Anda di halaman 1dari 3

Tugas TKSDL Minggu 1 (Kelas J)

Isu-isu Kerusakan Sumberdaya Lahan di Kawasan Pertanian dan Kawasan


Pemukiman:
Studi Kasus di Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Malang.
(oleh: Rodifan Maarij F. D. P. NIM 145040200111179)
1. PENDAHULUAN
Malang merupakan kabupaten yang sebagian besar wilayahnya berada di daerah
pegunungan dan perbukitan. Dengan seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya perluasan wilayah penduduk
untuk menetap. Akibatnya banyak lahan di perbukitan yang akhirnya berubah menjadi
area pemukiman penduduk. Tidak hanya pemukiman, areal pertanian juga semakin
diperluas agar petani dapat melanjutkan mata pencahariannya, namun hal itu tidak
diimbangi dengan memperhatikan aspek lingkungan sehingga menyebabkan lahan yang
mereka kelola menjadi terdegradasi dan menurunnya kesuburan tanah di kawasan
tersebut.
2. KARAKTERISTIK LOKASI KELURAHAN MERJOSARI
Kelurahan Merjosari berada di Kecamatan Lowokwaru di mana wilayah ini termasuk
daerah perbukitan yang mana daerah ini terletak pada ketinggian antara 500 999 m dari
permukaan laut. Penyebaran daerah perbukitan wilayah Kecamatan Lowokwaru dengan
ketinggian + 500 m di atas permukaan air laut. Daerah perbukitan rata-rata mempunyai
kemiringan lereng antara 15 40.
Pemanfaatan lahan di wilayah ini berupa perkebunan dan tegalan dengan tanaman
perkebunan dan semusim. Penggunaan lahan dipengaruhi oleh kondisi medan dan jenis
tanahnya. Jenis perkebunan yang terdapat wilayah ini adalah perkebunan memanfaatkan
pekarangan ataupun lahan rumah. Jenis tumbuhan perkebunan yang ditanam yaitu tebu,
jagung, cabai, tomat, jati, dan lain-lain. (keclowokwaru.malangkota.go.id, 2016)

3. KERUSAKAN SDL DI KAWASAN PERTANIAN


Di kawasan ini ditemukan beberapa kerusakan SDL. Dikatakan ada kerusakan karena
vegetasi yang menutupi kawasan ini sangat terbatas. Banyak tanah yang dibiarkan terbuka
dan tampak tandus. Selain itu teknik budidaya yang dilakukan petani cenderung kurang
1

memperhatikan kondisi tanah karena tidak menunjukkan adanya pemulsaan dan


pengolahan tanah hanya sebatas digemburkan menggunakan alat sederhana, bahkan di
beberapa titik terdapat adanya bekas pembakaran yang mungkin sebelumnya digunakan
petani untuk membakar sisa panen. Selain itu, tanaman yang ditanam sebagian besar
monokultur sehingga tanah di daerah ini menjadi tampak tandus, sebagai contoh ada areal
yang ditanami hanya dengan ketela pohon saja. Pada lahan ini juga ditemukan tanah
miring yang telanjang sehingga dapat longsor kapan saja jika terjadi limpasan air hujan.
Karena terbatasnya vegetasi yang menutupi lahan menyebabkan beberapa titik terdapat
tanah yang telah tererosi. Hal ini terjadi karena air hujan dapat menghanyutkan butiran
tanah dan karena jarangnya vegetasi penutup tanah semakin mempermudah untuk tanah
tererosi oleh air hujan.
Menurut Arsyad (2010 dalam Rusdi, 2013), bahwa laju erosi akan menjadi lebih
besar apabila didukung oleh hilangnya tutupan tanah, lahan berlereng dan panjang
ketebalan olahan tanah sehingga terangkutnya bahan organik yang ada di atas permukaan
tanah oleh aliran permukaan (run off). Faktor terbesar terjadinya erosi tanah secara cepat
dapat ditimbulkan oleh penggunaan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan.
Dalam hal upaya untuk memperbaiki kerusakan sumber daya lahan di kawasan ini
masih belum adanya upaya untuk meningkatkan potensiyang ada di lahan tersebut.
4.

KERUSAKAN SDL
DI KAWASAN

NON-PERTANIAN
Pada kawasan yang sama tampak adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi daerah
pemukiman. Berdirinya pemukiman di kawasan ini menyebabkan berkurangnya daerah
resapan air. Bersamaan berkurangnya vegetasi dan daerah resapan di daerah ini
dikhawatirkan air hujan yang jatuh di kawasan ini tidak dapat tersimpan ke dalam tanah
melainkan terus mengalir ke daerah yang lebih rendah sehingga dapat mengikis
permukaan tanah dan mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah sekaligus
menurunkan muka air tanah yang seharusnya tersimpan dalam tanah.

Dalam jurnal penelitian Henri Yokom S.T. (2015), hilangnya area resapan air hujan
mengakibatkan berkurangnya berkurangnya air tanah dan meningkatkan kondisi air
permukaan. Berkurangnya daerah resapan yang menjadi aliran permukaan di sungai
mengakibatkan debit sungai meningkat khususnya di daerah hilir sehingga hulu akan
kekurangan daya tamping yang mengakibatkan luapan air hujan akan berubah menjadi
banjir di daerah-daerah dataran rendah. Dari sisi kurangnya daerah resapan air hujan sudah
menimbulkan dampak lingkungan yang besar yaitu meningkatnya debit banjir di daerah
dataran rendah yang biasanya menjadi daerah perkotaan.
Selain itu, limbah rumah tangga dari pemukiman tersebut dapat mencemari lingkungan
yang ada di sekitarnya. Baik limbah padat ataupun cair, keduanya sangat mempengaruhi
bagi kondisi lingkungan mulai dari kondisi tanah hingga air dalam tanah. Menurut
Jayadinata (1999), dampak lingkungan terjadi karena aktivitas atau perbuatan manusia yang
keliru sehingga mempengaruhi kondisi lingkungan atau ekologi. Ekologi menurut
Jayadinata meliputi daratan, laut, dan udara. Dimana ekologi di daratan lebih ditekankan
pada tanah, air, dan udara.
5. EVALUASI
Berbagai upaya perlu dilakukan untuk memperbaiki dan mengembalikan kondisi lahan
di kelurahan Merjosari mengingat lokasi perbukitan yang berpotensi dapat terjadi erosi
serta lokasi resapan air sekaligus penyimpan air. Selain itu di daerah ini juga digunakan
penduduk untuk melakukan kegiatan pertanian yang merupakan mata pencaharian mereka.
Perlu dilakukan kerjasama dengan instansi terkait untuk menjaga keseimbangan lingkungan
di daerah ini dengan menggunakan kebijakan ketat yang berwawasan lingkungan agar tidak
terjadi penyalahgunaan lahan yang berujung pada kerusakan sumber daya lahan.
6. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan terhadap kondisi yang ada di kelurahan Merjosari diketahui
bahwa terjadi kerusakan sumberdaya lahan di daerah perbukitan akibat terjadinya alih guna
lahan menjadi perumahan serta penggunaan lahan pertanian yang tidak memperhatikan
kesuburan tanah. Dikhawatirkan hal tersebut dapat mengganggu kesemimbangan ekosistem
dan keberlanjutan dari lahan di kawasan tersebut.
7. DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan,
dan Wilayah. Bandung: ITB.
keclowokwaru.malangkota.go.id, 2016. Diakses pada 08 september 2016
Yokom, Henri, S.T.2015. Kerusakan Lingkungan Akibat Pembangunan Perumahan Rakyat.
Jurnal Penelitian.

Anda mungkin juga menyukai