Anda di halaman 1dari 7

Djedjen Achmad dan Kusumo Dradjad, Penambahan Polimer Terhadap…..

DAMPAK PENAMBAHAN POLIMER TERHADAP


KARAKTERISTIK BETON ASPAL
Djedjen Achmad dan Kusumo Dradjad Sutjahjo

Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Jakarta Kampus Baru UI, Depok
E mail: djedjen@gmail.com

Abstrak
Syntetic Rubber Latex atau getah karet buatan, merupakan salah satu polimer organik yang memperlihatkan resiliensi
(daya pegas) atau kemampuan meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat Bahan ini terdispersi dengan
stabil dalam suatu surfaktan yang mengandung air, berwarna putih seperti susu. Pada saat mengering patikelnya bersatu
membentuk lapisan film yang berlanjut. Polimer organik adalah suatu bahan yang terdiri atas molekul raksasa yang
dibentuk oleh sekumpulan molekul sederhana yang dikenal sebagai monomer dari hasil uji pada campuran panas (hot
mix) dengan mencampurkan aspal sebanyak 6.5 % dari berat campuran dan agregat yang telah dipanaskan dalam tempat
pemanas, diaduk pada suhu 140⁰ C dan dicampur polimer, lalu dicetak pada suhu 120⁰ C. Persentase polimer yang
dimasukkan adalah 10, 15 dan 20 % dari berat aspal. Dari hasil uji marshall menunjukkan semakin tinggi polimer
ditambahkan dampaknya adalah nilai flow semakin tinggi, sedangkan nilai stabilitas dan nilai marshall quotient nya
semakin rendah..

Kata kunci : polimer, beton aspal, marshall, stabiitas, flow

PENDAHULUAN
Perkerasan jalan dengan beton aspal lainnya. Berdasaran pemikiran tersebut maka
merupakan teknik yang paling murah dalam penelitian ini akan dicoba
dibandingkan dengan beton semen. Namun menggunakan polimer berupa lateks buatan
demikian, umur beton aspal relatif jauh lebih yang dicampurkan kedalam campuran beton
singkat dibandingkan dengan beton semen. aspal, sehingga dapat diketahui pengaruhnya
Usia pakainya lebih kurang antara 10 – 20 terhadap karakteristik beton aspal.
tahun, apalagi pada daerah tropis seperti di Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
Indonesia yang memiliki perubahan cuaca adalah mengetahui karakteristik beton aspal
sangat drastis dari panas terik menjadi hujan yang dicampur dengan polimer,
deras. Pada waktu panas aspal menjadi membandingkan karakteristik beton aspal
lembek sehingga pada waktu dilalui yang dicampur polimer dengan karakteristik
kendaraan menjadi plastis dan menghasilkan beton aspal yang tidak dicampur dengan
permukaan yang bergelombang. Sebaliknya polimer, mengetahui dampak dari
pada waktu hujan, aspal menjadi kaku dan penambahan polimer terhadap karakteristik
brittel yang mana bila dilalui kendaraan, beton aspal
beton aspal menjadi retak, pecah dan Dengan adanya penambahan polimer terhadap
berlubang yang berakhir kepada kerusakan campuran beton aspal, tentu akan berdampak
jalan. Untuk itu dalam pembuatan jalan perlu terhadap karakteristik beton aspalnya.
merubah bahan untuk beton aspal, diantaranya Masalah yang timbul adalah bagaimanakah
menggunakan campuran polimer berupa dampak dari penambahan polimer tersebut,
polimer binder berbentuk lateks (getah karet). apakah akan menaikkan kualitas beton aspal
Getah karet ini ada dua macam yaitu lateks atau sebaliknya.
alam dan buatan. Lateks alam sangat
tergantung kepada pohon karet sebagai Syntetic Rubber Latex
penghasil getah karet, dan getah tersebut Syntetic Rubber Latex atau getah karet buatan
banyak diserap oleh industri lain seperti merupakan salah satu polimer organik yang
industri ban kendaraan, atau industri sejenis memperlihatkan resiliensi (daya pegas) atau

32
POLI TEKNOLOGI VOL.10 NO.1, JANUARI 2011

kemampuan meregang dan kembali ke  Polychloroprene (CR) (Neoprene)


keadaan semula dengan cepat [1]. Bahan ini  Acrylonitric-Butadiene Rubber (NBR)
terdispersi dengan stabil dalam suatu b. Thermoplastic :
surfaktan yang mengandung air, berwarna  Polyacrylic Ester (PAE)
putih seperti susu. Pada saat mengering  Styrene- Acrylic (SA)
patikelnya bersatu membentuk lapisan film  Ethylene Vinyl Acetate (EVA)
yang berlanjut. Polimer organik adalah suatu  Vinyl Acetate – Ethylene (VAE)
bahan yang terdiri atas molekul raksasa yang
 Polyvinyl Acetate (PVAC)
dibentuk oleh sekumpulan molekul sederhana
 Polyvinylidene Chloride (PVDC)
yang dikenal sebagai monomer [2]
 Vinyl Acetate-acrylic Copolimer (VAC)
Polimer dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu homopolimer dan kopolimer. Suatu  Polyvinil Propionate
polimer disebut homopolimer, jika polimer  Polypropylene
tersebut dibuat oleh polimerisasi monomer  Pure acrylics (e.g., ethyl acrylate/methyl
yang sama jenisnya, tapi sebaliknya jika methacrylate)
terbuat dari monomer yang berbeda maka
disebut kopolimer. Getah karet alam adalah Aplikasi Polimer Binder
dispersi dari polyisoprene (suatu Di Amerika Serikat nama Vinyl Acetate –
homopolimer) yang telah mengalami Ethylene copolimer (VAE) telah lama
polimerisasi oleh pohon karet tersebut [2]. digunakan. Latex yang sama, Ethylene Vinyl
Jenis polimer untuk memperbaiki aspal keras Acetate (EVA) juga digunakan di Jepang dan
menurut ASTM [3] terdiri dari empat jenis, tempat lainnya. Polyvinylidene Chloride
yaitu jenis I styrene - butadiene atau styrene – (PVDC) telah lebih dahulu digunakan di
butadiene – styrene block copolimers, jenis II Amerika dan Jepang, terutama digunakan
styrene butadiene rubber latex atau sebagai bahan tambah mortar dan campuran
polychloroprene latex, jenis III ethyl vinyl beton. Sekarang ini pemakaian PVDC tidak
acetate, jenis IV modifikasi dispersi bukan lagi digunakan di kedua negara tersebut,
hubung silang dari styrene - butadiene – karena dapat menyebabkan karat pada besi
styrene block copolimers. Sedangan polimer dalam beton atau mortar. Poly Vinyl Acetates
untuk memperbaiki beton menurut ASTM C juga tidak direkomendasikan pada lingkungan
1042-85 dapat digolongkan menjadi dua jenis, yang basah dan tidak terlindung, sebab
yaitu jenis I, Reemulsifiable Latex, yaitu latex beberapa jenis dapat menyebabkan
yang tidak dapat digunakan pada tempat basah terhidrolisis atau pecah dan roboh secara
atau tempat yang memiliki kelembaban yang kimiawi[2].
tinggi. Jenis II yaitu yang bukan remulsifiable Dalam bidang jalan, beberapa syntetic rubber
latex yaitu latex yang dapat digunakan pada telah digunakan untuk bahan pencampur aspal
daerah atau tempat yang basah atau panas dengan hasil yang memuaskan. Dari
kelembabannya tinggi. penelitian Tjitjik Wasiah Suroso [4], didapat
Beberapa jenis dan formula latex telah banyak hasil dengan penambahan syntetic rubber
dikembangkan untuk memperbaiki sifat pada sebesar 3% dalam aspal akan menaikkan
mortar (aduk) dan beton. Di bawah ini ketahanan aspal pen 60 terhadap suhu dan
tercantum bahan polimer untuk pemakaian menurunkan aging index, sedangkan pada
tersebut beserta dengan singkatannya yang aspal pen 80 penambahan 3 % syntetic rubber
biasa digunakan[2]: menaikkan kepekaan terhadap suhu.
a. Elastomeric : Bukan hanya karet buatan saja, yang dapat
 Natural Rubber (NR) meningkatkan kualitas jalan, karet alam pun
 Styrene-Butadiene (SB) memiliki kegunaan yang sama, seperti hasil
penelitian Etiene Le Bouteiler (1993) yang
 Styrene-Butadiene Rubber (SBR)

