Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL GROUP PROJECT

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA TANAH PADA LAHAN BASAH DAN


LAHAN KERING

Disusun oleh :
Annas Emma (16308141021)
Shara Khairunisa (16308141029)
Titha Monika (16308144008)
Anggrieta Mega O (16308144006)
Ema Imtihana (16308144012)
Denda Wiguna (16308144013)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Tanah merupakan suatu habitat yang biasanya selalu dilimpahi oleh berbagai
jenis mikrobia dan hewan-hewan invertebrata, termasuk didalamnya serangga
permukaan tanah. Serangga permukaan tanah memiliki peran penting dalam pengaturan
hayati, kimiawi, serta fisik dari ekosistem tanah. Tanah tercampur secara mekanik
disebabkan oleh penggalian dan aktivitas mencari makan yang kompleks dari serangga
permukaan tanah (Dindal, 1990). Menurut Dindal (1990) bahwa peranan serangga
permukaan tanah dalam proses penghumusan dan dalam distribusi dari materi organik
menjadi materi mineral tanah melalui dekomposisi kotoran, sehingga dapat
mempengaruhi ukuran dan frekuensi tanah.
Serangga permukaan tanah memiliki peranan yang penting dalam ekosistem
pertanian, serangga permukaan tanah berperan dalam jaring makanan yaitu sebagai
herbivor, karnivor, dan detrivor. Selain itu juga dapat merugikan dan menguntungkan
bagi kehidupan manusia. Selain berperan dalam jaring makanan, serangga permukaan
tanah juga berperan dalam proses dekomposisi tanah. serangga permukaan tanah akan
mengahancurkan substansi yang ukurannya lebih besar menjadi ukuran yang lebih kecil
sehingga proses dekomposisi dapat dilanjutkan oleh fauna tanah yang lain (Odum,
1998).
Arthropoda permukaan tanah merupakan kelompok yang sering dilupakan,
padahal kelompok ini mempunyai potensi yang tidak ternilai terutama dalam membantu
perombakan bahan organik tanah kegiatannya dalam perombakan bahan organik
merupakan salah satu peran penting dalam proses pembentukan tanah. Disamping itu,
Arthropoda permukaan tanah juga menjadi makhluk penyeimbang lingkungan.
Beberapa diantaranya bahkan dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan
tanah atau keadaan tanah (Fatmawati, 2011). Selain itu keanekaragaman Arthropoda
permukaan tanah terdapat pada habitat yang berbeda-beda.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dilakukan penelitian tentang
keanekaragaman arthropoda pada tanah lahan basah area persawahan Mlati, Sleman,
Yogyakarta dan lahan kering hutan biologi FMIPA UNY.
2. Rumusan masalah
a. Apa sajakah jenis arthropoda di tanah lahan basah dan tanah lahan kering ?
b. Apakah ada perbedaan antara jenis arthropoda di tanah lahan basah dan tanah
lahan kering?
3. Tujuan
a. Mengetahui jenis arthropoda di tanah lahan basah dan tanah lahan kering
b Membandingan jenis arthropoda di tanah lahan basah dan tanah lahan kering
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan Basah

Lahan basah adalah istilah kolektif tentang ekosistem yang pembentukannya


dikuasai air, dan proses serta cirinya terutama dikendalikan air. Suatu lahan basah
adalah suatu tempat yang cukup basah selama waktu cukup panjang bagi
pengembangan vegetasi dan organisme lain yang teradaptasi khusus. Lahan basah
ditakrifkan (define) berdasarkan tiga parameter, yaitu hidrologi, vegetasi hidrofitik, dan
tanah hidrik. Lahan basah mencakup suatu rentangan luas habitat pedalaman, pantai,
dan marin yang memiliki sejumlah tampakan sama. Lahan basah adalah wilayah rawa,
lahan gambut, dan air, baik alami maupun buatan, bersifat tetap atau sementara, berair
ladung (stagnant, static) atau mengalir yang bersifat tawar, payau, atau asin, mencakup
wilayah air marin yang di dalamnya pada waktu surut tidak lebih daripada enam meter
(Notohadiprawiro, 1998).

B. Lahan Kering

Lahan kering Lahan kering dapat didefinisikan sebagai hamparan lahan yang
tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun
atau sepanjang tahun. Berdasarkan penggunaan lahan untuk pertanian, Badan Pusat
Statistik (BPS) mengelompokkan luas lahan kering menjadi lahan tegal atau kebun,
ladang atau huma, lahan sementara tidak diusahakan, dan rawa yang tidak ditanami.
Kadekoh (2007) mendefinisikan lahan kering sebagai lahan dimana pemenuhan
kebutuhan air tanaman tergantung sepenuhnya pada air hujan dan tidak pernah
tergenang sepanjang tahun.

C. Arthropoda

Menurut Tim GBS (2007) dalam kamus lengkap biologi, Arthropoda


adalah golongan hewan yang memiliki badan beruas-ruas dan tidak memiliki
tulang punggung (invertebrata). Udang dan kutu busuk, laba-laba dan lalat,
belalang dan kalajengking, semua ini biasanya digolongkan dalam Arthropoda
(Yunani, arthron=sendi, + pous=kaki) (Soemarwoto dkk., 1992).
Arthropoda terbagi menjadi 3 sub filum yaitu Trilobita, Mandibulata, dan
Chelicerata. Sub filum Mandibulata terbagi menjadi 6 kelas, salah satu di
antaranya adalah kelas Insecta (Hexapoda). Sub filum Chelicerata terbagi menadi
3 kelas, sedangkan sub filum Trilobita telah punah. Kelas Hexapoda atau Insecta
terbagi menjadi sub kelas Apterygota dan Pterygota. Sub kelas Apterygota terbagi
menadi 4 ordo, dan sub kelas Pterygota masih terbagi menjadi 2 golongan yaitu
golongan Exo-pterygota (golongan Pterygota yang metamorfosisnya sederhana)
yang terdiri dari 15 ordo, dan golongan Endopterygota (golongan pterygota yang
metamorfosisnya sempurna) terdiri dari 3 ordo (Hadi, dkk., 2009).

Pembagian ordo ke famili arthropoda menurut Borror dkk. (1992) adalah


sebagai berikut : Ordo Protura (3 famili), Diplura (3), Thysanura (4), Collembola
(5), Ephemeroptera (15), Odonata (10), Orthoptera (16), Isoptera (4), Plecoptera
(10), Dermaptera (4), Embioptera (3), Psocoptera (11), Zoraptera (1), Mallophaga
(6), Anoplura (3), Thysanoptera (5), Hemiptera (38), Homoptera (32), Neuroptera
(15), Coleoptera (124), Strepsiptera (4), Mecoptera (4), Trichoptera (17),
Lepidoptera (77), Diptera (104), Siphonaptera (9), dan Hymenoptera (71) (Hadi,
dkk., 2009).

D. Arthropoda Tanah

Berdasarkan habitatnya hewan tanah ada yang digolongkan sebagai


epigeon (hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan dipermukaan tanah), hemiedafon
(hidup pada lapisan organik tanah) dan euedafon (hidup pada tanah lapisan
mineral). Berdasarkan kegiatan makannya hewan tanah ada yang bersifat
herbivora, saprovora, fungivora, dan predator (Suin, 2012).

Arthropoda tanah merupakan sekelompok hewan filum Arthropoda yang hidup


di permukaan tanah dan di dalam tanah. Arthropoda tanah berperan penting dalam 15
peningkatan kesuburan tanah dan penghancuran serasah serta sisa-sisa bahan organik.
Pada permukaan tanah terdapat berbagai komponen biotik ekosistem yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Banyak jenis arthropoda yang sebagian atau seluruh hidup
mereka di dalam tanah. Bagi arthropoda, tanah memberikan tempat bermukim atau
sarang pertahanan dan juga makanan. Akibat perilaku dan aktivitas arthropoda tanah
menjadi lebih banyak mengandung udara. Pada tanah juga bisa mengandung sisa-sisa
tubuh serangga yang mati, dengan demikian sifat fisik dan kimia tanah menjadi lebih
baik karena kandungan bahan organiknya (Borror et al., 1992).

Arthropoda permukaan tanah menurut Burges dan Raw (1967), tidak hanya
memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup, tetapi juga memakan tumbuh-tumbuhan yang
sudah mati. Arthropoda permukaan tanah banyak yang berperan dalam proses
dekomposisi. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan berjalan cepat bila tidak
ditunjang oleh kegiatan arthropoda permukaan tanah. Keberadaan arthropoda
permukaan tanah dan dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan
sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik tanah. Dengan
ketersediaan energi dan hara bagi arthropoda permukaan tanah tersebut, maka
perkembangan dan aktivitas arthropoda permukaan tanah akan berlangsung baik.
Keanekaragaman di tiap-tiap tempat berbeda tergantung dari lingkungan yang
ditempatinya, semakin tidak stabil lingkungan seperti banyaknya cemaran
16 bahan kimia ataupun sedikitnya kesuburan tanah maka keanekaragaman dari
arthropoda yang ada di permukaan tanah semakin sedikit. Lingkungan yang memiliki
kandungan tanah yang kaya akan kesuburan tanahnya lebih besar keanekaragaman
yang dimiliki tempat tersebut, hal ini dikarenakan lingkungan yang stabil akan
menunjang kehidupan bagi fauna yang ada di tanah.

E. Peranan Arthropoda Tanah


Peranan Arthropoda Tanah pada Tanaman berdasarkan tingkat trofiknya,
arthropoda dalam pertanian dibagi menjadi 3 yaitu arthropoda herbivora, arthropoda
karnivora dan arthropoda dekomposer. Arthropoda herbivora merupakan kelompok
yang memakan tanaman dan keberadaan populasinya menyebabkan kerusakan pada
tanaman, disebut sebagai hama. Arthropoda karnivora terdiri dari semua spesies yang
memangsa arthropoda herbivora yang meliputi kelompok predator, parasitoid dan
berperan sebagai musuh alami arthropoda herbivora. Arthropoda dekomposer adalah
organisme yang berfungsi sebagai pengurai yang dapat membantu mengembalikan
kesuburan tanah
F. Keanekaragaman Arthropoda Tanah

Keanekaragaman menunjukkan berbagai variasi hewan dalam bentuk, struktur


tubuh, warna, jumlah, dan sifat lainnya di suatu daerah atau di suatu tempat. Tingginya
keanekaragaman arthropoda berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produk pertanian
yang dihasilkan. Kestabilan populasi dan musuh alaminya umumnya terjadi pada ekosistem
alami sehingga keberadaan arhropoda pada pertanaman tidak lagi merugikan melainkan
akan memberikan manfaat terhadap pertanaman.

Arthropoda pada agroekosistem mempunyai peran yang berbeda-beda, diantaranya


berperan sebagai hama, sebagai musuh alami hama dan dekomposer yang berperan dalam
kesuburan tanah. Keanekaragaman yang ada di ekosistem pertanian dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman, seperti dalam sistem perputaran energi. Aliran energi
merupakan proses yang berjalan satu arah, aliran energi dari satu ekosistem akan selalu
seirama dengan siklus materi yang berjalan melalui rantai makanan dan jaring-jaring
makanan (Pracaya, 2007).

G. Lingkungan Tanah

Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari lingkungan biotik dan
lingkungan abiotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang
dapat dijadikan tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya adalah
arthropoda permukaan tanah. Tanah dapat didefenisikan sebagai medium alami untuk
pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup.

Bagi ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan sebagian besar bahan ke
dalam tumbuhan. Melalui akar-akarnya tumbuhan menyerap air, nitrat, fosfat, sulfat,
kalium, tembaga, seng, dan mineral esensial lainnya. Dengan semua ini, tumbuhan
mengubah karbondioksida (dimasukkan melalui daun) menjadi protein, karbohidrat,
lemak, asam nukleat, dan vitamin yang dari semuanya itu tumbuhan dan semua makhluk
heterotrof bergantung. Bersamaan dengan suhu dan air, tanah merupakan penentu utama
dalam produktivitas bumi (Kimball, 1999).

Salah satu dari ekosistem darat adalah arthropoda tanah. Kehidupan arthropoda
tanah sangat tergantung habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis
arthropoda tanah di suatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan
kata lain keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis arthropoda tanah di suatu daerah
sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan abiotik. Arthropoda
tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah, oleh karena itu dalam mempelajari ekologi
arthropoda tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur (Suin, 2012).
Organisme atau arthropoda tanah banyak terdapat di lapisan tanah atas atau lapisan
top soil. Karena pada lapisan top soil ini pada permukaannya terdapat lapisan serasah daun
yang terdiri dari daun baru jatuh dan telah mengurai sebagian dan bagian lain tumbuhan,
yang mana lapisan serasah tersebut merupakan sumber makanan bagi arthropoda tanah.
Hasil dari berbagai kegiatan ini masuk ke dalam tanah, dan bersama-sama dengan akar dan
tubuh jasad renik tanah yang mati dan terurai dalam tanah membentuk humus. Humus itu
membuat tanah bergeluh, berbutir atau meremah, dan karenanya terudarakan dan tersalir
dengan baik. Dan lapisan ini sangat tipis yaitu sekitar 15 cm (Ewusie, 1990).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu & Tempat Pelaksanaan


 Waktu : Sabtu, 10 November 2018
 Tempat : Kebun Sengon dan Sawah di daerah Bantul
B. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Botol air mineral 600 ml (6 buah)
2. Silet (1 buah)
3. Sendok (1 buah)
4. Kaca Pembesar/Lup (1 buah)
5. Alat tulis
6. Alat dokumentasi

b. Bahan
1. Detergent (Secukupnya)
2. Air (Secukupnya)
C. Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Botol air mineral dipotong dengan ukuran 10 cm
3. Detergent 1 sendok makan dimasukkan kedalam potongan botol air mineral, lalu
ditambahkan air bersih sampai ¾ botol
4. Botol air mineral dibenamkan kedalam tanah dengan bibir botol sejajar dengan
permukaan tanah (Diletakkan pada 3 titik yang berbeda)
5. Dibiarkan selama 24 jam
6. Pada hari selanjutnya, diamati atrhropoda apa saja yang terdapat pada perangkap
yang sudah dipasang

D. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasi
E. Variabel
-variabel bebas : jenis lahan
-variabel terikat : Jenis arthropoda
-variabel kontrol: suhu, kelembaban udara, daerah pengambilan data waktu
pengambilan data
F. Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah jenis arthropoda yang ada di tanah lahan basah dan
tanah lahan kering.
Daftar Pustaka

Borror, D.J., Triplehorn, C.A., and Johnson, N.F. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi
Keenam. Diterjemahkan oleh: Partosoedjono, S. dan Brotowidjoyo, M.D. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.

Burges dan Raw. 1967. Perombakan Makrofauna Tanah. Jakarta: Penerbit Airlangga.

Dindal, D.L. 1990. Soil Biology Guide. John Willey and Sons Inc. New York

Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropis. ITB Press, Bandung.

Fatmawati, P. 2011. Berbagai Kelompok Serangga Tanah yang Tertangkap di Hutan Koleksi
Kebun Raya Unmul Samarinda dengan Menggunakan 5 Macam Larutan.
Mulawarman Scientifie, Volume 10, Nomor 2, hal 139.

Hadi, H.M., Udi, T., Rully, R. 2009. Biologi Insekta Entomologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kadekoh, I. 2007. Komponen hasil dan hasil kacang tanah berbeda jarak tanam dalam sistem

tumpang sari dengan jagung yang didelokasikan pada musim kemarau dan musim hujan.
Jurnal Agroland, 14 (1) : 11-17.

Kimball, John W. 1999. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta : Direktorat Jendral

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Odum, E. P. 1998. Dasar – Dasar Ekologi. Terjemahan oleh T. Samingan. Yogyakarta : Gadjah
Mada Press.

Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.

Soemarwoto, I., Indrawati, G. Edi, G., Andi, H.N., Sri, S.S., Lily, K.S. 1992. Biologi Umum I.
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Suin, N. M. 2012. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai