Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

“Survei Geolistrik 1D di Lapangan SD Pembangunan”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hidrogeologi

Dosen Pengampu :

Dipo Caesario, S. T., M. T

NIP. 199112222022031014

Disusun oleh :

KELOMPOK II

Patrisio Bimantara (21136020)

Fauzi Yahya (21136048)

Sari Oktatika (21136114)

PROGRAM STUDI GEOGRAFI NK

DEPARTEMEN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................3

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................13

BAB V PENUTUP ....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................18

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena petunjuk dan
hidayatnya laporan hasil dari praktikum Survei Geolistrik 1D yang berlokasi di Lapangan
Sekolah Dasar Pembangunan dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Dipo Caesario, S.T, M.T selaku dosen mata kuliah Hidrogeologi
dan pihak-pihak yang telah membantu serta mendukung kami dalam penyusunan laporan ini.

Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hidrogeologi. Dengan laporan ini, diharapkan penulis maupun pembaca dapat
merasakan manfaat mengenai materi ini.

Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak tedapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan agar terciptanya
laporan yang lebih baik lagi. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Padang, 17 Mei 2023

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air sangat penting dalam kehidupan manusia karena makhluk hidup tidak
dapat hidup tanpa adanya air. Air tanah merupakan salah satu sumber untuk
memenuhi kebutuhan air bagi kehidupan makhluk di muka bumi. Air tanah
tersimpan dalam wadah, yaitu formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai
kemampuan untuk menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah cukup dan
ekonomis (Sadjab dkk, 2012).
Identifikasi untuk mengetahui keberadaan lapisan pembawa air pada
kedalaman tertentu, dapat menggunakan metode geofisika yaitu metode geolistrik.
Metode geolistrik dapat digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai lapisan
tanah di bawah permukaan dan kemungkinan terdapatnya air tanah dan mineral pada
kedalaman tertentu (Sedana dkk, 2015). Tujuannya adalah untuk memperkirakan
sifat kelistrikan medium atau formasi batuan bawah permukaan terutama
kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat listrik (As’ari. 2011).
Metode geolistrik yang akan digunakan menggunakan metode geolistrik 1D
Konfigurasi Schlumberger. Metode geolistrik ini pertama kali dilakukan oleh Conrad
Schlumberger pada tahun 1912. Salah satu metode geolistrik adalah metode
resistivitas atau tahanan jenis. Metode ini mempelajari struktur bawah permukaan
berdasarkan beda nilai resistivitas pada batuan terhadap kedalaman.
Untuk itu, pada tahap awal diperlukan informasi dasar mengenai keberadaan
air tanah yang memberikan penjelasan informasi tentang lapisan batuan pembawa air
tanah, letak dan ketebalan lapisan akuifer. Informasi tersebut diperoleh dengan
melakukan survei geologi bawah permukaan, yaitu dengan melakukan pengukuran
geolistrik. Maksud dari pengukuran geolistrik ini adalah untuk mendeteksi
keberadaan akuifer air tanah di daerah penelitian dengan mengetahui jenis litologi,
penyebaran, ketebalan dan kedalaman lapisan batuan pembawa air tanah (akuifer),
baik secara vertikal maupun lateral. Sedangkan tujuan dari penelitian untuk
mengetahui lapisan bawah permukaan serta kemungkinan keberadaan zona akuifer,
apabila nantinya di daerah penelitian akan dimanfaatkan potensi air tanahnya secara
lebih maksimal.

1
Keunggulan konfigurasi schlumberger adalah kemampuan untuk mendeteksi
adanya sifat tidak homogen lapisan batuan pada permukaan, yaitu membandingkan
nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2. Adapun
kelemahan dari konfigurasi schlumberger adalah pembacaan tegangan pada elektroda
MN lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat
ukur multimetery yang mempunyai karakteristik Tinggi Impedansi dengan mengatur
minimal 4 angka atau 2 angka dibelakang koma atau dengan cara peralatan arus yang
mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.

