Anda di halaman 1dari 22

Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

LABORATORIUM TEKNIK
GEOFISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI
EKSPLORASI DAN PRODUKSI
UNIVERSITAS PERTAMINA

PRAKTIKUM GP3103 GEOLISTRIK


DAN EM

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN2019/2020

VIONA GABRIELA SIMORANGKIR


101117027
TEKNIKGEOFISIKA

MODUL 3
INDUCED POLARIZATION (IP)

TANGGAL PRAKTIKUM
JUMAT, 27 SEPTEMBER 2019

JAKARTA –INDONESIA
© 2019 – TEKNIKGEOFISIKA

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

LAPORAN PRAKTIKUM
Teknik Geofisika, Universitas Pertamina
Modul 3 Induced Polarization (IP)
Mata Kuliah GP3103 Geolistrik dan EM

Nama : Viona Gabriela Simorangkir


NIM : 101117027
Kelas : GP1
Shift : 2–Jumat, 13.00-15.00 WIB
Tanggal Praktikum : 27 September 2019

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Induced Polarization merupakan salah satu metode dalam


penerapan geolistrik dimana pada dasarnya memilki cara kerja yang hampir sama
dengan metode resistivitas yaitu dengan penginjeksian arus listrik kedalam tanah
melalui dua buah elektroda arus dan diukur oleh dua buah elektroda potensial.
Induced Polarization dapat diukur dalam ddua domain, pada domain waktu
parameter yang diukur yaitu chargebility sedangkan pada domain frekuensi
parameter yang diukur yaitu metal factor terhadap kedalaman. Pada metode
Induced Polarization relatif menggunakan konfigurasi Dipole-Dipole. Hal yang
membedakan antara metode Induced Polarization dengan metode resistivitas yaitu
pada saat kondisi kandungan sulfida pada batuan dimana jika batuan mengandung
banyak sulfida maka metode Inuduced Polarization ini tepat untuk diterapkan,
namun jika kandungan sulfida pada batuan sedikit, maka metode yang lebih tepat
digunakan yaitu metode resisitivitas

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dilakukannya praktikum ini yaitu untuk
mengetahui bagaimana kondisi dibawah permukaan berdasarkan
penmapang resistivitas dan penampang IP berdasarkan pemodelan
yang dibuat. Tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
 Mahasiswa dapat melakukan pengolahan data IP dan membuat
pemodelan penampang IP
 Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan penampang IP dan
penampang resitivitas

BAB II
DASAR TEORI
2.1. Induced Polarization

Dalam memetakan sumber daya di dalam permukaan bumi, berbagai


macam metode geofisika dapat diterapkan. Salah satu metode geofisika tersebut
adalah metode resistivitas atau metode geolistrik tahanan jenis yakni metode yang
digunakan untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi berdasarkan
kontras resistivitasnya.

Teori utama metode resistivitas adalah Hukum Ohm: “Arus yang mengalir
(I) pada suatu medium sebanding dengan tegangan (V) yang terukur dan
berbanding terbalik dengan resistansi (R) medium”

V= I.R

Metode resistivitas ini, dibagi menjadi dua yakni mapping dan sounding.
Metode resistivitas mapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan
mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan secara horizontal,
metode yang biasa digunakan adalah metode IP dengan konfigurasi dipole-dipole.
Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan mempelajari variasi resistivitas

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal, metode yang biasa dilakukan
adalah metode VES dengan konfigurasi Schlumberger.

Pengukuran dengan metode IP biasa digunakan untuk keperluan pemetaan,


sehingga digunakan konfigurasi dipoledipole. Dalam konfigurasi dipole-dipole,
elektroda arus dan elektroda potensial bergerak bersama-sama, sehingga diperoleh
harga tahanan jenis semu secara lateral (horizontal). Dengan konfigurasi dipole-
dipole akan diperoleh pseudosection dari parameter resistivitas, metal factor
dan chargaebility pada setiap lintasannya.

Gambar 1. Konfigurasi Dipole-Dipole

Sumber : Satriya, 2015

Metode IP (Induced Polarization) dilakukan pertama kali oleh Conrad


Schlumberger, 1960 dan disebut sebagai provoked polarization.

Metode IP mengukur adanya polarisasi didalam suatu medium karena


pengaruh arus listrik yang melewatinya, dimana polarisasi banyak terjadi pada
medium yang mengandung mineral logam. Metode IP mengamati beda potensial
yang terjadi setelah arus listrik yang kita alirkan dihentikan. Sehingga metode IP
sangat cocok digunakan untuk eksplorasi mineral logam karena keberadaan
mineral logam dapat dideteksi sesuai dengan sifat fisika yang dimiliki, misalnya
nilai Chargeability yang besar.

