Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KONDISI UMUM DAN KESAMPAIAN DAERAH

1.1 Luas Daerah


PT. SEPTEM BUMANTARA berada pada Kecamatan Hulusungai,
Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat dengan luas daerah
perusahaan menurut Izin Usaha Penambangan adalah 218 Ha dan luas
wilayah penambangan sebesar 171,45 Ha yang di bagi menjadi dua blok
penambangan, tetapi hanya satu blok yang akan dilakukan kegiatan
penambangan oleh PT. SEPTEM BUMANTARA) dengan luas daerah 76,225
Ha. Untuk peta dari daerah penambangan dapat di lihat pada Gambar 2.1 dan
Gambar 2.2.
Gambar 2. 1 Area Penambangan PT. Arthof Manoamik Coal Nusantara
(AMCON) dengan Citra Satelit
Gambar 2. 2 Peta Area Penambangan PT. Arthof Manoamik Coal
Nusantara Tanpa Citra Satelit
1.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Secara administratif lokasi Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi PT.
Arthof Manoamik Coal Nusantara berada pada Kecamatan Loa Janan,
Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan timur. Sedangkan secara
geografis terletak pada koordinat 117° 5’ 30” – 117° 12’ 0” Bujur Timur dan
45° 0’ 0” – 47° 0’ 0” Lintang Selatan. Lokasi daerah penambangan PT.
Arthof Manoamik Coal Nusantara dapat ditempuh dengan jalur darat
menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat dari pusat
Kota Samarinda dengan jarak sejauh 12 km dengan kondisi jalan beraspal dan
jalan tanah berbatu, terutama setelah memasuki wilayah perusahaan.

PT. Arthof Manoamik Coal Nusantara berada tepat di Distrik Loa Janan,
Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Adapun lokasi
penambangan PT. Arthof Manoamik Coal Nusantara berbatasan langsung
dengan :

 Sebelah Timur : Sungai Mahakam


 Sebelah Barat : Kota Tenggarong
 Sebelah Utara : Kecamatan Loa Janan Ilir
 Sebelah Selatan : Kota Balikpapan

1.3 Keadaan Lingkungan


2.3.1 Penduduk dan Sosial Budaya
Kecamatan Loa Janan merupakan satu kecamatan yang terletak di
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Kabupaten Loa Janan
memiliki penduduk berjumlah 91.021 jiwa yang tersebar di delapan
Desa seperti Desa Bakungan, Batuah, Loa Duri Ilir, Loa Puri Ulu, Loa
Janan Ulu, Purwajaya, Tani Bhakti dan Tani Harapan. Tak hanya
sebagai daerah penghasil batubara, Kecamatan Loa Janan juga dikenal
sebagai daerah pusat industri pengolahan kayu dengan beroperasinya
beberapa pabrik kayu lapis di tepi Sungai Mahakam, serta daerah
penghasil lada dan kakao terbesar di Kalimantan Timur
(KutaiKartanegara.com, 2019).

2.3.2 Iklim dan Curah Hujan


Seperti iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Loa Janan beriklim
tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai
dengan bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan
November sampai dengan bulan April.
2.4 Tata Guna Lahan
Berdasarkan data penggunaan lahan, secara umum penggunaan lahan dibagi
untuk kawasan-kawasan (KutaiKartanegara.com, 2019) :
a. Permukiman
b. Perkebunan
c. Hutan

2.5 Geologi Daerah Penelitian


Wilayah IUP (Izin Usaha Pertambangan) PT. Arthof Manoamik Coal
Nusantara secara regional termasuk dalam Cekungan Kutai (Gambar 2.1).

Gambar 2. 3 Peta Cekungan Sedimentasi di Pulau Kalimantan

Cekungan Kutai secara historis merupakan suatu cekungan sedimentasi


yang besar di Pulau Kalimantan. Pengisiannya berlangsung sejak Eosen
hingga Miosen Tengah. Pengangkatan Pegunungan Meratus mengakibatkan
Cekungan Kutai terpisah menjadi tiga bagian yang dinamakan Cekungan
Barito di sebelah Barat dan Cekungan Pasir di sebelah Timur Pegunungan
Meratus, serta Cekungan Kutai di sebelah Utaranya.

Proses sedimentasi dalam Cekungan Kutai berlangsung secara kontinu


selama Tersier hingga sekarang. Fase pertama merupakan siklus transgresi
dan fase kedua atau akhir pengisian adalah fase regresi. Secara litologi
hampir semua pengisi Cekungan Kutai mengandung klastika halus yang
terdiri dari batupasir kuarsa, batulempung dan batulanau serta sisipan
batugamping dan batubara yang diendapkan pada lingkungan paralik hingga
neritik atau litoral, delta sampai laut terbuka.

Gambar 2. 4 Stratigrafi Regional Cekungan Kutai

Seri sedimen pengisi Cekungan Kutai dibagi menjadi beberapa formasi


mulai dari tua ke muda sebagai berikut :

Formasi Bebuluh, Formasi Pamaluan, Formasi Pulubalang, Formasi


Balikpapan dan Formasi Kampungbaru. Kelima formasi ini bertindak sebagai
pengandung batubara, terutama Formasi Bebuluh dan Formasi Balikpapan.

