daripada udara. Variasi
suhu dalam air tidak sebesar jika dibandingkan di udara hal ini
merupakan faktor pembatas utama karena organisme akuatik sering
kali mempunyai toleransi yang sempit. Perubahan suhu
menyebabkan pola sirkulasi yang khas dan stratifikasi yang amat
mempengaruhi kehidupan akuatik (Odum, 1993: 369-370).

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 12


Kenaikan temperatur akan menimbulkan beberapa akibat
sebagai berikut:
a) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.
b) Kecepatan reaksi kimia meningkat.
c) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.
d) Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan
hewan air lainnya mungkin akan mati( Fardiaz,1992:22-23)
Temperatur mempunyai akibat yang bertolak belakang
dalam proses hidup, yaitu panas menaikkan energi kinetic molekul,
karena itu mempercepat reaksi kimia (proses biologis naik dua
sampai empat kali lipat tiap temperatur naik 100C), dan senyawa
biologis tertentu (enzim) menjadi tidak stabil dan tidak berfungsi
pada temperatur tinggi. Gabungan dari dua faktor ini akan
menghasilkan rentang temperatur optimum untuk proses biologi.
Enzim biasanya beradaptasi pada fungsi terbaik di dalam rentangan
temperatur tertentu dalam tubuh organisme (Hadisubroto, 1989:
25).
2) Kecepatan arus
Kecepatan arus dapat berpengaruh pada beberapa hal,
antara lain oksigen terlarut (DO), pH, dan juga kadar bahan yang
terlarut pada air. Kecepatan arus dapat bervariasi sangat besar di
tempat yang berbeda dari suatu aliran air yang sama (membujur
ataupun melintang dari poros arah aliran) dan dari waktu ke waktu.
Di dalam aliran yang besar atau sungai, arus dapat berkurang
sedemikian rupa sehingga menyerupai kondisi air yang tergenang
(Odum, 1993: 393).
3) Kekeruhan atau turbiditas
Penetrasi cahaya seringkali terhalang oleh zat yang terlarut dalam
air, membatasi zona fotosintesis yang merupakan habitat akuatik
yang dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama disebabkan
oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap, seringkali penting

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 13


sebagai faktor pembatas Sebaliknya bila kekeruhan disebabkan
oleh mikroorganisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi
prokdutivitas. Kejernihan dapat diukur dengan alat yang sangat
sederhana yang disebut cakram secchi. Fotosintesis masih dapat
terjadi pada intensitas rendah, tingkatan 5% menandai batas bawah
kebanyakan zona fotosintesis (Odum, 1993: 370-71).
4) Substrat dasar
Tipe dasar yang dapat berupa kerikil, tanah liat, batuan utama atau
pecahan batu menentukan sifat komunitas serta kerapatan populasi
dari komunitas dominan. Dasar yang keras terutama bila terdiri
dari batu, dapat menyediakan tempat yang cocok untuk organisme
(binatang atau tumbuh-tumbuhan) untuk menempel atau melekat.
Dasar di air tenang yang lunak dan terus menerus berubah
umumnya membatasi organisme bentik yang lebih kecil sampai
bentuk penggali, tetapi bila kedalaman lebih besar lagi, yang
gerakan airnya lebih lambat, lebih sesuai untuk nekton, neuston
dan plankton. Pasir atau lumpur halus biasanya merupakan tipe
dasar yang paling tidak sesuai dan mendukung jenis dan individu
tanaman dan binatang bentik. Dasar tanah liat umumnya lebih
sesuai daripada pasir. Bidang batu yang datar atau pecahan batu
bisanya menghasilkan variasi organisme dasar yang paling besar
dan paling padat (Odum, 1993: 395).
5) Derajat keasaman (pH)
Air normal yang memenuhi syarat suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5-7,5. Air limbah dan bahan buangan dari
kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air
yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di
dalam air (Wardhana, 1995:75). Bakteri, ikan, dan plankton
dipengaruhi oleh perubahan pH. Bakteri hidup subur di air yang
sedikit asam. Umumnya air yang tidak tercemar memiliki pH
antara 6-7. Air dari pabrik kertas, pabrik baja mungkin memiliki

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 14


pH ±3. Bila air melewati batu kapur atau batu berkarbonat, pH
mungkin mencapai 10-11 (Hadisubroto, 1989:208-209).
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali
(pH naik) maupun ke arah asam (pH turun) akan sangat
menggangu kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Selain itu,
air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif
terhadap baja dan menyebabkan pengkaratan pipa-pipa besi
(Fardiaz,1992:22).
6) Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO)
Hampir semua organisme, termasuk tumbuh-tumbuhan hijau,
memerlukan oksigen untuk respirasi. Meskipun oksigen banyak
dijumpai di atmosfer (kurang lebuh 20%), namun oksigen tidak
terlalu siap terlarut dalam air. Keterlarutan oksigen dalam air
dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas. Air tawar pada
temperatur 0 C mengandung konsentrasi oksigen kira kira 10
milimeter per liter atau kira kira 1% dari volumenya atau 1/20 dari
udara. Konsentrasi yang demikian tidak pernah dicapai secara
alami oleh air secara alami di alam, konsentrasi biasanya bergerak
dari maksimum 6 ml sampai nol (kondisi anaerobik) (Hadisubroto,
1989:31). Oksigen merupakan salah satu faktor kritis dari
lingkungan air, karena temperatur turun, tingkat kejenuhan oksigen
meningkat, keterlarutan oksigen di air tawar juga lebih tinggi
daripada air asin. Oksigen tersedia bagi fotosintesis tumbuh
tumbuhan dan pertukaran dengan atmosfer. Karena sumber oksigen
terlarut adalah dekat dengan permukaan, konsentrasi oksigen akan
menurun dengan makin dalamnya air. Pada temperatur kamar
jumlah oksigen terlarut dalam air adalah 8 milimeter per liter.
Kebanyakan ikan hidup pada konsentrasi 4mg/l (Hadisubroto,
1989:209). Aliran air biasanya dangkal, luas permukaan yang
berhubungan dengan udara, dan gerakan yang tetap, aliran air
biasanya mengandung oksigen dalam jumlah yang cukup, bahkan

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 15


dalam keadaan tanpa tumbuhan hijau. Organisme di aliran air
biasanya mempunyai toleransi yang sempit dan terutama peka
terhadap kekurangan oksigen (Odum, 1993: 394).

7) Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD = Biological Oxygen Demand)


Kebutuhan oksigen biologis biasa disebut Biological Oxygen
Demand (BOD) merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa
organik, yang diukur pada suhu 20°C. Dari hasil penelitian
misalnya diketahui bahwa untuk menguraikan senyawa organik
yang terdapat di dalam limbah rumah tangga secara sempurna,
mikrooganisma membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya.
Mengingat bahwa waktu selama 20 hari dianggap terlalu lama
dalam proses pengukuran ini, sementara dari hasil penelitian
diketahui bahwa setelah pengukuran dilakukan selama 5 hari
senyawa organik yang diuraikan sudah mencapai kurang lebih
70%, maka pengukuran yang umum dilakukan adalah pengukuran
selama 5 hari (BOD5) (Barus, 2001). Pengukuran BOD didasarkan
kepada kemampuan mikroorganisme untuk menguraikan senyawa
organik, artinya hanya terdapat substansi yang mudah diuraikan
secara biologis seperti senyawa yang umumnya terdapat dalam
limbah rumah tangga (Barus, 2001). Menurut Brower, et al.,
(1990), nilai konsentrasi BOD menunjukkan suatu kualitas perairan
yang masih tergolong baik dimana apabila konsumsi O2 selama
periode 5 hari berkisar sampai 5 mg/l O2 maka perairan tersebut
tergolong baik dan apabila konsumsi O2 berkisar antara 10 mg/l-20
mg/l O2 akan menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi
organik yang tinggi dan untuk air limbah nilai BOD umumnya
lebih besar dari 100 mg/l.

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 16


8) COD (Chemical Oxygen Demand)
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah total oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua bahan organik di
perairan yang dinyatakan dalam mg/l. Dengan mengukur nilai
COD maka akan diperoleh nilai menyatakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik,
baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun yang sukar
atau tidak bisa diuraikan secara biologis (Barus, 2004).

