Artikel
Hubungan Litologi dan Morfologi Terhadap Kualitas Air Tanah di Desa Lolibu dan
Sekitarnnya Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan litologi dan morfologi terhadap kualitas air tanah di
daerah telitian. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi literatur, penelitian lapangan
berupa pengambilan data litologi, morfologi, geohidrologi, dan analisa laboratorium. Geomorfologi daerah
penelitian terdiri dari morfologi dataran pantai, morfologi dataran karst dan morfologi perbukitan rendah karst.
Satuan litologi daerah penelitian berupa batugamping weckstone, packstone dan kristalin serta endapan alluvium
terdiri dari meterial batugamping, cangkang kerang, dan terumbu karang yang berukuran bongkah hingga lempung.
Hasil penelitian air tanah yang memiliki kualitas cukup baik atau memenuhi baku mutu diperoleh rasa tawar, tidak
berbau, tidak berwarna, zat padatan terlarut 123-880 mg/l, kandungan besi (Fe) 0,0644-01360 mg/l, kandungan
klorida (Cl) 83,97-238,93 mg/l, kesadahan (CaCO3) 314,16-480,48 mg/l berada di wilayah pedataran karst dengan
variasi ketinggian muka air tanah 0,63-7,08 mdpl, tersusun atas litologi batugamping packstone dominan skeletal
grain 55-60%. Sedangkan air tanah yang memiliki kualitas kurang baik atau melewati baku mutu diperoleh rasa
payau dan asin serta memiliki kesadahan (CaCO3) 525,36-535,92 mg/l berada di wilayah garis pantai dengan
elevasi ketinggian muka air tanah -0,6 sampai 2 mdpl, tersusun atas litologi batugamping weckstone dan kristalin
dominan lumpur kalsit (mud calcite) 40%.
Abstract : This study aims to determine the relationship between lithology and morphology of groundwater quality
in the study area. The research methodology used in this research is literature study, field research in the form of
data collection of lithology, morphology, geohydrology, and laboratory analysis. The geomorphology of the
research area consists of the morphology of the coastal plain, the morphology of the karst plain and the morphology
of the low karst hills. The lithology units of the research area are weckstone, packstone and crystalline limestones as
well as alluvium deposits consisting of limestone material, shells, and coral reefs ranging in size from chunks to
clay. The results of the research of groundwater that has good enough quality or meets the quality standards
obtained tasteless, odorless, colorless, dissolved solids 123-880 mg/l, iron (Fe) 0.0644-01360 mg/l, chloride content
(Cl) 83.97-238.93 mg/l, hardness (CaCO3) 314.16-480.48 mg/l is in the karst plains with variations in ground water
level 0.63-7.08 mdpl, composed of lithology packstone limestone dominant skeletal grain 55-60%. Meanwhile,
groundwater that has poor quality or exceeds the quality standard has a brackish and salty taste and has a hardness
(CaCO3) of 525.36-535.92 mg/l in the coastal area with an elevation of the ground water level -0.6 to 2 mdpl,
composed of weckstone limestone lithology and the dominant crystalline calcite mud (mud calcite) 40%.
Keywords: Lithology, Morphology, Groundwater
PENDAHULUAN
Air tanah merupakan sumber utama cadangan air tawar yang bekerja dalam siklus
hidrostatik. Air tanah terdapat dalam batuan yang berada dibawah permukaan tanah meliputi
keterdapatan, penyebaran dan pergerakan air tanah terhadap kondisi geologi suatu daerah. Formasi
batuan yang mengandung air bertindak sebagai penyalur atau reservoir. Aset air tanah menjadi hal
Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:1
Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583
penting bagi manusia terutama kondisi saat ini yang diperparah oleh adanya polusi, urbanisasi, dan
industrialisasi (Raju et al., 2011).
Pemanfaatan air tanah sebagian besar digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti
keperluan mandi,mencuci dan sebagainya. Pengambilan air tanah yang berlebihan penyebabkan
terjadinya ruang kosong di dalam akuifer dan mengakibatkan tinggi muka air tanah lebih rendah di
bandingkan dengan permukaan air laut. Perbedaan tinggi tersebut akan mengakibatkan terjadinya
pencemaran air tanah (Suhartono dkk, 2013).
Kondisi fisik dan kimia air tanah sangat berpengaruh terhadap layak atau tidaknya air tanah
untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi fisik dan kimia yang berlebihan akan sangat
berbaya jika terlarut dalam air tanah terutama yang digunakan untuk air minum akan berdampak
buruk dan berujung pada kematian.
Daerah penelitian yang berada di Desa Lolibu dan sekitarnya, Kecamatan Lakudo,
Kabupaten Buton Tengah, provinsi Sulawesi tenggara. Merupakan wilayah pesisir yang
mengindikasikan adanya kandungan unsur garam seperti klorida (Cl), morfologi daerah penelitian
merupakan kawasan karst berupa litologi batu gamping yang memiliki kandungan CaCO3
sehingga akan mempengaruhi kerentanan kualitas air tanah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air tanah berdasarkan parameter fisik dan
kimia sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017 tentang
persyaratan standar baku mutu air tanah yang diperbolehkan pemanfaatannya. Penelitian bertujuan
untuk menentukan titik lokasi air tanah, sehingga dapat mengetahui lokasi mana saja yang
memiliki kualitas air tanah yang baik dan buruk, serta menentukan hubungan litologi dan
morofologi di lokasi penelitian yang menjadi penyebab kualitas air tanah.
Lokasi penelitian berada di Desa Lolibu Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah
Provinsi Sulawesi Tenggara, berada pada koordinat 5˚17’0” LS - 5˚19’0” LS dan 122˚27’30” BT -
122˚30’0” BT. Lokasi penelitian dapat di tempuh melalui dua jalur yaitu jalur darat dan jalur laut.
Jalur laut dapat ditempuh dengan menggunakan kapal jurusan Kendari-Raha (Muna). Kemudian
dilanjutkan ke lokasi penelitian sekitar 3 jam perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan roda
empat dan roda dua. Peta administrasi lokasi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1
berikut.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode kualitatif yang didukung oleh
oleh data kauntitatif. Metode kualitatif dengan melakukan survey langsung dilapangan untuk
pengambilan data geologi dan data geohidrologi, kemudian dilakukan metode kuantitatif dengan
analisis secara mikroskopis serta analisis laboratorium menggunakan metode titrasi dan Atomic
Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:3
Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583
Tahap pendahuluan
Sebelum dilaksanakan kegiatan penelitian, dilakukan pengumpulan data- data mengenai
kondisi daerah penelitian seperti kondisi geologi regional dari daerah penelitian dan interpertasi peta
topografi. Selain mengumpulkan data-data mengenai kondisi daerah penelitian dilakukan juga
penyusunan proposal, mengurus surat-surat administrasi, persiapan alat dan bahan yang digunakan
untuk penelitian dan studi literatur mengenai judul penelitian. Studi literatur untuk mengumpulkan
informasi yang berhubungan dengan tema penelitian yang akan dilakukan agar mempermudah saat
pelaksanaan penelitian.
Analisis data
Analisis data terbagi menjadi 2 yaitu analisis data geologi dan analisis data laboratorium.
Analisis geologi dilakukan secara megaskopis dan pengolahan datanya menggunakan aplikasi
Arcgis. Sedangkan analisis laboratorium menggunakan metode AAS dan titrasi. Kemudian
dilakukan penggabungan data antara data kualitas sifat fisik dan kimia air tanah dengan data
dilapangan. Interpertasi yang dilakukan dari penggabungan data tersebut akan menentukan baik
dan tidaknya air tanah sebagai kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat.
Satuan batugamping
Penamaan satuan batuan didasarkan pada ciri fisik litologi yang dijumpai di lapangan
terutama sepanjang lintasan lokasi penelitian. Satuan ini dijumpai hampir seluruh luas daerah
penelitian. Menempati 70% dari luas daerah penelitian. Satuan batugamping ini pada umumnya
tersikap dalam kondisi segar hingga agak lapuk dan tidak menunjukan perlapisan batuan.
Berdasarkan deskripsi sampel litologi dan hasil analisis petrografi satuan batugamping ini
terdiri dari tiga jenis yaitu jenis batugamping weckstone, jenis batugamping packstone dan jenis
batugamping crystalline. Penamaan jenis batuan ini mengikuti klasifikasi Dunham (1962) serta
Embry and Klovan (1971) dalam Hidayat, (2016).
Berdasarkan kenampakan batuan secara mikroskopik jenis batuan ini memiliki warna
absorbsi coklat kehitaman, tekstur interpracticle dan vug, struktur tidak berlapis dan warna
interferensi coklat kehitaman, merah muda, hijau dan biru, mud (±5%) ukuran mineral <0,001 mm
dan skeletal grain (±55%) <1 mm.
Berdasarkan kenampakan batuan secara mikroskopik jenis batuan ini memiliki warna
absorbsi coklat kehitaman, tekstur interpracticle dan vug, struktur tidak berlapis dan warna
interferensi coklat kehitaman, merah muda, hijau dan biru. Disusun oleh kalsit (±30%) ukuran
mineral <0,02-0,6 mm, pore (±10%) 0,1-0,2 mm, mud (±5%) ukuran mineral <0,001 mm dan
tskeletal grain (±55%) <1 mm, berupa tubuh organisme foraminifera.
Satuan aluvium
Penamaan satuan ini didasarkan pada ciri fisik material sebagai penyususun endapan pantai
yang bersifat lepas. Satuan ini dijumpai pada stasiun LT 13 (Lampiran 1) menempati ± 6% dari
luas daerah penelitian. Satuan aluvium berada di garis pantai yang merupakan hasil dari rombakan
batuan sebelumnya dan dikontrol oleh endapan pantai tetapi belom terkompaksi.
Satuan endapan ini disusun oleh material aluvial pantai berkuran lempung, pasir, kerakal
sampai bongkah. Terdiri dari fragmen batugamping, cangkang-cangkang kerang dan terumbu
karang yang mengalami pelapukan, kemudian tererosi dan terendapkan. Satuan endapan alluvial
merupakan satuan termuda yang ada di daerah penelitian.
Kedalaman Muka airtanah di daerah penelitian sangat dipengaruhi oleh topografi yang
berkembang. Data kedalaman total sumur, tinggi muka air tanah, dan elevasi topografi disetiap
tempat sangatlah penting untuk mendukung data penentuan kedalaman muka air tanah. Kedalaman
muka airtanah diukur terhadap permukaan tanah pada sumur gali dengan menggunakan meteran.
Hasil pengukuran elevasi (posisi sumur dengan permukaan air laut) dari 20 titik sumur
wargaberkisar antara 2–18 meter dengan ketinggian rata-rata elevasi 4,8 meter. Sedangkan
kedalaman air tanah dari permukaan tanah berkisar 0,9–25 meter dengan kedalaman rata-rata air
tanah dari permukaan tanah adalah 3.85 meter. Berdasarkan data elevasi dan kedalaman rata-rata air
tanah dari permukaan tanah kemudian dikonversi dengan cara menghitung selisih data keduanya
untuk mendapatkan ketinggian muka airtanah. Hasil perhitungan diperoleh ketinggian muka
airtanah berdasarkan posisinya dari permukaan laut berkisar antara -6 sampai 7,08 meter dengan
ketinggian rata-rata muka airtanah sebesar 0,95 meter.
Tabel 1. Hasil pengukuran tinggi muka air tanah
Muk
Elevasi Kedalama
Stasiu a air
permukaa n sumur Litologi Rasa
n tanah
n (mdpl) (m)
(m)
1 2 1.46 0.54 Crystallin Asin
e
2 3 2.37 0.63 Packstone Tawa
r
3 4 0.9 3.1 Packstone Tawa
r
4 4 1 3 Packstone Tawa
r
5 4 1.8 2.2 Packstone Tawa
r
6 4 2.55 1.45 Packstone Tawa
r
7 4 3.6 0.4 Weckston Payau
e
8 18 15 3 Weckston Payau
e
9 2 2.91 -0.91 Weckston Asin
e
10 2 2.75 -0.75 Weckston Asin
e
11 2 3.19 -1.19 Weckston Asin
e
12 2 2.5 -0.5 Weckston Asin
e
13 14 20 -6 Weckston Payau
e
14 2 2.6 -0.6 Weckston Payau
e
Hasil dari pengukuran yang diperoleh barupa data elevasi muka air tanah dari setiap
pengamatan titik sumur dilakukan interpolasi dengan metode Inverse Distance Weighted (IDW).
Metode ini digunakan untuk menentukan sebaran tinggi muka air tanah dari permukaan tanah yang
dilakukan untuk estimasi nilai pada lokasi penelitian yang tidak dilakukan pengukuran atau
pengangambilan data.
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa air tanah di daerah penelitian berupa
parameter fisik terhadap rasa, bau, warna, pH dan zat padatan terlarut (TDS) dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Rasa
Hasil analisa parameter fisik terhadap rasa menunjukan bahwa titik sampel airtanah yang
berada pada stasiun ST 2, ST 3, ST 4, ST 5 ST 6, ST 17, ST 18, ST 19 dan ST 20 memiliki rasa air
tawar. Sedangkan pada stasiun ST 1, ST 9, ST 10, ST 11, ST 12 memiliki rasa asin dan pada stasiun
ST 8, ST 13, ST-7, ST 14, ST 15, ST 16 memiliki rasa payau. Rasa asin dan payau pada lokasi
penelitian disebabkan oleh muka air laut lebih tinggi dibandingkan muka airtanah. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017 bahwa 9 titik sumur
pengambilan sampel air masih baik atau berada dibawah standar baku yang diizinkan sebagai air
minum. Sedangka pada 11 titik sampel air tanah lainnya hanya digunakan untuk keperluan mandi,
mencuci pakaian, gosok gigi, dan mencuci bahan pangan.
Bau
Analisis kualitas air tanah berdasarkan parameter fisik untuk bau pada 20 titik lokasi
pengambilan sampel air tanah menunjukan keadaan tidak berbauh. Hal ini mengindikasikan bahwa
air tanah daerah penelitian cukup baik. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 32 Tahun 2017 air tanah lokasi penelitian masih dibawah standar baku mutu air yang
diizinkan.
Warna
Analisis kualitas air tanah berdasarkan parameter fisik untuk warna pada 20 titik lokasi
pengambilan sampel air tanah menunjukan keadaan keanampakan warna bening/jernih atau tidak
memperlihatkan keadaan air yang keruh. Hal ini mengindikasikan bahwa air tanah daerah penelitian
masih baik. Berdasarkann Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017
masih dalam standar baku yang diizinkan sebagai kebutuhan air bersih.
Analisa kualitas air tanah berdasarkan kondisi asam basa pada 20 titik sampel air tanah di
daerah penelitian berkisar antara 6,5-8,5. Nilai pH 6,5 yaitu basa atau terendah terdapat pada stasiun
ST 1, ST 10, ST 11 dan ST 6, untuk pH Netral yaitu nilai 7 terdapat pada stasiun ST 2, ST 3, ST 6,
ST 9, ST 14, ST 17, ST 18. Serta nilai pH 7.5-8,5 yaitu basa atau tertinggi terdapat pada stasiun ST
4, ST 5, ST 7, ST 8, ST 12, ST 13, ST 15, ST 19, dan ST 20. Berdasarkan nilai pH tersebut kondisi
air tanah daerah penelitian cukup baik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 32 Tahun 2017 tentang standar baku mutu air yang diizinkan dengan nilai pH 6,5-8,5.
Besi (Fe)
Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap tempat di bumi, pada
semua lapisan geologis dan badan air. Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar
dari 1 mg/l, tetapi di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Besi (Fe) berada dalam tanah
dan batuan sebagai ferioksida (Fe2O3) dan ferihidroksida (Fe(OH)3). Air tanah mengandung besi
terlarut berbentuk ferro (Fe2+). Jika air tanah dipompakan keluar dan konrak dengan udara (oksigen)
maka besi (Fe2+) akan teroksidasi menjadi ferihidroksida (Fe(OH) 3) (Febrina, 2014).
Hasil sampel air tanah yang diperoleh dari 5 titik sumur disimpan pada botol kaca untuk
dilakukan analisis kadar logam besi (Fe) di laboratorium dengan menggunakan metode Atomic
Absorption Spectrop Hotometer (AAS). Metode ini merupakan metode analisis yang didasarkan
pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar
(ground state).
Gambar 11. Hasil analisis parameter kimia terhadap unsur logam besi (Fe).
Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:12
Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583
Grafik ini merupakan hasil analisis unsur besi (Fe) yang mewakili 20 sampel airtanah
daerah penelitian. Hasil analisis unsur besi (Fe) berkisar antara 0,0644 mg/l sampai 0,1360 mg/l.
Unsur Fe dengan nilai terendah berada pada ST-2, sedangkan nilai tertinggi berada pada ST-15.
Nilai unsur besi (Fe) yang diperoleh masih berada dibawah standar baku mutu air. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017 tentang standar baku mutu air
yang diizinkan terhadap kandungan besi (Fe) 1 mg/l.
Klorida (Cl)
Unsur klorida adalah anion yang dominan diperairan laut. Sekitar ¾ dari klorida yang
terdapat di bumi ini berupa larutan. Selain dalam bentuk larutan, klorida juga berada pada bentuk
padatan atau batuan. Kandungan unsur klorida dalam airtanah berasal dari pelapukan batuan dan
soil yang terlarut (Renne Irinne, 2011). Alaminya, keberadaan unsur klorida pada air terdapat di
(1) lingkungan laut, (2) hasil pelapukan alami dari batuan dasar, material permukaan dan tanah, (3)
pertemuan tubuh air dengan endapan geologi yang mengandung halite, (4) intrusi air asin, dan (5)
kegiatan vulkanik (USGS, 2009).
0.00
ST.2 ST.7 ST.11 ST.12 ST.15 ST.17 ST.19
Kandungan Cl
Gambar 12. Hasil analisis parameter kimia terhadap unsur Klorida (Cl).
Grafik ini merupakan hasil analisis unsur Klorida (Cl) yang mewakili dari 20 sampel
airtanah daerah penelitian. Hasil analisa parameter kimia terhadap unsur klorida (Cl) didapatkan
nilai terkecil sampai terbesar berkisar antara 78,98 mg/l - 238,93 mg/l. Nilai kandungan klorida
(Cl) yang masih dibawah standar baku mutu air atau sangat baik penggunaanya barada pada ST-2,
ST-17 dan ST-19 dengan variasi ketinggian muka airtanah berkisar antara 0,63 mdpl – 7,08 mdpl.
Sedangkan nilai kandungan klorida (Cl) yang mendekati batas maksimum mutu air atau rawan
penggunaanya berada pada ST-7, ST-11, ST-12 dan ST-15 dengan variasi ketinggian muka
airtanah berkisar antara -0,6 mdpl – 2 mdpl. Dari hasil analisis kandungan klorida (Cl) tersebut,
lokasi penelitian memiliki kualitas air tanah yang baik untuk dimanfaatkan.
Kesadahan (CaCO3)
Kesadahan dalam air sebagain besar berasal dari kontak antara air dengan tanah atau batuan
(Sutrisno dan Suciastuti, 2010). Kesadahan adalah sebagai karbonat yang sangat sensitif terhadap
panas dan mengendap dengan mudah pada suhu tinggi (Renne Irinne, 2011).
Pengambilan sampel airtanah pada daerah penelittian dilakukan secara langsung dengan
menggunakan timba, kemudian disimpan pada botol kaca yang selanjutnya dilakukan analisis
laboratorium dengan cara titrasi kompleksiometri berdasarkan prinsip pembentukan senyawa
kompleks yang larut antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks Ca dan EDTA.
200.00
0.00
ST.2 ST.7 ST.11 ST.12 ST.15 ST.17 ST.19
Kandungan CaCO3
Grafik ini merupakan hasil analisis unsur CaCO 3 yang mewakili 20 sampel air tanah daerah
penelitian. Hasil analisis kandungan CaCO3 berkisar antara 314,16 mg/l sampai 535,92 mg/l. Nilai
kandungan CaCO3 yang masih dibawah standar baku mutu air atau cukup baik penggunaanya
barada pada ST-2, ST-17 dan ST-19 disusun atas litologi batugamping packstone dominan
berkomposisi mineral skeletal grain sebesar 55-60%. Sedangkan nilai kandungan (CaCO3) yang
mendekati atau melewati batas maksimum mutu air berada pada ST-7, ST-11, ST-12 dan ST-15
yang disusun atas litologi batugamping wackstone dan dominan berkomposisi mineral kalsit dan
lumpur kalsit sebesar 65%. Komposisi mineral pada litologi batugamping weckstone dan
packstone menyebabkan perbedaan nilai kandungan (CaCO 3) pada airtanah di daerah penelitian.
Dari hasil analisis kandungan (CaCO3) tersebut, sebagian wilayah lokasi penelitian memiliki
kualitas air tanah yang buruk. Hal ini sesuai dengan kondisi pengamatan dilapangan, dimana pada
saat dilakukan pemanasan atau dimasak menujukan adanya pengendapan zat kapur.
Perjalanan airtanah mengalami proses waktu yang lama serta mengalami kontak dengan
berbagai batuan yang mempengaruhi perubahan komposisi kimia dan kualitas airtanah itu sendiri.
Berdasarkan pengamatan di lapangan daerah penelitian tersusun atas tiga jenis satuan batugamping,
yaitu batugamping weckstone, packstone dan crystalline. Batugamping dominan berkomposisi
CaCO3 sehingga mudah larut dan terubah oleh proses pelapukan terutama disebabkan air hujan,
proses pelarutan dan pelapukan tersebut menyebabkan terbentuknya celah atau rongga dalam
batuan. Sehingga fluida seperti air tanah dan air laut sangat muda untuk masuk menorobos kedalam
batuan melalui zona percelahan atau rongga batuan.
Berdasarkan hasil analisis sifat fisik terhadap rasa, air tanah daerah penelitian memiliki rasa
tawar, payau dan asin. Air tanah yang memiliki rasa tawar terdapat pada ST-2, ST-3, ST-4, ST-5,
ST-6, ST-17, ST-18,ST-19 dan ST-20 disusun atas litologi batugamping packstone serta airtanah
yang memiliki rasa payau dan asin terdapat pada ST-1, ST-7, ST-8, ST-9, ST-10, ST-11, ST-12, ST-
13, ST-4 ST-15 dan ST-16 disusun atas litologi batugamping wekckstone dan kristalin. Perbedaan
rasa air tanah ini kemungkinan disebabkan oleh celah, rongga dan kandungan lumpur yang ada
pada jenis-jenis litologi batugamping. Sedangkan hasil analisis parameter kimia kandungan CaCO 3
air tanah di daerah penelitian memiliki kualitas air yang tidak memenuhi standar baku air yaitu
teradapat pada ST-7 mempunyai nilai 525,36 mg/l dan ST-15 dengan nilai 535,92 mg/l tersusun atas
litologi batugamping weckstone.
Penentuan air tanah sebagai kebutuhan seperti mandi, sikat gigi, mencuci pakaian, mencuci
peralatan makanan serta untuk air minum didasarkan atas kelompok kriteria yang berkaitan dengan
penilaian jumlah dan mutu air tanah dari sisi kandungan sifat fisik dan kimia berupa warna, bau,
rasa, zat padatan terlarut, pH, besi (Fe), kesadahan (CaCO3), dan Klorida (Cl) menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017.
Daerah telitian Desa Lolibu, Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah dilihat dari jenis
litologi, morfologi dan senyawa kimia yang terkandung dalam air tanah sebagian wilayah
mempunyai potensi kualitas air tanah cukup baik atau masih dalam batas wajar yang diperbolehkan
pemanfaatannya dan layak untuk dikonsumsi sebagai air minum.
Kesimpulan
1. Kualitas air tanah di Desa Lolibu Kecamatan Lakudo Kabupaten buton Tengah:
i. Kualitas air tanah berdasarkan parameter warna, bau, dan zat padatan terlarut tidak
melewati baku mutu yang ditetapkan, sedangkan untuk parameter rasa sebagian titik
sumur melewati baku mutu yang ditetapkan.
ii. Kualitas air tanah berdasarkan parameter besi (Fe) dengan nilai berkisar 0,0898-0,1247
mg/l dan parameter klorida (Cl) dengan nilai berkisar 79,98-238,93 mg/l tidak melewati
baku mutu yang ditetapkan, sedangkan untuk parameter kesadahan (CaCO3) dengan
nilai berkisar 314,16-535,92 mg/l terdapat titik sumur yang melewati baku mutu air,
yaitu pada ST 7 dengan nilai 525,36 mg/l dan ST 15 dengan nilai kesadahan 535,92
mg/l.
Daftar Pustaka
Febrina Laila. 2014. Studi Penurunan Kadar Besi (Fe) Dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah Menggunakan Saringan Keramik.
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Sahid. Jakarta.
Irinne Enne. 2011. Studi Geologi Dan Kualitas Airtanah Daerah Pleret Dan Sekitarnya, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas
Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta
Raju, N.J Shukla, U.K dan Ram, P. 2011, Hydrogeochemistry for the Assessment of Groundwater Quality in Varansi: a fast-
urbanizing center in Ultra Pradesh, India. Enviromental Monitoring and Assessment
Suhartono, Edi., Purwanto dan Suripin., 2013, Faktor Penyebab Intrusi Air Laut Terhadap Air Tanah Pada Akuifer Dalam Di Kota
Semarang. Wahana TEKNIK SIPIL,Vol.18, No.2, Hal.76 - 87.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik ndonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian
Umum.
Sikumbang, N., Sanyoto, P., Supandjono, R.J.B. dan Gafoer, S., 1995. Peta Geologi Lembar Buton, Sulawesi Tenggara skala 1 :
250.000. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi.
Van Zuidam. eR.A. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analisis and Geomorphologhic Mapping. Smith Publiser,
Netherland 442 hal.