KARANGSAMBUNG 2016
Disusun oleh:
Kelompok 8
TEKNOLOGI BANDUNG
2016
BAB I
1. Data magnetik meliputi data di base station dan data lapangan. Langkah pertama menginput data
pengukuran di base station dan data di lapangan pengukuran ke dalam microsoft excel.
Data pengukuran di base station : koordinat lokasi (x,y), elevasi, waktu (jam, menit), nilai
medan magnet, sinyal pengukuran, kondisi cuaca dan operator.
Data pengukuran di lapangan : Koordinat lokasi (x,y), elevasi, waktu (jam, menit), nilai
medan magnet, sinyal pengukuran, kondisi lingkungan, kondisi geologi dan operator.
2. Dilakukan koreksi harian terhadap data pengukuran magnetik di lapangan dengan menggunakan
data pengukuran di base station.
3. Dilakukan koreksi IGRF terhadap data pengukuran magnetik di lapangan. Medan magnetik
utama bumi dapat diperoleh dengan menggunakan kalkulator IGRF yang dapat diakses
secara online dengan memasukkan data lintang, bujur, elevasi lokasi penelitian, dan
waktu pengambilan data. Seperti contoh pada gambar 1.
Gambar 1 Kolom Output Kalkulator IGRF (Sumber : http://www.ngdc.noaa.gov/geomag-
web/#igrfwmm) Nilai Tigrf untuk daerah penelitian di Formasi Waturanda yakni 44.928 nT.
4. Kemudian didapatkan nilai dari anomaly medan magnet total (∆T), dengan rumus ∆T = Tavg-
Tvh –Tigrf
5. Setelah didapatkan nilai anomali total, data diplot di surfer untuk dianalisa.
BAB II
ANALISIS
Terdapat perbedaan suseptibilitas antara batupasir dan breksi. Dapat dilihat dari data
pengukuran bahwa adanya kontras nilai medan magnet sekitar 1000 nT. Hal ini disebabkan
oleh noise.
BAB 4
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa pada daerah Formasi Waturanda terdapat kontras suspetibilitas. Selain itu,
kami juga dapat memahami proses akuisisi dan pengolahan data metode geomagnetik ini.