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 17


BAB III

METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Ekosistem : Embung
Lokasi : Embung
Janturan,Mlati,Sleman,Yogyakarta
Waktu : 07.00 – 09.00 WIB
Cara Pengambilan Sampel : Membuat plot 4x4 m pada bagian-bagian
tepi sampai tengah secara merata agar didapatkan data yang mewakili
populasi

B. Alat dan Bahan


1.Tali Rafia 7.pH stick
2.Meteran 8.Anemometer
3.Patok 9.Hygrometer
4.Alat tulis 10.Termometer
5.Alat Dokumentasi 11.Luxmeter
6.Tempat aqua (mengetahui 12. Plastik putih
jenis tanah dan tempat 13.Label
plankton )
Bahan : Organisme,klimatik dan edafik pada ekosistem

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 18


C. Cara Kerja
1. Membuat plot 4x4 m ditiitk dari tepi hingga bagian tengah
ekosistem untuk mendapatkan data yang mewakili ekosistem

Plot 4

Jala
Jem
Plot 3 n
bata
Ray
n
a

Plot 2 Plot 1

2. Mengamati dan mengidentifikasi organisme yang akan dipelajari


disetiap plot.
3. Menghitung setiap organisme yang dipelajari dan mengetahui
relung hidupnya
4. Membuat peta dimana organisme yang dipelajari berada sehingga
didapatkan tempar relung organisme hidup yang dipelajari
5. Mengukur klimatik edafik di setiap plot dengan alat yang sesuai.
o Mengukur intensitas cahaya dengan luxmeter,suhu dengan
termometer,pH airdengan pH stick,kecepatan angin dengan
anemometer,menguku kelembaban dengan higrometer.
6. Mengamati gejala-gejal yang berkaitan denga organisme yang
dipelajari
7. Menulis semua data yang diperoleh dan mendokumentasikannya

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 19


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Tabel Biotik
Organis Jumlah Jumlah Ciri Organisme Makanan
me Plot Plot Plot Plot Total Organisme
1 2 3 4
Keong 1 - - - 1 Berwarna kuning Dedaunan
emas emas, kaki lebar lunak
berbentuksegitiga (tanaman
dan kecil pada air)
bagian
belakangnya
Capung 2 2 - 2 6 Bentuk tubuh Dedaunan
jarum ramping kurus,
memanjang
seperti jarum,
posisi sayap tegak
keatas saat diam,
warna biru
kehitaman
Capung - - 1 2 3 Kepala berwarna Dedaunan
biasa kuning dan
kemerahan,torax serangga
berwarna kuning kecil
keemasan
Kepiting 2 1 - - 3 Memiliki ujung Lumut
sawah kaki yang
sawah,tempurung

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 20


punggung
berwarna gelap
Sumpil 1 - - - 1 Cangkang Lumut
berwarna hitam
polos
Ikan 29 33 16 23 101 Hidup di fitoplankton
jolong – permukaan air,
jolong rahang bawahnya
meruncing
kedepan dan lebih
panjang daripada
rahang atas
Ikan cetul 17 - 20 16 54 Ikan jantan : sirip Lumut,
dan ekor memiliki plankton
variasi warna,
ukuran relatif
kecil
Ikan betina :
warna dominan
kelabu, ukuran
lebih besar
Kupu – - - 10 - 10 Berwarna kuning, Nektar
kupu saat istirahat
menegakkan
sayapnya
Ikan - - 3 - 3 Kepala berukuran Serangga,
gabus besar dan agak katak, dan
gepeng, tubuh ikan – ikan
berbentuk bulat kecil
gilik memanjang,

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 21


berwarna hitam
kecoklatan
Udang - - 2 - 2 Putih dengan Lumut
bintik hitam
Genjer 2% 3% - 20% 25% Hidup diperairan
dangkal, rimpang
tegak dan tangkai
panjang dan
berlubang,
mahkota bunga
berwarna kuning
Tanaman - 3% 7% - 10% Batang berongga
A dan berair, daun
berwarna hijau
dengan pinggir
merah, tulang
daun menyirip
Rerumput - - 15% - 15% Daun tipis,
an dilengkapi dengan
trikoma, tulang
daunnya sejajar

Tabel 2. Tabel Abiotik


Plot Intensitas Kelembapan Suhu Ph Kecepatan Kelembaban Ph
cahaya udara (%) (derajat air angin Tanah (%) tanah
(lux) celcius) (m/s)
1 4,19 72 34 6 49 - -
2 5,29 65 33 7 32 - -
3 4,07 63 31 - 31 60 6,9
4 3,70 71 34,6 6 39 - -

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 22


B. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini berjudul habitat perairan dan daratan yang
bertujuan mengenali jenis-jenis organisme pada habitat tertentu, mengenali
relung ekologi suatu jenis organisme tertentu. Pada praktikum ini
dilakukan tanggal 6 desember 2017 dan lokasinya di embung janturan
melati, sleman, pukul 07.00-09.00 WIB. Alat yang digunakan adalah tali
rafiah digunakan untuk tanda/pembatas saat pembuatan plot, meteran
digunakan mengukur panjang saat pembuatan plot 4 x 4, patok digunakan
untuk , alat tulis digunakan untuk menulis hasil data yang didapat, alat
dokumentasi digunakan untuk mengedokumentasikan (foto) data, tempat
aqua digunakan untuk mengetahui jenis tanah dan tempat plankton, pH
stick digunakan untuk mengukur pH (kadar keasaman atau basa) suatu
cairan, anemometer digunakan untuk kecepatan angin, hygrometer
digunakan untuk menentukan kelembaban atmosfer yang dapat
menunjukkan kelembaban relatif (persentase kelembaban di udara),
kelembaban mutlak (jumlah kelembaban) atau keduanya, termometer
digunakan untuk mengukur suhu, luxmeter digunakan untuk mengukur
intensitas cahaya, plastik putih digunakan untuk tempat sampel, label
digunakan untuk menandai/menamai sampel yang diambil dan bahan yang
digunakan organisme, klimatik dan edafik pada ekosistem. Cara
pengambilan sampel ialah dengan membuat plot 4 x 4 m pada bagian-
bagian tepi sampai tengah secara merata agar di dapatkan data yang
mewakili populasi.
Pertama membuat plot 4 x 4 m dititik (memakai patok sebagai
penanda) dari tepi hingga bagian tengah ekosistem untuk mendapatkan
data mewakili ekosistem. Lalu menagamati dan mengidentifikasi
organisme yanga akan di pelaajari disetiap plot. Dari hasil tabel biotik di
dapat organisme keong emas pada plot 1 dan jumlahnya 1. Ciri keong
emas itu sendiri ialah berwarna kuning emas, kakinya lebar berbentuk
segitiga dan kecil pada bagian belakangnya. Makanannya berupa dedaunan
lunak (tanaman air). Pada organisme capung jarum berada pada plot 1

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 23


berjumlah 2, diplot 2 berjumlah 2, di plot 3 tidak ada, dan di plot 4
berjumlah 2. Total jumlah dari plot 1, plot 2, plot 3 dan plot 4 berjumlah 6.
Ciri-ciri dari capung jarum ialah bentuk tubuhnya ramping kurus,
memanjang seperti jarum, posisi sayap tegak keatas saat diam, dan
berwarna biru kehitaman. Makanan dari capung jarum ialah dedaunan.
Pada organisme capung biasa ditemukan di plot 3 berjumlah 1, plot 4
berjumlah 2 dan totalnya ada 3. Ciri dari capung biasa ialah kepala
berwarna kuning kemerahan, toraxnya berwarna kuning keemasan.
Makanan dari capung biasa ialah dedaunan dan serangga kecil. Pada
organisme kepiting sawah ditemukan di plot 1 berjumlah 2, plot 2
berjumlah 1 dan totalnya 3. Ciri dari kepiting sawah ialah memiliki ujung
kaki yang sawah, tempurung punggung berwarna gelap. Makanannya
lumut. Pada organisme sumpil berada hanya di plot 1 berjumlah 1. Ciri
dari sumpil ialah cangkangnya berwarna hitam polos, makananya lumut.
Pada ikan jolong-jolong ditemukan di plot 1 berjumlah 29, di plot 2
berjumlah 33, diplot 3 berjumlah 16, di plot 4 berjumlah 23 dan totalnya
101. Ciri dari ikan jolong-jolong ialah hidup di permukaan air, rahang
bawahnya meruncing kedepan dan lebih panjang dari pada rahang atas.
Makanannya ialah fitoplankton. Pada orgnisme ikan cetul ditemukan plot
1 berjumlah 17, di plot 2 tidak ada, di plot 3 berjumlah 20, diplot
berjumlah 16 dan totalnya 54. Ciri-cirinya ialah pada ikan jantan: sirip dan
ekor memiliki variasi warna, dan ukurannya relatif kecil sedangkan pada
ikan betina: warnanya dominan kelabu, ukurannya lebih besar.
Makanannya lumut dan plankton. Pada organisme kupu-kupu ditemukan
hanya di plot 3 berjumlah 10. Ciri-cirinya berwarna kuning, saat istirahat
mengakkan sayapnya, makanannya nektar.pada ikan gabus ditemukan
hanya di plot 3 berjumlah 3. Ciri-cirinya ialah kepalanya berukuran besar
dan agak gepeng, tubuhnya berbentuk bulat gilik memanjang, berwarna
hitam kecoklatan dan makanannya serangga, katak, dan ikan-ikan kecil.
Pada organisme udang ditemukan hanya di plot 3 berjumlah 3. Ciri-cirinya
putih dengan bintik hitam, makanannya lumut. Pada tanaman genjer

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 24


ditemukan diplot 1 berjumlah 2%, di plot 2 berjumlah 3%, di plot 3 tidak
ada, di plot 4 sebanyak 20% dan totalnya sebanyak 25 %. Ciri-cirinya
hidup diperairan dangkal, rimpang tegak dan tangkai panjang , berlubang,
mahkota bunganya berwarna kuning. Pada tanaman A berada di plot 1
tidak ada, di plot 2 sebanyak 3%, diplot 3 sebanyak 7%, di plot 4 tidak ada
dan totalnya sebanyak 10%. Ciri-cirinya ialah batang berongga dan berair,
daun berwarna hijau dengan pinggir merah tulang daun menyirip. Pada
rerumputan di temukan hanya di plot 3 berjumlah 3% dan ciri-cirinya daun
tipis, dilengkapi dengan trikoma, tulang daunnya sejajar.
Pada hasil abiotiknya plot 1 intensitas cahayanya (lux) ialah 4,19,
kelembapan udaranya ialah 72%, suhu (derajat celcius) ialah 34, Ph airnya
ialah 6, kecepatan anginnya ialah 49 m/s, kelembaban tanah ialah tidak
ada, pH tanahnya ialah tidak ada. plot 2 intensitas cahayanya (lux) ialah
5,29, kelembapan udaranya ialah 65%, suhu (derajat celcius) ialah 33, Ph
airnya ialah 7, kecepatan anginnya ialah 32 m/s, kelembaban tanah ialah
tidak ada, pH tanahnya ialah tidak ada. plot 3 intensitas cahayanya (lux)
ialah 4,07, kelembapan udaranya ialah 63%, suhu (derajat celcius) ialah
31, Ph airnya ialah tidak ada (karena dilakukan ditanah), kecepatan
anginnya ialah 31 m/s, kelembaban tanah ialah 60%, pH tanahnya ialah
69. plot 4 intensitas cahayanya (lux) ialah 3,70, kelembapan udaranya
ialah 71%, suhu (derajat celcius) ialah 34, Ph airnya ialah 6, kecepatan
anginnya ialah 39 m/s, kelembaban tanah ialah tidak ada, pH tanahnya
ialah tidak ada.
Faktor abiotik merupakan faktor Eksternal pada mahluk hidup
yang sangat terkait dalam kelangsungan hidup mahluk tersebut,perubahan
yang signifikan pada faktor abiotik dapat menyebabkan anomali pada
ekosistem dan kematian komponen abiotiknya , salah satu faktor abiotik
dalam perairan yaitu air ,air yang baik untuk kehidupan merupakan air
yang tingkat kekeruhanya rendah (jernih) Kekeruhan dan kecerahan
merupakan salah satu faktor penting untuk penentuan produktivitas suatu
perairan alami. Meningkatnya kekeruhan dapat mengurangi penetrasi

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 25


matahari ke dalam air sehingga dapat membatasi proses fotosintesis dan
produktivitas primer perairan.
Odum (1971) mengemukakan bahwa kekeruhan dapat berperan
sebagai faktor pembatas perairan oleh partikel-partikel tanah, sebaliknya
kekeruhan dapat berperan sebagai indikator bagi produktivitas hayati
perairan jika kekeruhan itu disebabkan oleh bahan-bahan organik dan
organisme hidup.
Pada plot yang kami amati airnya tidak keruh sehingga cahaya
dapat masuk menembus hingga dasar perairan , Intensitas cahaya pada plot
1,2,3,4 berkisar antara 3,7 sampai 5,29 Lux . Menurut Lionard (2005),
Cahaya merupakan faktor terpenting yang dibutuhkan oleh fitoplankton.
fitoplankton membutuhkan cahaya untuk melakukan aktifitas fotosintesis.
Hasil dari fotosintesis ini merupakan sumber energi bagi fitoplankton
sendiri maupun bagi organisme lainnya, seperti zooplankton dan ikan
kecil. Fitoplankton merupakan makanan bagi ikan jolong – jolong dan
ikan cetul.
Kehidupan di air juga dipengaruhi faktor suhu, suhu merupakan
faktor penting dalam lingkungan perairan, karena temperatur mempunyai
pengaruh universal dan sering menjadi faktor pembatas dalam suatu
pertumbuhan serta sangat erat kaitannya dengan distribusi organisme
akuatik, karena sering kali organisme kurang mentolerir perubahan
temperatur yang terjadi (Odum, 1971). Proses–proses metabolisme yang
berlangsung di dalam tubuh suatu organisme juga dipengaruhi oleh suhu.
Menurut Boyd (1986), kisaran temperatur yang baik untuk ikan adalah 25
derajat Celcius sampai 35 derajat Celcius . Suhu di Plot kami berkisar
antara 31 sampai 34,6 derajat Celcius merupakan suhu normal untuk
perairan tawar .
Suhu dan intensitas cahaya berpengaruh pada kelembapan udara
disuatu daerah , perairan yang memiliki suhu dan intensitas cahaya yang
tinggi membuat proses penguapan terjadi lebih cepat dan meningkatkan
kelembapan udara .Kelembapan udara di Plot kami berkisar anatara 63

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 26


sampai 72 % .Nilai ini termasuk nilai yang cukup tinggi,hal ini
dikarenakan plot kami merupakan perairan yang pastinya permukaan
perairan tersebut mengalami penguapan dan meningkatkan kelembapan
udara disekitarnya .
Air normal yang memenuhi syarat suatu kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5-7,5. PH air sangat berpengaruh pada pertumbuhan
komponen abiotik dalam ekosistem air . PH air di plot kami berkisar
antara 6 dan 7 yang berarti Ph nya normal untuk ukuran perairan . Hal ini
berarti air yang berada di embung Mlathi tidak tercemar oleh bahan
limbah rumah tangga atau tidak berdekatan dengan bebatuan kapur yang
membuat Ph air menjadi basa.
Kecepatan angin merupakan faktor yang mempengaruhi arus
dalam perairan selain suhu . Kecepatan arus dapat berpengaruh pada
beberapa hal, antara lain oksigen terlarut (DO), pH, dan juga kadar bahan
yang terlarut pada air. Arus sangat berpengaruh pada penyebaran ikan.
Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang
dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya secara langsung pada
arus. Arus tampak jelas dalam organ mechanoreceptor yang terletak garis
mendatar pada tubuh ikan. Mechanoreceptor adalah reseptor yang ada
pada organisme yang mampu memberikan informasi perubahan mekanis
dalam lingkungan seperti gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya
gerakan ikan selalu mengarah menuju arus , namun dikarenakan ekosistem
yang kami amati adalah ekositem tidak mengalir maka arus yang dibuat
tidak terlalu besar dan cenderung tenang .

Kelembapan tanah dan Ph tanah berpengaruh pada perkembangan


mikroorganisme dalam tanah . pH tanah tanah sangat penting karena
larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N),
Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan
dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap
penyakit.

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 27


Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam
bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan
tersedia bagi tanaman pada pH antara 6,0 hingga 7,0.Level optimum pH
tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara 5–7,5. tanah
dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi pertumbuhan
tanaman. (Bunting, 1981). Sedangkan untuk kelembapan tanah ,tanah
yang terlalu lembab dapat membuat akar tanaman membusuk dan mati.
Ph tanah pada plot 3 yaitu 6,9 yang cenderung normal dengan kelembapan
tanah 60 % kelembapanya cenderung tinggi oleh karena itu tanaman yang
ditemukan merupakan rerumputan dan tanaman yang batangnya
cenderung berair.
Selain komponen abiotik, di dalam suatu ekosistem pasti terdapat
komponen biotik, yang akan bekerjasama dengan komponen abiotik untu
menyeimbangkan kondisi lingkungan. Dalam praktikum ini, di buat 4 plot
dengan ukuran yang sama yaitu 4x4 meter, tetapi dalam tempat atau lokasi
yang berbeda. Pada plot 1 terdapat keong mas, ikan jolong-jolong, capung
jarum, kepiting sawah, ikan cetul, dan genjer. Keong mas yang ditemukan
sedang berjalan di dasar embung dan seperti sedang memakan lumut. Ikan
jolong-jolong yang ditemukan sedang berenang-renang di air dan
merupakan ikan jolong yamg kecil. Capung jarum yang ditemukan sedang
beterbangan dan sesekali hinggap di tangkai daun genjer, terdapat pula
capung jarum yang sedang kawin. Kepiting sawah yang ditemukan sedang
berjalan di dasar embung, yang merupakan tanah lendut. Ikan cetul yang
ditemukan sedang berenang-renang di air dan merupakan ikan cetul yang
kecil. Dalam hal ini genjer berfungsi sebagai produsen dan tingkatan trofik
pertama. Sedangkan keong mas, ikan jolong-jolong, capung jarum,
kepiting sawah, dan ikan cetul merupakan predator dalam ekosistem ini
yang akan berkompetisi mencarai makanan. Sehingga terjadi interaksi
antara komponen-komponen yang berada di plot 1 ini, interaksi-interaksi
tersebut, yaitu terjadi predasi antara genjer dan komponen biotik hewan.