33
Djedjen Achmad dan Kusumo Dradjad, Penambahan Polimer Terhadap…..

dikutip Kurniadji [5] menyebutkan bahwa sifat a. Penelitian laboratorium, dimana dilakukan
utama dari aspal yang diberi bahan tambah langsung pengujian di laboratorium sesuai
karet dibandingkan dengan aspal tanpa bahan dengan standard yang berlaku
tambah adalah : b. Penelitian kepustakaan, di mana dilakukan
 Viskositas yang lebih rendah pada analisa data hasil pengujian berdasarkan
temperatur yang rendah kepustakaan yang relevan.
 Viskositas yang lebih tingi pada
temperatur yang tinggi Rancangan penelitian
 Elastis dengan menjamin ketahanan Penelitian dilakukan pada beton aspal dengan
pelelehan plastis pada campuran kadar aspal 6.5 %, dari hasil uji sebelumnya
 Menambah daya ikat antar bahan-bahan dengan penambahan polimer 5, 10 dan 20 %,
dalam campuran. dibuat benda uji dengan metode Marshall.
Karet yang merupakan bahan polimer dapat Dari proses persiapan benda uji sampai
meningkatkan daya lekat antara agregat dalam pemeriksaan dengan alat Marshall, diperoleh
campuran beraspal. Hasil penelitian Piggot data sebagai berikut
W.NG (1977) yang dikutip Kurniadji[5] pada a. Kepadatan
pengujian flexural strength (beban tiga titik) b. Rongga dalam campuran
menunjukkan bahwa Lapis Beton Aspal c. Rongga terhadap agregat
(Laston) dengan aspal karet 30 %, lebih baik d. Rongga terisi aspal
dibandingkan Laston tanpa bahan tambah e. Stabilitas
karet. f. Flow
[6]
Hasil penelitian Leksminingsih g. Hasil bagi marshall
menunjukkan bahwa penambahan latek ke
dalam aspal minyak dapat meningkatkan mutu Variable penelitian.
aspal minyak. Aspal pen 60 yang ditambah a. Variabek bebas (faktor penelitian), sebagai
dengan karet alam lateks dengan kadar karet variable bebas dalam penelitian ini adalah
kering 60 % (KKK 60) dapat memenuhi persentase polimer, yaitu: 5, 10, 20 % dari
persyaratan sebagai bahan perkerasan baik berat aspal.
ditinjau dari sifat fisik bahan tersebut, maupun c. Variable terikat (parameter penelitian).
dari sifat campurannya dengan agregat ,serta Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kemudahan cara pencampurannya. kepadatan, rongga dalam campuran,
Hasil penelitian Iriansyah [7] menunjukkan rongga terhadap agregat, rongga terisi
bahwa hasil evaluasi di lapangan dengan aspal, stabilitas, flow, dan hasil bagi
menggunakan aspal karet (campuran antara marshall.
aspal pen 60/70 dengan 3% lateks KKK 60)
kinerja campuran lebih baik dibandingkan Teknik Pengolahan Data
dengan campuran aspal minyak, terutama Data hasil pengujian dihitung dengan mencari
dalam mengatasi deformasi permanen dan mean (rerata) dari masing-masing pengujian.
retak refleksi akibat perkerasan lama. Adapun uji test yang dipakai adalah :
1
X   xiin1
METODE PENELITIAN n
Metode penelitian menggunakan metode Keterangan
eksperimen dengan teknik pengambilan data X : harga mean dari tiap-tiap kelompok
melalui pengujian benda uji di laboratorium. n : Jumlah sampel dari tiap kelompok
Pada penelitian ini digunakan dua pendekatan, xi : besaran tiap-tiap sampel.
yaitu :
HASIL DAN PEMBAHASAN

