Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020

ISSN 2447- 8583

Artikel

Hubungan Litologi dan Morfologi Terhadap Kualitas Air Tanah di Desa Lolibu dan
Sekitarnnya Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah

Sabarudin1*, Muliddin1, Ali Okto1


1
Teknik Geologi, Universitas Halu Oleo, Kampus Hijau Tridharma Anduonohu, Jl. H.E.A Mokodompit,
Kendari 93232
* Korespondensi: sabarudin2297@gmail.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan litologi dan morfologi terhadap kualitas air tanah di
daerah telitian. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi literatur, penelitian lapangan
berupa pengambilan data litologi, morfologi, geohidrologi, dan analisa laboratorium. Geomorfologi daerah
penelitian terdiri dari morfologi dataran pantai, morfologi dataran karst dan morfologi perbukitan rendah karst.
Satuan litologi daerah penelitian berupa batugamping weckstone, packstone dan kristalin serta endapan alluvium
terdiri dari meterial batugamping, cangkang kerang, dan terumbu karang yang berukuran bongkah hingga lempung.
Hasil penelitian air tanah yang memiliki kualitas cukup baik atau memenuhi baku mutu diperoleh rasa tawar, tidak
berbau, tidak berwarna, zat padatan terlarut 123-880 mg/l, kandungan besi (Fe) 0,0644-01360 mg/l, kandungan
klorida (Cl) 83,97-238,93 mg/l, kesadahan (CaCO3) 314,16-480,48 mg/l berada di wilayah pedataran karst dengan
variasi ketinggian muka air tanah 0,63-7,08 mdpl, tersusun atas litologi batugamping packstone dominan skeletal
grain 55-60%. Sedangkan air tanah yang memiliki kualitas kurang baik atau melewati baku mutu diperoleh rasa
payau dan asin serta memiliki kesadahan (CaCO3) 525,36-535,92 mg/l berada di wilayah garis pantai dengan
elevasi ketinggian muka air tanah -0,6 sampai 2 mdpl, tersusun atas litologi batugamping weckstone dan kristalin
dominan lumpur kalsit (mud calcite) 40%.

Kata kunci: Litologi, Morfologi dan Air Tanah

Abstract : This study aims to determine the relationship between lithology and morphology of groundwater quality
in the study area. The research methodology used in this research is literature study, field research in the form of
data collection of lithology, morphology, geohydrology, and laboratory analysis. The geomorphology of the
research area consists of the morphology of the coastal plain, the morphology of the karst plain and the morphology
of the low karst hills. The lithology units of the research area are weckstone, packstone and crystalline limestones as
well as alluvium deposits consisting of limestone material, shells, and coral reefs ranging in size from chunks to
clay. The results of the research of groundwater that has good enough quality or meets the quality standards
obtained tasteless, odorless, colorless, dissolved solids 123-880 mg/l, iron (Fe) 0.0644-01360 mg/l, chloride content
(Cl) 83.97-238.93 mg/l, hardness (CaCO3) 314.16-480.48 mg/l is in the karst plains with variations in ground water
level 0.63-7.08 mdpl, composed of lithology packstone limestone dominant skeletal grain 55-60%. Meanwhile,
groundwater that has poor quality or exceeds the quality standard has a brackish and salty taste and has a hardness
(CaCO3) of 525.36-535.92 mg/l in the coastal area with an elevation of the ground water level -0.6 to 2 mdpl,
composed of weckstone limestone lithology and the dominant crystalline calcite mud (mud calcite) 40%.
Keywords: Lithology, Morphology, Groundwater

Published By: Article History:


Submitted
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Halu Oleo 6 Desember 2021
Address: First Revision
Jl. H.E.A Mokodompit, Kendari 93232 10 Desember 2021
Second Revision
Email: 12 Desember 2021
jtk@unja.ac.id Accepted
19 Desember 2021

PENDAHULUAN
Air tanah merupakan sumber utama cadangan air tawar yang bekerja dalam siklus
hidrostatik. Air tanah terdapat dalam batuan yang berada dibawah permukaan tanah meliputi
keterdapatan, penyebaran dan pergerakan air tanah terhadap kondisi geologi suatu daerah. Formasi
batuan yang mengandung air bertindak sebagai penyalur atau reservoir. Aset air tanah menjadi hal
Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:1
Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

penting bagi manusia terutama kondisi saat ini yang diperparah oleh adanya polusi, urbanisasi, dan
industrialisasi (Raju et al., 2011).

Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:2


Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Pemanfaatan air tanah sebagian besar digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti
keperluan mandi,mencuci dan sebagainya. Pengambilan air tanah yang berlebihan penyebabkan
terjadinya ruang kosong di dalam akuifer dan mengakibatkan tinggi muka air tanah lebih rendah di
bandingkan dengan permukaan air laut. Perbedaan tinggi tersebut akan mengakibatkan terjadinya
pencemaran air tanah (Suhartono dkk, 2013).
Kondisi fisik dan kimia air tanah sangat berpengaruh terhadap layak atau tidaknya air tanah
untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi fisik dan kimia yang berlebihan akan sangat
berbaya jika terlarut dalam air tanah terutama yang digunakan untuk air minum akan berdampak
buruk dan berujung pada kematian.
Daerah penelitian yang berada di Desa Lolibu dan sekitarnya, Kecamatan Lakudo,
Kabupaten Buton Tengah, provinsi Sulawesi tenggara. Merupakan wilayah pesisir yang
mengindikasikan adanya kandungan unsur garam seperti klorida (Cl), morfologi daerah penelitian
merupakan kawasan karst berupa litologi batu gamping yang memiliki kandungan CaCO3
sehingga akan mempengaruhi kerentanan kualitas air tanah.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air tanah berdasarkan parameter fisik dan
kimia sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017 tentang
persyaratan standar baku mutu air tanah yang diperbolehkan pemanfaatannya. Penelitian  bertujuan 
untuk menentukan titik lokasi air tanah, sehingga dapat mengetahui lokasi mana saja yang
memiliki kualitas air tanah yang baik dan buruk, serta menentukan hubungan litologi dan
morofologi di lokasi penelitian yang menjadi penyebab kualitas air tanah.
Lokasi penelitian berada di Desa Lolibu Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah
Provinsi Sulawesi Tenggara, berada pada koordinat 5˚17’0” LS - 5˚19’0” LS dan 122˚27’30” BT -
122˚30’0” BT. Lokasi penelitian dapat di tempuh melalui dua jalur yaitu jalur darat dan jalur laut.
Jalur laut dapat ditempuh dengan menggunakan kapal jurusan Kendari-Raha (Muna). Kemudian
dilanjutkan ke lokasi penelitian sekitar 3 jam perjalanan darat dengan menggunakan kendaraan roda
empat dan roda dua. Peta administrasi lokasi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1
berikut.

Gambar 1. Peta administrasi lokasi penelitian.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode kualitatif yang didukung oleh
oleh data kauntitatif. Metode kualitatif dengan melakukan survey langsung dilapangan untuk
pengambilan data geologi dan data geohidrologi, kemudian dilakukan metode kuantitatif dengan
analisis secara mikroskopis serta analisis laboratorium menggunakan metode titrasi dan Atomic
Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:3
Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Absorption Spectrophotometry (AAS).

Tahap pendahuluan
Sebelum dilaksanakan kegiatan penelitian, dilakukan pengumpulan data- data mengenai
kondisi daerah penelitian seperti kondisi geologi regional dari daerah penelitian dan interpertasi peta
topografi. Selain mengumpulkan data-data mengenai kondisi daerah penelitian dilakukan juga
penyusunan proposal, mengurus surat-surat administrasi, persiapan alat dan bahan yang digunakan
untuk penelitian dan studi literatur mengenai judul penelitian. Studi literatur untuk mengumpulkan
informasi yang berhubungan dengan tema penelitian yang akan dilakukan agar mempermudah saat
pelaksanaan penelitian.

Tahap pengambilan dan pengumpulan data

Pengambilan data geologi


Pengambilan data geologi dilapangan untuk mengetahui pengaruh geologi terhadap kualitas
air tanah di daerah penelitian. Pengambilan data geologi berupa data litologi, geomorfologi dan
struktur geologi yang terdapat di lokasi penelitian.

Pengambilan data sumur


Data sumur yang diambil berupa, titik koordinat dari setiap sumur yang ada di lokasi
penelitian, Ketinggian topografi permukaan yang diambil dari titik ketinggian berdasarkan muka
air laut dengan titik sumur pengamatan, Ketinggian muka air tanah terhadap dasar sumur,
kedalaman muka air tanah yang diperoleh dari perhitungan nilai elevasi permukaan dikurangi nilai
tinggi muka air tanah pada titik sumur, pengukuran pH dan zat padatan terlarut (TDS)
menggunakan alat Ter mometer.

Analisis data
Analisis data terbagi menjadi 2 yaitu analisis data geologi dan analisis data laboratorium.
Analisis geologi dilakukan secara megaskopis dan pengolahan datanya menggunakan aplikasi
Arcgis. Sedangkan analisis laboratorium menggunakan metode AAS dan titrasi. Kemudian
dilakukan penggabungan data antara data kualitas sifat fisik dan kimia air tanah dengan data
dilapangan. Interpertasi yang dilakukan dari penggabungan data tersebut akan menentukan baik
dan tidaknya air tanah sebagai kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Morfologi daerah penelitian


Morfologi pada daerah penelitian ditentukan berdasarkan klasifikasi relief, beda tinggi dan
kemiringan lereng (Van Zuidam, 1985), sebagai dasar pembagian satuan morfologi. Berdasarkan
pengamatan dan data lapangan daerah penelitian dijumpai (tiga) jenis satuan morfologi yaitu satuan
morfologi perbukitan rendah karst disusun oleh batugamping packstone, satuan morfologi pedatan
karst disusun oleh batugamping weckstone, packstone dan crystallin, dan dataran pantai disusun
oleh batugamping weckstone, cryatalline dan alluvium berupa material batugamping, cangkang
kerang, dan terumbu karang yang berukuran bongkah sampai lempung. Satuan morfologi daerah
penelitian adalah sebagai berikut:

Satuan bentang alam perbukitan rendah karst


Satuan ini menempati kurang lebih 30% dari seluruh luas daerah penelitian. Pendekatan
morfometri menunjukan persentase sudut lereng sekitar 8-15%, beda tinggi sekitar 15-60 mdpl.
Relief berupa perbukitan rendah bergelombang bentuk puncak relatif tumpul. Morfologi karst
berupa tekstur permukaan yang kasar dicirikan dengan bentuk rekahan, celah dan gua-gua sebagai
hasil pelarutan yang mengindikasikan adanya pelarutan yang cukup tinggi.

Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:4


Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Gambar 2. Morfologi dataran tinggi karst dengan arah kamera N 14֯ E.

Satuan bentang alam dataran rendah karst


Satuan ini menempati kurang lebih 40% dari seluruh luas daerah penelitian. Pendekatan
morfometri menunjukan persentase sudut lereng sekitar 2-7%, beda tinggi sekitar 2-15 mdpl. Relief
berupa perbukitan rendah bergelombang bentuk puncak relatif tumpul. Kenampakan morfologi karst
berupa tekstur permukaan yang kasar dicirikan dengan bentuk rekahan, celah dan gua-gua sebagai
hasil pelarutan terhadap batugamping yang mengindikasikan adanya pelarutan yang cukup tinggi.

Gambar 3. Morfologi dataran karst dengan arah kamera N 112֯ E.

Satuan bentang alam dataran pantai


Satuan ini menempati kurang lebih 10% dari seluruh luas daerah penelitian. Satuan ini dapat
dijumpai pada bagian selatan dan barat daerah penelitian. Morfometri persenyase sudut lereng 0-1%,
beda tinggi 0-0.2 m, menunjukan pola topografi datar berada digaris antai. Aspek utama pembagian
bentuk lahan ini yaitu morfogenesa material lepas hasil rombakan batuan sedimen karbonat berupa
bongkahan batugamping dan meterial lepas hasil transportasi terumbu karang berupa butiran pasir.
Morfologi ini dipengaruhi oleh gelombang air laut yang berada pada zona muka air laut, adanya
gelombang air laut mengakibatkan erosi dan pelapukan.

Gambar 4. Morfologi dataran pantai arah kamera N 104֯ E dan N 128֯ E.

Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:5


Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Gambar 5. Peta satuan geomorfologi daerah penelitian.

Startigrafi dearah Penelitian


Berdasarkan ciri litologi dan kesamaan fisik data lapangan pada daerah penelitian dijumpai
dua satuan batuan. Satuan batuan tersebut terdiri dari satuan batugamping yang merupakan ciri dari
formasi wapulaka dan satuan alluvium yang merupakan ciri dari formasi endapan aluvium.
Hasil pengamatan dan ciri-ciri batuan yang tersingkap di lapangan serta kesebandinganya
terhadap peta geologi regional dalam Sikumbang (1995), maka urutan satuan batuan daerah
penelitian dari tua ke muda adalah sebagai berikut.

Satuan batugamping
Penamaan satuan batuan didasarkan pada ciri fisik litologi yang dijumpai di lapangan
terutama sepanjang lintasan lokasi penelitian. Satuan ini dijumpai hampir seluruh luas daerah
penelitian. Menempati 70% dari luas daerah penelitian. Satuan batugamping ini pada umumnya
tersikap dalam kondisi segar hingga agak lapuk dan tidak menunjukan perlapisan batuan.
Berdasarkan deskripsi sampel litologi dan hasil analisis petrografi satuan batugamping ini
terdiri dari tiga jenis yaitu jenis batugamping weckstone, jenis batugamping packstone dan jenis
batugamping crystalline. Penamaan jenis batuan ini mengikuti klasifikasi Dunham (1962) serta
Embry and Klovan (1971) dalam Hidayat, (2016).

Jenis batugamping weckstone


Jenis batugamping ini mencakup 15% dari luas daerah penelitian. Jenis batugamping
weckstone ini ditemukan pada stasiun LT 3, LT 4, LT 5, dan LT 6. Penamaan jenis batugamping ini
didasarkan atas kenampakan ciri litologi di lapangan dan hasil analisis petrografi yang dilakukan
pada conto batuan yang menunjukan bahwa komposisi mineral mud calsit lebih dominan
dibandingkan komposisi mineral kalsit stelektal grain dan pore. Kenampakan lapangan jenis batuan
ini memperlihatkan warna segar kecoklatan dan warna lapuk coklat kemerahan dengan struktur
massive, tekstur ukuran butir lanau pemilahan baik, derajad pembundaran membundar,pemilahan
baik dan kemas tertutup serta komposisi material allchem interclast, mikrit karbonat, dan sparit
karbonat.

Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:6


Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Gambar 6. Kenampakan batugamping weckstone LT 6, arah kamera N 180˚ E.

Berdasarkan kenampakan batuan secara mikroskopik jenis batuan ini memiliki warna
absorbsi coklat kehitaman, tekstur interpracticle dan vug, struktur tidak berlapis dan warna
interferensi coklat kehitaman, merah muda, hijau dan biru, mud (±5%) ukuran mineral <0,001 mm
dan skeletal grain (±55%) <1 mm.

Jenis batugamping packstone


Jenis batugamping ini menempati 40% dari luas seluruh daerah penelitian. Jenis
batugamping packstone ini ditemukan pada stasiun LT 1, LT 2, LT 7, LT 8, LT 11, dan LT 12.
Penamaan satuan ini didasarkan atas kenampakan ciri litologi di lapangan dan hasil analisis
petrografi yang menunjukan bahwa komposisi mineral skeletal grain lebih dominan dibanding
dengan komposisi mineral kalsit, pore dan mud.
Kenampakan dilapangan jenis batugamping ini memiliki warna segar putih dan warna lapuk
kuning kecoklatan dengan struktur fossilferous, ukuran butir pasir sangat halus pemilahan baik,
derajad pembundaran membundar, dan kemas tertutup, kompsisi material allochhem skeletal,
mikrit karbonat dan sparit karbonat.

Gambar 7. Kenampakan singkapan batugamping packstone LT 7 arah N 335֯˚ E

Berdasarkan kenampakan batuan secara mikroskopik jenis batuan ini memiliki warna
absorbsi coklat kehitaman, tekstur interpracticle dan vug, struktur tidak berlapis dan warna
interferensi coklat kehitaman, merah muda, hijau dan biru. Disusun oleh kalsit (±30%) ukuran
mineral <0,02-0,6 mm, pore (±10%) 0,1-0,2 mm, mud (±5%) ukuran mineral <0,001 mm dan
tskeletal grain (±55%) <1 mm, berupa tubuh organisme foraminifera.

Jenis batugamping crystalline


Satuan ini menempati 15% dari luas keseluruhan daerah penelitian. Jenis batugamping
packstone ini ditemuk an pada stasiun LT 9 dan LT 10. Penamaan jenis batuan ini didasarkan atas
kenampakan ciri litologi di lapangan dan hasil analsis petrografi yang dilakukan pada conto
sayatan batuan yang menunjukan bahwa komposisi mineral kalsit lebih dominan dibandingkan
dengan komposisi mineral pore dan mud. Kenampakan lapangan jenis batuan ini memperlihatkan
warna segar putih dan warna lapuk coklat kekuningan pembundaran membundar, dan kemas
tertutup serta komposisi material allchem skeletal, mikrit karbonat, dan sparit karbonat.

Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:7


Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Gambar 8. Kenampakan singkapan batugamping crystalline LT 9 arah N 180˚֯ E.


Kenampakan jenis batugamping secara mikroskopik memiliki warna absorpsi cokelat muda,
tekstur vuggy, struktur tidak berlapis, warna interferensi cokelat kehitaman, komposisi kimia
kalsium karbonat (CaCO3), disusun oleh pore (±30 %) berukuran <0,2 mm, mud (±10 %)
berukuran <0,025 mm, dan hampir semua skeletal grain telah mengalami neomorfisme membentuk
kristal kalsit (±60%) ukuran mineral <0,025 – 0,4.

Satuan aluvium
Penamaan satuan ini didasarkan pada ciri fisik material sebagai penyususun endapan pantai
yang bersifat lepas. Satuan ini dijumpai pada stasiun LT 13 (Lampiran 1) menempati ± 6% dari
luas daerah penelitian. Satuan aluvium berada di garis pantai yang merupakan hasil dari rombakan
batuan sebelumnya dan dikontrol oleh endapan pantai tetapi belom terkompaksi.

Gambar 9. Kenampakan endapan aluvium daerah penelitian

Satuan endapan ini disusun oleh material aluvial pantai berkuran lempung, pasir, kerakal
sampai bongkah. Terdiri dari fragmen batugamping, cangkang-cangkang kerang dan terumbu
karang yang mengalami pelapukan, kemudian tererosi dan terendapkan. Satuan endapan alluvial
merupakan satuan termuda yang ada di daerah penelitian.

Struktur litologi daerah penelitian


Struktur cone in cone
Struktur geologi yang dijumpai pada daerah penelitian ialah struktur cone in cone. Struktur
ini merupakan struktur pada batugamping kristalin terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun
kegiatan organik, Ciri khas struktur ini adalah adanya pertumbuhan kerucut perkerucut pada
batugamping kristalin.

Struktur tidak berlapis


Berdasarkan pengamatan di lapangan pada daerah penelitian dijumpai struktur tidak berlapis.
Struktur ini merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya kenampakan bidang perlapisan
yang sejajar diakibtkan oleh proses sedimentasi.

Kedalaman muka air tanah

Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:8


Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Kedalaman Muka airtanah di daerah penelitian sangat dipengaruhi oleh topografi yang
berkembang. Data kedalaman total sumur, tinggi muka air tanah, dan elevasi topografi disetiap
tempat sangatlah penting untuk mendukung data penentuan kedalaman muka air tanah. Kedalaman
muka airtanah diukur terhadap permukaan tanah pada sumur gali dengan menggunakan meteran.

Gambar 10. Pengambilan data sumur gali.

Hasil pengukuran elevasi (posisi sumur dengan permukaan air laut) dari 20 titik sumur
wargaberkisar antara 2–18 meter dengan ketinggian rata-rata elevasi 4,8 meter. Sedangkan
kedalaman air tanah dari permukaan tanah berkisar 0,9–25 meter dengan kedalaman rata-rata air
tanah dari permukaan tanah adalah 3.85 meter. Berdasarkan data elevasi dan kedalaman rata-rata air
tanah dari permukaan tanah kemudian dikonversi dengan cara menghitung selisih data keduanya
untuk mendapatkan ketinggian muka airtanah. Hasil perhitungan diperoleh ketinggian muka
airtanah berdasarkan posisinya dari permukaan laut berkisar antara -6 sampai 7,08 meter dengan
ketinggian rata-rata muka airtanah sebesar 0,95 meter.
Tabel 1. Hasil pengukuran tinggi muka air tanah
Muk
Elevasi Kedalama
Stasiu a air
permukaa n sumur Litologi Rasa
n tanah
n (mdpl) (m)
(m)
1 2 1.46 0.54 Crystallin Asin
e
2 3 2.37 0.63 Packstone Tawa
r
3 4 0.9 3.1 Packstone Tawa
r
4 4 1 3 Packstone Tawa
r
5 4 1.8 2.2 Packstone Tawa
r
6 4 2.55 1.45 Packstone Tawa
r
7 4 3.6 0.4 Weckston Payau
e
8 18 15 3 Weckston Payau
e
9 2 2.91 -0.91 Weckston Asin
e
10 2 2.75 -0.75 Weckston Asin
e
11 2 3.19 -1.19 Weckston Asin
e
12 2 2.5 -0.5 Weckston Asin
e
13 14 20 -6 Weckston Payau
e
14 2 2.6 -0.6 Weckston Payau
e

Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:9


Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

15 2 2.87 -0.87 Weckston Payau


e
16 3 2.95 0.05 Weckston Payau
e
17 4 1.65 2.35 Packstone Tawa
r
18 5 1.9 3.1 Packstone Tawa
r
19 5 2.1 2.9 Packstone Tawa
r
20 10 2.92 7.08 Packstone Tawa
r

Hasil dari pengukuran yang diperoleh barupa data elevasi muka air tanah dari setiap
pengamatan titik sumur dilakukan interpolasi dengan metode Inverse Distance Weighted (IDW).
Metode ini digunakan untuk menentukan sebaran tinggi muka air tanah dari permukaan tanah yang
dilakukan untuk estimasi nilai pada lokasi penelitian yang tidak dilakukan pengukuran atau
pengangambilan data.

Gambar 11. Peta sebaran elevasi muka air tanah.

Kualitas Air tanah

Sifat fisik air tanah


Hasil analisa yang didapatkan pada saat pengambilan sampel air tanah di daerah penelitian
terdiri dari 20 lokasi titik pengambilan airtanah yang meliputi parameter fisik terhadap rasa, bau,
pH, total zat padat terlarut (TDS), dan warna.
Tabel 2. Pengamatan parameter fisik air tanah
Stasiu (TDS) PH Bau Warn Rasa
n a Litologi
ST 1 374 6.5 Tidak berbau Bening Asin Crystalline
ST 2 861 7 Tidak berbau Bening Tawar Packstone
ST 3 630 7 Tidak berbau Bening Tawar Packstone
ST 4 307 7.5 Tidak berbau Bening Tawar Packstone
ST 5 725 8 Tidak berbau Bening Tawar Packstone
ST 6 840 7 Tidak berbau Bening Tawar Packstone
ST 7 580 7.5 Tidak berbau Bening Tawar Weckstone
ST 8 492 8 Tidak berbau Bening Payau Weckstone
Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:10
Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

ST 9 722 7 Tidak berbau Bening Asin Weckstone


ST 10 750 6.5 Tidak berbau Bening Asin Weckstone
ST 11 550 6.5 Tidak berbau Bening Asin Weckstone
ST 12 746 8 Tidak berbau Bening Asin Weckstone
ST 13 520 7.5 Tidak berbau Bening Payau Weckstone
ST 14 220 7 Tidak berbau Bening Payau Weckstone
ST 15 880 7.5 Tidak berbau Bening Payau Weckstone
ST 16 167 6.5 Tidak berbau Bening Payau Weckstone
ST 17 244 7 Tidak berbau Bening Tawar Packstone
ST 18 367 7 Tidak berbau Bening Tawar Packstone
ST 19 123 8.5 Tidak berbau Bening Tawar Packstone
ST 20 311 8 Tidak berbau Bening Tawar Packstone

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa air tanah di daerah penelitian berupa
parameter fisik terhadap rasa, bau, warna, pH dan zat padatan terlarut (TDS) dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Rasa
Hasil analisa parameter fisik terhadap rasa menunjukan bahwa titik sampel airtanah yang
berada pada stasiun ST 2, ST 3, ST 4, ST 5 ST 6, ST 17, ST 18, ST 19 dan ST 20 memiliki rasa air
tawar. Sedangkan pada stasiun ST 1, ST 9, ST 10, ST 11, ST 12 memiliki rasa asin dan pada stasiun
ST 8, ST 13, ST-7, ST 14, ST 15, ST 16 memiliki rasa payau. Rasa asin dan payau pada lokasi
penelitian disebabkan oleh muka air laut lebih tinggi dibandingkan muka airtanah. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017 bahwa 9 titik sumur
pengambilan sampel air masih baik atau berada dibawah standar baku yang diizinkan sebagai air
minum. Sedangka pada 11 titik sampel air tanah lainnya hanya digunakan untuk keperluan mandi,
mencuci pakaian, gosok gigi, dan mencuci bahan pangan.

Bau
Analisis kualitas air tanah berdasarkan parameter fisik untuk bau pada 20 titik lokasi
pengambilan sampel air tanah menunjukan keadaan tidak berbauh. Hal ini mengindikasikan bahwa
air tanah daerah penelitian cukup baik. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 32 Tahun 2017 air tanah lokasi penelitian masih dibawah standar baku mutu air yang
diizinkan.

Warna
Analisis kualitas air tanah berdasarkan parameter fisik untuk warna pada 20 titik lokasi
pengambilan sampel air tanah menunjukan keadaan keanampakan warna bening/jernih atau tidak
memperlihatkan keadaan air yang keruh. Hal ini mengindikasikan bahwa air tanah daerah penelitian
masih baik. Berdasarkann Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017
masih dalam standar baku yang diizinkan sebagai kebutuhan air bersih.

Zat padat terlarut (TDS)


Analisa kualitas air tanah berdasarkan parameter fisik zat padatan terlarut terhadap 20 titik
sumur sampel air tanah pada daerah penelitian berkisar antara 123 mg/l sampai 880 mg/l. Nilai zat
padatan terlarut terendah berada pada ST 19 sedangkan nilai tertinggi berada pada ST 15.
Berdasarkan nilai zat padatan terlarut tersebut air tanah di daerah penelitian dalam kondisi baik. Hal
ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017 tentang
standar baku mutu air yang diizinkan dengan nilai TDS sebesar 1.000 ml/L.

Sifat kimia air tanah


Analisa parameter kimia air tanah terhadap kandungan Fe, CaCO3 dan Cl diambil pada 5
(lima) titik sumur di daerah penelitian untuk selanjutnya dilakukan analisis laboratorium. Dari hasil
analisa yang dilakukan kemudian dibandingkan dengan persyaratan kualitas air tanah dengan
batasan standar baku mutu air yang diizinkan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 32 Tahun 2017.

Tingkat Keasaman (pH)


Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:11
Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Analisa kualitas air tanah berdasarkan kondisi asam basa pada 20 titik sampel air tanah di
daerah penelitian berkisar antara 6,5-8,5. Nilai pH 6,5 yaitu basa atau terendah terdapat pada stasiun
ST 1, ST 10, ST 11 dan ST 6, untuk pH Netral yaitu nilai 7 terdapat pada stasiun ST 2, ST 3, ST 6,
ST 9, ST 14, ST 17, ST 18. Serta nilai pH 7.5-8,5 yaitu basa atau tertinggi terdapat pada stasiun ST
4, ST 5, ST 7, ST 8, ST 12, ST 13, ST 15, ST 19, dan ST 20. Berdasarkan nilai pH tersebut kondisi
air tanah daerah penelitian cukup baik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 32 Tahun 2017 tentang standar baku mutu air yang diizinkan dengan nilai pH 6,5-8,5.

Tabel 3. Hasil pengukuran nilai tingkat keasaman (pH)


Tingkat
Stasiun PH Litologi
Keasaman
ST 1 6.5 Asam Crystalline
ST 2 7 Netral Packstone
ST 3 7 Netral Packstone
ST 4 7.5 Basa Packstone
ST 5 8 Basa Packstone
ST 6 7 Netral Packstone
ST 7 7.5 Basa Weckstone
ST 8 8 Basa Weckstone
ST 9 7 Netral Weckstone
ST 10 6.5 Asam Weckstone
ST 11 6.5 Asam Weckstone
ST 12 8 Basa Weckstone
ST 13 7.5 Basa Weckstone
ST 14 7 Netral Weckstone
ST 15 7.5 Basa Weckstone
ST 16 6.5 Asam Weckstone
ST 17 7 Netral Packstone
ST 18 7 Netral Packstone
ST 19 8.5 Basa Packstone
ST 20 8 Basa Packstone

Besi (Fe)
Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap tempat di bumi, pada
semua lapisan geologis dan badan air. Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar
dari 1 mg/l, tetapi di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Besi (Fe) berada dalam tanah
dan batuan sebagai ferioksida (Fe2O3) dan ferihidroksida (Fe(OH)3). Air tanah mengandung besi
terlarut berbentuk ferro (Fe2+). Jika air tanah dipompakan keluar dan konrak dengan udara (oksigen)
maka besi (Fe2+) akan teroksidasi menjadi ferihidroksida (Fe(OH) 3) (Febrina, 2014).
Hasil sampel air tanah yang diperoleh dari 5 titik sumur disimpan pada botol kaca untuk
dilakukan analisis kadar logam besi (Fe) di laboratorium dengan menggunakan metode Atomic
Absorption Spectrop Hotometer (AAS). Metode ini merupakan metode analisis yang didasarkan
pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar
(ground state).

Analisis Unsur Besi (Fe)


0.15 0.136 0.1247
0.1 0.0758 0.0898
0.0644
0.05
0
ST-2 ST-11 ST-15 ST-17 ST-19
Unsur Fe

Gambar 11. Hasil analisis parameter kimia terhadap unsur logam besi (Fe).
Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:12
Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Grafik ini merupakan hasil analisis unsur besi (Fe) yang mewakili 20 sampel airtanah
daerah penelitian. Hasil analisis unsur besi (Fe) berkisar antara 0,0644 mg/l sampai 0,1360 mg/l.
Unsur Fe dengan nilai terendah berada pada ST-2, sedangkan nilai tertinggi berada pada ST-15.
Nilai unsur besi (Fe) yang diperoleh masih berada dibawah standar baku mutu air. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017 tentang standar baku mutu air
yang diizinkan terhadap kandungan besi (Fe) 1 mg/l.

Klorida (Cl)
Unsur klorida adalah anion yang dominan diperairan laut. Sekitar ¾ dari klorida yang
terdapat di bumi ini berupa larutan. Selain dalam bentuk larutan, klorida juga berada pada bentuk
padatan atau batuan. Kandungan unsur klorida dalam airtanah berasal dari pelapukan batuan dan
soil yang terlarut (Renne Irinne, 2011). Alaminya, keberadaan unsur klorida pada air terdapat di
(1) lingkungan laut, (2) hasil pelapukan alami dari batuan dasar, material permukaan dan tanah, (3)
pertemuan tubuh air dengan endapan geologi yang mengandung halite, (4) intrusi air asin, dan (5)
kegiatan vulkanik (USGS, 2009).

Analisis Kandungan Klorida (Cl)


300.00
238.93 237.93
200.00 167.95
131.96
83.97 89.97 79.98
100.00

0.00
ST.2 ST.7 ST.11 ST.12 ST.15 ST.17 ST.19
Kandungan Cl

Gambar 12. Hasil analisis parameter kimia terhadap unsur Klorida (Cl).

Grafik ini merupakan hasil analisis unsur Klorida (Cl) yang mewakili dari 20 sampel
airtanah daerah penelitian. Hasil analisa parameter kimia terhadap unsur klorida (Cl) didapatkan
nilai terkecil sampai terbesar berkisar antara 78,98 mg/l - 238,93 mg/l. Nilai kandungan klorida
(Cl) yang masih dibawah standar baku mutu air atau sangat baik penggunaanya barada pada ST-2,
ST-17 dan ST-19 dengan variasi ketinggian muka airtanah berkisar antara 0,63 mdpl – 7,08 mdpl.
Sedangkan nilai kandungan klorida (Cl) yang mendekati batas maksimum mutu air atau rawan
penggunaanya berada pada ST-7, ST-11, ST-12 dan ST-15 dengan variasi ketinggian muka
airtanah berkisar antara -0,6 mdpl – 2 mdpl. Dari hasil analisis kandungan klorida (Cl) tersebut,
lokasi penelitian memiliki kualitas air tanah yang baik untuk dimanfaatkan.

Kesadahan (CaCO3)
Kesadahan dalam air sebagain besar berasal dari kontak antara air dengan tanah atau batuan
(Sutrisno dan Suciastuti, 2010). Kesadahan adalah sebagai karbonat yang sangat sensitif terhadap
panas dan mengendap dengan mudah pada suhu tinggi (Renne Irinne, 2011).
Pengambilan sampel airtanah pada daerah penelittian dilakukan secara langsung dengan
menggunakan timba, kemudian disimpan pada botol kaca yang selanjutnya dilakukan analisis
laboratorium dengan cara titrasi kompleksiometri berdasarkan prinsip pembentukan senyawa
kompleks yang larut antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks Ca dan EDTA.

Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:13


Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Analisis Kesadahan CaCO3


600.00 525.36 535.92
467.28 480.48
382.80
400.00 314.16 327.36

200.00
0.00
ST.2 ST.7 ST.11 ST.12 ST.15 ST.17 ST.19
Kandungan CaCO3

Gambar 13. Hasil analisis parameter kimia kandungan CaCO3.

Grafik ini merupakan hasil analisis unsur CaCO 3 yang mewakili 20 sampel air tanah daerah
penelitian. Hasil analisis kandungan CaCO3 berkisar antara 314,16 mg/l sampai 535,92 mg/l. Nilai
kandungan CaCO3 yang masih dibawah standar baku mutu air atau cukup baik penggunaanya
barada pada ST-2, ST-17 dan ST-19 disusun atas litologi batugamping packstone dominan
berkomposisi mineral skeletal grain sebesar 55-60%. Sedangkan nilai kandungan (CaCO3) yang
mendekati atau melewati batas maksimum mutu air berada pada ST-7, ST-11, ST-12 dan ST-15
yang disusun atas litologi batugamping wackstone dan dominan berkomposisi mineral kalsit dan
lumpur kalsit sebesar 65%. Komposisi mineral pada litologi batugamping weckstone dan
packstone menyebabkan perbedaan nilai kandungan (CaCO 3) pada airtanah di daerah penelitian.
Dari hasil analisis kandungan (CaCO3) tersebut, sebagian wilayah lokasi penelitian memiliki
kualitas air tanah yang buruk. Hal ini sesuai dengan kondisi pengamatan dilapangan, dimana pada
saat dilakukan pemanasan atau dimasak menujukan adanya pengendapan zat kapur.

Hubungan morfologi terhadap kualitas air tanah


Dataran kasrt merupakan dataran yang terbentuk akibat proses morfologi yang lebih
didominasi oleh tenaga eksogen berupa iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, dan suhu
yang kesemuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Berdasarkan data dari lapangan
daerah penelitian terbagi menjadi tiga satuan bentuk lahan yaitu bentuk lahan dataran
alluvial/pantai, bentuk lahan pedataran karst dan bentuk lahan perbukitan rendah karst. Bentuk lahan
alluvial berupa dataran pantai mencerminkan topografi dataran rendah terdapat material bongkahan
batugamping, butiran pasir dan lempung, sedangkan pedataran karst dan perbukitan rendah karst
memperlihatkan topografi landai sampai tinggi sedikit bergelombang terdapat lubang-lubang pori,
celah dan gua-gua pada singkapan batuan.
Hubungan morfologi terhadap airt anah menunjukan perbedaan ketinggian muka air.
Ketinggian muka air dapat diketahui dengan cara mengurangi ketinggian permukaan (elevasi
permukaan) dengan kedalaman muka air tanah dari sumur- sumur yang diamati. Pada lokasi
pengamatan dan pengambilan sampel air tanah berada pada garis pantai dan dataran rendah karst
dengan ketiggian rata-rata muka airtanah 0,9 meter memiliki variasi elevasi berkisar antara 2 mdpl
sampai 18 mdpl. Daerah garis pantai berada bagian timur laut dan selatan memiliki rasa air payau
dan asin, dengan variasi ketinggian muka air tanah berkisar antara -0,6 sampai 2 mdpl. Pada
daerah pedataran kasrt yang berada dibagian barat lokasi penelitian memiliki rasa air tawar dengan
variasi ketinggian muka airtanah berkisar antara 0,63 mdpl sampai 7,08 mdpl.
Berdasarkan data pengukuran dan pengamatan, morfologi garis pantai bagian selatan
menunjukan keadaan muka air laut lebih tinggi dibandingkan muka air tanah, sedangkan morfologi
pedataran karst bagian barat menunjukan keadaan muka air tanah lebih tinggi dibandingkan muka
air laut. Gambar ketinggian MAT 2D dan 3D dapat dilihat pada lampiran 13 dan 14. Dengan ini
membuktikan bahwa daerah pedataraan (elevasi lebih tinggi) mempunyai nilai muka air tanah lebih
tinggi dibandingkan daerah garis pantai (elevasi rendah). Sedangkan kualitas air tanah tidak
memperlihatkan pengaruh yang terlihat berdasarkan hasil analisa Laboratorium yang meliputi
parameter kimia besi (Fe), klorida (Cl) dan Kesadahan (CaCO3).

Hubungan litologi terhadapat kualitas air tanah.


Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:14
Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Perjalanan airtanah mengalami proses waktu yang lama serta mengalami kontak dengan
berbagai batuan yang mempengaruhi perubahan komposisi kimia dan kualitas airtanah itu sendiri.
Berdasarkan pengamatan di lapangan daerah penelitian tersusun atas tiga jenis satuan batugamping,
yaitu batugamping weckstone, packstone dan crystalline. Batugamping dominan berkomposisi
CaCO3 sehingga mudah larut dan terubah oleh proses pelapukan terutama disebabkan air hujan,
proses pelarutan dan pelapukan tersebut menyebabkan terbentuknya celah atau rongga dalam
batuan. Sehingga fluida seperti air tanah dan air laut sangat muda untuk masuk menorobos kedalam
batuan melalui zona percelahan atau rongga batuan.
Berdasarkan hasil analisis sifat fisik terhadap rasa, air tanah daerah penelitian memiliki rasa
tawar, payau dan asin. Air tanah yang memiliki rasa tawar terdapat pada ST-2, ST-3, ST-4, ST-5,
ST-6, ST-17, ST-18,ST-19 dan ST-20 disusun atas litologi batugamping packstone serta airtanah
yang memiliki rasa payau dan asin terdapat pada ST-1, ST-7, ST-8, ST-9, ST-10, ST-11, ST-12, ST-
13, ST-4 ST-15 dan ST-16 disusun atas litologi batugamping wekckstone dan kristalin. Perbedaan
rasa air tanah ini kemungkinan disebabkan oleh celah, rongga dan kandungan lumpur yang ada
pada jenis-jenis litologi batugamping. Sedangkan hasil analisis parameter kimia kandungan CaCO 3
air tanah di daerah penelitian memiliki kualitas air yang tidak memenuhi standar baku air yaitu
teradapat pada ST-7 mempunyai nilai 525,36 mg/l dan ST-15 dengan nilai 535,92 mg/l tersusun atas
litologi batugamping weckstone.
Penentuan air tanah sebagai kebutuhan seperti mandi, sikat gigi, mencuci pakaian, mencuci
peralatan makanan serta untuk air minum didasarkan atas kelompok kriteria yang berkaitan dengan
penilaian jumlah dan mutu air tanah dari sisi kandungan sifat fisik dan kimia berupa warna, bau,
rasa, zat padatan terlarut, pH, besi (Fe), kesadahan (CaCO3), dan Klorida (Cl) menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017.
Daerah telitian Desa Lolibu, Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah dilihat dari jenis
litologi, morfologi dan senyawa kimia yang terkandung dalam air tanah sebagian wilayah
mempunyai potensi kualitas air tanah cukup baik atau masih dalam batas wajar yang diperbolehkan
pemanfaatannya dan layak untuk dikonsumsi sebagai air minum.
Kesimpulan
1. Kualitas air tanah di Desa Lolibu Kecamatan Lakudo Kabupaten buton Tengah:
i. Kualitas air tanah berdasarkan parameter warna, bau, dan zat padatan terlarut tidak
melewati baku mutu yang ditetapkan, sedangkan untuk parameter rasa sebagian titik
sumur melewati baku mutu yang ditetapkan.
ii. Kualitas air tanah berdasarkan parameter besi (Fe) dengan nilai berkisar 0,0898-0,1247
mg/l dan parameter klorida (Cl) dengan nilai berkisar 79,98-238,93 mg/l tidak melewati
baku mutu yang ditetapkan, sedangkan untuk parameter kesadahan (CaCO3) dengan
nilai berkisar 314,16-535,92 mg/l terdapat titik sumur yang melewati baku mutu air,
yaitu pada ST 7 dengan nilai 525,36 mg/l dan ST 15 dengan nilai kesadahan 535,92
mg/l.

2. Berdasarkan morfologi dan litologi kualitas air tanah daerah telitian:


i. Wilayah pedataran karst memiliki rasa air tawar dengan variasi ketinggian muka air
tanah berkisar antara 0,63 sampai 7,08 mdpl memenuhi baku mutu yang ditetapkan,
sedangkan wilayah garis pantai memiliki rasa air payau dan asin, dengan variasi
ketinggian muka air tanah berkisar antara - 0,6 sampai 2 mdpl sebagian titik sumur
tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
ii. Air tanah yang memiliki rasa tawar disusun oleh litologi batugamping packstone yang
dominan skeletal grain 55-60% dan memiliki nilai kesadahan (CaCO3) berkisar 314,16-
382,80 mg/l tidak melebihi baku mutu yang ditetapkan, sedangkan air tanah yang
memiliki rasa payau dan asin disusun oleh litologi batugamping weckstone dan
kristalin yang dominan lumpur kalsit (mud calcite) 40% serta memiliki nilai kesadahan
(CaCO3) berkisar 467,28-535,92 mg/l mendekati hingga melebihi baku mutu yang
ditetapkan.

Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:15


Jurnal Teknik Kebumian, Volume 6, Nomor 1: Oktober 2020
ISSN 2447- 8583

Daftar Pustaka
Febrina Laila. 2014. Studi Penurunan Kadar Besi (Fe) Dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah Menggunakan Saringan Keramik.
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Sahid. Jakarta.
Irinne Enne. 2011. Studi Geologi Dan Kualitas Airtanah Daerah Pleret Dan Sekitarnya, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas
Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta
Raju, N.J Shukla, U.K dan Ram, P. 2011, Hydrogeochemistry for the Assessment of Groundwater Quality in Varansi: a fast-
urbanizing center in Ultra Pradesh, India. Enviromental Monitoring and Assessment
Suhartono, Edi., Purwanto dan Suripin., 2013, Faktor Penyebab Intrusi Air Laut Terhadap Air Tanah Pada Akuifer Dalam Di Kota
Semarang. Wahana TEKNIK SIPIL,Vol.18, No.2, Hal.76 - 87.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik ndonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian
Umum.
Sikumbang, N., Sanyoto, P., Supandjono, R.J.B. dan Gafoer, S., 1995. Peta Geologi Lembar Buton, Sulawesi Tenggara skala 1 :
250.000. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi.
Van Zuidam. eR.A. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analisis and Geomorphologhic Mapping. Smith Publiser,
Netherland 442 hal.

Copyright © 2020, Jurnal Teknik Kebumian, Page:16

Anda mungkin juga menyukai