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

Prinsip dasar metode IP, arus dialirkan ke dalam tanah melalui elektrode
arus dan mengukur potensi dengan elektrode potensial. Jika arus listrik diputus,
seharusnya potensial atau tegangan terukur akan langsung berharga nol. Dalam
kenyataannya tegangan tidak langsung berharga nol, tetapi ada selang waktu
beberapa saat untuk tegangan menuju nol. Kejadian inilah yang dinamakan
efek polarisasi terinduksi, sedang mediumnya (dalam hal ini adalah batuan)
dinamakan medium atau batuan polarisabel.

Kelebihan metode IP dibandingkan dengan metode yang lain, adalah dapat


dideteksi adanya mineral mineral sulfida yang letaknya tersebar dan tak
teratur (disseminated). Dengan demikian maka metode ini cocok sekali digunakan
untuk melokalisir dan memperoleh cadangan mineral sulfida yang berasosiasi
dengan bijih besi, emas, dan bijih logam yang lainnya. Pengukuran IP dapat
dilakukan dengan 2 domain, yakni:

1. Frequency domain
2. Time domain

Frequency Domain

Prinsip: mengukur perbedaan respon batuan yang mengandung mineral


konduktif/ tidak dengan pemberian impedansi pada 2 frekuensi yang
berbeda (frekuensi rendah dan frekuensi tinggi)

Gambar 2. Domain Frekuensi

Sumber : Satriya, 2015

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

Respon yang diberikan:

Tidak terdapat mineral konduktif : nilai ρ selalu sama pada tiap freq

Terdapat mineral konduktif : nilai ρ < pada freq tinggi ; nilai ρ > pada freq
rendah

Parameter nilai yang didapatkan : Resistivitas & PFE

Time Domain

Prinsip: mengukur waktu peluruhan muatan listrik pada batuan ketika arus
listrik diinjeksikan dan ketika arus listrik dihentikan

Gambar 3. Domain Waktu

Sumber : Satriya, 2015

Respon yang diberikan yaitu

Tidak terdapat mineral konduktif : waktu peluruhan relatif cepat

Terdapat mineral konduktif : waktu peluruhan relatif lebih lama

Parameter nilai yang didapatkan : Resistivitas & Chargeability

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

Tabel 2.1 Daftar Resistivitas Batuan

Sumber : Telford, 1976

Tabel 2.2. Daftar Chargebility Batuan

Sumber : Telford, 1976

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

BAB III

METODOLOGI

START

DATA SINTETIK

PENGOLAHAN DATA
PADA MICROSOFT
EXCEL

INPUT DATA DALAM


SOFTWARE SURFER

SAVE DALAM FORMAT


.DAT

INPUT FILE .DAT


PADA RES2DINV

ANALISIS DAN
INTERPRETASI
PEMODELAN

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar 4 Diagram Alir Pengolahan Data

Sumber : Microsoft Word, 2007

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Langkah-Langkah :
 Dibuka data akuisisi pada Microsoft Excel yang berisi C1C2P1P2 yang
menunjukkan jarak antara elektroda dan jarak antara potensial, V yang
menunjukkan tegangan, dan I yang menunjukkan arus, titik, dan elevasi.

Gambar 5. Data Mentah IP Konfigurasi Dipole-Dipole


Sumber : Microsoft Excel, 2007

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

Gambar 6. Data Mentah Metode IP Konfigurasi Dipole-Dipole


Sumber : Microsoft Excel, 2007

 Dihitung nilai R (hambatan), K (konstanta konfigurasi), Resistivitas semu

Gambar 7. Data Hambatan, Konstanta Konfigurasi, dan Resistivitas


Semu
Sumber : Micrososft Excel, 2007

 Diisi notepad dikarenakan ResDinv memiliki format tersendiri dimana


notepad berisi parameter-parameter seperti nama line sesuai yang
diinginkan, spasi antar elektorda sebesar 10, nomor konfigurasi sesuai
konfigurasi yang digunakan yaitu dipole-dipole dengan kode konfigurasi
3, jumlah data pengukuran sebanyak 93, lokasi mid point sebesar 1, kode

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

Ip sebesar 1, tipe data IP yaitu chargebility disebabkan pengukuran


dilakukan di domain waktu, satuan IP yaitu msec, serta delay, intergration
time yaitu 0.1 untuk delay time dan 1.0 untuk integration time.

Gambar 8. Data Pada Notepad


Sumber : Microsoft Excel, 2007

 Diisi data notepad dengan parameter seperti pada kolom 1 diisi dengan
datum point, kolom 2 diisi dengan spasi, kolom 3 diisi dengan n, kolom 4
diisi dengan apparent resistivity, serta kolom 5 diisi dengan apparent IP

Gambar 9. Datum Point, Spasi, n, Apparent Resisitivity, dan Apparent


IP
Sumber : Microsoft Excel, 2007

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

 Diisi data lokasi dan elevasi dengan memindahkan data titik dan elevasi
pada data mentah kedalam kolom yang telah tersedia

Gambar 10. Parameter Data Pada Notepad


Sumber : Microsoft Excel, 2007

Gambar 11. Data Titik dan Elevasi Yang Tlah Dipindahkan Kedalam
Notepad
Sumber : Microsoft Excel, 2007

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

 Kemudian dicopy notepad dan dibuka software Surfer serta simpan dalam
bentuk.dat. Sebelum disimpan pastikan semua kolom terisi dan tidak ada
yang kosong agar data dapat terbaca

Gambar 12. Data Notepad Yang Dipindahkan Kedalam Software Surfer


Sumber : Surfer 11

 Dibuka software Res2Dinv kemudian klik open file untuk membuka


file.dat yang telah disimpan sembelumnya
 Diatur ukuran grid dengan mengklik Change Settings serta pilih Finite
mesh grid size dan dipilih pilihan 4 nodes

Gambar 13. Finite Mesh Grid Size


Sumber : RES2DINV

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

 Diatur jenis forward modelling dengan mengklik Change Sttings serta


pilih Use finite-element method kemudian dipilih finite element serta
Trapezoidal

Gambar 14. Use Finite-Element Method


Sumber : RES2DINV

 Diatur tipe mesh dengan mengklik Change Settings dan pilih Mesh
refinement serta dipilih 4 nodes karena sebelumnya telah digunakan 4
nodes

Gambar 15. Mesh Refinement


Sumber : RES2DINV

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

 Dilakukan proses inversi dan simpan data dalam bentuk .inv sehingga
diperoleh output seperti gambar 16 dibawah

Gambar 16. Hasil Output Sebelum Dilakukan Iterasi


Sumber : RES2DINV

 Dilakukan iterasi sesuai yang diinginkan hingga mendapatkan hasil error


yang tidak jauh dari iterasi-iterasi sebelumnya serta mendapatkan hasil
penampang yang sesuai

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

 Kemudian klik Display, pilih show inversion results sehingga


ditampilkan jumlah iterasi yang telah dilakukan beserta nilai errornya

Gambar 17. Jumlah Iterasi dan Nilai Error


Sumber : RES2DINV

 Kemudian dipilih Display sections dan klik choose resistivity or IP


display, lalu pilih tipe Display resistivity and IP models

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

 Klik Display sections kemudian dipilih data and model sections serta pilih
jumlah terasi yang diinginkan, lalu pilih Logarithmic contour intervals
untuk tipe kontur interval sehinnga ditampilkan output akhir berupa
penampang resistivity bagian atas dan penampang IP bagian bawah
seperti pada gambar 18.

Gambar 18. Penampang Resistivity dan Penampang IP


Sumber : RES2DINV

 Selesai

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

2
3
1

1
4

Gambar 19. Penampang Resisitivitas dan Penampang IP


Sumber : RES2DINV

Data yang IP yang diolah dengan metode konfigurasi diplole-


dipole IP ini pada umumnya memiliki prinsip yang sama dengan dipole-
dipole pada resistivitas namun yang membedakan yaitu pada dipole-dipole
IP yang berpindah hanyalah elektroda potensialnya. Setelah data diolah
maka dibuat pemodelan berupa penampang dengan menggunakan
software Res2Dinv sehingga menghasilkan output akhir berupa
penampang resistivitas pada bagian atas dan penampang IP pada bagian
bawah seperti pada gambar 19.
Dari gambar dua penampang ini dapat diinterpretasikan beberapa
kemungkinan bagaimana kondisi lapisan dibawah permukaan dimana
diagi empat daerah tinjauan untuk menginterpretasikan penampang ini.
Seperti yang terlihat digambar yang ditandai oleh nomor 1 pada
penampang resistivitas area ini memiliki nilai resistivitas yang relatif
tinggi dengan kondisi seperti ini maka nilai konduktivitas batuan rendah
yaitu sekitar 156 Ωm yang dapat mengindikasikan bahwa lapisan tersebut

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

memiliki batuan dengan porositas yang kecil atau adanya rongga namun
rongga tersebut kopong, ketika ditinjau kembali pada penampang IP pada
area1 tersebut memiliki nilai IP yang rendah yaitu sekitar 3.99 msec
dengan ini dapat diindikasikan bahwa batuan tersebut tida terisi oleh
mineral logam karena yang memicu tingginya nilai IP yaitu adanya
mineral logam yang terkandung.
Jika dilihat area yang ditandai dengan nomor 2 pada penampang
resistivitas memiliki nilai resistivitas yang tinggi yaitu kurang lebih sekitar
9202 Ωm hal ini mengindikasikan bahwa pada area ini trdapat batuan
dengan porositas yang kecil atau juga batuan yang memiliki pasir yang
memiliki rongga namun tidak terisi oleh air, pada saat ditinjau kembali
area 2 pada penampang IP memiliki nilai IP yang rendah yaitu sekitar 20
msec, hal ini menunjukkan bahwa batuan pada area ini merupakan batuan
kopong yang tidak terisi oleh material apapun. Sama halnya yang
dilakukan pada area 3
Pada penampang resistivitas di area 3 memiliki nilai sekitar 69 Ωm
angka ini merupakan nilai resisitivitas yang relatif rendah
mengindikasikan bahwa batuan pada daerah ini memiliki porositas yang
besar dan diisi oleh sesuatu yang memicu nilai resistivitasnya menjadi
rendah, ketika dilihat pada penampang IP memiliki nilai sekitar 35.9 msec
dimana nilai IP pada daerah inijuga rendah sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa batuan berporositas tinggi ini diidi oleh air yang
dapat meningkatakan konduktivitas namun tidak dengan resistivitas dan
IP.
Pada daerah tinjauan terakhir yaitu area 4, ketika ditinjau dari
penampang resistivitas memiliki nilai sekitar 1801 Ωm keatas, nilai ini
merupakan nilai yang relatif tinggi pada penampang reisistivitas ini
dimana dapat diinterpretasikan bahwa pada daerh ini terdapat batuan
berporositas kecil ataupun batuann yang berongga namun tidak dialiri oleh
sesuatu seperti air, ketika ditinjau kembali pada penampang IP terdapat
nilai IP yang juga relatif tinggi sekitar 116 msec, dengan nilai resistivitas
yang tinggi disertai nilai IP yang tinggi dapat diindiikasikan bahwa batuan

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

yang terdapat pada perlapisan daerah 4 ini yaitu batuan yang diisi atau
mengandung mineral logam seperti contohnya ada yang clay yang
merupakan salah satu contoh mineral logam dikarenakan nilai IP yang
relatif tiinggi dimana IP sendiri memiliki nilai yang tinggi ketika dipicun
dengan adanya mineral logam pada suatu daerah.

BAB V

KESIMPULAN
 Dalam melakukan pengolahan data dengan metode IP pada dasarnya
hampir sama dengan mengolah data pada metode resistivitas dimana
oengolahan data dilakukan dengan konfigurasi dipole-dipole, konfigurasi
dipole-dipole ini yang membedakan antara pengolahan data dengan
metode IP dengan resistivitas dimana konfigurasi dipole-dipole IP yang
berpindah hanya elektroda potensial. Dengan diolahnya data IP ini maka
data dapat dimodelkan menjadi berupa penampang dengan menggunakan
software Res2Dinv.
 Dari penampang resistivitas dan penampang IP dapat diinterpreatsikan
bagaimana kondisi dibawah permukaan yang mana berdasarkan nilai
resistivitas mengacu pada rongga yang berisi sesuatu sedangkan pada IP
mengacu ada atau tidaknya mineral logam pada bawah permukaan.

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

REFERENSI

[1] Alrizki, Satriya. 17 Deseber 2015. Metode Induced Polarization.


http://hmgf.fmipa.ugm.ac.id/2015/12/17/metode-induced-polarization/. [01/10/19].
[2] Fajariyah, EN. 2014. Aplikasi Time Domain Induced Polarization (TDIP)
Untuk Pendugaan Zona Mineralisasi Emas Di Desa Jendi Kecamatan Selogiri
KabupatenWonogiri.https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj/article/view/3972
[01/10/19]
[3] Telford, W.M. 1976. Applied Geophysics. Cambridge University Press,
London.

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina


Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019

© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina

Anda mungkin juga menyukai