34
POLI TEKNOLOGI VOL.10 NO.1, JANUARI 2011

Dari hasil pengujian yang dilakukan pada beton aspal, hasil pengujian dimasukkan
aspal keras, agregat kasar (screening) , agregat dalam table
halus (abu batu) dan uji marshall pada beton Dari table hasil uji marshall, kemudian dibuat
aspal yang dilaksanakan di Laboratorium grafik hubungan antara kadar polimer dalam
Pengujian Bahan, Jurusan Sipil Politeknik campuran, dengan sifat fisik pada masing-
Jakarta, di dapat hasil sebagai berikut : masing campuran. Hasilnya seperti terlihat
Dari hasil pengujian kasar dilihat dari berat pada Gambar 1.sampai dengan Gambar 6
jenisnya terutama berat jenis semu, nilainya Dari Gambar 1 terlihat jelas, semakin
masíh dalam batas yang diizinkan, yaitu meningkat penambahan polimer, maka
minimum 2.5, tetapi penyerapan airnya diatas kepadatan pada beton aspal semakin menurun,
batas yang diizinkan melebihi batas maximum hal ini disebabkan karena berat jenis polimer
3 %, demikian pula kadar lumpurnya lebih lebih rendah dari agtregat dan juga disebabkan
tinggi dari batas yang disyaratkan, yaitu max rongga dalam campuran (VIM) yang semakin
1 %. Sifat lainnya seperti abrasi dengan alat besar, seperti terlihat pada hasil pengujian
los angeles masih dalam batas yang diizinkan. VIM pada Gambar 4.
Hasil analisa saringan gradasi agregat kasar
% POLIMER VS KEPADATAN
tidak memenuhi spesifikasi agregat untuk
Laston AC-WC. 2.15
KEPADATAN (Gr/cm 3)

Hasil pengujian pada agregat halus dilihat dari 2.10


berat jenisnya, terutama berat jenis semu, 2.05
masíh dalam batas yang diizinkan, yaitu 2.00
minimum 2.5, tetapi penyerapan airnya sangat 1.95
tinggi diatas batas yang diizinkan yaitu 1.90
maximum 3 %, demikian pula kadar 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

lumpurnya lebih tinggi dari batas yang % POLIMER

disyaratkan, yaitu max 8 %. Sifat lainnya


seperti kesetraan pasir, masih dalam batas Gambar 1 Hubungan % Polimer dengan
yang diizinkan. Gradasi agregat halus juga Kepadatan
tidak memenuhi syarat Laston AC – WC,
untuk itu perlu digabungkan dengan screening
agar hasilnya memenuhi syarat. Dalam % POLIMER VS VMA

menggabungan agregat perlu dilhat pula 30.00


adanya daerah larangan. Gradasi agregat hasil 28.00
penggabungnan tidak boleh masuk ke dalam
V MA (%)

26.00
daerah larangan. 24.00
Hasil penggabungan agregat kasar (screening 22.00
) agregat halus (abu batu) dan semen sebagai 20.00
filler, dengan komposisi 40 % Screening : 50 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
% abu batu dan 10 % semen, gradasinya % POLIMER
memenuhi spesifikasi Laston AC : WC.
Gambar 2 Hubungan % Polimer dengan VMA
Hasil Pengujian Beton Aspal
Untuk menghitung sifat fisik pada benda uji,
perlu diketahui berat jenis aspal keras, berat Dalam Gambar 2 rongga dalam agregat
jenis agregat gabungan (bulk specific gravity), menjadi semakin besar dengan bertambahnya
berat jenis agregat effektif, dan berat jenis polimer dalam campuran. Hal ini disebabkan
maksimum campuran.Untuk memudahkan aspal yang biasa menyelimuti agregat
dalam menghitung sifat fisik dan mekanis sebagian diganti oleh polimer.

35
Djedjen Achmad dan Kusumo Dradjad, Penambahan Polimer Terhadap…..

Sifat polimer yang lebih encer dibandingkan agregat menjadi lebih rendah, efeknya adalah
aspal, akan cepat meresap kedalam batuan rongga dalam campuran (VIM) menjadi
(agregat) sehingga lapisan yang menyelimuti semakin besar, seperti terlihat pada Gambar 4
agregat menjadi tipis, akibatnya rongga dalam
agregat menjadi besar. % POLIMER vs STABILITAS

1100.00

STABILITAS ( KG )
1000.00
%POLIMER vs VFB 900.00
46.00 800.00
44.00
42.00 700.00
VFB (%)

40.00 600.00
38.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
36.00
34.00 % POLIMER
32.00
30.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 Gambar 5 Hubungan % Polimer dengan
% POLIMER Stabilitas

Gambar 3 Hubungan % Polimer dengan VFB


Hasil uji stabilitas seperti pda Gambar 5 pada
beton aspal yang dicampur dengan polimer,
Dari Gambar 3 dapat dianalisis, karena kadar ternyata dapat menurunkan stabilitas pada
aspal sebagian digantikan oleh polimer, maka campuran, hal ini disebabkan polimer
semakin bertambah kadar polimer dalam kekuatannya lebih rendah dibandingkan aspal,
campuran, kadar aspal menjadi lebih kecil, sehingga semakin besar kadar polimer dalam
sehingga rongga yang terisi aspal juga akan campuran kekuatannya lebih rendah,. Jika
menjadi rendah dibandingkan dengan persyaratan minimum
% POLIMER vs VIM (75X)
stabilitas untuk beton aspal, semuanya tidak
menunjukan hasil yang memuaskan karena
22.00
dibawah batas yang diizinkan yaitu minimum
20.00
18.00
800 Kg.
VIM (%)

16.00
14.00 %POLIMER vs FLOW
12.00
10.00 20.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
FLOW ( mm )

15.00
% POLIMER
10.00
Gambar 4 Hubungan % Polimer dengan VIM 5.00

0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
Bahan perekat yang digunakan adalah aspal % POLIMER
dan polimer, semakin tinggi bahan perekat
maka campuran semakin kecil kadar Gambar 6 Hubungan % Polimer dengan Flow
agregatnya, karena agregat dan bahan perekat
kadarnya 100 %. Polimer SBR yang
dicampurkan merupakan polimer yang Dari hasil uji flow (kelelehan) seperti pada
terdispersi dalam air. Pada waktu di aduk Gambar 6, ternyata semakin bertambah
banyak polimer dalam bahan perekat yang polimer nilai flow nya juga bertambah. Ini
meresap ke dalam batuan (agregat) sehingga menandakan bahwa perkerasan jalan yang
kadar bahan perekat yang menyelimuti menggunakan polimer lebih lentur

36
POLI TEKNOLOGI VOL.10 NO.1, JANUARI 2011

dibandingkan jika hanya menggunakan aspal dicampur dengan polimer dapat disimpulkan
saja. Ini sesuai dengan sifat latex yang sebagai berikut :
memiliki kemampuan meregang tinggi, 1. Semakin tinggi persentase polimer dalam
sehingga memberikan nilai flow yang lebih campuran, maka kepadatan semakin
besar, melebih dari yang disyaratkan, yaitu rendah, rongga dalam agregat (VMA)
antara 3– 5 mm semakin besar, rongga terisi aspal (VFB)
semakin kecil, rongga dalam campuran
% POLIMER vs MARSHALL QUOTIENT
(VIM) semakin tinggi, stabilitas semakin
rendah, flow semakin tinggi, dan marshall
MARSHALL QUOTIENT (

200.00

150.00
quotient semakin rendah.
KG/mm)

2. Dengan penambahan polimer terhadap


100.00
beton aspal dampaknya adalah menaikkan
50.00
nilai flow, ini sangat menguntungkan
0.00 karena perkerasan jalan menjadi lebih
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
% POLIMER
lentur, dan jika dilihat dari marshall
quotient nya menjadi semakin rendah,
Gambar 7 Hubungan % Polimer dengan artinya perkerasan jalan mampu mengikuti
Marshall Quotient deformasi akibat beban berulang dari lalu
lintas. Tapi seiring dengan penambahan
Marshall Quotient (MQ) adalah hasil bagi polimer stabilitasnya menjadi turun.
antara stabilitas dengan flow. Makin besar
nilai flow maka MQ semakin rendah. Nilai DAFTAR PUSTAKA
MQ juga merupakan indikator kelenturan [1] MP Stephens, terjemahan Iis Sopyan,
yang potensial terhadap keretakan. Dari “Kimia Polimer”, Pradnya Paramita,
gambar jelas terlihat semakin besar polimer Jakarta, 2001,
ditambahkan maka MQ nya semakin kecil, [2] V. Ramakrishnan, “Latex Modified
artinya kelenturan pada campuran semakin Concretes and Mortars”, Transportation
besar. Kelenturan yang tinggi akan Research Board, Washington DC, 1992
menyebabkan lapis perkerasan jalan mampu [3] American Society for Testing and
mengikuti deformasi akibat beban lalu lintas Materials, (1997) ASTM Standard,
berulang, tanpa menimbulkan retak dan Section 4, volume 04.03 , The ASTM,
peruban volume. Philadelphia
MQ digunakan juga untuk menilai kekakuan [4] Tjitjik Wasiah Suroso, “Hasil Penelitian
dari campuran, artinya semakin besar nilai Pendahuluan pengaruh penambahan
MQ maka campuran semakin kaku, kurang Syntetic Rubber (polimer) terhadap
fleksibel. Akibatnya perkerasan jalan mudah ketahanan Aspal Pen 60 dan 80 terhadap
retak. suhu (Pi) dan Pelapaukan (Aging
Tapi dilihat dari persyaratan untuk perkerasan Index)”, Jurnal Pusat Litbang Jalan
jalan, dari kesemua penambahan polimer 3(XII), Bandung, Oktober 1995,
nilainya dibawah batas yang diizinkan yaitu [5] Kurniadji, “Pengembangan Aspal Karet
minimum 250 kg/mm. Ini perlu dikaji ulang, dalam Meningkatkan Mutu Campuran
karena dengan bertambahnya nilai flow, maka Perkerasan Jalan”, Pusat Penelitian dan
nilai MQ nya menjadi lebih rendah. Pengembangan Jalan, Bandung, 1999
[6] Leksminingsih, “Prinsip- Prinsip Aspal
KESIMPULAN Karet”, Pusat penelitian dan
Dari beberapa sifat fisik dan mekanis yang Pengembangan Jalan, Bandung,1999
diuji terhadap campuran beton aspal yang

37
Djedjen Achmad dan Kusumo Dradjad, Penambahan Polimer Terhadap…..

[7] Iriansyah, “Kendali Mutu dan


Pelaksanaan Lapangan Aspal Karet“,
Pusat penelitian dan Pengembangan
Jalan, Bandung.

38

Anda mungkin juga menyukai