Anda di halaman 1dari 30

Bencana Geologi : Gerakan Tanah

Gerakan Tanah

 Pergerakan massa tanah, batuan ataupun percam-


puran keduanya sebagai rombakan menuruni lereng,
akibat terganggunya kestabilan lereng (Karnawati,
2005).
 Prosesperpindahan masa tanah atau batuan dengan
arah tegak, mendatar, miring dari kedudukan semula,
karena pengaruh gravitasi, arus air dan beban
(PU/No. 22/PRT/M/2007).
Proses terjadinya gerakan tanah (Karnawati, 2005)

Penyebab pergerakan tanah

Faktor pengontrol :
1. Geomofologi;
2. Geologi;
STABIL 3. Litologi
(batuan/tanah);
4. Hidrologi lereng dan
5. Tataguna lahan.

RENTAN

Faktor pemicu :
1. Infiltrasi air; TERJADI
KRITIS
2. Getaran; dan GERAKAN TANAH
3. Aktivitas manusia.
Tahapan terjadinya pergerakan lereng

1. Tahap stabil  kondisi lereng dengan batas kestabilan


relatif tinggi terhadap proses alam yang dapat mengurangi
kestabilan lereng.
2. Tahap rentan  kondisi lereng siap bergerak tanpa
adanya faktor pemicu dari luar lereng.
3. Tahap kritis  lereng yang dapat mengalami pergerakan
setiap saat apabila faktor pemicu lebih besar dari
ketahanan lereng.
4. Tahap benar-benar bergerak  tahap terakhir, kondisi
lereng memiliki nilai kestabilan mendekati 0.

Crozier & Glade; 2004


Jenis gerakan tanah (Lee & John, 2004 : 42)
Jenis gerakan tanah (Lee & John, 2004 : 43)
Jenis gerakan tanah: A) Jatuhan; B) Robohan; C) Longsoran rotasional/
Slump; D) Longsoran translasional /Rock Slide; E) Aliran and F) Rayapan
(Courtesy : http://staff.aist.go.jp/s.tsuchida/itit/f_report)
Berdasarkan asosiasi per-
gerakan robohan dengan
mekanisme gerakan lereng
lainnya, robohan batuan
dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
1) robohan primer dan
2) robohan sekunder.

(Hoek & Bray, 1981)


(Courtesy :
http://web.viu.ca/geoscape/landslide!.htm)
Fenomena Bencana
Tanahlongsor
di Indonesia
Jenis
Pemicu Lokasi Uraian
longsoran

Terletak pada zona tekuk lereng atau zona


transisi dari kondisi lereng curam menjadi
Desa Tengklik, landai. Zona ini rentan mengalami
Kecamatan rayapan, ditunjukkan dengan ambles dan
Rayapan Tawangmangu, terbentuknya retakan pada sejumlah rumah
Kabupaten penduduk dan jalan di sekitarnya. Salah
Karanganyar satu rumah penduduk telah mengalami
amblesan sedalam + 20 cm, disertai
Hujan

terbentuknya retakan pada lantai rumah.

Terbentuk pada salah satu sisi tebing yang


Luncuran Ngledoksari, mengelilingi desa, dikontrol oleh kondisi
bahan Kecamatan kemiringan lereng curam, material
rombakan Tawangmangu, penyusun lereng berupa tanah sangat tebal
(Debris Kabupaten dan perubahan fungsi lahan.
Slump) Karanganyar Mengakibatkan 35 orang meninggal dan
sejumlah rumah penduduk hancur.
Fenomena Bencana Tanah Longsor di Indonesia
Jenis
Pemicu Lokasi Uraian
longsoran

Terjadi dikontrol oleh kondisi


kemiringan lereng curam, material
Luncuran Desa Beruk,
penyusun lereng berupa tanah yang
bahan Kecamatan
sangat tebal dan perubahan fungsi lahan.
rombakan Jatiyoso,
Pemicu berupa pembebanan pada lereng
(Debris Kabupaten
dikarenakan meningkatnya kandungan
Slump) Karanganyar
air. Mengakibatkan rusaknya beberapa
rumah penduduk.
Hujan

Lereng kaki
Terjadi dikontrol oleh kondisi
Gunung
kemiringan lereng curam, material
Luncuran Seloromo,
penyusun lereng berupa tanah hasil
tanah Kelurahan
pelapukan breksi volkanik yang sangat
Balong,
(Earth tebal. Bersamaan dengan terjadinya
Kecamatan
Slump) earth slump, terjadi amblesan sedalan 1
Jenawi,
– 2 meter dan mengakibatkan rusaknya
Kabupaten
13 rumah penduduk setempat.
Karanganyar
Fenomena Bencana Tanah Longsor di Indonesia

Jenis
Pemicu Lokasi Uraian
longsoran

Jatuhan & Kecamatan Terbentuk di sepanjang tebing pegunungan pada bagian utara – barat Kabupaten
Luncuran Pleret, Bantul dengan lebar mahkota 10 – 500 meter, dipengaruh oleh gempabumi 27 Mei
Batuan Kabupaten 2006. Terbentuk sebagai hasil dari wedge failure, dikontrol oleh kehadiran bidang
Bantul, kekar dan bidang perlapisan yang saling berpotongan dengan arah kemiringan
(Rock fall
Yogyakarta bidang gelincir menghadap keluar lereng.
& Rock
slide)

Luncuran Desa Serempah, Dikontrol oleh kehadiran Sesar Semangko yang membentuk tinggian dengan arah
bahan Kecamatan memanjang baratlaut – tenggara. Selain itu, dikontrol pula oleh kondisi
Gempabumi

rombakan Ketol, kemiringan lereng terjal (> 70O) dan material penyusun lereng berupa endapan
(Debris Kabupaten Aceh kuarter gunungapi yang bersifat lepas dan belum terkompaksi. Mengakibatkan
Slump) Tengah hancurnya 12 rumah penduduk setempat dan 11 orang meninggal dunia.
Jenis
Pemicu Lokasi Uraian
longsoran
Luncuran Desa Tandikek, Gempabumi skala 6,7 pada 30 September 2009 lalu, memicu earth slide dan menyebabkan lebih
tanah (Earth Kabupaten dari 100 orang terkubur material longsoran. Dipicu oleh hujan deras, earth slide membentuk
Slide) Pariaman debris flow, akibat meningkatnya kandungan air dalam material longsoran. Endapan material
berkembang debris flow membentuk landslide dam yang rentan mengalami pergerakan dan dapat
menjadi menyebabkan terjadinya debris flood, apabila dipicu oleh hujan. Earth slide terjadi, dikontrol
aliran bahan oleh kondisi kemiringan lereng curam (40O – 50O), material penyusun lereng berupa lempung –
rombakan pasir bersifat tufan yang sangat tebal dan dipengaruhi oleh perubahan fungsi lahan.
(Debris Flow)
Gempabumi

Jatuhan/lunc Desa Tanjungsani, Pada peristiwa gempabumi yang sama, memicu terjadinya rock fall/rock slide pada dinding
uran batuan Kabupaten Agam kawah gunungapi yang terdapat di sekitar desa. Adanya hujan, endapan material rock fall/rock
(Rock slide berkembang menjadi debris flow. Mengakibatkan > 200 keluarga dievakuasi dan direlokasi
Fall/Slide) dari desa setempat. Gerakan massa dikontrol oleh kondisi kemiringan dinding kawah yang terjal,
berkembang kehadiran bidang-bidang kekar yang memotong andesit dan dipengaruhi oleh arah kemiringan
menjadi dari bidang-bidang kekar tersebu
aliran bahan
rombakan
(Debris Flow)
Padang – Pariaman – Agam, Sumatra Barat, Indonesia
Paska gempabumi pada 30 September 2009

http://rovicky.wordpress.co
m/2009/10/01/gempa-
padang-30-september-2009
Faktor pengontrol : 1) kemiringan lereng curam, 2) tersusun lapukan batupasir
tufan, dengan bagian permukaan tertutup oleh lapisan lempung-lanau pasiran, &
3) vegetasi berupa pohon kelapa. Pemicu : hujan deras dan gempabumi.
(http://www.indogamez.com/forum/Foto-Eksklusif-Terlengkap-GEMPA-DAN-LONGSOR-DI-PADANG)
Aliran rombakan terbentuk segera setelah hujan deras  endapan tanahlongsor
mencapai tepi sungai berjarak 500 m dari mahkota longsoran  dampak : > 100
orang tertimbun.
 Kawasan dengan curah hujan rata-rata tinggi (> 2500 mm/tahun),
kemiringan lereng curam (> 40%), dan/atau kawasan rawan gempabumi.
 Sering dijumpai alur air dan mata air di lembah-lembah subur dekat
dengan sungai.
 Lereng-lereng pada kelokan sungai, akibat proses erosi/penggerusan aliran
sungai pada bagian kaki lereng.
 Daerah teluk lereng  peralihan lereng curam menjadi lereng landai 
zona akumulasi air yang meresap dari bagian lereng yang lebih curam.
Akibatnya daerah tekuk lereng sensitif terhadap peningkatan tekanan air
pori yang akhirnya melemahkan ikatan antar butir-butir partikel tanah dan
memicu terjadinya longsor.
 Daerah dilalui patahan yang umumnya terdapat hunian, dicirikan adanya
lembah dengan lereng curam (> 30%) dan tersusun oleh batuan yang
terkekarkan secara rapat, serta munculnya mata air.
1. curah hujan yang tinggi;
2. lereng yang terjal;
3. lapisan tanah yang kurang padat dan tebal;
4. jenis batuan (litologi) yang kurang kuat;
5. jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan
lereng;
6. Getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik, kendaraan
bermotor);
7. susutnya muka air danau/bendungan;
8. beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kendaraan angkutan;
9. terjadinya pengikisan tanah atau erosi;
10. adanya material timbunan pada tebing;
11. bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani;
12. adanya bidang diskontinuitas;
13. penggundulan hutan; dan/atau
14. daerah pembuangan sampah.
Sistem Peringatan Dini
(Early warning)
Rain Gauge –
Alat Penakar
Curah Hujan
(Fathani & Karnawati,
2008)
Ekstensometer
(Fathani & Karnawati,
2008)
Evacuation Other Monitoring Devices:
- Inclinometer
- Tiltmeter
- Porewater pressure gage
- Groundwater measurement
Rain gage - GPS Monitoring

Head of Village Local community EM-1 : Manual Extensometer


Task Force Team
EM-2 : Automatic Extensometer
with paper recording
 Satkorlak
EA-1 : Automatic Extensometer
 Satlak
with data logger
 Satgas
 SAR EA-2 : Automatic underground
 Red cross Extensometer
 Health center
 Army-Police EL-1 : Long-span Extensometer
with data logger & telemetry
Evacuation
Tipologi kawasan
rawan bencana longsor
berdasarkan
penetapan zonasi
Zona Tipe A  zona berpotensi longsor : daerah lereng gu-
nung, lereng pegunungan, lereng bukit, lereng perbukitan, dan
tebing sungai dengan kemiringan lereng > 40% dan ketinggian
> 2.000 m di atas permukaan laut.

Zona Tipe B  zona berpotensi longsor :


daerah kaki gunung, kaki pegunungan, kaki bu-
kit, kaki perbukitan, dan tebing sungai dengan
kemiringan lereng 21% – 40% dan ketinggian
500 – 2.000 m di atas permukaan laut.

Zona Tipe C  zona berpotensi longsor :


daerah dataran tinggi, dataran rendah,
dataran, tebing sungai, atau lembah sungai
dengan kemiringan lereng 0% – 20% dan
ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut.

Anda mungkin juga menyukai