Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

SEISMOLOGI MIGAS

MODUL KE-01

Input data, checkshot, ekstrak wavelet, dan well to seismic tie

OLEH :

Alwi Alaksa Parmanda 12116037

ASISTEN :

Luqman Thareq Togak Ratu 12115003

Dita Monawati Sihombing 12115025

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019

1
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………….3
1.1.Latar Belakang…………………………………………………………..3
1.2. Tujuan…………………………………………………………………..4
BAB II. TEORI DASAR……………………………………………………………4
2.1. Landasan Teori…………………………………………………………4
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………..6
3.1. Diagram alir pengolahan data…………….…………………………….6
3.2. Langkah Pengerjaan…………………………………………………….7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………..12
4.1. Hasil……………………………………………………………………12
4.2. Analisa…………………………………………………………………16
BAB V. KESIMPULAN……………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………17

2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Eksplorasi seismologi berkaitan dengan penggunaan gelombang elastis yang dihasilkan
untuk menemukan deposito mineral (termasuk hidrokarbon, bijih, air, reservoir panas bumi,
dll), situs arkeologi, dan untuk mendapatkan informasi geologi untuk rekayasa. Eksplorasi
seismologi menyediakan data yang, bila dihubungkan dengan data Geofisika lain seperti,
lubang bor, data geologi dan dengan konsep geofisika, dapat memperoleh informasi tentang
struktur distribusi jenis batuan [1]. Eksplorasi Geofisika untuk minyak dimulai oleh Baron
Roland von Eotvos sekitar tahun 1888 (Vajk,l949). Meskipun survey gravity yang dilakukan
dengan torsion balance yang dibuat di Eropa memiliki skala yang sangat terbatas, eksplorasi
oil and gas dimulai sekitar tahun 1900, guna memetakan struktur geologi di Amerika Serikat
dan Mexico. Pada Desember 1922, sebuah survey yang dikenal dengan
Spindle top salt domein, di Texas menghasilkan sebuah anomali gravity,
tetapi survey berikutnya masih saja mengecewakn hingga tahun 1924
ketika Nash Dome ditemukan. Teori Gelombang seismik selanjutnya berasal dari Robert
hooke's tercantum pada tahun 1678, tetapi sebagian besar teori elastisitas tidak dikembangkan
sampai 1800-an.

Pada tahun 1920, Geological Engineering Company didirikan oleh Haseman,


KARCHER, Eckhardt, dan McCollum untuk menerapkan eksplorasi seismik guna menemukan
minyak bumi. Mereka mengkonversi sebuah osilosgraf ke perekam 3 komponen dan dibangun
geophones electrodynamic dari penerima telepon radio. Pada June 1921, KARCHER,
Haseman, I. Perrine, dan W C. Kite di Belle Isle (Oklahoma City) memperoleh pantulan yang
jelas dari kontak antara Sylvan Shale dan Viola Limestone. lima bulan eksperimen seismik
refleksi dan refraksi dilakukan. Satu percobaan yang melibatkan menjatuhkan dinamit dari
pesawat terbang dalam upaya memperoleh lebih banyak gelombang (KARCHER telah
mencoba menggunakan kembang api Aerial sebagai sumber di tahun l9l9).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu melakukan input data log, data checkshot, data marker, dan data seismic
kedalam software HSR.
2. Melakukan Ekstraksi wavelet
3. Melakukan korelasi data log terhadap data seismic atau disebut well to seismic tie

3
BAB II. TEORI DASAR
2.1. Landasan Teori
Dalam eksplorasi seismic refleksi yang digunakan hingga saat ini, dikenal teori
penjalaran gelombang atau ray path, Teori ray path seismik telah diterapkan selama lebih dari
100 tahun untuk menafsirkan data seismik. Ini terus digunakan secara ekstensif hari ini, karena
kesederhanaan dan aplikabilitas untuk berbagai masalah. Aplikasi ini termasuk sebagian besar
algoritma lokasi gempa, tubuh gelombang focal mekanisme penentuan, dan inversi untuk
struktur kecepatan dalam kerak dan mantel. Teori ray path intuitif mudah dimengerti,
sederhana untuk program, dan sangat efisien. Dibandingkan dengan solusi yang lebih lengkap,
relatif mudah untuk menggeneralisasi model kecepatan tiga dimensi. Namun, teori ray path
juga memiliki beberapa keterbatasan penting. Ini adalah perkiraan frekuensi tinggi, yang
mungkin gagal pada waktu yang lama atau dalam gradien kecepatan yang curam, dan tidak
mudah memprediksi efek "nongeometrical", seperti gelombang langsung atau gelombang
Difraksi. Geometri sinar harus sepenuhnya ditentukan, sehingga sulit untuk mempelajari efek
Multiple dan resonansi di sepanjang lapisan [2].

Selain menggunakan data seismic, dalam tahapan eksplorasi terutama hidrokarbon,


diperlukan data-data pendukung seperti data log gamma-ray, log density, log caliper, log
neutron-porosity, log sonic dan lainnya. Log adalah suatu grafik vertical dari suatu data yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkala pada kedalaman tertentu dalam suatu
sumur (Harsono, 1997).

Log gamma-ray bekerja dengan cara mengukur rekaman tingkat radioaktivitas alami
yang terjadi karena interaksi unsur radioaktif Uranium (U), Thorium (Th), dan Potassium (K)
yang ada pada batuan. Gamma ray akan sangat efektif dalam membedakan lapisan permeable
(sand) dan impermeable (shale). Density log digunakan untuk mengukur berat jenis batuan
yang kemudian digunakan untuk menentukan porositas batuan tersebut. Neutron log
merupakan satuan ukur porositas tidak langsung, tetapi menggunakan karakter fisik dari air
dan mineral untuk melihat kontras rigid dan mengabaikan pengukuran volume. Sonic log
bekerja berdasarkan kecepatan rambat gelombang suara, log sonic sering digunakan untuk
mengetahui porositas litologi , selain itu juga digunakan untuk membantu interpretasi data
seismic, terutama dalam mengkalibrasi kedalaman formasi. Log Resistiviitas bekerja dengan
menginjeksikan sejumlah arus kedalam batuan sehingga menghasilkan beda potensial akibat
polarisasi fluida dalam batuan, log resistivitas sangat efektif guna mengidentifikasi kandungan
4
fluida dalam reservoir hidrokarbon. Caliper log adalah log yang menjelaskan mengenai besar-
kecilnya suatu lubang bor. Hal tersebut akan berguna dalam identifikasi runtuhan di bawah
permukaan [3].

Setelah semua data log, dalam interpretasi seismic juga diperlukan data checkshot.
Checkshot dilakukan dengan tujuan untuk mengkorelasi data seismic dalam domain waktu
dengan data log dalam domain kedalaman , hal ini diperlukan dalam proses pengikatan data
sumur terhadap data seismic (well tie sesmic).

Gambar 1. Korelasi data seismic dengan data sumur (well seismic tie)

5
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Diagram Alir pengolahan data

Mulai

Input Data

Data well Data Checkshot Data marker Data Seismic

Display Penampang
seismic yang telah
diinputkan sumur

Well seismic tie

Ekstraksi Wavelet Korelasi

Selesai

6
3.2. Langkah Pengerjaan
3.2.1. Input data
Data yang diinputkan dalam tahap ini adalah data well, data checkshot, dan data marker
Menu input file
dari database

Data sumur Data sumur


from data yang telah di
base input

Menu input data

Data marker
yang telah di
input

Data marker
from data Menu input data
base

7
Menu input data

Data checkshot
yang telah di
Data input
checkshot
from data
base

Gambar 2. Input data well, marker, checkshot dari da ta base

3.2.2. Menampilkan log dan input data seismic


Tahap ini kembali ke menu Geoview, pilih Elog > Start New Project > Masukan nama
file penyimpanan .prj > OK. Tentukan letak penyimpanan data seismik, tulis nama project
dengan nama yang sama pada saat pertama pembuatan project. Hal ini agar memungkinkan
dapat dilakukan well seismic tie. Karena apabila data memiliki nama penyimpanan yang sama,
data antara sumur dan seismik akan saling terkorelasi. Jika membuka dari STRATA tahap yang
dilakukan sama dengan eLog (pilih STRATA lalu Start New Project > OK Tentukan letak
penyimpanan data seismik, tulis nama project dengan nama yang sama pada saat pertama
pembuatan project > kemudian akan muncul window Hampsom Russell – Strata pilih menu
Data Manager > Open Seismic > From SEG-Y File untuk melakukan input data seismik)

8
9
3.2.3. Melakukan well to seismic tie
Well to seismic tie dimulai dengan menkoreksi data seismic terhadap checkshot. Data
checksot membantu untuk mmeposisikan sumur pada posisi sebenarnya. Sehingga disinilah
perlunya integrasi antara data checkshot dengan log P-wave. Pilih menu checkshot → “P
wave” dikoreksi terhadap “checkshot 1” → Ok → Muncul tampilan baru “Apply” → Ok →
Buat nama file baru “Checkshot_01”→ Ok

Tahapan selanjutnya adalah ekstraksi wavelet menggunakan statistical menggunakan


apply to the complete seismic time window. Pilih menu Wavelet → Extract wavelet →
statistical → next → next → Buat file nama “Wavelet_01” → Pilih “Type Phase” : Constant
Phase Next → Ok → tunggu proses loading → muncul jendela “Display Wavelet” → close.

10
Tahapan terakhir adalah melakukan korelasi antara data semur dengan data seismic:
Pilih menu correlate → Ok → Ubah parameters (pada bagian bawah tampilan) → ubah start
“marker 1” dan end “marker 4”→ Apply→ close → lakukan stretch

11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Log yang berhasil terinput

Well F02-01 Well F03-02

Well F03-04 Well F06-02

4.1.2. Wavelet masing-masing sumur sebelum dan sesudah ekstraksi


Well F02-01

Well F03-02

12
Well F03-04

Well F06-01

4.1.3. Penampang seismic dengan data sumur

Well F02-01

13
Well F03-02

Well F03-04

Well F06-01

14
4.1.4. Hasil Well to Seismic Tie

Well F02-01

Well F03-02

Well F03-04

15
Well F06-01

4.2. Analisa
Berdasarkan proses pengolahan data log yang telah dilakukan, didapati hasil akhir
praktikum kali ini berupa penampang well to seismic tie yang merupakan hasil korelasi antara
data sumur (data log) dengan data seismik. Prinsip well seismic tie adalah menempatkan
reflektor seismik pada kedalaman yang sebenarnya dengan data seismik sumur yang
bersesuaian dengan suatu bidang batas (horizon). Penyesuaian ini dilakukan dengan cara
mengkorelasi nilai tabel time depth dari data checkshot tiap sumur agar two way time pada
seismik sintetik jatuh pada time data seismik. Sebelum dilakukan korelasi, data log terlebih
dahulu di ikat dengan data checkshot dan juga dilakukan ekstraksi wavelet secara statistical.
Korelasi hasil well to seismic tie dari masing-masing sumur memiliki nilai yang berbeda. Nilai
ini menunjukkan hubungan antara data log dengan data seismik. Nilai korelasi positif artinya
data memiliki hubungan yang sebanding (saling mempengaruhi), sebaliknya jika data
terkorelasi negatif artinya data tidak saling berhubungan (tidak saling mempengaruhi). Nilai
korelasi yang mendekati 1 menunjukkan tingkat hubungan antara data log dan data seismik.
Hasil well to seismic tie sumur F02-01 memiliki nilai korelasi sebesar 0.752 , sumur F03-02
memiliki nilai korelasi 0.479, sumur F03-04 memiliki nilai korelasi 0.373, sedangkan untuk
sumur F06-01 memiliki nilai korelasi 0.607.
Hasil analisis well seismic tie akan memperlihatkan bahwa pada seismogram sintetik
dapat dilakukan korelasi dengan horison-horison pada data seismik yang merepresentasikan
perubahan koefisien refleksi atau suatu bidang batas perlapisan batuan seperti ditunjukkan
gambar berikut :

16
BAB V. KESIMPULAN
Setelah dilakukan well to seismic tie pada data sumur F02-01, F03-02, F03-04, dan
F06-01, dapatkan disimpulkan beberapa poin penting yang perlu diperhatikan saat melakukan
pengolahan pada tahap ini. Pertama, data yang dibutuhkan dalam proses well to seismic tie
adalah data well seperti gamma ray, densitas, dsb. Selanjutnya diperlukan pula data marker,
data checkshot, dan data seismik. Data log dan data checkshot dibutuhkan guna membuat
seismik sintetik dengan mengekstraksi pula wavelet dari data seismik. Setelah didapatkan
data seismik sintetik, dilakukan korelasi dengan data seismik sehingga dapat ditarik garis-
garis horison yang merepresentasikan batas litologi.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Sheriff, E. Robert, Geldart,P. Lloyd. 1995. Exploration Seismology. Second
Edition. University of Cambridge: USA.
[2] Shearer, M. Peter, 2009. Introduction to Seismology. Second Edition.
University of Cambridge: San Diego.
[3] Serra, O. 1986. Fundamental of Well-log Interpretation. Schlumberger
Technical Serivces, Montrouge: France.

17

Anda mungkin juga menyukai