Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH EKOLOGI BENTANGLAHAN TROPIS

Disusun Oleh : Nama NIM : Latifatul Khoiriyah : 11/316573/GE/07146

PRODI GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013

IDENTIFIKASI LAPANGAN EKOLOGI BENTANGLAHAN TROPIS Sabtu, 26 Oktober 2013 Purworejo-Kulonprogo

TITIK 1 Titik pertama yang menjadi tujuan kuliah lapangan kali ini adalah pantai yang menjadi muara Sungai Jali. Sungai Jali merupakan sebuah sungai hasil sudetan (sungai buatan) yang muaranya berhubungan dengan Sungai Bogowonto. Pantai yang menjadi muara Sungai Jali ini mempunyai tipologi yang sama dengan pantai-pantai selatan Pulau Jawa pada umumnya, yaitu Marine Depositon Coast. Hal ini terlihat dengan adanya endapan pasir yang banyak menyusun gisik dan betinggisiknya. Endapan pasir ini belum berkembang menjadi tanah. Pada titik pertama ini, terdapat laguna yang merupakan hasil pertemuan muara Sungai Bogowonto dengan Sungai Jali. Laguna ini memanjang dari timur ke barat sepanjang pantai. Muara Sungai Jali yang menjadi satu dengan laguna ini pada musim kemarau sering mengalami penyumbatan oleh material, sehingga aliran air sungai ke laut menjadi terhambat. Sumbatan ini akan menghilang seiring dengan datangnya musim hujan. Akan tetapi, pada awal musim hujan tiba, sumbatan belum sepenuhnya terkikis aliran air, sehingga hal ini menyebabkan banjir dan menggenangi wilayah sekitar laguna tersebut. Banjir ini menjadi permasalahan untuk warga karena dapat merusak tanaman pertanian dan menurunkan produktivitasnya. Permasalahan lain yang muncul adalah intrusi air laut yang berupa surface intrusion di estuarinya. Permasalahn banjir yang sering muncul pada awal musim hujan diperburuk dengan adanya penambangan pasir besi di wilayah ini. Penambangan pasir besi dapat merusak struktur gisik yang berfungsi meresapkan air. Akibatnya, gigik tidak lagi berfungsi sebagai peresap air sehingga banjir dapat meluas lebih cepat dari sebelumnya. Pengembalian daerah tambang ini ke fungsi semula hampir dirasa tidak mungkin karena strukturnya sudah rusak akibat tambang. Penduduk yang hidup di sekitar wilayah muara Sungai Jali ini umumnya merupakan penduduk usia tua. Banyaknya penduduk usia tua ini disebabkan karena penduduk usia produktifnya banyak melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan yang paling banyak adalah sebagai TKI/TKW di luar negeri. Beberapa penduduk yang memilih bertahan di wilayah ini umumnya bermatapencaharian sebagai petani. Tanaman pertanian yang ada adalah tanaman papaya, terong semangkan dan melon. Pengembangan pariwisata di wilayah ini dinilai kurang karena lamanya akses dan rusaknya jalan menuju wilayah ini.

TITIK 2

Tititk kedua merupakan betinggisik tua. Wilayah ini telah berkembang menjadi pemukiman dan jalan. Pada titik ini, tanah sudah berkembang baik. Tanah ini terbentuk karena material sedimentasi dari beberpa bukit di sekitar wilayah ini. Proses-proses erosi tanah juga sudah mulai terlihat, yaitu berupa erosi percik, dan lembar yang disebabkan oleh air-hujan. Air payau juga sudah jarang ditemukan di wilayah ini. Air tanah di wilayah ini dapat diidentifiksi melalui sumur-sumur warga. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, air tanah di wilayah ini umumnya memiliki kedalaman 6-7 meter dengan pH yang mendekati netral yaitu 6,5. Karena sumber airtanah di wilayah ini baik, penduduk memanfaatkannya sebagai sumber air untuk mandi, minum dan mencuci. Pada titik ini, jumlah penduduk yang tinggal sudah lebih banyak daripada titik pertama. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh adanya akses (jalan) yang baik dan potensi ekononi (perdagangan) yang cenderung lebih baik dari titik sebelumnya. Beberapa penduduk masih bermatapencaharian sebagai petani papaya, melon dan semangka karena wilayah in masih relatif dekat dengan titik sebelumnya. Beberapa juga merupakan TKI dan TKW sama seperti wilayah sebelumnya. TITIK 3 Titik tiga merupakan titik pengamatan Perbukitan Sentolo. Pada titik ini, kenampakan intrusi dapat terlihat dengan jelas melalui bentuk kerucut-kerucut pegunungannya yang kurang beraturan. Material-material hasilerosi dari perbukitan tersebut terendapkan di wilayah sekitar. Wilayah sedimentasi tersebut saat ini dimanfaatkan sebagai area persawahan dengan jenis tanaman melon.

Intrusi

Sedimen dari bukit Foto: Nur Wiryanti Sih A, 26 Oktober 2013 Selain dimanfaatkan sebagai area persawahan, wilayah sekitar pegunungan juga dimanfaatkan sebagai pemukiman dengan pola memanjang mengikut jalan.

Umumnya, kualitas pemukinan baik dan permanen. Matapencaharian penduduk sama dengan titik sebelumnya, yaitu petani dan buruh luar negeri, serta beberpa penduduk bermatapencaharian sebagai pedagang. TITIK 4 Titik empat merupakan titik pengamatan Perbukitan Sentolo secara langsug. Pada titik ini, formasi sentolo mendominasi pembentukan tanahnya. Formasi sentolo merupakan formasi yang terdiri dari batu gamping muda. Batu-batu gamping ini mengalami proses pengangkatan sehingga membentuk pegunungan. Pengangkatan yang terjadi disertai intrusi sehingga terbentuklah pegunungan yang ada saat ini. Batuan gamping yang ada di titik ke empat ini merupakan batu gaing muda yang belum mengalami proses pembentukan tanah yang intensif. Hal tersebut menyebabkan solum tanah di wilayah ini tergolong tipis. Tanah yang tipis akan rawan longsor apabila tidak ditanami dengan tanaman yang sesuai. Proses-proses lain seperti pelarutan juga belum terlalu nampak pada wilayah ini. Proses pelapukan dan pelarutan yang belum intensif membuat air yang ada di wilayah ini masih tergolong baik untuk dikonsumsi meskipun beberapa sumur tergolong memiliki air yang keruh.

Solum tanah tipis Batu Gamping Muda

Foto: Nur Wiryanti Sih A, 26 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai