Pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya gaya alam baik secara
fisik maupun kimiawi yang menyebabkan terjandinya pemecahan-pemecahan,
penghancur-luluh-lantakkan dan transformasi bebatuan dan mineral-mineral
penyusunnya menjadi material lepas dipermukaan bumi (Hanafiah, 2012).
Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yaitu (1) Bahan induk.
Keadaan alami bahan induk akan mempunyai suatu pengaruh terputus pada sifat-
sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh pada tanah-tanah tua yang
ada. Sifat bahan induk yang memakai satu pengaruh yang mendalam pada
perkembangan termasuk tekstur, komposisi mineral dan tingkat sratifikasi. (2)
Iklim. Pengaruh iklim yang penting yang mempengaruhi pembentukan tanah
adalah presipitasi dan temperatur. Iklim juga mempengaruhi pembentukan tanah
secara tidak langsung yang menentukan vegetasi alami. (3) Organisme, tanaman
mempengaruhi genesa tanah melalui penambahan bahan organik, siklus ion dan
pergerakan air melalui siklus hidrologi. Hewan-hewan tanah memengaruhi genesa
tanah sebagai pemakan dan perombak bahan organik (4) Topografi, dengan cara
memengaruhi jumlah presipitasi yang diabsorbsi dan ditahan dalam tanah, oleh
karenanya memengaruhi hubungan kelembapan, dengan memengaruhi kecepatan
perpindahan tanah oleh erosi, dengan mengarahkan gerakan bahan bahan dalam
suspensi atau larutan dari daerah yang satu ke yang lain. (5) Waktu, tanah sebagai
hasil evolusi berubah secara tetap seperti perubahan bentuk muka bumi. Mereka
mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang sama dimana bentuk muka bumi
lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup tanah termasuk stadia bahan
induk, tanah muda, tanah matang, dan stadia pada umur tua (Foth, 1988).
Proses pelapukan melalui dua mekanisme yaitu (1) Pelapukan fisik. Proses
dimana melapuknya batuan atau mineral menjadi partikel yang lebih halus
menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan spesifik tanpa menyebabkan
perubahan komposisi kimia, tetapi sangat diperlukan sebelum terjadi pelapukan
kimia. Pelapukan fisik disebabkan oleh fluktuasi suhu, air membeku, dan kegiatan
perakaran (2) Pelapukan kimiawi. Proses dimana melapuknya batuan atau
mineral melalui reaksi kimia menghasilkan material yang memiliki komposisi
berbeda dengan bahan aslinya, disebabkan oleh disolusi, hidrolisis, asidolisis dan
oksidasi (Sutanto, 2005).
Berdasarkan cara pembentukannya, bebatuan dikelompokkan menjadi 3
golongan, yaitu (1) Batuan beku (igneous rock) merupakan bebatuan yang
terbentuk dari proses solidifikasi (pembekuan) magma cair. Golongan ini antara
lain meliputi granit, syenit, basalt, andesit, diabase dan gabbro. (2) Batuan
sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses
konsilidasi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angin atau
air dipermukaan bumi. Golongan ini antara lain mencakup batu-kapur, batu-pasir,
batu-debu, batu-pasir berkapur, shale (batu-serpih), dan konglomerat. (3) Batuan
peralihan (metamorf) merupakan batuan beku atau sedimen yang telah
mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan
suhu, tekanan, cairan atau gas aktif. Golongan ini meliputi gneissgranit, batu
serpih slate, marmer, batu-pasir quarsit (Hanafiah 2012).
III METODOLOGI
Pelapukan batuan adalah salah satu proses geologi yang terpenting. Pelapukan
batuan menghasilkan bahan dari mana batuan sedimen terbentuk dan
menghasilkan tanah, dimana tanpa itu kehidupan hewan dan tumbuhan
dipermukaan bumi adalah suatu kemustahilan. Fragmen batuan akibat pelapukan
dipindahkan lewat erosi. Pelapukan dapat bersifat mekanis (fisis) ataupun kimiawi
(Bowles, 1984).
Pelapukan mekanis terjadi apabila batuan berubah menjadi fragmen yang
lebih kecil tanpa terjadinya suatu perubahan kimiawi.Pelapukan batuan sangat
tergantung pada jenis batuan dan waktu (Bowles, 1984). Pelapukan dapat
disebabkan oleh salah satu faktor berikut; (a) Temperatur yang sangat rendah
yang menghasilkan pembekuan lokal dalam waktu pendek akan sangat berarti
dalam proses pelapukan, karena pori-pori air dalam batuan akan bertambah
sekitar 9 % pada 0º dan akan menimbulkan tekanan yang sangat besar (Bowles,
1984) (b) Abrasi adalah kehausan yang disebabkan oleh dua bahan yang keras
yang mengalami gerakan relative ketika sedang bersentuhan. Ini dapat disebabkan
oleh salah satu bahan yang berada di dalam air, misalnya pasir, tetapi dalam
konteks ini istilah tersebut akan digunakan untuk menerangkan terdorongnya
sejumlah besar tanah ataupun es yang berada dalam keadaaan tertekan melalui
batuan di bawahanya oleh gletser yang mengikis kedua bahan tadi sehingga
berukuran menjadi lebih kecil (Sutedjo, 2010).
Pelapukan kimiawi pada umumnya merupakan proses yang menyertai
pelapukan fisik dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam komposisi kimiawi
maupun komposisi mineral (dekomposisi) penyusun permukaan fragmen-fragmen
bebatuan. Melalui proses ini bagian permukaan fragmen-fragmen dapat kehiangan
sebagian mineral penyusunyya atau mengalami perubahan komposisi kimiawinya,
yang kemudian menyebabkan terbentuknya mineral-mineral sekunder.
Mekanisme yang terlibat dalam transformasi kimia meliputi pelarutan, hidritasi,
hidrolisi, oksidasi, reduksi, karbonatasi, dan asidifikasi atau pengasaman
(Hanafiah, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan yaitu (a) Iklim merupakan rata-
rata cuaca pada jangka panjang, minimal per musim, per periode, ataupun per
tahun, dan seterusnya. sedangkan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu
berjangka pendek, misalnya harian, mingguan, dan bulana maksimal semusim
atau seperiode (Hanafiah, 2010) (b) Jasad hidup. Diantara berbagai jasad hidup,
vegetasi atau makroflora merupakan yang paling berperan dalam mempengaruhi
proses genesis dan perkembagan profil tanah, karena merupakan sumber biomas
atau bahan organic tanah (BOT). BOT ini apabila terdekomposisi oleh mikrobia
heterotrofik akan menjadi sumber energy dan hara bagi mikrobia sendiri, juga
merupakan sumber senyawa organic dan anorganik yang terlibat dalam berbagai
proses komogenesis dan biogenesis didalam lapisan-lapisan tanah (Hanafiah,
2010). (c) Bahan induk. Jenis bahan induk akan menntukan sifat fisik maupun
kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya
menjadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf.
Pengaruh bahan induk ini sangat jelas terlihat pada tanah muda-dewasa, namun
dalam perkembanganya terjadi proses pelapukan secara lanjut, apabila mengalami
pelindian atau erosi berat, maka pengaruh ini semakin tidak jelas bahkan dapat
hilang sama sekali ( Hardjowigeno, 2010). (d) Topografi. Peran tofografi dalam
proses genesis dan perkembangan profil tanah adalah melalui empat cara, yaitu
lewat pengaruhnya dalam menentukan jumlah air hujan yang dapat meresap atau
disimpan oleh massa tanah, Kedalaman air tanah, besarnya erosi yang dapat
terjadi, dan arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat
yang tinggi ketempat yang rendah. Lewat empat perannya ini, maka
(Hardjowigeno, 2010). (e) Waktu. Periode waktu dan pembentukan akan
menentukan jenis dan sifat-sifat tanah yang terbentuk dari suatu kawasan, karena
waktu memberikan kesempatan pada empat factor pembentukan tanah lainnya
untuk mempengaruhi proses-proses pembentukan tanah, makin lama makin
intensif (Hardjowigeno, 2010).
Batuan dibedakan menjadi 3 yaitu, (a) Batuan beku adalah batuan yang
terbentuk akibat mendinginnya magma cair. Batuan beku diklasifikasikan
menurut tekstur, komposisi, warna dan sumbernya. Beberapa batuan beku yaitu
granit, diorit, gabro, riolit, basal, obsidian, batu apung dan skoria. (b) Batuan
sedimen yaitu batuan endapan terdiri dari bahan endapan (umumnya endapab
laut) yang telah diendapkan berjuta tahun yang lalu hingga telah membentuk
batuan yang keras. Beberapa contoh batuan sedimen yaitu batu gamping, batu
pasir dan batu liat. (c) Batuan metamorfosa (malihan) berasal dari batuan beku
atau sedimen yang karena tekanan dan suhu sangat tinggi berubah menjadi jenis
batuan lain. Batuan metamorfosa umumnya bertekstur lembar akibat rekritalisasi
darii beberapa mineral dan orientasi mineral menjadi paralel sehingga terbentuk
lembar-lembar. Beberapa jenis batuan metamorf yaitu kwarsit dan marmer
(Bowles, 1984)
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa tanah merupakan hasil pelapukan yang mengalami proses alamiah akibat
bekerjanya gaya alam baik secara fisik maupun kimiawi yang menyebabkan
terjadinya pemecahan-pemecahan, penghancur dan transformasi bebatuan dan
mineral-mineral penyusunnya menjadi material lepas dipermukaan bumi.
5.2 Saran
Tanah yang terbentuknya berjuta-berjuta tahun sering dirusak sering dirusak oleh
manusia hanya dalam beberapa tahun saja, yang akibatnya harus diderita pula oleh
manusia. Oleh karena itu kita harus mengetahui bagaimana tanah itu terbentuk,
unsur-unsur apa yang menjadikan tanah itu terbentuk, sampai dimana batas
pemanfaatannya, sehingga dapat berguna bagi kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA