Makalah Pemaparan tentang Upaya Konservasi Sumber Daya Alam pada Sub
Daerah Aliran Sungai Landak
Disusun Oleh:
Windasari (D1091181019)
i
KATA PENGATAR
Puji Syukur tim penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala
kerena atas rahmat dan hidayah-Nya tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagaimana mestinya dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Daerah Aliran
Sungai dan Pengelolaan Sungai yang diberikan.
Makalah yang berjudul “Konservasi Sumber Daya Alam Sub Daerah Aliran
Sungai Landak” ini memberikan pemaparan terkait studi literatur mengenai upaya
konservasi di Sub Daerah Aliran Sungai Landak.
Tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah mendukung dan turut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini,
khususnya kepada:
1. Bapak Eko Yulianto, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah
Daerah Aliran Sungai dan Pengelolaan Sungai, yang juga sekaligus
memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
2. Badan-badan dari Pemerintahan Kabupaten Landak terkait yang telah
mempublikasikan data-data yang dibutuhkan.
3. Sumber-sumber terkait yang telah menyajikan berbagai informasi dalam
pembuatan makalah ini.
Tim penulis berharap para pembaca dapat memaklumi atas kesalahan yang
mungkin ada. Besar harapan sekiranya makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Tim penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui upaya konservasi sumber daya alam pada Sub Daerah
Aliran Sungai Landak.
2. Mengetahui metode konservasi sumber daya alam pada Sub
Daerah Aliran Sungai Landak.
1.4 Manfaat
Untuk mengetahui keadaan di Sub Daerah Aliran Sungai Landak dan
bagaimana upaya konservasinya serta memberikan wawasan kepada para
pembaca mengenai bentuk, metode dan dampak dari konservasi sumber daya
alam pada Sub Daerah Aliran Sungai Landak.
BAB II
GAMBARAN UMUM
3
4
Karakteristik sub DAS Landak alur sungai yang melalui daerah dataran
mempunyai kemiringan dasar sungai yang landai sehingga kecepatan aliran
lambat, keadaan ini memungkinkan menjadi mudah terkena proses pengendapan.
Apabila bentuk alur sungainya berbelok-belok dapat menyebabkan terjadinya
erosi pada sisi luar palung sungai dan daerah endapan terjadi pada sisi dalam
(Sosrodarsono, 1993). Luasnya Sub DAS Landak menyebabkan daerah tangkapan
hujan yang besar pula, sehingga memungkinkan terjadi limpasan permukaan dan
proses sedimentasi yang besar. Tingginya nilai debit aliran juga memperbesar
aliran air yang membawa partikel sedimen tersuspensi.
B. Kualitas Air
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan
dalam pemenuhan kebutuhan tertentu bagi kehidupan manusia, seperti untuk
mengairi tanaman, minuman ternak dan kebutuhan langsung untuk minum,
mandi, mencuci, dan sebagainya. Kualitas air ditentukan oleh kandungan
sedimen tersuspensi dan bahan kimia yang terlarut dalam air tersebut (Arsyad,
1989).
Kualitas air yang dilakukan dalam penelitian pada outlet di lapangan
yaitu pH dan Kecerahan. Adapun hasil pengukuran pH dan Kecerahan yang
didapat dari kualitas air di lapangan yaitu sebagai berikut:
D. Sedimentasi
A. Konsentrasi Sedimen
Konsentrasi sedimen berkaitan erat dengan tingkat kepekaan
terhadap erosi, limpasan permukaan, jenis tanah dan vegetasi penutup
tanah yang terdapat pada DAS tersebut. Semakin besar luasan lereng
yang lebih curam, maka tingkat bahaya erosi yang terjadi semakin
tinggi sehingga mempengaruhi besarnya nilai konsentrasi sedimen.
Vegetasi penutup tanah dapat mengurangi laju erosi sehingga
konsentrasi sedimen tersuspensi di dalam sungai menjadi rendah.
Semakin berkurangnya vegetasi penutup tanah, maka meningkatkan
pukulan curah hujan yang berkaitan terjadinya peningkatan terhadap
pembongkaran tanah. Dengan peningkatan pembongkaran tanah, maka
terjadi peningkatan terhadap erosi dan konsentrasi sedimen sungai.
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konservasi
Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con
(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya
memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have).
Menurut Allaby (2010) pengertian konservasi adalah pengelolaan
biosfer secara aktif yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan
keanekaragaman spesies maksium dan pemeliharaan keragaman genetik di
dalam suatu spesies, termasuk juga pemeliharaan fungsi biosfer seperti fungsi
ekosistem dan siklus nutrisi. Secara umum, pengertian konservasi adalah suatu
usaha pemeliharaan, pengelolaan dan perlindungan secara berkesinambungan
yang dilakukan terhadap sesuatu untuk menghindari kepunahan dan
kerusakannya dengan cara mengawetkan, melestarikan atau mengefisienkan
penggunaannya. Adapun tujuan konservasi yaitu pertama mewujudkan
kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya,
sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu
kehidupan manusia. Kedua melestarikan kemampuan dan pemanfaatan
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang
(Siregar, 2009).
7
8
2.3 Agroforestry
Reijntjes, (1999), menyatakan Agroforestry sebagai
pemanfaatan tanaman kayu tahunan secara seksama (pepohonan, belukar,
palem, bambu) pada suatu unit pengelolaan lahan yang sama sebagai tanaman
yang layak tanam, padang rumput dan atau hewan, baik dengan pengaturan
ruang secara campuran atau ditempat dan saat yang sama maupun secara
berurutan dari waktu ke waktu.(Sa’ad, 2002).
King and Chandler, (1978) dalam Andayani, (2005)
mendefinisikan agroforestry adalah ; Suatu system pengelolaan lahan yang
lestari untuk meningkatkan hasil, dengan cara memadukan produksi hasil
tanaman pangan (termasuk hasil pohon-pohonan) dengan tanaman kehutanan
dan/atau kegiatan peternakan baik secara bersama-sama maupun berurutan
pada sebidang lahan yang sama, dan menggunakan cara-cara pengelolaan
yang sesuai dengan pola kebudayaan penduduk setempat.
King (1978) dan Koppelman dkk., (1996) seperti yang dikutip
Sa’ad (2002) menyebutkan bahwa sistem agroforestry dapat dikelompokkan
menurut struktur dan fungsi, sebagaimana agroekologi dan adaptasi
lingkungan, sifat sosio ekonomi, aspek budaya dan kebiasaan (adat), dan cara
pengelolaannya.
4.1 Upaya konservasi sumber daya alam pada Sub Daerah Aliran Sungai
Landak
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan DAS tersebut
sangat merugikan kehidupan penduduk, seperti banjir, kekeringan, erosi,
sedimentasi, menurunnya kesuburan tanah, produksi pertanian menurun dan
sebagainya. Kerusakan DAS tersebut perlu segera ditangani secara
komprehensif melalui perencanaan pengelolaan DAS yang baik sehingga
kerusakan lingkungan dapat segera diminimumkan dan pada gilirannya dapat
memberikan peningkatan kualitas lingkungan dan kesejahteraan penduduk.
Bagian hulu adalah zona terpenting yang perlu diperhatikan dalam
upaya pelestarian Daerah Aliran sungai. Pengelolaan sumberdaya alam di
daerah ini akan berdampak pada kualitas tanah dan air sekitar DAS tersebut.
Usaha-usaha pertanian di sini haruslah diupayakan mengadopsi teknologi-
teknologi yang mengacu pada prinsip-prinsip konservasi, karena perubahan
vegetasi seperti keterbukaan lahan, maka akan berdampak kepada peningkatan
erosi dan dampak-dampak lain yang berkaitan dengan degradasi lahan.
Menurut Zulrasdi et, al (2005) Kerusakan daerah aliran sungai sangat
erat hubungannya dengan kelestarian hutan di daerah hulu sebagai daerah
tangkapan hujan. Apabila hutan mengalami kerusakan, maka dapat
dipastikan terjadi banjir pada daerah aliran sungai. Untuk itu berusaha tani
di daerah DAS, harus diikuti konservasi lahan.
Agar kelestarian sumber daya alam dan keserasian ekosistem
dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan maka pengelolaan DAS
harus dilakukan sebaik mungkin, yang meliputi:
1. Pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Kelestarian dan keserasian ekosistem (lingkungan hidup)
3. Pemenuhan kebutuhan manusia yang berkelanjutan
4. Pengendalian hubungan timbal balik antara sumber daya alam
dengan manusia
12
13
Usaha pokok dalam pengawetan tanah dan air meliputi (Zulrasdi et,
al. 2005):
1. Pengelolaan lahan
Sesuai kemampuan lahan
Mengembalikan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah
Melindungi lahan dari ancaman erosi dengan
menanam tanaman penutup tanah
Penggunaan mulsa.
2. Pengelolaan Air
Pengelolaan air adalah usaha-usaha pengembangan
sumberdaya air dalam hal:
Jumlah air yang memadai
Kwalitas air
Tersedia air sepanjang tahun
3. Pengelolaan Vegetasi
Pengelolaan vegetasi pada hutan tangkapan air maupun
pemeliharaan vegetasi sepanjang aliran sungai, dapat ditempuh
dengan cara:
Penanaman dengan tanaman berakar serabut
seperti: bambu yang sangat dianjurkan di
pinggiran sungai, kemudian diikuti dengan rumput
makanan ternak seperti: Rumput gajah, Rumput
Setaria, Rumput Raja, dan lain-lain sebagainya.
Penanaman ini dimaksudkan untuk penghalang
terjadinya erosi pada tanah.
Penanaman tanaman semusim untuk lahan yang
tidak memiliki kemiringan.
Pembuatan teras. Bila pada lahan tersebut
terdapat kemiringan, maka perlu dibuat teras.
4. Usaha Tani Konservasi
Usaha tani konservasi adalah penanaman lahan dengan
tanaman pangan serta tanaman yang berfungsi untuk
14
4.2 Metode Konservasi Sumber Daya Alam pada Sub Daerah Aliran
Sungai Landak
Agroforestry merupakan suatu konsep yang dianggap tepat untuk
memadukan konsep-konsep usaha tani dalam rangka peningkatan ekonomi
dan konservasi.
1. Infiltrasi Peresapan
2. Evapotranspirasi
3. Penyaringan (filter) sedimen dan hara
4. Limpasan permukaan Banjir
5. Menjaga base-flow Kekeringan
5.1 Kesimpulan
Upaya untuk memperbaiki kualitas DAS dapat diterapkan bentuk
pertanian berkelanjutan melalui sistem agroforestry dengan kombinasi
berbagai kegiatan usaha. Agroroforestry dengan input teknologi yang lain
dan didukung oleh kearifan lokal (indigeneous knowledge) dapat
mengembalikan kesuburan dan kondisi tata air suatu lingkungan DAS
dengan mempertimbangkan perpaduan kegiatan agroforestry dan
pemilihan jenis tanaman, tanpa mengabaikan tatanan sosial dan ekonomi
masyarakat
5.2 Saran
Kami sebagai tim penulis berharap bagi para pembaca agar tidak
menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya sumber wawasan serta kami
tim penulis sangat berharap adanya kritik yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.
24
DATAR PUSTAKA
xvii
BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Landak. 2008 – 2018. Kabupaten
Landak dalam Angka 2018. Landak: BPS Kab. Landak.
Candra, Dudi. 2015. Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS). (daring)
(http://elang.or.id/2015/12/pengertian-daerah-aliran-sungai-das/) diakses 18
November 2019.
Dacosta, Vinsencius. 2019. Bupati Landak Sambut Baik Sosialisasi Perda
dari DPRD Provinsi Kalbar. (daring) (https://landakkab.go.id/berita/bupati-
landak-sambut-baik-sosialisasi-perda-dari-dprd-provinsi-kalbar) diakses 18
November 2019.
Krisno, Odie. 2017. Perkebunan Sawit Andalan Ekonomi Kabupaten Landak.
(daring) (https://daerah.sindonews.com/read/1260434/174/perkebunan-sawit-
andalan-ekonomi-kabupaten-landak-1511534706) diakses 19 November 2019.
Mohammad Taufiq, Hari Siswoyo, dan Anggara WWS. 2013. Pengaruh
Tanaman Kelapa Sawit Terhadap Keseimbangan Air Hutan (Studi Kasus Sub Das
Landak, Das Kapuas). Jurnal Pengairan, 4(1), 47-52.
Suemi Suemi, Junaidi Junaidi, dan Ismahan Umran. TT. STUDI
KARAKTERISTIK SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (SUB DAS) LANDAK
PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KAPUAS KECAMATAN
SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK. Jurnal Sains Mahasiswa
Pertanian, 4(1), 1-15.
xvii