Anda di halaman 1dari 12

ACARA II

SATUAN MEDAN

2.1 TUJUAN

Tujuan dari acara dua yaitu membuat peta satuan medam.

2.2 ALAT DAN BAHAN

1. Peta Rupa Bumi Indonesia tahun 2014

2. Peta geologi lembar pasangkayu


3. Peta Tanah
4. Drawing Pen
5. Kertas kalkir
6. Mistar besi
7. Selotip
8. Gunting
9. Penghapus drawing pen
10.Pensil warna
11.Meja kaca

2.3 DASAR TEORI


2.3.1 Analisis dan Klasifikasi medan

Analisis dan klasifikasi medan adalah suatu analisis , klasifikasi serta pemetaan
medan yang di dasarkan pada relief, proses yang terjadi dimasa lampau dan sekarang. Jenis
batuan dan strukturnya, tanah, hidrologi, vegetasi dan penggunaan lahan (Vab Zuidam dkk,
1979 dalam Muh. Iqbal Dkk, 2017:47)

Bentang lahan adalah suatu bagian ruangan dipermukaan bumi yang terdiri dari suatu
sistem yang kompleks yang terbentuk oleh pengaruh timbal balik antara batuan, air,
tumbuhan, binatang dan manusia serta dari bentuk fisiognominya membentuk suatu kesatuan
yang mudah dibedakan (Vab Zuidam dkk, 1979 dalam Muh. Iqbal Dkk, 2017:47).
Bentuk lahan adalah suatu kenampakan medan terbentuk oleh proses-proses alami
yang mempunyai komposisi dan julat karakteristik fisikal dan fisual tertentu dimana bentuk
lahan itu dijumapi. Evaluasi medan adalah proses pelaksanaan penilaian medan untuk
keperluan tertentu meliputi interpretasi hasil survey dan studi mengenai relief, tanah, batuan
proses geomorfologi hidrologi, vegetasi dan penggunaan lahan dalam rangka
mengidentifikasi dan membandingkan macam-macam kemungkinan penggunaan lahan ang
sesuai dengan tujuan evaluasi.

Medan adalah suatu bidang lahan yang berhubungan dengan sifat-sifat fisik permukaan
dan dekat permukaan yang kompleks dan penting bagi manusia (Vab Zuidam dkk, 1979
dalam Muh. Iqbal Dkk, 2017:47)

1. Perbedaan lahan, medan dan bentuk lahan


Lahan meliputi faktor-faktor iklim, relief, tanaha, hidrologi, vegetasi, aktivitas
manusia dimasa lampau dan sekarang. Medan meliputi unsur-unsur fisikal saja
(phisychal land attributes) yang meliputi iklim, relief, proses geomorfologi, batuan
dan strukturnya, tanah, hidrologi, vegetasi dan penggunaan lahan sebagai indikasi.
2. Unsur-unsur atribut medan
Menurut definisi, medan ada enam faktor yang agak permanen dan satu indikator
yang berubah. Faktor-faktor permanen tersebut adalah iklim, relief, proses
geomorfologi, batuan dan strukturnya, tanah, dan air. Sedangkan faktor indikator
yang berubah adalah vegetasi/penggunaan lahan. Secara sederhana formulanya dapat
ditulis :

T=F(C,K,P,L,S,W,V)

Keterangan :
T= medan
F= Fungsi
C=Iklim
K=relief/ bentuk lahan
P= proses
L= batuan dan struktur
S= tanah
W= air
V= vegetasi

2.3.2 Peta Geologi

Peta adalah gambaran dari permukaan bumi dengan ukuran yang lebih kecil
biasanya dengan skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar dalam bentuk
simbol-simbol yang sifatnya selektif serta melalui suatu sistem proyeksi tertentu.
Untuk menggambar peta, diperlukan data yang diperoleh dari survei langsung di
lapangan maupun tidak langsung. Data tersebut dikumpulkan, dikelompokkan,
diproses dan ditampilkan dalam bentuk simbol-simbol. Supaya peta informatif dan
mudah dibaca oleh orang lain, elemen-elemen yang membentuk peta harus disusun
sedemikian rupa menurut aturan kartografi (Ig Indradi dan Tullus Subroto 2014: 3).

Batuan, pembentuk lapisan kerak bumi, adalah agregasi mineral-mineral


batuan bisa mengandung satu atau beberapa mineral batuan yang mengandung hanya
satu jenis mineral (monomineral rock), misalanya pualam (marble), hanya
mengandung mineral quartz dan gypsum. Batuan yang mengandung lebih dari satu
jenis mineral (polymineral rock), paling sering ditemui misalnya granite, yang
mengandung mineral quartz, feldpar, hornblende dan mica. Dilihat dari banyaknya
jumlah mineral yang terdapat pada lapisan kerak bumi, dengan sendirinya juga
terdapat banyak jenis batuan. Tetapi pada kenyataannya, lebih sedikit jenis batuan
dibanding jenis mineral hal ini disebabkan batuan terbentuk dalam kondisi-kondisi
kimia fisika yang berkaitan dengan tahap tertentu proses geologis dan hanya sedikit
mineral yang dapat terbentuk dalam kondisi seperti itu. Dapat dilihat mineral-mineral
pembentuk batuan (rock –forming) yang utama, dimana mineral-mineral tersebutlah
yang memebentuk batuan dan dengan demikian menentukan sifat-sifat batuan
tersebut. Disamping itu, dapat juga dilihat accessorymineral, dimana kehadiran atau
ketidakhadiran mineral pada lapisan batuan tidaklah menentukan sifat dan keadaan
batuan tersebut ( :43).
Menurut Abdullah (:43) berdasrkan asal kejadiannya, batuan dibagi atas tiga
kelompok yaitu:
1. Batuan Magma (magmatic rocks), terbentuk dari magma yang mendingin
kemudian membeku atau mengkristal.
2. Batuan Sedimen (sedimentary rocks), terbentuk pada permukaan bumi
sebagai akibat pelapukan batuan yang sudah ada sebelumnya dan kemudian
terjadi perubahan-perubahan secara kimia dan mekanis, disamping akibat
dari aktivitas hewan dan tumbuhan.
3. Batuan Malihan atau Metamorf (metamorphic rocks), terbentuk akibat
adanya aksi yang bertekanan dan bertemperatur tinggi, dan juga karena
bertambahnya unsur-unsur gas yang berbeda-beda yang bergerak dari
ruang magma di sekitarnya.

Pelapuka batuan. Menurut Abdullah (:65) Pelapukan (weathering) adalah


istilah untuk menggambarkan suatu proses yang merupakan gabungan dari proses
mekanik (fisika), kimia dan biologi (organik) yang terjadi di permukaan bumi, yang
juga merupakan akibat adanya fluktuasi temperetur udara, pembekuan air, aksi dan
reaksi oksigen dan karbondioksida di udara, curah hujan, serta reaksi asam-asam
organik di permukaan dan di dalam tanah. Berikut penjelasan pelapukan mekanik
(fisika), kimia, dan biologi:

1. Pelapukan Mekanik (fisika)


Pelapukan mekanik terutama disebabkan oleh prubaha temperatur pada
mineral dan batuan. Perubahan ini disebabkan oleh pengembangan
temperatur udara dan juga karena mendapat panas langsung dari matahari.
Mineral dan batuan akan memuai kalau dipanaskan dan menyusut kalau
didinginkan. Warna batuan dan mineral juga penting. Batuan dan mineral
yang berwarna gelap dan merah lebih cepat menyerap panas. Dengan
demikian, volumenya membesar lebih cepat dari pada batuan dan mineral
yang berwarna cerah. Demikian pula, ikatan molekul pada batuan yang
berwarna warni (misalnya granit, yang mengandung mineral berwarna
hitam, merah dan putih). Merapuh atau merenggang lebih cepat dari pada
molekul batuan yang berwarna satu macam. Batuan yang mempunyai
molekul-molekul yang besar dan berwarna warni Paling lemah terhadap
perubahan temperatur.
2. Pelapukan Kimia
Uap-uap dan gas-gas yang bereaksi di udara dan sinar matahari
mengakibatkan perubahan kimia terhadap komposisi mineral dan batuan.
Uap air yang berkondensasi (mengental) menjadi cairan boleh jadi
mengandung berbagai jenis unsur dalam larutan, yang menambah cairan
larutan-larutan meneral. Kelembaban yang kaya dengan asam-asam
organik bukan hanya bahan pelarut tetapi juga menstimulir terjadi proses-
proses seperti hidrolisis dan oksidasi.
3. Pelapukan biologis dan organis
Kehadiran mikro organik dilapisan-lapisan paling atas di permukaan bumi
menambah intensitas reaksi-reaksi kimia. Organisme merubh batuan secara
kimia dan mekanik lichens dan lumut-lumut hidup dipermukaan batuan,
mengambil unsur-unsur sari makanan dari permukaan batuan tersebut,
karena itu mereka merusak permukaan batuan. Akar tanaman juga merusak
lapisan tanah dan batuan secara mekanik dan secara kimia.

Kekuatan efektif dari angin yang berhembus tergantung kepada kecepatannya.


Angin yang berhembus dengan kecepatan beberapa cm/s, sudah cukup kuat untuk
menerbangkan debu. Suatu tiupan angin yang berhembus dengan kecepatan rata-rata
yang lebih kuat dapat memindahkan batuan-batuan dengan ukuran diameter beberapa
cm dari tempatnya yang semula. Angin topan dan angin puyu yang kecepatannya
berhembus kadang-kadang bisa melampaui 50 m per detik adalah sangat deduktif
(Abdullah :77).
Gerak geologis laut berpola yang sama dengan gerak geologis sungai-sungai,
lapisan es dan angin, yaitu meliputi bidang-bidang erosi (pengikisan permukaan dan
lapisan tanah), transportasi (pengikisan permukaan dan lapisan tanah), transportasi
(pemindahan hasil erosi), grinding (pemerataan atau penggusuran permukaan tanah),
sorting (pengendapan hasil erosi), dan transformasi. Tetapi, ada sejumlah segi-segi
tertentu dalam kegiatan geologis laut yang membuat ia penting artinya bagi
kehidupan di muka bumi (Abdullah : 110).

Aktivitas manusia yang berdampak geologis berlangsung dalam tiga sasaran


utama. Pertama, adalah dalam bidang pertnian. Manusia yang membajak tanah,
menyuburkan dengan pupuk kimia dapat mengakibatkan mempercepat proses
pembentukan lapisan tanah. Disamping itu, manusia juga menjalankan banyak usaha-
usaha untuk memprasaranai pertanian misalnya dibeberapa tempat mereka
mengeringkan tanah, ditempat lain mereka mengolah tanah dengan membangun
irigasi-irigasi untuk mengairinya. Akibat yang jelas dari kegiatan ini adalah bahwa
proses-proses pelapukan akan berlangsung lebih cepat dan berkembang. Kedua,
adalah usaha manusia dalam menggali sumber-sumber kekayaan alam.
Perkembangan sumber-sumber alam seperti biji besi, batu bara dan minyak bumi
secara mantap semakin meluas ke wilayah-wilayah baru dan ketempat-tempat yang
lebih sulit. Ketiga, yang berdampat geologis membangun kuntruksi-kontruksi yang
permanen di atas dan di bawah permukaan tanah. Misalnya manusia membuat
fondasi-fondasi yang amat dalam untuk mendirikan bangunan tinggi, pabrik-pabrik,
dan kontruksi lainnya (Abdullah :121).

2.3.3 Peta Tanah

Pada mulanya, tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi (natural


Body) yang berasal dari bebatuan (natural material) yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam (natural force), sehingga membentuk
regolit (Lapisan berpartikel halus). Konsep ini dikembangkan oleh para ahli geologis
pada akhir abad XIX. Pandangan revolusioner mengenai tanah dikembangkan oleh
Dokuchaev di Rusia pada sekitar tahun 1870, berdasarkan hasil pengamatannya
terhadap :

1. Perbedaan-perbedaan berbagai jenis tanah dan dijumpainya suatu jenis tanah


yang sama jika kondisinya relatif sama.
2. Masing-masing jenis tanah mempunyai mofologi yang khas sebagai
konsekuensi keterpaduan pengaruh spesifik dari iklim, jasad hidup (tanaman
dan ternak), bahan induk, topografi, dan umur tanah.
3. Tanah merupakan hasil evolusi alam yang bersifat dinamis sepanjang
masa.(Kemas Ali Harafiah 2005 : 2)

Pemahaman tanah sebagai media tumbuh tanaaman pertama kali dikemukakan


oleh Dr.H.L. Jones dari Conell University Inggris (Drmwijaya,1990), yang mengkaji
hubungan tanha pada tanaman tingkat tinggi untuk mendapatkan produksi pertanian
yang seekonomis mungkin. Kajian tanah dari aspek ini disebutedaphologi (edaphos=
bahan tanah subur), namun pada reallitasnya kedua definisi selalu terintegrasi. Kajian
Edaphologi ini antara lain meliputi kesuburan tanah, konservasi tanah dan air,
agrohidrologi, pupuk dan pemupukan, ekologi tanah dan bioteknologi tanah,
sedangkan yang merangkum kajian pedologi dan edaphologi sekaligus antara lain
meliputi pengelolaan tanah dan air, evaluasi kesesuaian lahan dan tata guna lahan,
pengelolaan tanah rawa, pengelolaan sumber daya alam dan ligkungan.(Kemas Ali
Harafiah 2005 : 3).

Telah disebutkan bahwa tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu: bahan
mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut
jumlahnya masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan
tanah. Pada ltanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering
(bukan sawah) umunya mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5 % bahan
organik, 20-30 % udara, 20-30% air.
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batuan. Oleh karena itu,
susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batuan-
batuan yang dilapuk. Batuan dapat dibedakan menjadi batuan beku atau batuan
vulkanik ( dari gunung berapi) batuan endapati (sedimen) dan batuan metamorfosa.

Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak


besar, hanya sekitar 3-5%, tetapi pengruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar
sekali.bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dab bahan organik
halus atau humus. Humus terdiri dari bahan organik halus berasal dari bahan organik
kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik
tersebut melalui kegiatan mikroorganisme didalam tanah. Humus merupakan
senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) berwarna hitam atau coklat dan
mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Tingginya daya menahan
(menyimpan) unsur hara adalah akibat tingginya kapasitar tukar kation dari humus,
karena humus mempunyai beberapa gugus karboksil. Tanah yang banyak
mengandung humus atau bahan organik adalah tanha-tanah lapisan atas atau topsoil.
Semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang,
sehingga tanah semakin kurus. Oeh karena itu, topsoil perlu dipertahankan.
(Sarwono Hardjowigeno 2015: 6).

Air terdapat didalam tanah karena ditahap atau diserap oleh massa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air
dapat meresap atau ditahan karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :

1. Air higroskopik
2. Air kapiler

Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya


tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air
menunjukkan bearnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut didalam
tanah. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanha-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daipada tanah
bertekstur halus. Oleh karena itu tanaman yag ditanam pada tanah pasir umunya
leboih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat.
(Sarwono Hardjowigeno 2015: 7)

Udara dan air mengisi pori-pori tanah. Banyaknya pori-pori didalam tanah
kurang lebih 50% dari volume tanah sedang jumlah air dan udara didalam tanah
berubah-ubah. Tanah-tnaah tergenang air semua pori-pori tanah diisi air, sedang pada
tanah lembab atau kering ditemukan air terutama pada pori-pori mikro sedang udara
mengisi pori-pori tanah yang tidak terisi air. Susunan udara di dalam tanah berbeda-
beda dengan susunan udara di atmosfir hal tersebut mungkin disebabkan karena
kegiatan dekomposisi bahan organik atau pernafasan organsime hidup dalam tanah
dan akar-akar tanamn yang mengambil O2 dan melepaskan CO2. (Sarwono
Hardjowigeno 2015: 10)

Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan akan mengahsilkan benda


alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan
susuna horizon tanah disebut profil tanah. Ada enam horizon utama yang menyusun
profil tanah berturut-turut dari atas kebawah yaitu horizon (O) A, O, A, E, B, C, dan
R. sedang horizon yang menysun solum adalah horizon A, E, dan B.

1. Horizon O
Horizon ini dilahan kering ditemukan terutama pada tanah hutan yang belum
terganggu. Merupakan horizon organik yang terbentuk diatas tanah mineral.
Didaerah rawa-rawa horizon O merupakan horizon utama pada tanah gambut
(histosol).
2. Horizon A
Horizon ini dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan
bahan mineral berwarna lebih gelap daripada horizon dibawahnya.
3. Horizon E
Horizon dimana terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe,Al,
bahan organik, berwarna pucat.
4. Horizon B
Horizon bwah yang terbentuk karena berbagai hal adalah :
a) Bt – penimbunan (eluviasi) liat yang berasal dari horizon eluviasi (E);
b) Bs- penimbunan (Iluviasi) Fe dan Al oksida (sesquioksida) yang berasal
dari horizon eluviasi (E);
c) Bh- penimbunan (iluviasi) humus yang berasal dri horizon eluviasi E;
d) Bo- penimbunan relatif (residual) Fe dan Al oksida (sesquioksida) akibat
pencucian silikan (Desilikasi) ;
e) Bw- alterasi (perubahan) dari bahan induk yang membebaskan oksida besi
dan lain-lain sehingga berwarna lebih merah atau membentuk struktur
tanah.
f) Bss- terdapat bidang kilir akibat gesekan agregat tanah yang mengembang
bila basah dan mengerut bila kering.
5. Horizon C
Bahan induk, sedikit terlapuk, sehingga lunak dan dapat ditembus akar
tanaman.
6. Horizon R
Batuan keras yang belum dilapuk. Tidak dapat ditembus akar tananam.
(Sarwono Hardjowigeno 2015: 13).

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang


dinyatakan dalam nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+ didalam tanah). Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Didalam tanah ealin H+ dari ion-ion lain ditemuan pula ion
OH- , yang jumlahnya berbanding tebalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah
yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis
kadungan OH- lebih banyak daripada H+ bila kandungan H+=OH- maka tanah
bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7.

2.3.4 Peta Lereng

Kemiringan lereng merupakan salah satu unsur topografi dan sebagai faktor
terjadinya longsor melalui proses runoff. Semakin curam lereng semakin besar laju
dan jumlah aliran permukaan, semakin besar pula untuk terjadi longsoran. Bentuk
lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, da pelapukan. Sedangkan,
kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi diberbagai tempat yang
disebabkan oleh gaya-gaya oksigen dan gaya-gaya endogen. Hal ini yang
mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi. Alat
yang digunakan untuk mengukur sudut kemiringan lereng disebut clinometer. Alat ini
juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian benda.

Beberapa faktor kemeringan lereng yang mempengaruhi terjadinya longsor,


yaitu:

1. Panjang lereng dengan faktor pendukung: intensitas hujan. Jika intensitas


hujan tinggi, panjang lereng menngkatkan disertai dengan meningkatnya
erosi.

2. Arah lereng. Erosi lebih besar dari pada lereng yang menghadap kearah
selatan karena tanahnya mudah terdispersi secara langsung terkena sinar
matahari.

3. Konfigurasi lereng (cembung→ erosi lembar, cengkung → erosi alur dan parit)

4. Keseragaman lereng (bentuk kecuraman tanah). Erosi akan lebih besar pada
lereng yang seragam. Derajat kemirigan lereng dan panjang lereng merupakan
sifat topografi yang dapat mempengaruhi besarnya longsoran tanah. Semakin
curam dan semakin panjang lereng maka makin besar pula aliran permukaan
dan bahaya longsor semakin tinggi.
2.4 CARA KERJA

Cara kerja dalam penggambaran peta desa Langaleso kecamatan Dolo yaitu
sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam penggambaran


2. Meletakkan peta acuan (guide map) pada meja kaca dan direkatkan
menggunkan selotip agar tidak berubah posisi
3. Meletakkan kertas kalkir di atas peta acuan, lalu menyalin peta dengan
teliti dan memperhatikan ukuran drawing pen yang digunakan agar
diperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan.

2.5 HASIL PRAKTIKUM


Hasil yang diacapai setelah melakukan praktikum dua yaitu satuan medan adalah berupa
peta satuan medan yang diperoleh dari gabungan beberapa peta diantaranya berupa peta
lereng Desa Langaleso kecamatan Dolo peta, geologi peta lereng Desa Langaleso kecamatan
Dolo dan peta tanah peta lereng Desa Langaleso kecamatan Dolo. Dari peta-peta tersebut
menghasilkan peta satuan medan peta lereng Desa Langaleso kecamatan Dolo yang memiliki
skala 1 : 15.000. berdasarkan penyalinan peta tanah di Desa Langaleso kecamatan Dolo dapat
diketahui bahwa di desa tersebut terdiri dari empat macam jenis tanah yaitu Litosol,
Mediteran (merah kuning), podsolik, dan renzina. Kemudian berdasarkan penyalinan peta
geologi maka dapat diketahui didaerah p Desa Langaleso kecamatan Dolo memiliki formasi
Latimojong selain itu juga, berdasarkan penyalinan peta kemiringan lereng dapat diketahui
bahwa kemiringan lereng ada di Desa Langaleso kecamatan Dolo terdiri dari 0%-3& dan 8%.
2.6 Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai