MODUL 2
WELL TIE
I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep mengenai pengikatan data sumur
dengan data seismik (well seismic tie).
2. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan seismogram sintetik.
s(t) = w(t)*r(t)+n(t)
dimana n(t) adalah noise (tidak diturunkan dari persamaan gelombang). Secara
simple r(t) adalah sebuah time series yang amplitudonya merepresentasikan
koefisien refleksi dari kondisi bawah permukaan. Pemilihan wavelet w(t)
merupakan tantangan tersendiri dikarenakan dalam prakteknya wavelet berubah
seiring penjalarannya, semakin jauh menjalar dari sumber maka frekuensi tinggi
hilang dan terjadi rotasi fasa. Model konvolusional mengasumsikan bahwa wavelet
tidak berevolusi dan wavelet identik tersebut terjadi pada keseluruhan reflektor,
sehingga secara umum wavelet yang dibuat hanya cukup untuk mengakomodasi
untuk menginterpretasi (inversi) hanya pada zona interest.
Metode yang dipakai dalam well tie bervariasi, salah satunya dari White (1980)
yaitu menggunakan persamaan “spectral coherence matching” untuk mengestimasi
wavelet yang cocok. Biasanya sebuah 1D seismogram sintetik di konstruksi dari
informasi data well log namun pada beberapa kasus perlu dilakukan proses
“stretching dan squeezing”. Seismogram sintetik umumnya adalah proses
konvolusi simple dimana spektrum amplitudo diusahakan mirip dengan data
seismik (spektrum amplitudo seismik dibagi dengan reflektifitas sumur) dan
memiliki fasa nol.
Pada proses modul 2 (well to seismic tie) dibutuhkan data pendukung berupa
data checkshot. Berikut cara untuk input data checkshot.
Perhatikan Header skip pada isi dari data checkshot, kemudian ikuti langkah-
langkah di bawah ini.
Pada saat data checkshot telah terinput di dalam project, maka mulai dilakukan
checkshot koreksi dengan data log sonic.
Akan otomatis terbentuk log baru dan menyimpannya sebagai log p-wave yang
terkoreksi. Dilanjutkan dengan proses korelasi (well tie) pada log dengan seismik
yang digunakan. Proses korelasi ini membutuhkan input seismogram sintetik.