LABORATORIUM TEKNIK
GEOFISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN
PRODUKSI
UNIVERSITAS PERTAMINA
MODUL 2
RESISTIVITY
MAPPING
TANGGAL PRAKTIKUM
JUMAT, 13 SEPTEMBER 2019
JAKARTA –INDONESIA
© 2019 – TEKNIKGEOFISIKA
© 2018 Teknik Geofisika, Universitas Pertamina
Modul Praktikum GP3103 Geolistrik dan EM, Semester V Tahun 2019
LAPORAN PRAKTIKUM
Teknik Geofisika, Universitas Pertamina
Modul 2 Resistivity Mapping
Mata Kuliah GP3103 Geolistrik dan EM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Metode resistivitas merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
eksplorasi geofisika dimana resistivitas berbanding terbalik dengan konduktivitas. Pada
metode resistivitas ini terbagi menjadi tiga yaitu sounding, mapping, dan tomography,
dimana resistivitas sounding merupakan pengukuran resistuvitas secara lateral. Pada metpde
resistivitas terdapat berbagai macam konfigurasi yang meliputi Wenner, Schlumberger,
Dipole-Dipole, Pole-Pole, Pole-Dipole, setiap konfigurasi ini memililki faktor geometri (k)
yang berbeda-beda dikarenakan bedanya posisi elektroda dari setiap konfigurasi. Dalam
konfigurasi Wenner sendiri terbagi mnejadi tiga yaitu Wenner Gamma, Alpha, dan Beta serta
memiliki faktor geometri yang berbeda, dengan perbedaan faktor geometri ini menyebabkan
perbedaan hasil data yang diolah dengan menggunakan konfigurasi satu dengan yang
lainnya. Data yang telah diolah.
ini menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan
jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik
bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik
di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur
dengan penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M
dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda
AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut
berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada
kedalaman yang lebih besar.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik
ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik
DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk
setengah bola dengan jari-jari AB/2.
yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2
sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan didapat suatu bentuk
kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan
di bawah permukaan.
umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi Schlumberger dengan jarak
elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada kemungkinan
tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik
pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan
pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan
awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan
menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada
elektroda AB. Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada
multimeter dengan akurasi tinggi.
2.3.1. Konfigurasi Wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada
elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif
dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi
yang relatif lebih kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat
permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara
konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas batuan,
sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.
2.3.2. Konfigurasi Schlumberger
Memplot data terhadap posisi sepanjang garis traverse, untuk menghasilkan tampilan
resistivitas atau data polarisasi terinduksi di mana nilai diberikan ke titik persimpangan garis
45 ° yang diambil dari titik tengah arus dan pasangan elektroda potensial. Kedalaman dalam
'bagian' yang dihasilkan di bawah garis melintang tidak ada hubungan sederhana dengan
geologi sejati; pseudosection menunjukkan variasi parameter yang diukur dengan posisi dan
dengan kedalaman penetrasi yang efektif, bukan dengan kedalaman yang sebenarnya. Ini
digunakan secara luas dalam menampilkan data polarisasi terinduksi dan resistivitas nyata
yang diperoleh dari lintasan pemisah konstan dengan pemisahan elektroda yang berbeda, dan
konduktivitas nyata dari lintasan elektromagnetik dengan pemisahan kumparan yang
berbeda.
BAB III
METODOLOGI
START
DATA SINTETIK
PENGOLAHAN DATA
PADA MICROSOFT
EXCEL
INTERPRETASI
PEMODELAN
KESIMPULAN
SELESAI
BAB IV
Langkah-Langkah :
Dibuka data akuisisi pada Microsoft Excel yang berisi C1C2P1P2 yang menunjukkan
jarak antara elektroda dan jarak antara potensial, V yang menunjukkan tegangan, dan
I yang menunjukkan arus
Dihitung nilai R (hambatan), K (koefisien konfigurasi), RHO, serta spasi (a) serta
datum point dimana datum berada ditengah
Dimasukkan ke notepad dikarenakan ResDinv memiliki format tersendiri dimana
jumlah data adalah jumlah resistivitas
Kemudian dicopy notepad dan dibuka software Surfer serta simpan dalam bentuk.dat.
Sebelum disimpan pastikan semua kolom terisi dan tidak ada yang kosong agar data
dapat terbaca
Dibuka software Res2Dinv kemudian klik open file untuk membuka fole.dat yang
telah disimpan sembelumnya
Diatur ukuran grid dan dipilih pilihan 4 nodes
Diatur jenis forward modelling kemudian dipilih finite element serta Trapesoidal
Diatur tipe mesh dan dipilih 4 nodes karena sebelumnya telah digunakan 4 nodes
Dilakukan proses inversi dan simpan data dalamm bentuk .inv sehingga ditampilkan
output dari pemodelan
Dilakukan iterasi sesuai yang diinginkan hingga mendapatkan nilai error yang
rentangnya tidak jauh dari iterasi selanjutnya dan menampilkan hasil output yang
baik
Selesai
Dari hasil pemodelan pseudosections yang diperoleh terdapat nilai error dari
pemodelan yang mana saat belum dilakukan iterasi, gambar ini memiliki nilai rms error 42.47
sehingga dilakukan beberapa iterasi hingga besar nilai error memiliki nilai yang tidak relatif jauh
dari iterasi awal dan selanjutnya. Iterasi juga dilakukan sampai menghasilkan pemodelan yang
sesuai. Seperti yang terlihat pada gambar 11 bahwa hasil iterasi yang diambil memiliki milai
error sebesar 34.42. Dari gambar ini bisa diidentifikasikan juga bagimana nilai dan sifat
resistivitas dari batuan pada daerah tersebut. Jika ditinjau pada gambar 11 dapat dilihat bahwa
niali resistivitas terendah terletak pada rentang sekitar 26.1 hingga 400Ωm dan dominan pada
kedalaman sekitar 125 hingga 145 meter ( daerah berwarna biru). Dengan nilai resitivitas yang
rendah pada daerah ini dapat diperoleh berbagai faktor, terlihat dari gambar bahwa perlapisan
yang memiliki niali resistivitas yang rendah terletak pada posisi yang cukup dalam dimana
tekanan dan suhu semakin tinggi yang dapat menyebabkan batuan terpanaskan dan menimbulkan
clay minerals, selain itu terkandungnya fluida atau cairan pada pori-pori batuan yang mana
menyebabkan nilai resistivitasnya rendah serta meningkatakan nilai konduktivitasnya. Dapat
diinterpretasikan bahwa golongan batuan yang terdapat pada daerah berwarna biru ini adalah
golongan batu pasir yang mana memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi sehingga
memungkinkan adanya celah bagi fluida dan menurunkan nilai resistivitas dari batuan tersebut.
Pada daerah yang berwarna cikelat hingga ungu jika dilihat rentang resistivitasnya
daerah ini memiliki nilai resistivitas yang tinggi dimana hal ini dissebabkan oleh beberapa faktor.
Pada daerah ini kemumgkinan tersebar batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas yang
rendah atau pori yang kecil seperti batuan beku sehingga tidak memungkinkan fluida memiiki
jalur, selain itu dapat terjadi kompaksi batuan yang terjadi akibat danya penekanan sehingga jalur
atau pathways pada batuan kecil dan tidak memungkinkan adanya arus electric, serta terjadinya
lithification dimana pori tertutup dengan pengendapan mineral.
BAB V
KESIMPULAN
Data yang telah diolah dapat dimodelkan pseudosectionnya dimana setelah dilakukan
pemodelan didapatkan hasil berupa penampang dengan warna yang berbeda-beda
sehingga dapat diinterpretassikan bagaimana kondisi resistivitas pada daerah yang
diteliti. Pada gambar yang dihasilkan terdapat daerah yang memiliki nilai resistivitas
yang tinggi maupun yang rendah hal ini disebabkan oleh kondisi batuan yang ada pada
perlapisan.
REFERENSI