1.2. Maksud dan Tujuan


Dalam pembuatan laporan ini ada pun maksud dan tujuan dari pembuatan
laporan praktikum geolistrik ini antara lain :
• Agar membantu para pembaca untuk lebih mudah memahami tentang
kegeolistrikan.
• Memberikan rangkuman mengenai geolistrik, sehingga pembaca tidak
kesulitan mencari lagi informasi yang berkaitan dengan laporan ini.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Air Tanah


Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di dalam keadaan
jenuh dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekana atmosfer. Kondisi
air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi, geomorfologi dan penutup lahan
serta aktivitas manusia. Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer.
Akuifer adalah suatu lapisan batuan atau formasi geologi yang mempunyai struktur
yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak melaluinya dalam kondisi
normal.
Sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk ke dalam
tanah dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air tanah yang terdapat pada suatu
lapisan batuan yang menyimpan dan meloloskan air yang disebut akuifer. Air tanah
dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu air tanah bebas dan air tanah dalam.
Air tanah merupakan salah satu komponen dari suatu sistem peredaran air di
alam yang disebut siklus hidrologi. Siklus hidrologi sendiri adalah suatu proses
sirkulasi dan perubahan bentuk dari air di alam yang berlangsung secara terus
menerus, baik air yang berada di laut, di atmosfer maupun yang berada di daratan.

2.2. Tujuan dan Metode Investigasi Air Tanah


Tujuan utama dari investigasi air tanah dalam geofisika adalah untuk
mengetahui lapisan bawah permukaan bumi, sehingga diketahui kemungkinan
keterdapatan air tanah dan mineral pada kedalaman tertentu. Keterdapatan air tanah
di dalam bumi tidak bisa kita lihat langsung di permukaan tanah, tetapi keberadaan,
potensi dan karakteristiknya dapat diketahui dengan mengaplikasikan beberapa
metode investigasi air tanah. Secara garis besar, ada dua jenis investigasi air tanah,
yaitu dari permukaan tanah dan investigasi di bawah permukaan tanah.
Investigasi dari atas permukaan tanah terdiri dari :
1) Metode geologi, yaitu penggunaan data geologi dan penelitian
lapangan untuk mengetahui kondisi air tanah
2) Metode penginderaan jauh, yaitu penggunaan citra satelit untuk
menginterpretasi kondisi air tanah

3
3) Metode geofisika, yaitu pengukuran sifat-sifat fisik tanah atau batuan
untuk mengetahui kondisi air tanah. Terdapat beberapa jenis metode
geofisika, yaitu :
a) Metode geolistrik, metode ini pada prinsipnya adalah dengan
mengidentifikasi adanya perbedaan tahanan (resistensi) jenis
batuan apabila dialiri arus listrik.
b) Metode refraksi seismik, yaitu dengan mengalirkan getaran dari
permukaan bumi dan mengukur waktu tempuh getaran pada
setiap lapisan batuan.
c) Metode gravitasi, yaitu dengan mengukur perbedaan kerapatan
(density) permukaan bumi untuk mengetahui struktur
geologinya.
d) Metode magnetik, yaitu dengan mengukur kontras-kontras
magnetik yang berkaitan dengan air tanah.

2.3. Metode Geolistrik


Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui
sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. Geolistrik merupakan salah satu metode
geofisika aktif karena arus listrik berasal dari luar sistem. Tujuan utama dari metode
ini adalah untuk mencari resistivitas atau tahanan jenis dari batuan. Resistivitas atau
tahanan jenis adalah besaran atau parameter yang menunjukkan tingkat hambatannya
terhadap arus listrik.
Prinsip kerja metode geolistrik dilakukan dengan cara menginjeksikan arus
listrik ke permukaan tanah melalui sepasang elektroda dan mengukur beda potensial
dengan sepasang elektroda yang lain. Bila arus listrik diinjeksikan ke dalam suatu
medium dan diukur beda potensialnya (tegangan), maka nilai hambatan dari medium
tersebut dapat diperkirakan.
Pada metode geolistrik terdapat metode geolistrik-resistivitas yang memiliki
prinsip bahwa dengan menginjeksikan arus listrik ke bawah permukaan tanah
menggunakan elektroda arus, kemudian dari elektroda potensial didapat nilai beda
potensial. Dengan data arus yang diinjeksikan serta data beda potensial yang didapat
tersebut sehingga dapat diketahui nilai tahanan jenis dari kondisi bawah permukaan.

4
Pada umumnya, metode geolistrik resistivitas hanya baik untuk eksplorasi
dangkal, sekitar 100 m. Hal tersebut dikarenakan jika diinginkan kedalaman yang
lebih harus diperpanjang juga pada bentangan lintasan. Jika bentangan terlalu
panjang maka kekuatan arus akan melemah sehingga data yang diperoleh kurang
akurat. Karena itu, metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi dalam seperti
eksplorasi minyak bumi. Metode resistivitas lebih banyak digunakan untuk
eksplorasi dangkal seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoir
air, pendeteksian intrusi air laut, serta pencarian ladang geothermal.
Prinsip dasar metode resistivitas ini adalah dengan menginjeksikan arus (I)
menggunakan elektroda arus (C1 dan C2) dan mengukur nilai yang didapat dari
elektroda potensial (P1 dan P2) berupa nilai beda potensial ∆V.
Metode geolistrik mengasumsikan bahwa bumi adalah medium homogen
isotropis maka hasil yang diperoleh dari hasil pengambilan data adalah nilai
resistivitas semu. Pada kenyataannya, bumi terdiri atas lapisan-lapisan dengan ρ yang
berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-
lapisan tersebut. Sehingga nilai resistivitas yang terukur bukan merupakan nilai
resistivitas untuk satu lapisan saja, hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar
(Karunia dkk. 2012).

2.4. Teori Resistivitas


Teori resistivitas ini menjelaskan bahwa bila arus listrik searah dialirkan
melalui suatu medium maka perbandingan antara perbedaaan potensial (v) yang
terjadi dengan arus (I) yang diberikan adalah tetap dan besarnya tetapan ini
tergantung dari medium tersebut. Tetapan ini disebut sebagai tahanan (R) yang
dinyatakan dalam hubungan matematis sebagai berikut :
𝑉
𝑅=
𝐼
ρ =R×K
Konsep dasar metode resistivitas adalah hokum Ohm. Hokum Ohm
menyatakan bahwa potensial atau tegangan antara ujung-ujung penghantar adalah
sama dengan hasil kali resistensi dan kuat arus. Hal ini diasumsikan bahwa R tidak
tergantung I, bahwa R adalah konstan (tetap).

5
2.5. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi Schlumberger digunakan untuk mengidentifikasi akuifer dan air
tanah. Selain Schlumberger, metode geolistrik memiliki banyak jenis konfigurasi
dalam proses akuisisi data di lapangan, seperti dipole-dipole, wenner, pole-pole, dan
lain-lain (Akintorinwa, 2012).
Metode Schlumberger telah menunjukkan hasil yang baik dalam penelitian-
penelitian sebelumnya karena dapat menjangkau kedalaman yang optimum, sehingga
dapat menggambarkan karakteristik akuifer dengan tepat (Bharti et al., 2019).
Identifikasi karakteristik akuifer dan potensi tanah dengan menggunakan metode
geolistrik harus didukung dengan pengetahuan geologis yang baik. Hal ini
disebabkan pada nilai resistivitas yang diperoleh.
Setiap jenis konfigurasi yang digunakan mempengaruhi nilai tahanan jenis
semu yang dipole sewaktu akuisisi data di lapangan. Penyebabnya adalah karena
setiap konfigurasi memiliki nilai faktor geometri (K) yang berbeda-beda.
Konfigurasi Schlumberger memakai 4 elektroda dan selama akuisisi spasi
antar elektroda diperbesar secara berangsur-angsur. Susunan elektroda pada
konfigurasi Schlumberger dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

6
2.6. Software IPI2Win
IPI2Win adalah software yang digunakan untuk mengolah data geolistrik.
IPI2Win mengolah data geolistrik yang menggunakan metode geolistrik resistivitas
dengan berbagai macam konfigurasi misalnya Schlumberger, Wennner alpha,
Wenner Beta, dan lain-lain.
Penggunaan IPI2Win mencangkup beberapa tahap, tahapan dalam penggunaan
software IPI2Win adalah input data, koreksi error data, penambahan data dan
pembuatan cross section. Input data dapat dilakukan dari data langsung lapangan
(masih berupa data C1, C2, V, I, dan K) atau data tak langsung (berupa C1C2/2 dan
ρa)
IPI2Win didesain untuk mengolah data VES dan induced polarization secara
otomatis dan semu otomatis dengan berbagai macam konfigurasi rentangan. IPI2Win
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geologi sesuai dengan kurva
pendugaan yang dihasilkan. Dari aplikasi ini diharapkan hasil yang mampu
menginterpretasikan secara geologi, parameter ketebalan dan true resistivity dihitung
satu persatu dari ujung awal dengan memotong bagian kurva menjadi beberapa
bagian. Umumnya hasil memberikan nilai yang kurang optimal bila angka kesalahan
(RMS error) diatas 10%. Angka kesalahan ini tergantung pada kualitas data lapangan
serta banyaknya parameter yang dimasukkan (Broto dan Afifah, 2008).

7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, 12 Mei 2023, bertempat di
lapangan SD Pembangunan Universitas Negeri Padang dengan letak astronomis
0°53'39"S 100°20'57"E

3.2. Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan metode survei.
Menurut Sugiyono (2012:29) metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Selain menggunakan metode survey, penelitian ini juga menggunakan metode
eksperimen melalui beberapa tahap penelitian, yaitu: survei pendahuluan,
pengambilan data di lapangan dan pengolahan data.
Metode pengukuran yang digunakan adalah metode geolistrik 1D konfigurasi
Schlumberger. Metode ini berdasarkan prinsip dasar bahwa setiap perlapisan batuan
memiliki nilai tahanan jenis yang berbeda-beda. Nilai tahanan jenis dipengaruhi oleh
faktor jenis material batuan, faktor tingkat kejenuhan, dan komposisi kimia air.
Berdasarkan hal tersebut, maka pendugaan perlapisan akuifer dapat dilakukan
berdasarkan metode geolistrik.

3.2.1. Survei Pendahuluan


Survei pendahuluan dilakukan bertujuan untuk mengetahui medan yang akan
digunakan pada saat melakukan penelitian, meliputi ketinggian lokasi penelitian,
area penelitian, penentuan lintasan yang akan digunakan pada saat penelitian,
penentuan titiktitik elektroda, penentuan jarak antar spasi serta penentuan
koordinat daerah penelitian.

3.2.2. Pengambilan Data


Pengambilan data dilapangan dilakukan dengan menggunakan seperangkat
alat geolistrik resistivity meter n alat penunjang lainnya. Pada saat melakukan

8
pengambilan data sumber arus yang berasal dari aki di injeksikan ke dalam bumi
melalui dua buah elektroda arus yang sudah tertancap ke dalam tanah. Dengan
adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di
dalam tanah. Tegangan yang terjadi melalui dua buah elektroda beda potensial
diukur dengan menggunakan multimeter yang sudah terdapat di dalam alat
geolistrik resisitivity meter.

3.2.3. Pengolahan Data


Setelah proses pengambilan data Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan software IPI2WIN.

3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat
• Resistivity meter (Naniura 300)
• Elektroda arus
• Elektroda potensial
• Rol kabel potensial
• Rol kabel arus
• Kabel penghubung alat dan rol kabel potensial
• Kabel penghubung alat dan rol kabel arus
• Sumber arus (aki)
• Kabel penghubung aki dan resistivity meter (kabel + dan kabel -)
• Meteran gulung 50 m
• Palu yang digunakan untuk menancapkan elektroda
• Capit buaya untuk menghubungkan kabel dengan elektroda

3.3.2. Bahan
• GPS, digunakan untuk menentukan koordinat titik pengambilan data dan
penentuan bentangan
• Clipboard dan alat tulis
• Kamera Handphone, digunakan untuk pengambilan gambar umum
wilayah

9
• Tabel pengukuran, digunakan untuk menulis data yang ditemukan oleh
alat

3.4. Prosedur Kerja


Adapun langkah yang pertama dilakukan yaitu mempersiapkan alat yang akan
digunakan dalam percobaan ini. Kemudian pasang meteran pada daerah yang akan
digunakan untuk eksperimen kemudian patok pada setiap ujungnya. Setelah itu,
pasang elektroda arus (C1C2) dan elektroda potensial (P1P2) diawali dengan jarak
terdekat yang telah disiapkan pada tabel pengukuran. Kemudian untuk pengukuran
yang kedua dan seterusnya memindahkan elektroda arus dengan
n=1,2,3,4,5,.....Kemudian setelah semua tersambung selanjutnya mengambil data
yaitu catat arus (I) dan beda potensial (V). berukut ini adalah gambar bentangan
elektrode konfigurasi schlumberger.
3.5. Langkah Kerja

3.5.1. Tahapan Persiapan


1. Mempelajari keadaan geologi dan geohidrologi di sekitar daerah
pengukuran.
2. Perlapisan di bawah permukaan mempunyai kemiringan maksimum 30°.
3. Pemasangan elektrode harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah.
4. Pemasangan elektrode diusahakan dalam satu garis lurus.
5. Jarak elektrode potensial harus berada 0,2 kali jarak elektrode arus (MN =
1/5 AB). 17
6. Perpindahan elektrode potensial minimum 3 pasangan titik pengukuran yang
saling tumpang tindih.
7. Pengukuran dilakukan pada daerah yang relatif datar dan pada waktu tidak
hujan.
8. Jumlah titik pengukuran tersebar merata dengan cara grid.
9. Arah bentangan pengukuran harus sejajar dengan arah perlapisan batu atau
tanah.
10. Arah bentangan pengukuran harus diusahakan pada lokasi yang tidak
terpengaruh oleh benda-benda yang dapat mempengaruhi ketelitian
pengukuran (seperti rel kereta api, saluran pipa, saluran kawat listrik.

10
Apabila persyaratan tidak bisa dipenuhi, maka arah bentangan harus
memotong tegak lurus benda yang mempengaruhi tersebut.
11. Bila ada sumur bor yang berdekatan dengan lokasi pengukuran, tentukan
lokasi sumur bor di peta, catat log bor nya dan lakukan pengukuran pada
lokasi sumur bor untuk pembanding.
12. Hidupkan alat (saklar power pada posisi ON). Di indikator bagian pemancar
akan menunjukkan tegangan 12 Volt (tanda merah) dan jika indikator kurang
dari 12 volt, aki sudah harus diisi kembali.
13. Hubungkan elektroda arus (stainless) ke terminal Current. Indikator Current
Loop akan menyimpang ke arah kanan. Usahakan agar tahanan kontak antara
elektroda sekecil mungkin dengan memperdalam elektroda dan diusahakan
di daerah merah.
14. Hubungkan elektroda potensial (tembaga atau poros pot) ke terminal
potensial. Jarak M-N yang digunakan sesuai dengan tabel pengukuran yang
digunakan (lihat lampiran tabel pada halaman belakang) dan biasanya
dimulai dengan M-N = 1 meter (a= 0,5 meter). Digital meter akan
menunjukkan angka tertentu. Atur kompensator sehingga angka
menunjukkan nol dengan mengatur potensiometer kasar dan halus.
Potensiometer halus (Fine) dibuat di posisi tengah, kemudian atur
potensiometer kasar (Course) hingga angka mendekati nilai nol (misal 1 atau
2 mV) lalu dengan potensiometer halus diatur hingga angka menunjuk nol.

3.5.2. Tahapan Pelaksanaan


1. Arus dimulai dari yang kecil (saklar VOLT) diposisi pertama (datum). Tekan
tombol start. Besarnya arus akan muncul di panel display. Pada saat
membaca nilai arus ini tombol Hold ditekan (tidak perlu membaca nilai
potensialnya) lalu arus dimatikan. Nilai potensial akan tetap tersimpan
walaupun arus telah dimatikan. Jadi pada saat pengiriman arus, cukup
membaca besarnya arus sedangkan besarnya nilai potensial dapat dibaca
setelah arus dimatikan. Biasanya pada posisi AB/2 masih kecil pada 1.5
meter atau 2 meter, pembacaan potensialnya dalam skala V (Volt). sehingga
harus dikalikan 1000 untuk besaran mVolt. Contoh: Terbaca .125 V (sama
dengan 0.125 V) berarti 19 nilainya 125 mV. Skala V dan mV akan terlihat
di belakang angka digital meter.
11
2. Setelah nilai potensial dibaca, tombol Hold ditekan, nilai potensial akan
hilang.
3. Nilai tegangan dan arus ditulis dalam tabel yang sudah tersedia, kemudian
dihitung besamya tahanan jenis semu (ρa, baca: rho apparent). Untuk
memudahkan perhitungan, besamya tegangan dibuat dalam satuan mV dan
arus dalam mA.
4. Dianjurkan agar setiap basil pengukuran langsung di plot dalam kertas
logaritmik.
5. Untuk pembacaan berikutnya sama dengan point 1 hingga 4, namun sebelum
pengiriman arus, angka dibagian penerima harus selalu nol. Besamya arus
dapat diperbesar dengan menaikkan tegangan (Volt) ke posisi yang lebih
tinggi (posisi 2 atau 3), tapi selama pembacaan potensial masih cukup baik,
tidak perlu menaikkan arus, hal ini bertujuan untuk menghemat catu daya
(aki).
6. Setelah pengukuran dilakukan beberapa kali dengan posisi elektroda
potensial a=0,5 meter sesuai dengan tabel yang tersedia atau nilai potensial
sudah sangat kecil, posisi elektroda potensial dapat dipindahkan ke a= 2,5
meter dan dalam hal ini harus dilakukan pengukuran overlap yaitu
pengukuran AB/2 yang sama untuk dua harga a.
7. Pengukuran selanjutnya dapat dilakukan dengan posisi elektroda potensial
(a) yang berikutnya sesuai dengan yang kita inginkan. Setiap perubahan
harga “a” selalu dilakukan pengukuran overlap.

3.5.3. Tahapan Penyelesaian


Setelah data semua tabel arus dan potensial diukur, dan tahanan jenis semu
(ρa, baca: rho apparent) dihitung, dilanjutkan untuk melakukan inversi forward
modeling untuk mendapatkan tahan jenis true yang sesuai dan kedalamannya
menggunakan softwere, antara lain dengan Sistem 1D ➔ Resix, Resty,
PROGRESS version 3.0 (P.T. Aneka Tambang Tbk), GeoVES (XLS file)

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Survei
4.1.2. Hasil Pengolahan Data
5. Pengukuran Pertama

No AB/2(m) MN/2(m) MN(m) V(Mv) I(mA) K Rho (a)


1 5 3 6 42.9 12 23.824 42.5854
2 7.5 3 6 24.8 15 56.549 46.74717
3 10 3 6 16.8 24 102.36 35.826
4 12.5 3 6 3.6 12 161.27 24.1905
5 15 3 6 1.3 9 233.26 16.84656
6 20 3 6 0.1 20 416.52 1.0413
7 25 3 6 0.7 25 652.14 9.12996
8 30 10 20 1.8 21 274.89 11.781

13
6. Pengukuran Kedua

No AB/2(m) MN/2(m) MN(m) V(Mv) I(mA) K Rho (a)


1 5 3 6 13.7 12 23.824 13.59953
2 7.5 3 6 23.8 15 56.549 44.86221
3 10 3 6 16.9 24 102.36 36.03925
4 12.5 3 6 3.7 12 161.27 24.86246
5 15 3 6 1.3 9 233.26 16.84656
6 20 3 6 0.1 20 416.52 1.0413
7 25 3 6 0.7 25 652.14 9.12996
8 30 10 20 2 21 274.89 13.09

14
15
Berdasarkan hasil analisis pengolahan data 1D konfigurasi Schlumberger
dengan memanfaatkan aplikasi IPI2Win dan PROGRESS 3 maka didapatlah nilai

4.2. Pembahasan
Hasil analisis menunjukan wilayah lapangan SD Pembagunan memiliki enam
lapisan batuan yang berbeda-beda. Lapisan pertama memiliki nilai resistivitas 101.58
yang terbentang dari kedalaman 0-4 meter. Dari data ini dapat ditafsirkan bahwa
batuan penyusun lapisan ini berupa pasir. Berdasarkan peta geomorfologi Indonesia
lembar padang wilayah ini termasuk bentuk lahan pantai dan disusun oleh didominasi
oleh pasir dan lempung Mengingat letak wilayah observasi yang berdekatan dengan
laut memperkuat dugaan ini.
Pada lapisan kedua memiliki nilai 163.10 yang relatif lebih tipis dari lapisan
sebelumnya. Terbentang dari kedalaman 3.66 meter sampai 5.44 meter. pada lapisan
ketiga dengan kedalaman 5.45 meter Nilai resistivitas yang rendah menunjukkan
bahwa lapisan tersebut bersifat konduktor sehingga memungkinkan untuk
mengandung air tanah, diperkirakan bahwa lapisan ketiga terdiri dari batuan sedimen
yang lebih padat seperti batu lempung dengan sedikit kandungan air tanah.
Untuk nilai resistivitas 2004.58 ohm dengan kedalaman 5.59 meter
diperkirakan bahwa lapisan keempat terdiri dari batuan yang bersifat sangat isolator
seperti batu kapur.
Berdasarkan interpretasi tersebut, dapat diperkirakan bahwa wilayah tersebut
memiliki berbagai jenis lapisan tanah atau batuan yang berbeda-beda. Dengan adanya
nilai resistivitas yang rendah pada lapisan kedua, kelima, dan keenam, dapat
disimpulkan bahwa daerah tersebut memiliki potensi air tanah yang cukup
baikkarena relatif dangkal dan didominasi oleh lempung dan pasir oleh sebab itu
wilayah ini dapat dimanfaatkan sebagai aquifer yang baik.

16
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui
sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. Geolistrik merupakan salah satu metode
geofisika aktif karena arus listrik berasal dari luar sistem. Tujuan utama dari metode
ini adalah untuk mencari resistivitas atau tahanan jenis dari batuan. Resistivitas atau
tahanan jenis adalah besaran atau parameter yang menunjukkan tingkat hambatannya
terhadap arus listrik.
Prinsip kerja metode geolistrik dilakukan dengan cara menginjeksikan arus
listrik ke permukaan tanah melalui sepasang elektroda dan mengukur beda potensial
dengan sepasang elektroda yang lain. Bila arus listrik diinjeksikan ke dalam suatu
medium dan diukur beda potensialnya (tegangan), maka nilai hambatan dari medium
tersebut dapat diperkirakan.
Konfigurasi Schlumberger digunakan untuk mengidentifikasi akuifer dan air
tanah. Konfigurasi Schlumberger memakai 4 elektroda dan selama akuisisi spasi
antar elektroda diperbesar secara berangsur-angsur.
Kegunaan Geolistrik yaitu mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui
kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan
pembawa air. Umumnya yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akifer
yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian
bawah dan bagian atas. Metode geolistrik atau sering disebut sebagai metode tahanan
jenis, merupakan salah satu metode geofisika yang dilakukan untuk mengetahui jenis
bahan penyusun batuan berdasarkan pengukuran sifat-sifat kelistrikan batuan ,
metodenya terbagi dua yaitu metode pasif dan metode aktif.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rubiantoro, P. (2016). Pemanfaatan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Schlumberger


dalam pendugaan lapisan akuifer untuk potensi air tanah di Desa Cemara Kecamatan
Suboh Kabupaten Situbondo. Integrated Lab Journal, 4(1).

Uligawati, G. W., & Fatimah, F. (2020). Identifikasi akuifer dengan metode geolistrik
konfigurasi Schlumberger di Daerah Ponjong, Gunung Kidul. Geoda, 1(1), 1–7.

Waluyo, 1984. Metode Resistivitas. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Gumilar et al. (2014).Metode Resitivitas Konfigurasi Wenner untuk Menganalisis


Aliran Rembesan (Seepage) di Bendung Alam Wae Ela, Ambon. Universitas
Pendidikan Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai