Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENDAHULUAN

FIELFTRIP GEOLOGI STRUKTUR


DAERAH LAINEA KONAWE SELATAN

Soal
1. Geologi regional
2. Rangkuman lipatan kekar dan sesar

Jawab
1. Geologi regional

Morfologi Regional
Van bemmelen ( 1945 ) membagi lengan tenggara sulawesi menjadi
tiga bagian ujung utara , bagian tengah, dan ujung selatan. Ada lima satuan
morfologi pada bagian tengah dan ujung selatan lengan tenggara sulawesi, yaitu
morfologi pegunungan, morfologi perbukitan tinggi, morfologi perbukitan
rendah, morfologi pedataran dan morfologi karst.
a. Morfologi perbukitan
Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas dikawasan
ini, terdiri atas pegunungan mekongga, pegunungan tangkelemboke,
pegunungan mendoke dan pegunungan rumbia yang terpisah di ujung selatan
lengan tenggara. Puncak tertinggi pada rangkaian pegunungan mekongga
adalah gunung mekongga yang mempunyai ketinggian 2790 mdpl. Pegunungan
tangkelemboke mempunyai puncak gunung dengan ketinggian 1500 mdpl.
Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan kemiringan lereng
tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunyai pola yang hampir
sejajar berarah satuan ini mempunyai pola yang hampir sejajar berarah barat
laut tenggara. Arah ini sejajar dengan pola struktur sesar regional dikawasan
ini.
Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan
setempat oleh batuan ofiolit. Ada perbedaan khas di antara kedua penyusun
batuan ini. Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung
gunung dan lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam.
Sementara itu, pegunungan yang dibentuk oleh batuan malihan, punggung
gunung yang terputus pendek-pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun
bersudut tajam.
b. Morfologi perbukitan tinggi
Morfologi perbukitan tinggi menempati bagian selatan lengan
tenggara, terutama diselatan kendari, satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang
mencapai ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun
morfologi ini berupa batuan sedimen klastika mesozoikum dan tersier.
c. Morfologi perbukitan rendah
Morfologi perbukitan rendah melampar luas di utara kendari dan
ujung selatan lengan tenggara sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan
rendah dengan morfologi yang begelombang. Batuan penyusun satuan ini
terutama batuan sedimen klastika mesozoikum dan tersier.
d. Morfologi pedataran
Morfologi pedataran rendah dijumpai dibagian tengah ujung selatan
lengan tenggara sulawesi. Tepi selatan dataran wawotobi dan daratan sampara
berbatasan langsung dengan morfologi pegunungan. Penyebaran morfologi ini
tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser mengiri. Kedua sistem ini diduga
masih aktif, yang ditujukan adanya torehan pada endapan aluvial dalam kedua
dataran tersebut. Sehingga sangat mungkin kedua daratan itu terus mengalami
penurunan. Akibat dari penurunan ini tertu berdampak buruk pada dataran
tersebut, di antaranya pemukiman dan pertanian dikedua daratan itu akan
mengalami banjir yang makin parah setiap tahunnya.
Dataran langkowala yang melampar luas di ujung selatan lengan
tenggara, merupakan dataran rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas
batupasir kuarsa dan konglomerat kuarsa formasi langkowala. Dalam dataran
ini mengalir sungai-sungai yang pada musim hujan berair melimpah sedang
musim kemarau kering. Hal ini disebabkan oleh batupasir dan konglomerat
sebagai dasar sungai masih lepas, sehingga air mudah merembes masuk ke
dalam tanah. Sungai tersebut di antarannya sungai langkowala dan sungai
tinanggea. Batas selatan antara dataran langkowala dan pegunungan rumbiah
merupakan tebing terjal yang dibentuk oleh sesar berarah hampir barat timur.
e. Morfologi Karst
Morfologi karst melempar dibeberapa tempat secara terpisah. Satuan
ini dicirikan perbukitan kecil dengan sungai dibawah permukaan tanah.
Sebagian besar batuan penyusun satuan morfologi ini didominasi oleh
batugamping berumur paleogen dan selebihnya batugamping mesezoikum.
Batugamping ini merupkan bagian dari formasi laonti, formai buara dan bagian
atas formasi meluhu. Sebagian dari batugamping penyusun satuan morfologi ini
sudah berubah menjadi marmer perubahan ini erat hubungannya dengan
pensesar-naikkan ke atas kepingan benua.

