MODUL2
WELL TIE
JAKARTA – INDONESIA
© 2020 – TEKNIK GEOFISIKA
LAPORAN PRAKTIKUM
Teknik Geofisika, Universitas Pertamina
Modul 2 Well Tie
Mata Kuliah GP3204 Interpretasi Seisik Refleksi
I. PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini, adalah:
1.1.1. Dapat membuat sintetik seismogram.
1.1.2. Dapat memahami dan melakukan korelasi atau pengikatan data
sumur dengan data seismik.
B. Seismogram Sintetik
C. Check-Shot Survey
Survei ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan hubungan
antara waktu dan kedalaman yang diperlukan dalam proses
pengikatan data sumur terhadap data seismik. Prinsip kerja survey
ini dapat dilihat pada gambar 3-5. Survei ini memiliki kesamaan
dengan akuisisi data seismik pada umumnya namun posisi geofon
diletakkan sepanjang sumur bor, atau dikenal dengan survey
Vertical Seismik Profilling (VSP). Sehingga data yang didapatkan
berupa one way time yang dicatat pada kedalaman yang
ditentukan sehingga didapatkan hubungan antara waktu jalar
gelombang seismik pada lubang bor tersebut.
III. METODOLOGI
START
Dibuka Software
Petrel
Data Checkshot
Pengaturan Data
Log
Ekstraksi
Wavelet
Sintetik
Seismogram
STOP
Pada bagian Well Section Template, drag log LithoDensity (LDL) ke log
Neutron (CNL) . Lakukan hal yang sama pada log Resistivity Shallow
(LLS) ke log Resistivity Deep (LLD).
(a)
(b)
Gambar 5 (a) dan (b). Well Section Template
Lakukan langkah diatas pada log LDL, LLD, LLS, dan CNL sehingga
ditampilkan gambar dibawah ini
Dimasukkan data checkshot pada sumur MP-A dengan mengklik kanan MP-
A pada bagian input, klik Import (on selection), dipilih data checkshot
dengan mengubah tipe data menjadi format ACII.
Setelah itu klik well section window, pada import checkshot MP-A, kolom 1
diisi atribut dengan TVD dan unit feet, sedangkan untuk kolom 2 diisi
atribut TWT dengan unit second, lalu klik OK. Lakukan hal yang sama
untuk MP-B dan MP-C
Gambar 8. Import Checkshots
Kemudian klik ikon Launch Wavelet Toolbox, lalu diisi parameter pada
Wavelet toolbox seperti length sebesar 125 ms, sample rate 2 ms, dan
Central frecuency sebesar 25 Hz. Di bagian Operation phase diubah
menjadi 0, klik OK.
Lakukan langkah yang sama untuk sumur MP-B dan MP-C senhingga
ditampilkan window seperti gambar 11 dibawah.
Dibuka file yang telah dikerjakan sebelumnya, lalu dipilih data sumur MP-
A, klik Seismic well tie dipilih correlation, atur daerah interest atau yang
diinginkan. (Ulangi langkah yang sama di sumur MP B dan MP C)
Gambar 14. Pengaturan Daerah Interest Seismic Well Tie
(a)
(b)
(c)
Gambar 15 (a), (b), (c). Hasil Korelasi sumur MP-A, MP-B,MP-C terhadap
seismik (kiri) dan cross correlation (kanan)
Selesai.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum modul 2 "Well Seismic Tie" memiliki tujuan yaitu
untuk dapat melakukan pengikatan data sumur terhadap data seismik.
Dalam melakukan proses well sesimic tie hal yang harus dilakukan yaitu
membuat sitettik seismogram dimana dalam pembuatannya dibutuhkan
data checkshot dan wavelet. Data checkshot berfungsi untuk memperoleh
hubungan waktu terhadap kedalaman yang mana data sumur yaitu data
dalam kedalaman sedangkan seismik yaitu data dalam waktu. Hal yang
perlu diperhatikan dalam sintetik seimogram ini yaitu proses ekstraksi
wavelet, dimana jenis dan besar frekuensi wavelet sangat berpengaruh
pada sintetik seismogram yang dihasilkan.
Pada pembuatan sintetik seismogram ini digunakan metode
analytical dengan jenis ricker wavelet dengan frekuensi sebesar 25 Hz,
panjang gelombang sebesar 128 ms, dan sample rate sebesar 2 ms.
Frekuensi 25 HZ umum digunakan dan besar frekuensi ini biasanya
sesuai dengan frekuensi data seismik pada umumnya. Besar frekuensi
yang digunakan dapat berpegaruh pada sintetik seismogram, apakah
sudah cocok dengan data seismik. Berdasarkan pengolahan yang telah
dilakukan terlihat dengan frekuensi 25 Hz sudah memperlihatkan
kecocokan antara wavelet dengan data seismik ( gambar 13 (a), (b), dan
(c) ) maka dari itu proses well sesimic tie dapat lebih mudah untuk
dilakukan.
Setelah pembuatan sintetik seismogram dilakukan proses
stretching dan squeezing dalam well sesimic tie, hal ini dilakukan agar
data sumur berkorelasi dengan data seismik.
Gambar 17. Korelasi Data Sumur MP-A
Pada gambar 17 atas bagian kiri dan kanan merupakan data seismik
sedangkan bagian tengah merupakan sintetik seismogram yang lakukan
stretch dan squeeze hingga menghasilkan data yang berkorelasi seperti
pada yang ditandai oleh lingkaran hitam. Pada sumur MP-A diperoleh
nilai maksimum korelasi sebesar 0.755 dimana nilai ini tidak terlalu jauh
dari nilai maksimum korelasi sebesar 0.6 yang biasanya menjadi acuan
seberapa besar data sudah berkorelasi, nilai korelasi ini berdasarkan
kemiripan sintetik seismogram dengan trace seismik, selain itu baiknya
korelasi data sumur dan data seismik ditunjukkan dengan gambar 17
bawah yaitu dengan sejajarnya titik-titik merah yang ditandai dengan
lingkaran hitam. Hal yang sama juga berlaku pada sumur MP-B dan MP-
C, nilai maksimum korelasi MP-B sebesar 0.619 sdangkan MP-C sebesar
0.604.
V. PENUTUP
5.1. SIMPULAN
5.2. MANFAAT