1. Formasi Bebuluh

Batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan


serpih, warna kelabu, padat mengandung foram besar, berbutir sedang.
Setempat batugamping menghablur, terkekar tak beraturan. Serpih,
kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua
kehitaman. Foraminifera besar yang dijumpai antara lain Lepidocyclina
Sumatraensis Brady, Myogipsina sp., Operculina sp., menunjukkan umur
Miosen Awal - Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut dangkal
dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Bebuluh tertindih selaras oleh
Formasi Pulau Balang.

2. Formasi Pamaluan

Batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih batugamping


dan batulanau; berlapis sangat baik. Batu pasir kuarsa merupakan batuan
utama, kelabu kehitam-kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik,
butiran membulat-bulat tanggung, padat, karbonan dan gamping.
Setempat dijumpai struktur sedimen seilang-silang dan perlapisan sejajar.
Tebal lapisan antara 1-2 meter. Batulempung tebal rata-rata 45 cm,
serpih, kelabu kecoklatan-kelabu tua, padat, tebal sisipan antara 10 -20
cm. Batu gamping kelabu pejal, berbutir sedang kasar, setempat berlapis
dan mengandung foraminifera besar. Batu lanau tua kehitaman. Formasi
Pemaluan merupakan batuan palling bawah yang tersinggkap di lembar
Samarinda dan bagian atas formasi ini berhubungan menjemari dengan
Formasi Bebuluh. Tebal formasi lebih kurang 2000 meter. Berumur
Oligosen sampai awal Miosen.

3. Formasi Pulaubalang

Perselingan antara graywacke dan batupasir kuarsa dengan sisipan


batugamping, batu lempung, batubara, dan tuf dasit. Batupasir
graywacke, kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antara 50 – 100 cm.
Batupasir kuarsa kelabu kemerahan, setempat tufan muda kekuningan,
mengandung foraminifera besar. Batugamping, coklat muda kekuningan,
mengandung foraminifera besar, batugamping ini terdapat sebagai sisipan
atau lensa dalalm batupasir kuarsa, tebal lapisan 10 – 40 cm. di S. Loa
Haur, mengandung foraminifera besar antara lain Austrotrilina howchina,
Borelis sp., Lepidocyclina sp., Myogypsina sp., menunjukan umur
Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal.
Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2 cm. Setempat
berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit,
putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.

4. Formasi Balikpapan (Tmbp)

Perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, serpih,


batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, tebal
lapisan 1 – 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 0,5 – 5 m. Batupasir
gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang siur,
tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung Foraminifera kecil, disisipi lapisan
tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa
tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat
mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan,
berlapis tipis; serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran,
mengandung Foraminifera besar, moluska, menunjukan umur Miosen
Akhir bagian bawah – Miosen Tengah bagian atas. Lingkungan
pengendapan delta, dengan ketebalan 1000 – 1500 m.

5. Formasi Kampungbaru (Tpkb)

Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih; lanau dan lignit;


pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir kuarsa putih, setempat
kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat
mengandung lapisan tipis oksida besi atau kongkresi, tufan atau lanauan,
dan sisipan batupasir konglomeratan atau konglomerat dengan komponen
kuarsa, kalsedon, serpih merah dan lempung, diameter 0.5 – 1 cm, mudah
lepas. Lempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, batubara/
lignit dengan tebal 0,5 – 3 m, koral. Lanau, kelabu tua, menyerpih,
laminasi, teballl 1 – 2 m. Diduga berumur Miosen Akhir – Pilo Plistosen,
lingkungan pengendapan delta – laut dangkal, tebal lebih dari 500 m.
Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak selaras terhadap Formasi
Balikpapan.

Struktur yang terdapat di Samarinda berupa lipatan antiklin


dan sesar. Lipatan umumnya berarah timur laut - barat daya, dengan
sayap lebih curam di bagian tenggara. Formasi Pamaluan, Bebulu dan

Balikpapan sebagian terlipat kuat dengan kemiringan antara 400-750.


Batuan yang lebih muda pada umumnya terlipat lemah. Di daerah ini
terdapat tiga jenis sesar yaitu sesar naik, sesar turun dan sesar mendatar.
Sesar naik diduga terjadi pada Miosen Akhir yang kemudian terpotong
oleh sesar mendatar yang terjadi kemudian. Sesar turun terjadi pada kala
pliosen.

Kerangka tektonik di Kalimantan bagian timur dipengaruhi oleh


perkembangan tektonik regional yang melibatkan interaksi antara
Lempeng Pasifik, Lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia, serta
dipengaruhi oleh tektonik regional di asia bagian tenggara (Biantoro et
al., 1992). Bentukan struktur Cekungan Kutai didominasi oleh perlipatan
dan pensesaran. Secara umum, sumbu perlipatan dan pensesarannya
berarah timur laut-barat daya dan subparalel terhadap garis pantai timur
pulau Kalimantan. Di daerah ini juga terdapat tiga jenis sesar, yaitu sesar
naik, sesar turun dan sesar mendatar. Batuan dasar (basement) dari
Cekungan Kutai diduga sebagai karakter benua dan samudera yang
dikenal sebagai transisi mengambang (rafted transitional). Batuan dasar
Cekungan Kutai berkaitan dengan segmen yang lebih awal pada periode
waktu Kapur Akhir – Paleosen (70 – 60 MA). Cekungan pada bagian
timur dan tenggara Kalimantan dikontrol oleh adanya proses pergerakan
lempeng kerak samudera dari arah tenggara yang mengarah ke barat laut
Kalimantan.

2.6 Keadaan Endapan


Kondisi endapan di daerah ini merupakan lapisan-lapisan dengan
ketebalan yang berbeda. Kondisi endapan pada lokasi ini di bagi menjadi tiga,
yaitu :
1. Lapisan Tanah Penutup
Lapisan tanah penutup pada lokasi ini memiliki ketebalan rata-rata 3
meter dengan volume 35,778,950.07 m3.
2. Lapisan Batubara
Lapisan batubara pada Seam A merupakan lapisan berwarna hitam
dengan tebal lapisan berkisar antara 0,28 m – 16,9 m. Lapisan batubara
blok 1 ini memiliki volume 7.206.307.01 m3, yang terbagi oleh 2 Pit
penambangan Pit 1 memiliki volume 3,897,032.94 m3 dan Pit 2
memiliki volume 3,309,274.07 m3.
3. Bedrock
Bedrock merupakan lapisan terbawah dari log bor dengan jenis
material adalah batupasir.
2.7 Estimasi dan Perhitungan Sumberdaya
2.7.1 Parameter Dasar Pada Estimasi
Parameter yang penting dalam estimasi dan perhitungan
sumberdaya meliputi:
1. Ketebalan endapan
Ketebalan endapan dapat diukur dari hasil pengamatan langsung,
perhitungan skala pada peta dan penampang, data pemboran dan
logging atau perhitungan yang kemudian ditentukan rata-ratanya.
2. Berat jenis
Berat jenis sangat berpengaruh pada perhitungan tonase. Semakin
besar berat jenis, maka kemungkinan besar akan didapat sumberdaya
dengan tonase dalam jumlah besar, akan tetapi tetap memperhatikan
apakah berat jenis yang digunakan adalah berat jenis pada saat
material basah (wet tonage factor) atau material kering (dry tonage
factor).
2.7.2 Faktor untuk menghasilkan tingkat kepercayaan hasil
perhitungan
sumberdaya
1. Kebenaran dan kelengkapan pengetahuan dalam memahami &
mempelajari data keterdapatan batubara.
2. Kepadatan data (grid density) dapat dipercaya sebagai data dasar.
3. Asumsi dan pendekatan variabel yang digunakan dalam melakukan
interpretasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan teknis.
4. Pendekatan rumus perhitungan dan pemodelan tidak
melanggar kaidah matematika yang ada.

2.8 Perhitungan Sumberdaya Menggunakan Surpac 6.3.2


2.8.1 Sofware Surpac 6.5.1
Surpac adalah Sofware yang sudah dikenal di dunia pertambangan
tidak hanya untuk engineer tapi juga dapat digunakan untuk geology,
ataupun surveying. Data yang diberikan merupakan data mining dan
juga eksplorasi. Surpac dapat menggelolah data, membuat model
cadangan dan estimasi, perhitungan volume dan grade (kadar).
2.8.2 Konsep Model Block (Grid)
Pemodelan dengan komputer untuk merepresentasikan endapan
bahan galian umumnya dilakukan dengan model blok (block model).
Dimensi block model dibuat sesuai dengan desain penambangannya,
yaitu mempunyai ukuran yang sama dengan tinggi jenjang. Semua
informasi seperti jenis batuan, kualitas batubara, dan topografi dapat
dimodelkan dalam bentuk blok. Aspek yang paling penting dalam
perhitungan cadangan adalah metode penaksiran. Dalam metode ini, data
yang digunakan adalah data log bor yang dapat dilihat pada Lampiran A
dan peta log bor di lampirkan pada Lampiran B.

2.8.3 Metode Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode NNP (Nearest


Neighbour Point)
Metode Perhitungan Cadangan Menggunakan metode Nearest Neighbor
Point yang memperhatikan nilai di suatu blok didasari oleh nilai titik
yang paling dekat dengan blok tersebut dengan penentuan model blok
berdasarkan dari informasi setiap Data kadar bor.
Dari metode NNP, di dapati hasil sebagai berikut :

Jumlah cadangan = 7,206,307.01 ton


Geological Loose (10%) = 720,630.70 ton
Mining Loose (20%) = 1,441,261.40 .91 ton
Jumlah cadangan tertambang = 7,206,307.01 – (720,630.70
ton + 1,441,261.40 ton)
= 5,044,414.91 ton
Dari hasil perhitungan diatas, didapati cadangan yang akan
tertambang jika telah dikurangi dengan geological looses dan mining
looses sebesar 5,044,414.91 ton.

Anda mungkin juga menyukai