Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

“BENTUKLAHAN ASAL PROSES AEOLIN”

WINANDA NATHANIA A-1


2110115220001
MATA KULIAH : GEOMORFOLOGI DAN LINGKUNGAN
DOSEN PENGAMPU : DR. H. SIDHARTA ADYATAMA, S.PD., M.SC

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB l
PENDAHULUAN.............................................................................................................

a. Latar Belakang..........................................................................................................................

b. Tujuan.......................................................................................................................................

BAB ll PEMBAHASAN..............................................................................................................

A. Pengertian Dan Proses Terjadinya Bentuklahan Aeolin.........................................................

B. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Bentuk Lahan Aeolin...............................................

C. Klasifikasi Bentuklahan Aeolin Berdasarkan Kelompoknya..................................................

BAB lll PENUTUP......................................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk permukaan bumi sebagai
akibat adanya pengaruh tenaga asal dalam dan tenaga asal luas bumi (hujan, angin,
penyinaran dan pemanasan matahari, benturan benda asal ruang angkasa serta aliran air dan
gletser) yang menghasilkan proses-proses geomorfik yang berakibat terubahnya bentuk-
bentuk permukaan bumi. Obyek utama geomorfologi ialah bentuklahan, proses geomorfologi,
genesa dan evolusi pertumbuhan bentuk lahan, beserta hubungannya dengan aspek
lingkungan. Dalam hal ini utamanya mengupas tentang berbagai bentuk lahan dari bentukan
berbagai asal proses yang berbeda. Bentuk lahan adalah bagian dari permukaan bumi yang
memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis
pada material batuan, dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu.

Geomorfologi adalah studi yang mendeskripsi bentuklahan dan proses-proses yang


menghasilkan bentuklahan serta menyelidiki hubungan timbal-balik antara bentukl ahan dan
proses-proses tersebut dalam susunan keruangan Oleh karena untuk menganalisis bentang
lahan lebih sesuai dengan didasarkan pada bentuk lahan, maka klasifikasi bentang lahan juga
akan lebih sesuai jika didasarkan pada unit-unit bentuk lahan penyusunnya. Verstappen
(1983) telah mengklasifikasikan bentuk lahan berdasarkan genesisnya menjadi 10 (sepuluh)
macam bentuk lahan asal proses, yaitu bentuk lahan asal proses volkanik,bentuk lahan proses
structural, bentuk lahan asal fluvial, bentukl ahan asal proses solusional ,bentuk lahan asal
proses denudasional, bentukl ahan asal proses eolin, bentuklahan asal proses marine , bentuk
lahan asal glasial , bentuk lahan asal organik , bentuk lahan asal antropogenik.

b. Tujuan

2.1 Mengetahui tentang bentuk lahan asal aeolin.

2.2 Mengetahui ciri-ciri bentuk lahan asal aeolin.

2.4 Mengetahui macam-macam bentuk lahan aeolin.

2.5 Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah geomorfologi dan lingkungan.

BAB lI
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Proses Terjadinya Bentuklahan Aeolin

1. Pengertian
Bentuk lahan asal proses aeolin merupakan bentukan lahan oleh proses eksogenik
dengan angin sebagai agen pembentuk utamanya, yakni dengan membentuk endapan oleh
adanya pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin.
Hakekatnya bentuk lahan aeolin terdiri dari 3 proses, yakni erosional (pengikisan),
deposisional (pengangkutan), dan sedimentasi (pengendapan).(Benjamin, 2019)

a) Berlian

Bentuklahan aeolian adalah bentuklahan oleh proses eksogenik dengan angin sebagai
agen pembentukan utamanya, yakni dengan membentuk endapan oleh adanya pengikisan,
pengangkutan, dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin.

b) Herlambang (2009)

Bentuklahan aeolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal proses angin
dan gabungan pelapukan dengan aliran air.

c) Suhendra (2009)

Bentuklahan aeolian merupakan dimana gerakan udara atau angin dapat membentuk
medan yang khas dan berbeda dari bentukan proses lainnya, endapan angin terbentuk oleh
pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan material lepas oleh angin.

Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pengertian bentuklahan aeolian adalah


bentuklahan yang terbentuk karena adanya tenaga eksogen yaitu angin yang menjadi agen
utama pembentukan, endapan bentuklahan karst ini terbentuk oleh adanya pengikisan,
pengangkutan, dan pengendapan. (Dewi, 2017). Bentang alam eolian merupakan bentang
alam yang dibentuk karena adanya aktivitas angin. Bentang alam ini umumnya berkembang
pada daerah gurun pasir (desert) dan pesisir (coastal). (Husein et al., 2017)

Hakekatnya bentuk lahan aeolin terdiri dari 3 proses, yakni erosional (pengikisan),
deposisional (pengangkutan), dan sedimentasi (pengendapan). Bentuk lahan aeolin dapat
berkembang dengan baik apabila terpenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam jumlah yang banyak.

2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas.

3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut.

4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun obyek lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan,pengangkutan dan pengendapan bahan
bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena angin yang paling utama adalah gumuk
pasir(sandunes),dan endapan debu(loose). Kegiatan angin mempunyai dua aspek utama,yaitu
bersifat erosif dan deposisi. Bentuklahan yang berkembang terdahulu mungkin akan
berkembang dengan baik apabila di padang pasir terdapat batuan. Pada hakekatnya
bentuklahan asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak.

2. Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes).

3. Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pan

2. Proses Terjadinya Bentuklahan Aeolin

a) Pengikisan Oleh Angin dan abrasi.

Angin mengikis permukaan bumi melalui deflasi, eddy turbulensi,

a. Deflasi (deflation)

Proses deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang membawa materi batuan, berupa
debu halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat. Proses ini sering terjadi di daerah
yang merupakan tempat terkumpulnya pasir, misalnya di basin kecil atau pada bukit pasir.
Deflasi cenderung menyebabkan terbentuknyaa formasi-formasi baru di daerah depresi.
Dibandingkan dengan erosi air atau sungai keadaannya berlawanan, erosi air di daerah yang
berelief tinggi sangat kuat, sebaliknya erosi angin/deflasi di daerah cekungan/basin sangat
kuat. Deflasi hanya dapat terjadi setelah materi batuan mengalami pencucian dan kemudian
dibawa ke tempat yang kebih rendah. Materi yang diendapkan tersebut pada umumnya
berupa butiran halus sehinnga mudah menglami deflasi.

b. Korasi (corrasion)

Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau bentang alam yang sangat
luas. Gerakannya hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah. Ini terjadi karena angin tidak
dapat mengangkut pasir ke tempat yang lebih tinggi lagi. Berdasarkan kerjanya korasi dapat
dibedakan:
 Polishing Dan Pitting
Gerakan angin yang membawa/disertai pasir disebut dengan polishing. Gerakan
angin yang membawa pasir mempunyai kemampuan untuk melubangi batuan, kemampuan
untuk melubangi batuan ini disebut dengan pitting.

 Grooving Dan Shaping


Batuan yang telah berlubang sebagai akibat kekuatan pitting akan terus mengalami
proses pembentukan lubang sehingga makin lama makin besar dan dalam. Proses melubangi
secara terus-menerus sehingga menjadi lubang yang besar dan dalam disebut dengan
grooving. Batuan yang berlubang-lubang besar tersebut kemudian berubah menjadi pecah-
pecah dan berkeping-keping. Proses terjadinya pecahan dan keping-keping ini disebut
shaping.

 Faceting
Batuan yang telah berkeping-keping berubah menjadi lebih kecil lagi. Proses
perubahan batuan menjadi bagian lebih kecil disebut dengan faceting. Kecepatan korasi
terhadap massa batuan di daerah kering sangat tergantung dari tingkat kekerasan batuan dan
kekuatan angin itu sendiri.

b) Pengangkutan oleh Angin


Materi batuan yang mudah terangkut oleh angin adalah materi-materi halus, misalnya debu.
Materi yang halus ini akan diterbangkan angin sampai ke tempat yang cukup jauh. Adapun
jenis-jenis gerakan pengangkutan materi oleh angin adalah:

 Suspensi (suspension)
Merupakan gerakan vertikal tiupan angin yang mampu mengangkut materi-materi
halus ke tempat yang lebih jauh. Gerakan ini tidak besar peranannya dalam mengangkut pasir
karena kemampuan mengangkut ke atas sangnt terbatas. Pada saat angin mengangkut debu
kadang-kadang disertai dengan gerakan turbuler. Kecepatan angin tidak selalu tetap tetapi
selalu mengalami variasi periode yang pendek sehingga menyebabkan adanya tekanan angin.
Tekanan angin ini menyebabkan udara berputar ke segala arah, putaran udara ke segala arah
inilah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan suspensi.
 Saltasi (saltation)
Yaitu gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh tabrakan dan pantulan
angin yang bermuatan pasir. Gerakan saltasi secara langsung disebabkan tekanan angin
terhadap butiran pasir, pasir yang ditiup angin pada umumnya mempunyai gerakan saltasi.

 Rayapan permukaan (surface crep)


Gerakan rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan materi butiran oleh
gerakan saltasi. Terjadinya tubrukan materi butiran ini secara teratur, tetapi kadang-kadang
juga tersebar menjadi pecahan-pecahan di atas tempat jatuhnya pasir. Oleh karena benturan
ini gerakan materi butiran menjadi lambat yang selanjutnya menjadi rayapan
permukaan.Kadang-kadang angin yang mengangkut debu atau pasir bergerak berputar seperti
spiral, gerakan seperti ini disebut dengan badai debu.

 Pengendapan oleh Angin


Proses pengendapan ini terjadi apabila butiran yang telah terbawa angin tadi jatuh
setelah gerakan menjadi lambat. Selain karena kecepatan yang menjadi lambat, pengendapan
juga dapat terjadi karena butiran yang terbawa oleh angin mengalami benturan terhadap
permukaan kejadian ini sebagai hasil dari proses saltasi dan rayapan tanah. Apabila butiran
tersebut tidak membentur permukaan dan terus terbawa angin, maka butiran tersebut akan
mengalami gerakan sepanjang permukaan hingga menemukan tempat mengendap, pada
umumnya tempat pemberhentian tersebut berupa cekungan. Bentuk endapan dari proses ini
tidak datar atau halus tetapi bergelombang. Setelah mengendap butiran- butirabn tersebut
mengumpul menjadi suatu bentuk lahan yang baru.

B. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Bentuk Lahan Aeolin


Berbicara mengenai Proses Terbentuknya Lahan Aeolian tidak lepas dari Bentukan
lahan asal proses angina/eolin yang merupakan bentuk lahan Oleh proses eksogenik
(proses terbentuknya permukaan bumi karena faktor dari luar seperti air dan angin) dengan
angin sebagai agen pembentuk utamanya, yakni dengan membentuk endapan oleh adanya
pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan. Lahan aeolian merupakan lahan yang terjadi
karena bentukan asal proses angin dan gabungan pelapukan dengan aliran air (Herlambang,
2009). Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor utama dari proses bentuklahan aeolin ini adalah
angin.
C. Klasifikasi Bentuklahan Aeolin Berdasarkan Kelompoknya
1. Bentuk Lahan Hasil Erosi Angin

a. Desert pavement (pebble armor). Yaitu permukaan yang terdiri atas batuan kerikil dan
kerakal di daerah gurun, sebagai akibat bahan-bahan halus mengalami deflasi.

b. Blow Out. Yakni Cekungan di daerah gurun sebagai akibat deflasi pada materi hasil
pelapukan di permukaan yang berukuran halus.

c. Ventifact. Yakni Permukaan batuan yang menjadi rata karena korasi, terutama yang
berukuran halus (debu dan liat) yang terbawa oleh angin

d. Dreikanter. Seperti ventifact tetapi bentuknya piramida karena arah angin berubah-ubah
(dari tiga sisi).
e. Groove. Merupakan alur-alur memanjang pada permukaan batuan karena erosi angin.

f. Yardang. Merupakan pegunungan memanjang dan paralel (tinggi< 10m, panjang -100m )
berkembang di daerah bebatuan lunak.

2. Bentuk-Bentuk Hasil Pengendapan Angin

a. Loess

adalah bentuk lahan asal proses eoline yang terbentuk dari bahan endapan angin yang
berukuran debu oleh erosi angin yang berasal dari daerah gurun dan pada umumnya tidak
berlapis. Bentuk lahan ini kemungkinan juga mengandung pasir halus dan liat. Bahan seperti
loess ini menutupi 1/10 daratan di muka bumi. Loess umumnya berwarna kuning dengan
sekurang kurangnya 60%-70% partikel berukuran debu dan bertekstur geluh berdebu atau
geluh liat berdebu. Loess cenderung pecah-pecah pada sepanjang bidang vertical apabila
terkuak oleh erosi air atau aktivitas manusia. Akibatnya banyak bidang vertical yang stabil
yang mencapai ketinggian 6 m terdapat pada daerah loess di sepanjang sisi lembah dan galian
untuk jalan. Endapan pasir,ada beberapa tipe yang ditentukan oleh jumlah pasir dan vegetasi:

 Sand sheet adalah hamparan pasir tipis yang menutup daerah relatif datar,
permukaannya tidak bergelombang. ? Ripple (riak) adalah endapan pasir yang
permukaannya bergelombang, tinggi bervariasi 1-500mm, panjang 50-300m. endapan
pasir tebal yang permukaannya bergelombang ripple tetapi lebih besar disebut
undulasi; yang tingginya sampai 400m dan panjang 4km disebut draa(Mcgadune).
 Sand fall adalah timbunan pasir di bawah cliff atau gawir.
 Sand drift yaitu timbunan pasir pada suatu gap/celah antara dua rintangan.

b. Gumuk pasir,
adalah gundukan bukit atau igir dari pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat
dijumpai pada daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan angin tinggi
untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir, dan permukaan tanah untuk
tempat pengendapan pasir, biasanya terbentuk di daerah arid (kering). Gumuk pasir
cenderung terbentuk dengan penampang tidak simetri. Jika tidak ada stabilisasi oleh vegetasi
gumuk pasir cenderung bergeser ke arah angina berhembus, hal ini karena butir- butir pasir
terhembus dari depan ke belakang gumuk. Gerakan gumuk pasir pada umumnya kurang dari
30 meter pertahun. Bentuk gumuk pasir bermacam-macam tergantung pada faktor-faktor
jumlah dan ukuran butir pasir, kekuatan dan arah angin, dan keadaan vegetasi. Bentuk gumuk
pasir pokok yang perlu dikenal adalah bentuk melintang (transverse), sabit (barchan),
parabola (parabolic), dan memanjang (longitudinal dune). Pada umumnya gumuk pasir
terdapat di daerah:

 Mempunyai pasir sebagai material utama.


 Kecepatan angin tinggi, untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran pasir.
 Permukaan tanah yang tersedia untuk pengendapan pasir.
 Selain itu gumuk pasir juga terdapat di:
 Gisik pasir dengan angin pantai.
 Dekat sungai yang dasarnya pasir.
 Daerah yang mempunyai musim kering.
 Daerah gurun yang mengalami penghancuran batuan.
 Endapan glasial dan dasar danau glasial pasiran

Secara garis besar, ada dua tipe gumuk pasir, yaitu free dunes (terbentuk tanpa adanya
suatu penghalang) dan impedeed Dunes (yang terbentuk karena adanya suatu penghalang.
Beberapa tipe gumuk pasir.

1) Gumuk Pasir Tipe Barchan (barchanoid dunes)


Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada daerah yang tidak
memiliki barrier. Besarnya kemiringan lereng daerah yang menghadap angin lebih landai
dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila
dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan umumnya antara
5 – 15 meter. Gumuk pasir ini merupakan perkembangan, karena proses eolin tersebut
terhalangi oleh adanya beberapa tumbuhan, sehingga terbentuk gumuk pasir seperti ini dan
daerah yang menghadap angin lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah
yang membelakangi angin.

2) Gumuk Pasir Melintang (transverse dune)

Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan
pasirnya. Bentuk gumuk pasir melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah
angin. Awalnya, gumuk pasir ini mungkin hanya beberapa saja, kemudian karena proses
eolin yang terus menerus maka terbentuklah bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni.
Gumuk pasir ini akan berkembang menjadi bulan sabit apabila pasokan pasirnya berkurang.
3) Gumuk Pasir Parabolik

Gumuk pasir ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang membedakan
adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan datangnya angin.
Awalnya, mungkin gumuk pasir ini berbentuk sebuah bukit dan melintang, tetapi karena
pasokan pasirnya berkurang maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin sehingga
membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.

4) Gumuk Pasir Memanjang (linear dune)

Gumuk pasir memanjang adalah gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain.
Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin. Gumuk pasir ini berkembang
karena berubahnya arah angin dan terdapatnya celah diantara bentukan gumuk pasir awal,
sehingga celah yang ada terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan
memanjang.

5) Gumuk Pasir Bintang (star dune)

Gumuk pasir bintang adalah gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin dengan
berbagai arah yang bertumbukan. Bentukan awalnya merupakan sebuah bukit dan
disekelilingnya berbentuk dataran, sehingga proses eolin pertama kali akan terfokuskan pada
bukit ini dengan tenaga angin yang datang dari berbagai sudut sehingga akan terbentuk
bentuklahan baru seperti bintang. Bentuk seperti ini akan hilang setelah terbentuknya
bentukan baru disekitarnya.

6) Tipe Impedeed Dunes

 Blowout Bentuk : Terdapat penutup lahan (misal : vegetasi) disekitar cekungan.


Terbentuk karena deflasi local.
 Echo dunes Bagian tepi yang memanjang, terpisah dari topografi penghalang.

Proses pembentukan : akumulasi pada zone perputara Sebagai fenomena yang langka.
Gumuk pasir memiliki fungsi ekologis yang sangat penting. Ada 3 tempat dengan cadangan
air yang melimpah yaitu, daerah di antara 2 gunung api muda, Daerah berbatuan gamping dan
daerah pesisir pantai. Daerah berpasir seperti ini memiliki kemampuan meloloskan air yang
tinggi sehingga memberikan cadangan air bagi masyarakat pesisir pantai selatan. Selain itu
keberadaan sand dunes (gumuk pasir) dapat meredam hantaman gelombang tsunami, satu
kerentanan bencana di pesisir selatan jawa. Sehingga dengan keberadaan gumuk pasir resiko
bencana tsunami dapat berkurang. n aliran angin karena zone penghalang. (Sari, n.d.)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bentuk lahan asal proses aeolin merupakan bentukan lahan oleh proses
eksogenik dengan angin sebagai agen pembentuk utamanya, yakni dengan membentuk
endapan oleh adanya pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan bahan-bahan tidak
kompak oleh angin. Sebagai fenomena yang langka Gumuk pasir memiliki fungsi ekologis
yang sangat penting. Ada 3 tempat dengan cadangan air yang melimpah yaitu, daerah di
antara 2 gunung api muda, Daerah berbatuan gamping dan daerah pesisir pantai. Daerah
berpasir seperti ini memiliki kemampuan meloloskan air yang tinggi sehingga memberikan
cadangan air bagi masyarakat pesisir pantai selatan. Selain itu keberadaan sand dunes (gumuk
pasir) dapat meredam hantaman gelombang tsunami, satu kerentanan bencana di pesisir
selatan jawa. Sehingga dengan keberadaan gumuk pasir resiko bencana tsunami dapat
berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Benjamin, W. (2019). No Tit‫ילי‬le. ペインクリニック学会治療指針2, 3, 1–9.

Dewi, K. (2017). Kusuma Dewi, 22 Desember 2017.

Husein, S., Freski, Y. R., Banuzaki, A. S., & Sadewa, L. P. (2017). Acara iv bentang alam
eolian.

Sari, Y. I. (n.d.). Yuli Ifana Sari BENTUL LAHAN ASAL PROSES AEOLIN (Daerah Kering).

Anda mungkin juga menyukai