SATUAN MEDAN
2.1 TUJUAN
Analisis dan klasifikasi medan adalah suatu analisis , klasifikasi serta pemetaan
medan yang di dasarkan pada relief, proses yang terjadi dimasa lampau dan sekarang. Jenis
batuan dan strukturnya, tanah, hidrologi, vegetasi dan penggunaan lahan (Vab Zuidam dkk,
1979 dalam Muh. Iqbal Dkk, 2017:47)
Bentang lahan adalah suatu bagian ruangan dipermukaan bumi yang terdiri dari suatu
sistem yang kompleks yang terbentuk oleh pengaruh timbal balik antara batuan, air,
tumbuhan, binatang dan manusia serta dari bentuk fisiognominya membentuk suatu kesatuan
yang mudah dibedakan (Vab Zuidam dkk, 1979 dalam Muh. Iqbal Dkk, 2017:47).
Bentuk lahan adalah suatu kenampakan medan terbentuk oleh proses-proses alami
yang mempunyai komposisi dan julat karakteristik fisikal dan fisual tertentu dimana bentuk
lahan itu dijumapi. Evaluasi medan adalah proses pelaksanaan penilaian medan untuk
keperluan tertentu meliputi interpretasi hasil survey dan studi mengenai relief, tanah, batuan
proses geomorfologi hidrologi, vegetasi dan penggunaan lahan dalam rangka
mengidentifikasi dan membandingkan macam-macam kemungkinan penggunaan lahan ang
sesuai dengan tujuan evaluasi.
Medan adalah suatu bidang lahan yang berhubungan dengan sifat-sifat fisik permukaan
dan dekat permukaan yang kompleks dan penting bagi manusia (Vab Zuidam dkk, 1979
dalam Muh. Iqbal Dkk, 2017:47)
T=F(C,K,P,L,S,W,V)
Keterangan :
T= medan
F= Fungsi
C=Iklim
K=relief/ bentuk lahan
P= proses
L= batuan dan struktur
S= tanah
W= air
V= vegetasi
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi dengan ukuran yang lebih kecil
biasanya dengan skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar dalam bentuk
simbol-simbol yang sifatnya selektif serta melalui suatu sistem proyeksi tertentu.
Untuk menggambar peta, diperlukan data yang diperoleh dari survei langsung di
lapangan maupun tidak langsung. Data tersebut dikumpulkan, dikelompokkan,
diproses dan ditampilkan dalam bentuk simbol-simbol. Supaya peta informatif dan
mudah dibaca oleh orang lain, elemen-elemen yang membentuk peta harus disusun
sedemikian rupa menurut aturan kartografi (Ig Indradi dan Tullus Subroto 2014: 3).
Telah disebutkan bahwa tanah tersusun dari empat bahan utama, yaitu: bahan
mineral, bahan organik, air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut
jumlahnya masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan
tanah. Pada ltanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering
(bukan sawah) umunya mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5 % bahan
organik, 20-30 % udara, 20-30% air.
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batuan. Oleh karena itu,
susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batuan-
batuan yang dilapuk. Batuan dapat dibedakan menjadi batuan beku atau batuan
vulkanik ( dari gunung berapi) batuan endapati (sedimen) dan batuan metamorfosa.
Air terdapat didalam tanah karena ditahap atau diserap oleh massa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air
dapat meresap atau ditahan karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
1. Air higroskopik
2. Air kapiler
Udara dan air mengisi pori-pori tanah. Banyaknya pori-pori didalam tanah
kurang lebih 50% dari volume tanah sedang jumlah air dan udara didalam tanah
berubah-ubah. Tanah-tnaah tergenang air semua pori-pori tanah diisi air, sedang pada
tanah lembab atau kering ditemukan air terutama pada pori-pori mikro sedang udara
mengisi pori-pori tanah yang tidak terisi air. Susunan udara di dalam tanah berbeda-
beda dengan susunan udara di atmosfir hal tersebut mungkin disebabkan karena
kegiatan dekomposisi bahan organik atau pernafasan organsime hidup dalam tanah
dan akar-akar tanamn yang mengambil O2 dan melepaskan CO2. (Sarwono
Hardjowigeno 2015: 10)
1. Horizon O
Horizon ini dilahan kering ditemukan terutama pada tanah hutan yang belum
terganggu. Merupakan horizon organik yang terbentuk diatas tanah mineral.
Didaerah rawa-rawa horizon O merupakan horizon utama pada tanah gambut
(histosol).
2. Horizon A
Horizon ini dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan
bahan mineral berwarna lebih gelap daripada horizon dibawahnya.
3. Horizon E
Horizon dimana terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe,Al,
bahan organik, berwarna pucat.
4. Horizon B
Horizon bwah yang terbentuk karena berbagai hal adalah :
a) Bt – penimbunan (eluviasi) liat yang berasal dari horizon eluviasi (E);
b) Bs- penimbunan (Iluviasi) Fe dan Al oksida (sesquioksida) yang berasal
dari horizon eluviasi (E);
c) Bh- penimbunan (iluviasi) humus yang berasal dri horizon eluviasi E;
d) Bo- penimbunan relatif (residual) Fe dan Al oksida (sesquioksida) akibat
pencucian silikan (Desilikasi) ;
e) Bw- alterasi (perubahan) dari bahan induk yang membebaskan oksida besi
dan lain-lain sehingga berwarna lebih merah atau membentuk struktur
tanah.
f) Bss- terdapat bidang kilir akibat gesekan agregat tanah yang mengembang
bila basah dan mengerut bila kering.
5. Horizon C
Bahan induk, sedikit terlapuk, sehingga lunak dan dapat ditembus akar
tanaman.
6. Horizon R
Batuan keras yang belum dilapuk. Tidak dapat ditembus akar tananam.
(Sarwono Hardjowigeno 2015: 13).
Kemiringan lereng merupakan salah satu unsur topografi dan sebagai faktor
terjadinya longsor melalui proses runoff. Semakin curam lereng semakin besar laju
dan jumlah aliran permukaan, semakin besar pula untuk terjadi longsoran. Bentuk
lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, da pelapukan. Sedangkan,
kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi diberbagai tempat yang
disebabkan oleh gaya-gaya oksigen dan gaya-gaya endogen. Hal ini yang
mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi. Alat
yang digunakan untuk mengukur sudut kemiringan lereng disebut clinometer. Alat ini
juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian benda.
2. Arah lereng. Erosi lebih besar dari pada lereng yang menghadap kearah
selatan karena tanahnya mudah terdispersi secara langsung terkena sinar
matahari.
3. Konfigurasi lereng (cembung→ erosi lembar, cengkung → erosi alur dan parit)
4. Keseragaman lereng (bentuk kecuraman tanah). Erosi akan lebih besar pada
lereng yang seragam. Derajat kemirigan lereng dan panjang lereng merupakan
sifat topografi yang dapat mempengaruhi besarnya longsoran tanah. Semakin
curam dan semakin panjang lereng maka makin besar pula aliran permukaan
dan bahaya longsor semakin tinggi.
2.4 CARA KERJA
Cara kerja dalam penggambaran peta desa Langaleso kecamatan Dolo yaitu
sebagai berikut: