Oleh:
ZERLINA MUTIARA HIKMAH
115.200.047
Disusun Oleh :
(asisten)
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. TABEL KECEPATAN BATUAN
B. TURUNAN RUMUS ITM SATU LAPIS
C. TURUNAN RUMUS CDM SATU LAPIS
LEMBAR KONSULTASI
LEMBAR PENILAIAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian kali ini adalah praktikan dapat memahami cara
melakukan pengolahan data seismik menggunakan metode T-X yang terbagi
menjadi dua cara, yaitu ITM (Intercept Time Mehod) dan CDM (Critical
Distance Method) untuk mengetahui nilai kedalaman suatu lapisan dan juga
kecepatan rambat gelombang sehingga dapat menentukan litologi dari
lapisan tersebut.
Tujuan dilakukan penelitian kali ini adalah untuk mendapatkan hasil
berupa grafik dan profil bawah permukaan dari data sintetik tersebut
sehingga dapat diketahui informasi berupa kedalaman lapisan batuan, waktu
penjalaran gelombang, kecepatan rambat gelombang, dan litologi suatu
lapisan tersebut dilihat dari tabel kecepatan batuan
BAB II.
DASAR TEORI
2.1. Seismik Refraksi
Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengetahui penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu metode
untuk memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat menunjang
penelitian lainnya. Metode ini mencoba menentukan kecepatan gelombang
seismik yang menjalar di bawah permukaan. Metode seismik refraksi didasarkan
pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami refraksi dengan sudut kritis
tertentu yaitu bila dalam perambatannya, gelombang tersebut melalui bidang batas
yang memisahkan suatu lapisan dengan lapisan yang di bawahnya yang
mempunyai kecepatan gelombang lebih besar. Parameter yang diamati adalah
karakteristik waktu tiba gelombang pada masing-masing geophone (Fenti, 2006).
Gelombang yang terjadi setelah sinyal pertama (first break) diabaikan, karena
gelombang seismik refraksi merambat paling cepat dibandingkan dengan
gelombang lainnya kecuali pada jarak (offset) yang relatif dekat. Kecepatan yang
dimiliki oleh gelombang P lebih besar dibandingkan dengan kecepatan pada
gelombang S, maka waktu datang gelombang P yang digunakan dalam
perhitungan metode ini. Parameter jarak dan waktu penjalaran gelombang
dihubungkan dengan cepat rambat gelombang dalam medium. Besarnya
kecepatan rambat gelombang dikontrol oleh konstanta fisis yang terdapat pada
material.
Gelombang seismik refraksi yang dapat terekam oleh receiver pada
permukaan bumi hanyalah gelombang seismik refraksi yang merambat pada batas
antar lapisan batuan. Hal ini hanya dapat terjadi jika sudut datang merupakan
sudut kritis atau ketika sudut bias tegak lurus dengan garis normal (r = 90 o
sehingga sin r =1). Hal ini sesuai dengan asumsi awal bahwa kecepatan lapisan
dibawah interface lebih besar dibandingkan dengan kecepatan diatas interface
(Nurdiyanto 2011).
bervariasi dari titik ke titik). Apabila dipilih titik pada wavefront, dan
...........................................(2.1)
Gambar 2.4. Kurva Travel Time (atas) dan Penjalaran Gelombang Refraksi Satu
Lapisan (La Hamimu, 2017)
Gambar (2.4) menjelaskan bahwa titik S adalah sumber dan G adalah geophone,
dan S-A-B-G adalah jejak penjalaran gelombang refraksi, maka persamaan waktu
total (Tt) untuk satu lapisan mulai dari source ke geophone yaitu:
dan merupakan slope atau kemiringan tendensi waktu gelombang
langsung dan refraksi. Persamaan () dan () hanya berlaku apabila surveynya
menggunakan penembakan maju. Dengan kata lain, kecepatan didapatkan dari
Gambar 2.7. Penjalaran gelombang seismik untuk medium tiga lapis horizontal
(Susilawati, 2004)
atau
Gambar 2.8. Kurva tavel time pada tiga lapisan datar (Sismanto,1999)
dengan cara yang sama, waktu rambat untuk penembakan arah O1 –O (Up-Dip)
adalah,
Perlu diingat bahwa waktu rambat dari O-O1 (Down-Dip) sama dengan waktu
rambat dari O1 -O (Up-Dip). Secara ringkas kedua persamaan td dan tu di atas
dapat dituliskan sebagai :
Vd dan Vu disebut sebagai kecepatan semu (apparent velocity). Sedangkan
besarnya sudut kemiringan dan sudut kritis dihitung dari hubungan kedua
persamaan (), yaitu:
Untuk tiga lapis datar menggunakan jarak kritis X c2. Cara ini menggunakan titik
potong antara grafik T2 dan T3. Kedua grafik T2 dan T3 berpotongan di titik (XC2,
TC2). T2 grafik hubungan antara waktu tiba dengan jarak untuk lapisan kedua.
Sedangkan grafik T3 untuk lapisan ketiga. Dengan menggunakan persamaan ()
dan T = T3 dan persamaan () T = T2 untuk T2 = T3 maka diperoleh