2.2 Statigrafi Regional


Formasi batuan penyusun peta geologi lembar lainea diuraikan dari
termuda sebagai berikut :
a. Aluvium ( Qa ) terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil, dan kerakal.
Satuan ini merupakan endapan sungai, rawa dan endapan pantai. Umur satuan
ini adalah holosen.
b. Formasi alangga ( Qpa ) terdiri atas konglomerat dan batupasir. Umur dari
formasi ini adalah plistosen dan lingkungan pengendapannya pada daerah
darat-payau. Formasi ini menindih tak selaras formasi yang lebih tua yang
masuk kedalam kelompok molasa sulawesi.
c. Formasi buara ( Qi ) terdiri atas terumbu koral, konglomerat dan batupasir.
Umur dari deformasi ini adalah plistosen-holosen dan terendapkan pada
lingkungan laut dangkal.
d. Kompleks ultramafik ( Ku ) terdiri atas harzburgit, dunit, wherlit,
serpentinit, gabro, basalt, dolerit. Satuan ini diperkirakan berumur kapur.
e. Formasi meluhu ( TRJm ) terdiri atas batupasir kuarsa, serpih merah,
batulanau, dan batulumpur. Dibagian bawah dan persilangan serpih hitam,
batupasir, dan batugamping dibagian atas. Formasi ini mengalami tektonik kuat
yang ditandai oleh kemiringan perlapisan batuan hingga 80 derajat dan adanya
puncak antiklin yang memanjang utara barat daya-tenggara. Umur dari formasi
ini diperkirakan trias.
f. Formasi laonti ( TRJt ) terdiri atas batugamping malih, pualam dan kuarsit.
Kuarsit, putih sampai coklat muda, pejal dan keras, berbutir ( granular ), terdiri
atas mineral granoblas, senoblas, dengan butiran dan halus sampai sedang.
Batuan sebagaian besar terdiri dari kuarsa, jumlahnya sekitar 97 %. Oksida besi
bercela di antara kuarsa, jumlahnya sekitar 3 %. Umur dari formasi ini adalah
trias.
g. Kompleks mekongga ( Pzm ) terdir atas sekis, gneiss dan kuarsit. Gneiss
berwarna kelabu sampai kelabu kehijauan, bertekstur heteroblas, xenomorf
sama butiran, terdiri dari mineral granoblas berbutir halus sampai sedang.
Jenis batuan ini terdiri atas gneiss kuarsa biotit dan gneiss muskovit kurang
padat sampai padat.
2.3 Struktur Geologi Regional
Pada lengan tenggara sulawesi, struktur utama yang terbentuk
setelah tumbukan adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo,
sistem sesar lawanopo, sistem sesar konaweha, sesar kolaka, dan banyak sesar
lainnya serta laniasi. Sesar dan laniasi menunjukkan sepasang arah utama
tenggara- barat laut ( 332 derajat ) dan timur laut barat daya ( 42 derajat ). Arah
tenggara barat laut merupakan arah umum dari sesar geser mengiri dilengan
tenggra sulawesi.
Sistem sesar lawanopo termasuk sesar-sesar berarah utama barat
laut-tenggara yang memanjang sekitar 260 Km dari utara malili sampai tanjung
toronipa. Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan sesar matano,
sementara ujung tenggarannya bersambung dengan sesar hamilton yang
memotong sesar naik tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar lawanopo oleh
hamilton ( 1979 ) berdasarkan lawanopo yang ditorehnya. Analisis stereogarfis
orientasi bodin, yang diukur pada tiga lokasi menunjukkan keberagaman
azimuth rata-rata.
Adanya mata air panas didesa toreo, sebelah tenggara tinobu serta
pergeseran pada bangunan dinding rumah dan jalan sepanjang sesar ini
menunjukkan bahwa sistem sesar lawanopo masih aktif sampai sekarang.
Lengan sulawesi tenggara juga merupakan kawasan pertemuan lempeng, yakni
lempeng benua yang bersal dari australia dan lempeng samudra dari pasifik.
Kepingan benua dilengan tenggara sulawesi dinamai mintakat benua sulawesi
tenggara dan mintakat matarombeo. Kedua lempeng dari jenis yang berbeda ini
bertabrakan dan kemudian ditindih oleh endapan molasa sulawesi.
Sebagai akibat subduksi dan tumbukan lempeng pada oligosen
akhir-miosen awal, kompleks ofiolit tersesar- naikkan ke atas mintakat benua.
Molasa sulawesi yang terdiri atas batuan sedimen klastik dan karbonat
terendapkan selama akhir dan sesudah tumbukan, sehingga molasa ini
menindih tak selaras mintakat benua sulawesi tenggara dan kompleks ofiolit
tersebut. Pada akhir kenozoikum lengan ini di koyak oleh sesar lawanopo dan
beberapa pasangannya termasuk sesar kolaka.
2. – rangkuman lipatan
 Limb (sayap) : bagian lipatan yang terletak down-dip dimulai dari
lengkung maksimum suatu antiklin atau up-dip
dimulai dari lengkung suatu sinklin.
 Hinge : titik pelengkungan maksimum pada lapisan yang terlipat.
 Crest : titik puncak tertinggi dari lipatan.
 Trough : titik dasar terendah dari lipatan.
 Core : pusat lipatan.
 Inflection : pertengahan antara dua pelengkungan maksimum.
 Axial line : garis khayal yang menghubungkan titik-titik
pelengkungan maksimum pada setiap permukaan
lapisan. Disebut juga hinge line.
 Axial surface : disebut juga hinge surface; bidang khayal yang
memuat semua axial line atau hinge line. Bidang ini
pada beberapa lipatan dapat merupakan bidang
planar sehingga dinamakan axial plane.
 Crestal line : suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik
tertinggi pada setiap permukaan suatu antiklin.
 Crestal surface : bidang khayal yang memuat semua crestal line suatu
antiklin.
 Trough line : adalahsuatu garis khayal yang menghubungkan
titik-titik terendah pada suatu sinklin.
 Trough surface : bidang khayal yang memuat seluruh trough line suatu
sinklin.

 Plunge : sudut penunjaman dari axial line yang


diukur terhadap bidang horisontal. Sudut ini terletak
pada bidang vertikal.
 Bearing : sudut horisontal yang dihitung terhadap
arah tertentu dan menyatakan arah penunjaman axial
line.
 Pitch : sudut antara axial line dengan bidang atau
garis horisontal yang diukur pada axial plane/surface.
Rangkuman kekar
Kekar (joint) adalah rekahan pada batuan yang belum mengalami
pergeseran. Dari hasil eksperimen dengan memberi gaya pada contoh batuan
akan diperoleh retakan (fracture) yang menyudut lancip dengan arah gaya
kompresi yang tidak pernah melebihi 450, umumnya sekitar 300, tergantung
sudut geser dalam dari batuan. Terbentuk juga retakan lain yang searah
dengan gaya kompresi, disebut extension fracture dan tegak lurus gaya
kompresi disebut release fracture.

Gaya-gaya pembentuk kekar dapat diuraikan menjadi gaya-gaya


yang saling tegak lurus satu sama lain (lihat gambar VI.1). Gaya utama
yang terbesar (P) membentuk sudut lancip dengan kekar gerus yang
saling berpasangan. Gaya menengah (Q) sejajar dengan perpotongan
kedua kekar gerus yang berpasangan tersebut, dan gaya terkecil (R)
membagi dua sudut tumpul.
Rangkuman sesar

Dalam analisis sesar dapat dikerjakan dengan metode grafis


maupun metode stereografis. Dengan metode grafis dapat dianalisis
kedudukan suatu titik, garis dan bidang serta arah dan besar
pergeserannya. Dengan stereografis jarak tidak bisa ditentukan.

Beberapa istilah yang dipakai dalam analisis sesar cara grafis


antara lain:
 Sesar (fault): adalah bidang rekahan atau zona rekahan
pada batuan yang sudah mengalami pergeseran.
 Jurus sesar (strike of fault): arah garis perpotongan bidang
sesar dengan bidang horisontal, biasanya diukur dari arah
utara.
 Kemiringan sesar (dip of fault): adalah sudut yang dibentuk
antara bidang sesar dengan bidang horisontal, diukur tegak
lurus strike.
 Net slip : pergeseran relatif suatu titik yang semula berimpit
pada bidang sesar akibat adanya sesar.
 Rake : sudut yang dibentuk oleh net slip dengan strike slip
(pergeseran horisontal searah jurus) pada bidang sesar.

Anda mungkin juga menyukai