Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR

METODE SEISMIK TG3105

MODUL KE – 06
PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI BAGIAN 2 :
PREPROCESSING (SIMPLIFIED)

Oleh:
M Rizki Adi Purnomo 121120052

Asisten :
Surya Catur Febrian 118120046
Ravika Glori O. Hutagalung 120120069
Yoel Sanove H. Sebayang 120120075
Zaliya Ragina 120120091
Hilaludin Akbar 120120114
Natal Hutajulu 120120121
Muhamad Arif Samsudin 120120158
Josma Hardianto Damanik 120120183

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... ii

I. TUJUAN PRAKTIKUM ..................................................................................... 1

II. DASAR TEORI .................................................................................................... 1

2.1 Metode Seismik Refleksi ..................................................................................... 1

2.2 Pre-Processing .................................................................................................... 2

III. LANGKAH PENGERJAAN ............................................................................... 6

3.1 Langkah Kerja ..................................................................................................... 6

3.2 Diagram Alir ...................................................................................................... 11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 15

4.1 Hasil ................................................................................................................... 15

4.2 Pembahasan ....................................................................................................... 19

V. KESIMPULAN .................................................................................................. 23

LAMPIRAN ............................................................................................................... 24

i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Ilustrasi prinsip kerja seismik refleksi .......................................................... 1
Gambar 2 Diagram Alir .............................................................................................. 14
Gambar 3 Hasil Trace Display Top Mute Awal ......................................................... 15
Gambar 4 Hasil Trace Display Top Mute Tengah ...................................................... 15
Gambar 5 Hasil Trace Display Top Mute Akhir ......................................................... 16
Gambar 6 Hasil Trace Display Decon Awal ............................................................... 16
Gambar 7 Hasil Trace Display Decon Tengah ........................................................... 17
Gambar 8 Hasil Trace Display Decon Akhir .............................................................. 17
Gambar 9 Hasil Trace Display Prepro Awal............................................................... 18
Gambar 10 Hasil Trace Display Prepro Tengah ........................................................ 18
Gambar 11 Hasil Trace Display Prepro Akhir ............................................................ 19

ii
I. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan Praktikum kali ini adalah sebagai berikut :


1. Memahami cara mempersiapkan data seismik agar dapat dilakukan pengolahan
data utama (Main Processing) seperti Editing, Dekonvolusi, dan True Amplitude
Recovery

II. DASAR TEORI

2.1 Metode Seismik Refleksi

Metode seismik refleksi adalah salah satu metode geofisika yang memanfaatkan
penjalaran gelombang seismik untuk dapat mengetahui kondisi geologi bawah
permukaan. Gelombang seismik tersebut dihasilkan oleh source buatan, seperti
dinamit ataupun hantaman palu ke tanah. Ketika gelombang tersebut menjalar di
bawah permukaan dan melewati litologi batuan serta ketika gelombang tersebut
melewati batas litologi maka informasi itu akan terekam pada receiver seismik.
Tujuan dari penelitian dengan metode seismik ini adalah untuk mengetahui
informasi tentang kondisi geologi, khususnya mengenai kondisi geologi di bawah
permukaan di daerah penelitian. (Prahesti, 2013)

Gambar 1 Ilustrasi prinsip kerja seismik refleksi

Terdapat beberapa tipe-tipe data penyimpanan pada rekaman data seismik, yaitu
sebagai berikut :

1
1. SEG-Y digunakan untuk memetakan dan mengukur sifat-sifat bawah
permukaan bumi.
2. SEG-D merupakan data lapangan yang diterima receiver atau geophone.
3. SEG-2 merupakan format data untuk membuat kode.

Pengolahan data seismik bertujuan untuk mengubah data seismik dari hasil
recording di lapangan menjadi suatu penampang seismik (stack) yang kemudian
dilakukan interpretasi dari penampang tersebut. Sedangkan tujuan pengolahan data
seismik adalah untuk menghasilkan penampang seismik dengan kualitas signal to
noise ratio (S/N) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan
refleksi/pelapisan batuan bawah permukaan, sehingga dapat dilakukan interpretasi
keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan bumi seperti
kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan data seismik didefinisikan
sebagai suatu tahapan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal. Secara prinsip,
tahapan dalam pengolahan data seismik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
sebagai berikut Pre Processing atau Editing (Conditioning Data), Main Processing,
Post Processing (Fauzan, Warnana, & Syaifudin, 2017).

2.2 Pre-Processing
Urutan pengolahan data seismik dapat berbeda-beda tergantung dari perangkat
lunak yang digunakan. Namun secara umum atau secara garis besar urutan
pengolahan suatu data seismik pada tahan pre processing adalah sebagai berikut :
a. Input Data
Pada tahap ini dilakukan pembacaan raw data seismik, sesuai dengan
standar atau parameter yang ditentukan oleh media penyimpan (tape) data
seismik tersebut. Raw data seismik yang diinput harus sesuai dengan format
media penyimpan data (tape) yang telah ditentukan. Data seismik dalam
bentuk digital direkam dalam pita magnetic dengan standar format tertentu.
Magnetic tape yang digunakan biasanya adalah sembilan stack tape dengan
format SEG-A, SEG-B, SEG-C, dan SEG-Y. Data seismik direkam dalam
bentuk multiplex. Pada dasarnya, proses pengolahan ini bertujuan untuk

2
menyiapkan data yang bagus untuk proses pengolahan data yang belum di
stack.
Misalkan raw data tersimpan dalam format SEG-Y, maka perintah yang
digunakan adalah SEG-Y Input. Dalam bentuk ini, susunan kolom matriks
menyatakan urutan data dari masing-masing stasiun penerima, sedangkan
baris matriksnya menyatakan urutan data dari perekaman seismik. Hal
pertama yang harus dilakukan adalah demultiplexing data, yaitu mengurutkan
kembali data seismik untuk masing-masing stasiun penerima sehingga
membentuk suatu trace seismik (Aslam & Lestari, 2016).

b. Demultiplexing
Secara matematis demultiplex dapat dilihat sebagai transpose matriks
yang sangat besar sehingga kolom matriks transposei jadi terbaca sebagai
rekaman trace seismik pada offset yang berbeda untuk setiap Common Shot
Point (CMP). Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita
magnetik lapangan sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah
susunannya. Data yang tersusun berdasarkan urutan pencuplikan disusun
kembali berdasarkan receiver atau channel (demultiplex). Data lapangan yang
dikerjakan memiliki beberapa konfigurasi tipe spread, panjang streamer,
streamer source, receiver, dan multichannel (Hasanudin, 2005).

c. Geometri
Pembangunan model geometri perlu dilakukan untuk memberikan
konfigurasi dan label pada header data seismic yang dimiliki sehingga dapat
memudahkan dalam processing data, seperti dalam sorting data. Sorting data
sangat penting peranannya dalam processing data, karena untuk beberapa
process, data harus disorting dalam parameter tertentu. Oleh sebab itu,
parameter pembangun geometri haruslah sesuai dengan data yang dimiliki
agar data yang digunakan dalam processing tidak keliru. (HIDAYATULLAH,
2010)

3
d. Dekonvolusi

Dekonvolusi merupakan suatu proses untuk mengembalikan hasil


dekonvolusi (invers dari konvolusi). Dekonvolusi juga merupakan suatu
proses untuk menghilangkan wavelet seismik sehingga yang tersisa hanya
estimasi dari reflektivitas lapisan bumi.Sebagaimana kita ketahui bahwa data
seismik merupakan hasil konvolusi dari wavelet dan koefisien refleksi. Untuk
menghilangkan pengaruh wavelet, maka diperlukan proses dekonvolusi
sehingga yang tersisa hanya keofisien refleksi. Secara garis besar metoda
dekonvolusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu deterministik dan statistic
(Ubaidillah, 2009)
Dekonvolusi deterministik adalah dekonvolusi menggunakan operator filter
yang sudah diketahui atau didesain untuk menampilkan suatu bentuk tertentu,
contoh dekonvolusi deterministik adalah spiking deconvolution. Dekonvolusi
statistik adalah apabila terdapat desain filter yang tidak diketahui, kita dapat
memperolehnya secara statistik dari data itu sendiri, contoh dari dekonvolusi
statistik adalah dekonvolusi prediktif. Metode dekonvolusi yang digunakan
pada penelitian ini merupakan dari metode dekonvolusi prediktif. Untuk
mengaplikasikan proses dekonvolusi, perintah yang digunakan pada modul
ProMAX ialah Spiking/Predictive (Manrulu R. H., 2009)

e. True Amplitude Recovery (TAR)

Pada penjalaran gelombang seismik dari sorce ke reflector dan kemudian


ke receiver di permukaan, energi gelombang akan semakin melemah karnea
beberapa sebab, diantaranya faktor jarak atau geometri (spherical divergence)
dan proses penyerapan tenaga oleh lapisan batuan yang dilaluinya. Besarnya
amplitude yang terekam oleh receiver berbanding lurus dengan energi
gelombang seismic yang diterima oleh receiver tersebut. True amplitude
recovery pada intinya bertujuan untuk memunculkan amplitudo-amplitudo
gelombang seismik yang lemah setelah faktor penguatan oleh amplifier
diangkat dari dalamnya gain removal). Gain removal adalah suatu proses

4
membuang penguatan yang dilakukan oleh amplifier karena setelah penguatan
akan dibuang sinyal-sinyal refleksi akan menjadi demikian lemah, maka
penguatan amplifier ini digantikan oleh penguatan lain yang nilai-nilainya
didapat dari experimental gain curve yang dianggap lebih cocok untuk daerah
yang diselidiki (Ubaidillah N. , 2009).
True Amplitude Recovery (TAR) ini sendiri dilakukan untuk
mengompensasi pelemahan, penurunan energi dalam satuan luas (spherical
divergence), serta untu efek lainnya dengan menyesuaikan amplitudo data.
Tujuannya untuk memperoleh amplitudo gelombang seismik yang
sebenarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya amplitudo
gelombang seismic diantaranya adalah kekuatan sumber ledakan, Hamburan
gelombang oleh struktur-struktur yang runcing, variasi koefisien refleksi
terhadap sudut datang gelombang atau terhadap offset, atenuasi dan absorpsi,
serta pantulan berulang atau multiple oleh lapisan-lapisan tipis (Manrulu,
Jambonada, Ashari, & Suasdin, 2016).

5
III. LANGKAH PENGERJAAN
3.1 Langkah Kerja
1. Buka aplikasi ProMAX, pilih area data yang sebelumnya telah dilakukan
tahap preprocessing bagian 1.
2. Pilih Flow “0. Trace Display”, ganti dataset pada “Disk Data Input”
menjadi “2. Geom”, “Trace read option” menjadi “Sort”, “Interactive
Data Acccess” menjadi No, dan “Select primary trace header entry”
menjadi “Live Source Number”.

3. Adapun pada “Trace Display” ubah “Primary trace labeling header entry”
menjadi “Live Source Number” dan “Secondary trace labeling head
entry” diganti menjadi “Recording Channel Number”. Lalu, klik Execute
hingga muncul jendela baru.

6
4. Pilih “Pick Top Mute” pada menu picking, masukkan nama “topmute1”
lalu ok, Pada “Trace Header Entries” pilih Chan dan ok.

5. Lakukan proses picking top mute untuk memperoleh data refleksi dan
membuang komponen data nonrefleksi.
6. Buat Flow baru yaitu “3. Editing”. Setelah masuk pada bagian editing
flow, kita perlu menambahkan beberapa subflow yaitu Disk Data Input,
Trace Muting, Disk Data Output, -----Add Flow Comment-----, Disk Data
Input, Spiking/Predictive decon, True Amplitude Recovery, dan Disk
Data Output, dengan cara MB1 pada subflow yang diinginkan dari
database yang ada dibagian kanan layar.

7. Nonaktifkan subflow selain 3 baris terbawah (dibawah --- Add Flow


Comment---). Setelah itu, pada “Disk Data Input” masukkan “2. Geom”
pada parameter “Select dataset”.

7
8. Pada “Trace Muting” masukkan hasil picking top mute (topmute1) di
parameter “Select mute parameter file”.

9. Pada “Disk Data Output” masukkan variabel baru “3. Edit” pada
parameter “Output Dataset Filename”. MB1 Execute dan tunggu hingga
proses selesai.

10. Kembali ke flow “0. Trace Display” tanpa mengubah parameter untuk
melakukan muting sebelumnya (lihat langkah 1) kecuali dataset pada
“Disk Data Input” menjadi “3. Edit”, MB1 Execute hingga muncul
tampilan data seismik.

8
11. Pilih menu Picking Pick Miscellaneous Time Gates dan masukkan nama
tabel baru “decon1” lalu ok. Pada “Trace Header Entries” pilih chan lalu
ok.

12. Picking batas atas yang akan dilakukan dekonvolusi pada setiap source,
lalu klik kanan pada layar New Layer hingga muncul “(2) decon1” pada
kotak kecil pojok kanan layar picking batas bawah.

13. Kembali ke flow “3. Editing” dan nonaktifkan selain subflow dibawah “-
-- Add Flow Comment---“. Masukkan nilai 4 pada “dB/sec correction
constant” di subflow “True Amplitude Recovery”.

9
14. Di subflow “Spiking/Predictive Decon”, Masukkan nilai 100 pada
“Decon operator length(s), pilih “Yes” pada “Get decon gates from
database?” Pilih “decon1” (hasil langkah 6) pada parameter “Select decon
date parameter file”.

15. Pada subflow “Disk Data Output” buat variabel baru “4. Prepro” di
“Output Dataset Filename”. MB1 Execute dan tunggu hingga proses
selesai.

16. Kembali ke flow “0. Trace Display” tanpa mengubah parameter untuk
melakukan muting sebelumnya (lihat langkah 1) kecuali dataset pada
“Disk Data Input” menjadi “4. Prepro”, MB1 Execute hingga muncul
tampilan data seismik.

10
3.2 Diagram Alir

Mulai

Buka aplikasi ProMAX

Pilih area sebelumnya

Pilih flows “0. Trace Display”

Input label “2. Geom”

Set up subflow “Disk Data Input”

Set up subflow “Trace Display”

Execute

Trace gelombang seismik

Picking top mute

“topmute1”

11
Add flows “3. Editing”

Add subflow “Disk Data Input”, “Trace Muting”, “Disk Data Output”, “-----Add
Flow Comment-----", “Disk Data Input”, “Spiking/Predictive decon”, “True
Amplitude Recovery”, dan “Disk Data Output”

Nonaktifkan subflow selain 3 baris pertama (diatas --- Add Flow


Comment---)

Input label “2. Geom”

Input “topmute1”

Add label “3. Edit”

Output pada label “3. Edit”

Execute

Kembali pada flows “0. Trace Display”

Input label “3. Edit”

12
Execute

Trace gelombang seismik hasil proses topmute

Picking dua layer dengan pick Miscellaneous Time Gates

“decon1”

Kembali pada flows “3. Editing”

Nonaktifkan subflow diatas --- Add Flow Comment---

Sesuaikan parameter dB/sec correction constant pada


subflow “True Amplitude Recovery”

Sesuaikan parameter Decon operator length(s) dan Get decon gates


from database? pada subflow “Spiking/Predictive Decon”

Input decon1 pada parameter select decon date parameter


file

Add label “4. Prepro”

13
Execute

Trace gelombang seismik hasil muting, dekonvolusi, dan true


amplitude recovery

Selesai

Gambar 2 Diagram Alir

14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Trace Display Top Mute Awal

Gambar 3 Hasil Trace Display Top Mute Awal

2. Trace Display Top Mute Tengah

Gambar 4 Hasil Trace Display Top Mute Tengah

15
3. Trace Display Top Mute Akhir

Gambar 5 Hasil Trace Display Top Mute Akhir

4. Trace Display Decon Awal

Gambar 6 Hasil Trace Display Decon Awal

16
5. Trace Display Decon Tengah

Gambar 7 Hasil Trace Display Decon Tengah

6. Trace Display Decon Akhir

Gambar 8 Hasil Trace Display Decon Akhir

17
7. Trace Display Prepro Awal

Gambar 9 Hasil Trace Display Prepro Awal

8. Trace Display Prepro Tengah

Gambar 10 Hasil Trace Display Prepro Tengah

18
9. Trace Display Prepro Akhir

Gambar 11 Hasil Trace Display Prepro Akhir

4.2 Pembahasan
Pada hasil praktikum modul 6 kali ini yang berjudul “Pengolahan Data
Seismik Refleksi Bagian 2: Preprocessing (Simplified)” akan membahas
mengenai fungsi masing-masing flow yang digunakan pada modul 6 ini
terdapat pada software ProMax yang dibuka melalui VirtualBox dan
membandingkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Setelah
membuka software ProMax melalui VirtualBox, buat menu Line dan buat
menu Flow. Terdapat 4 menu Flow yang terdiri dari “0.Trace Display”,
“1.Input data”, “2.Geometry”, dan “3.Editing”. Pada Flow “0. Trace display”
berfungsi untuk menampilkan trace gelombang yang telah di masukkan pada
flow 1. Input data ataupun data yang baru diolah pada flow “2. Geometry” dan
flow “3. Editing”. Pada Flow “1. Input” data dan “2. Geometry” berfungsi
untuk pengolahan data. Pada Flow “3. Editing” berfungsi untuk membuat

19
subflow input dan output data baru hasil muting yang telah dilakukan pada
trace data geometry dan hasil dekonvolusi data editing yang telah dilakukan
pada trace data editing. Dengan begitu flow “0. Trace display” dapat
menjalankan fungsinya yaitu menampilkan hasil data yang telah diolah yaitu
data “3. Edit” dan “4. Prepro”. Pada percobaan kali ini, akan melakukan
pengolahan data seismik refleksi bagian kedua, yaitu Preprocessing
(Simplified) dengan masih menggunakan flows yang sama seperti
sebelumnya, hanya saja kita menambahkan satu flows pada pengolahan bagian
kedua ini.
Pada praktikum kali ini menggunakan empat buah flows, yaitu “1. Input
Data”, “0. Display Data”, “2. Geometry”, dan “3. Editing”. Pada flow “1.
Input Data” dilakukan pembacaan raw data seismik, sesuai dengan standar
atau parameter yang ditentukan oleh media penyimpan (tape) data seismik
tersebut atau secara sederhana ini merupakan flows yang dibuat untuk
memasukkan model sintetik sesuai dengan format media tape yang telah
ditentukan, output dataset dari raw data ini dapat diletakkan pada sebuah label
dengan menggunakan sub flows Disc Data Output. Misalkan raw data
tersimpan dalam format SEG-Y, maka perintah yang digunakan adalah SEG-
Y Input. Flows selanjutnya adalah “0. Display Data”, sesuai dengan namanya
flows ini berfungsi untuk menampilkan rekaman data seismik (trace seismik)
dari model sintetik dalam bentuk tipe gather yang diinginkan. berfungsi untuk
menampilkan rekaman data seismik dari model sintetik dalam bentuk shot
gather dan CMP Gather.
Input Data merupakan flows yang dilakukan untuk pembacaan raw data
seismik sesuai dengan standar atau parameter yang ditentukan oleh media
penyimpan (tape) data seismik tersebut. Tahap pengerjaan yang dilakukan
dalam flow ini adalah me-loading data seismik dengan langkah-langkah
sebagai berikut. Pertama, input raw data seismik sesuai dengan format media
penyimpan data (tape) yang telah ditentukan. Misalkan raw data tersimpan
dalam format SEG-Y, maka perintah yang digunakan adalah SEG-Y Input.

20
Kedua, output dataset raw data ini dengan suatu nama, misalnya “Raw Data”
dengan menggunakan Disk Data Output.
Flows selanjutnya yaitu “2. Geometry”, Pada flow ini dilakukan
pendefinisian geometri dari data yang telah di-loading sesuai dengan geometri
penembakan pada saat pengambilan data di lapangan. Informasi mengenai
geometri akan menjadi suatu identitas (header) dari trace seismik yang
terekam dan akan menjadi satu atribut yang paling penting dalam pengolahan
data seismik. Flows terakhir adalah “3. Editing” pada flow ini, akan
diaplikasikan trace editing, deconvolution, dan true amplitude recovery.
Terdapat dua cara untuk melakukan trace editing, yaitu killing dan muting.
Pada proses editing juga dilakukan dekonvolusi.
Pada praktikum kali ini tidak dilakukan proses killing karena tidak
terdapat yang rusak pada tampilan trace yang dihasilkan. Sehingga tidak
diperlukan proses killing dalam menghilangkan suatu trace yang mati atau
yang sulit untuk dikoreksi pada percobaan kali ini. Namun, sebelumnya perlu
dilakukan tes parameter decon terlebih dahulu untuk mengetahui harga
operator decon terbaik. Kemudian, proses muting perlu dilakukan pada
praktikum kali ini karena pada trace yang dihasilkan karena terdapat bagian –
bagian trace yang perlu dibuang atau dipotong untuk mendapatkan hasil trace
yang bagus untuk di picking secara manual. Pada praktikum kali ini
menggunakan jenis muting untuk memotong trace bagian atas, yaitu top mute.
Gelombang yang tidak dilibatkan dalam pengolahan data seismik refleksi
akan dibuang. Even-even pertama yang direkam adalah direct wave yang
dihilangkan dengan melakukan mute. Namun sebelum melakukan tahapan
tersebut, harus dilakukan picking terlebih dahulu.
Pengaruh predictive decon dan true amplitude recovery terhadap
pengolahan data seismik yaitu pada kegunaan dari predictive decon yakni
untuk menjadi desain filter dalam memperoleh data statistik, predictive decon
sendiri dilakukan dengan cara membagi bagian – bagian yang dapat diprediksi
dari trace seismik untuk kemudian dihilangkan. Sementara pengaruh dari

21
True Amplitude Recovery untuk mengkompensasi suatu pelemahan atau
penurunan energi suatu trace dalam satuan luas dan untuk menyesuaikan
amplitude data tersebut yang bertujuan untuk memperoleh dan memunculkan
amplitude gelombang seismik yang sebenarnya.
Terdapat perbedaan pada data editing sebelum dilakukan dekonvolusi dan
recovery amplitudo yaitu masih terdapat wavelet yang panjang, hal tersebut
berpengaruh pada berkurangnya kemampuan wavelet untuk membedakan
suatu perlapisan dan nilai amplitudo yang rendah karena faktor jarak atau
geometri serta proses penyerapan tenaga oleh lapisan batuan yang
dilewatinya. Pada data hasil preprocessing memperlihatkan wavelet yang
sudah rapih karena telah dilakukan proses dekonvolusi sehingga dapat
membedakan antara suatu lapisan batuan dengan lapisan batuan lain dan telah
dilakukannya proses recovery amplitudo yang lemah sehingga dapat
mengembalikan energi yang hilang. Hal tersebut mengakibatkan amplitudo
gelombang yang lebih representatif di daerah perlapisan tersebut. Dapat
disimpulkan terdapat tiga lapisan dibawah permukaan dengan kecepatan per-
tiap lapisan yang berbeda dimana pada lapisan pertama rentang kecepatannya
berada pada 0 ms - 200 ms. Lapisan kedua rentang kecepatannya berada pada
250 ms - 450 ms. Lapisan ketiga rentang kecepatannya berada pada 800 ms -
950 ms. Output yang dihasilkan berupa trace display yang lebih rapih dan
dapat menjelaskan lapisan dengan jelas dan dapat dibedakan.
Dilakukan proses editing dan preprocessing pada lapisan dengan
permukaan miring dan datar. Pada lapisan datar, menghasilkan berupa trace
yang membentuk lapisan yang datar. Sedangkan pada lapisan miring
menghasilkan trace yang membentuk gelombang yang memantul pada lapisan
miring. Hak tersebut terlihat dari gelombang pantul yang terbentuk.
Perbandingan antara trace display data editing dengan trace display prepro
adalah pada hasil editing masih sedang dalam proses pengilangan beberapa
bagaian yang terdapat pada noise, sedangkan pada hasil trace display prepro

22
sudah terjadi penghilangan noise tersebut sehingga pola datanya terlihat
dengan baik

V. KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum kali ini dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Preprocessing dilakukan pada proses pengolahan data seismik agar diperoleh
data yang dapat dikatakan lebih siap untuk diolah pada tahap main processing.
2. Proses editing pada preprocessing bertujuan untuk membuang komponen data
nonrefleksi sehingga akan diperoleh data dengan komponen refleksi saja.
3. Proses deconvolution bertujuan untuk meningkatkan resolusi pada trace
seismic, proses ini akan menghilangkan efek dari wavelet sehingga trace
hanya menyisakan estimasi refleksitas lapisan bumi.
4. Proses True Amplitude Recovery bertujuan untuk mengembalikan amplitudo
yang hilang akibat efek atenuasi.
5. Jika mengacu pada prinsip Huygens bahwa setiap titik bisa menjadi sumber
gelombang selanjutnya sehingga dapat terjadi atenuasi, maka pada tahap ini
juga dilakukan pengembalian energi melalui True Amplitude Recovery.

23
LAMPIRAN

Gambar 12 ss flow fullscreen

24
BUKTI MENGIKUTI PRAKTIKUM

25

Anda mungkin juga menyukai