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 28


Terjadi juga kompetisi antara ikan jolong-jolong dengan ikan cetul dan
kepiting sawah dengan keong mas, kompetisi ini dalam hal makanan.
Pada plot 2 terdapat capung jarum, kepiting sawah, ikan jolong-
jolong, genjer dan tanaman A. Capung jarum yang ditemukan ada sedang
beterbangan dan sesekali hinggap di tangkai daun genjer dan tanaman A,
terdapat pula capung jarum yang sedang kawin. Ikan jolong-jolong yang
ditemukan sedang berenang-renang di air, dan ada yang bersembunyi di
bagian bawah yang mungkin adalah akar dari produsen, serta ikan jolong-
jolong ini merupakan ikan jolong yang kecil. Kepiting sawah yang
ditemukan sedang berjalan di dasar embung, yang merupakan campuran
dari tanah lendut dan pasir. Dalam plot 2 ini tanaman A dan genjer
berfungsi sebagai komponen biotik yang autrotrof dan berperan sebagai
produsen dalam plot tersebut. Terjadi interaksi antara ikan jolong-jolong
dengan genjer maupun tanaman A, inetraksi ini yaitu simbiosis
komensalisme, dimana ikan jolong-jolong bersembunyi dan di bagian
bawah yang mungkin adalah akar dari genjer dan tanaman A, hal ini
menunjukkan ikan jolong-jolong diuntungkan karena merasa terlindungi,
sedangkan genjer dan tanaman A tidak diuntungkan dan tidak dirugikan.
Pada plot 3 terdapat capung biasa, ikan jolong-jolong, ikan cetul,
kupu-kupu, ikan gabus, udang, tanaman A, dan rerumputan. Capung biasa
yang ditemukan ada sedang beterbangan dan sesekali hinggap di tangkai
daun tenaman A dan rerumputan. Ikan jolong-jolong yang ditemukan
sedang berenang-renang di air, dan ada yang bersembunyi di bagian
bawah yang mungkin adalah akar dari produsen. Ikan cetul yang
ditemukan sedang berenang-renang di air dan merupakan ikan cetul yang
kecil. Kupu-kupu ditemukan ada sedang beterbangan dan sesekali hinggap
di rerumputan. Ikan gabus yang ditemukan sedang berenang-renang di air.
Udang yang ditemukan sedang berada di atas dasar embung, yaitu daerah
pasir. Dalam plot ini yang bereran sebagai produsen yaitu tanaman dan
rerumputan. Terjadi interaksi dalam plot 3 ini, yaitu perebutan makanan
antara ikan jolong-jolong dengan ikan cetul, interaksi ini merupakan

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 29


kompetisi. Terjadi juga predasi, yaitu ikan gabus memakan ikan yang
kecil-kecil seperti ikan jolong-jolong dan ikan cetul dan juga serangga
kecil yang berada di atas permukaan air.
Pada plot 4 terdapat capung jarum, capung biasa, ikan jolong-
jolong, ikan cetul, dan genjer. Ikan jolong-jolong yang ditemukan sedang
berenang-renang di air, dan ada yang bersembunyi di bagian bawah yang
mungkin adalah akar dari produsen. Ikan cetul yang ditemukan sedang
berenang-renang di air dan merupakan ikan cetul yang kecil. Capung biasa
yang ditemukan ada sedang beterbangan dan sesekali hinggap di tangkai
daun genjer. Capung jarum yang ditemukan sedang beterbangan dan
sesekali hinggap di tangkai daun genjer. Dalam plot ini terdapat komponen
biotik yang nerperan sebagai produsen yaitu genjer. Interaksi yang terjadi
dalam plot ini, yaitu kompetisi, kompetisi ini antara ikan cetul dengan
ikan jolong-jolong dan antara capung biasa dengan capung jarum.
Berikut adalah gambaran dari peta relung dalam praktikum ini :

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 30


Dari peta gambaran tersebut antara ikan jolong-jolong, ikan gabus,
dan ikan cetul hidup dalam habitat yang sama, tetapi tidak semua ikan
tersebut karnivora, untuk menyeimbangkan ekosistem maka ikan-iakn
tersebut ada yang tinggal di permukaan air dan ada pula yang agak
mendalam ke air, dan ikan gabus merupakan karnivora dalan ekosistem
ini. Antara kepiting, udang, keong, dan sumpil merupakan hewan yang
mempunyai makanan hampir sama atau bahkan ada yang sama. Dalam hal
ini, terjadi kompetisi antara keempat hewan tersebut, tetapi ekologi
memisahkannya dengan ploting kehidupannya, ada yang di pasir, ada yang
di tanah lendut, dan ada pula yang di capuran tanah lendut dan pasir. Hal
tersebut adalah fungsi ekologi untuk menyeimbangkan lingkungan dan
berkaitan dengan kebutuhan hidup organismenya.

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 31


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Jenis organism dihabitat perairan didominasi oleh hewan dan
tumbuhan air, seperti : Keong mas, capung jarum, capung biasa,
kepiting sawah, sumpil, ikan jolong-jolong, ikan cetul, kupu-kupu,
ikan gabus, udang, genjer, tanaman A, rerumputan
2. Ada banyak relung yang dijumpai pada habitat perairan diantaranya
relung yang terletak dipermukaan perairan merupakan relung bagi
beberapa spesies ikan kecil seperti jolong-jolong dan cethul, tengah
perairan merupakan relung dari ikan besar seperti ikan gabus, dasar
perairan merupakan relung dari keong emas, kepiting, sumpil, dan
udang. Juga terdapat relung yang berada di atas zona perairan yang
didiami beberapa spesies serangga seperti capung dan kupu-kupu.

B. SARAN
1. Pengambilan data terutama komponen biotic sebaiknya lebih detil
hingga penentuan jenis, ciri, makanan, dan interaksinya agar mudah
menentukan relung atau nisianya
2. Sebaiknya saat pengambilan data tidak langsung turun kedalam plot
karna dikhawatirkan akan merusak ekosistem dan mengakibatkan
hewan-hewan tertentu meninggalkan plot

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 32


C. PERTANYAAN
1. Hayu : bagaimana cara membuat plot di embung, dan cara mendata
komponen biotiknya?
Jawab : pembuatan plot dengan cara mengukur area dengan luas 4 x 4
lalu membuat garis imaginer yang menghubungkan ke empat titik
sehingga membentuk persegi dengan luas 4 x 4, kami tidaak
menggunakan tali rafia karna tanah dasar embung tidak mendukung
untuk di tancapkan patok.
Cara mendata dilakukan dengan pengamat terjun langsung kedalam
embung karna airnya dangkal dan jernih maka komponen biotic jelas
terlihat hingga kedasar perairan.
2. Ata : bagaimana relung untuk tumbuhan? Karna berdasarkan
kesepakatan kami hanya memilih hewan sebagai objek pengamatan
relung, namun menurut kami relung untuk tumbuhan secara konsep
sama dengan relung pada hewan, dan semua tanaman air seperti genjer
dan tanaman A berada pada relung yang sama.

D. DAFTAR PUSTAKA

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology.. Philadelphia: W.B. Sounders


Company Ltd

Lionard, M., K. Muylaert.., D. Van Gansbeke.., and W. Vyverman..


2005. Influence of Changes in salinity and Light Intensity on Growth of
Phytoplankton Communities from the Schelde River and Estuary.
Hydrobiologia. 540: 105-115. Cabrita M.T,

Boyd, C.E., Licchopper. 1986. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Auburn :
Auburn University

Bunting. 1981. Konservasi Tanah dan Air. CV. Pustaka buana: Bandung

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 33


LAMPIRAN

Abiotik

(Hygrometer) (pH stik) (Termometer)


Kelembapan Udara pH air Suhu Udara

Soil tester Soil tester


Kelembapan tanah pH tanah

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 34


Biotik

Keong mas Kepiting

Ikan jolong – jolong Anggang - anggang

Sumpil Tanaman Genjer

Laporan Kegiatan 4 | Kelompok 2 Biologi E 2016 35

Anda mungkin juga menyukai