Disusun oleh :
Kelas IV C Agroteknologi
Penulis
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air menjadi salah satu kebutuan pokok bagi semua mahluk hidup. Air
biasanya dimanfaatkan sebagai keperluan industri, pertanian, transfortasi,
perikanan, pariwisata dan lain sebagainya. Dengan populasi dan perekmbangan
manusia yang meningkat maka kebutuhan air pun harus ditingkatkan guna
memenuhi kebutuhan pokok untuk semua mahluk hidup. Penampungan air
buatan menjadi solusi guna mendapatkan air yang lebih banyak. Penampungan
buatan ini berupa waduk (bendungan) dan danau kecil yang dibuat oleh
manusia, dalam bahasa daerah di Jawa Barat dan Banten disebut dengan Situ.
Danau buatan manusia atau situ menampung air dari berbagai sumber seperti
mata air, air tanah, air sungai dan air hujan. Tampungan air ini dipergunakan
untuk tujuan tertentu seperti pengairan lahan dan antisipasi saat kekeringan di
musim kemarau. Penampungan air di danau/situ di pengaruhi oleh daerah aliran
sungai (DAS). DAS merupakan suatu kawasan yang dibatasi oleh pembatas
topografi (punggung bukit) yang dapat menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air hujan yanga khirnya bermuara ke danau/situ atau ke laut.
DAS berperan penting sebagai daerah tangkapan hujan, peneyedia air,
pengendalian sedimentasi dan pengendalian banjir. DAS cibeet merupakan salah
satu DAS dari DAS citarum, Karawang, Jawa Barat. Sub-DAS cibeet memiliki
luas 909,24 km2 meliputi Kabupaten Karawang, kabupaten cianjur, kabupaten
bekasi dan kabupaten bogor. DAS cibeet tentunya mengalirkan air ke daerah
hilir dan ditampung di beberapa situ, salah satunya situ cihambulu dan situ tanah
bereum yang ada dikecamatan pangkalan kabupaten karawang.
Fungsi DAS yang semakin menurun akibat terjadinya beberapa masalah
pengelolaan DAS yang tentunya menghambat fungsi DAS itu sendiri, salah
satunya adalah alih fungsi lahan, pencemaran limbah, berkurangnya sumber
mata air, erosinya lapisan tanah yang berdampak pada perubahan kea rah kritis.
Kondisi DAS yang aik dapat dilihat dari distribusi air yang dialirkan setiap
tahun dan musim. Apabila debit sangat tinggi di musim hujan dan sangat rendah
di musim kemarau menunjukan terjadinya kerusakan pada DAS. Hal tersebut
terjadi disebabkan karena adanya aktivitas manusia sebagai salah satu faktor
dinamis terjadinya perubahan penggunaan lahan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui profil wilayah SUB DAS Cibeet yang mencakup:
a. Kondisi biofisik lahan seperti lokasi dan batas-batasnya, penggunaan
lahan, topografi (kemiringan dan relief), jenis tanah, dan sumber daya
alam lain yang ada di wilayah tersebut.
b. Kondisi sosial dan ekonomi seperti kepemilikan lahan, model
pengelolaan lahan, kemampuan petani.
c. Sarana dan prasarana penunjang di wilayah tersebut.
2. Dapat Menyusun profil sumberdaya air, bangunan-bangunan konservasi
yang telah dibuat dalam rangka konservasi tanah dan air untuk mengatasi
permasalahan di wilayah SUB DAS Cibeet sesuai dengan profil wilayah.
BAB II
2.2.2 Topografi
Bentuk topografi di Kabupaten Karawang sebagian besar merupakan
dataran yang relative rata dengan variasi ketinggian antara 0 – 5 m di atas
permukaan laut. Hanya Sebagian kecil wilayah yang bergelombang dan
berbukit-bukit dengan ketinggian antara 0 – 1.200 m.
Ketinggian yang relatif rendah (25 m dpl) terletak pada bagian Utara
mencakup Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Pedes,
Rengasdengklok, Kutawaluya, Tempuran, Cilayamaya, Rawamerta,
Telagasari, Lemahabang, Jatisasi, Klari, Karawang, Tirtamulya, sebagian
Telukjambe, Jayakerta, Majalaya Sebagian Cikampek dan sebagian
Ciampel. Sedangkan pada bagian Selatan memiliki ketinggian antara 26 –
1.200 m dpl.
Berdasarkan kondisi topografi tersebut, Kabupaten Karawang
merupakan dataran rendah, dengan sebagian kecil dataran tinggi terutama
di daerah perbukitan/pasir. Daerah Perbukitan tersebut adalah antaralain:
Gunung Pamoyanan, Dindingsari, Golosur, Jayanti, Aseupan, Godongan,
Rungking, Gadung, Kuta, Tonjong, Seureuh, Sinalonggong, Lanjung, dan
Gunung Sanggabuana. Kemudian terdapat Pasir Gibus, Cielus, Tonjong,
dengan ketinggian bervariasi antara 300-1200 m dpl dan tersebar di
Kecamatan Tegalwaru, sebagian kecil Kecamatan Pangkalan dan
sebagian kecil Kecamatan Ciampel.
Kemiringan lereng pada Kecamatan Pangkalan sebagian ada yang 0-
2% dan 2-15%. Dan yang paling dominan kemiringan lereng pada
Kecamatan Pangkalan adalah 15-40% dan > 40%.
Topografi wilayah menurut desa dan jenis klasifikasi d Kecamatan
Pangkalan pada tahun 2017, Desa Tamanmekar adalah non-pesisir dan
pola hamparannya adalah dataran. Sedangkan Desa Tamansari adalah
non-pesisir dan pola hamparannya adalah dataran.
2.2.4 Hidrologi
Kabupaten Karawang dilalui oleh beberapa sungai yang bermuara di
Laut Jawa. Sungai Citarum merupakan pemisah antara Kabupaten
Karawang dengan Kabupaten Bekasi, sedangkan sungai Cilamaya
merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Selain sungai,
terdapat 3 (tiga) buah saluran irigasi yang besar yaitu Saluran Induk
Tarum Utara, Saluran Induk Tarum tengah dan Saluran Induk Tarum
Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan sawah, tambak dan pembangkit
tenaga listrik. Gambaran ketersediaan dan kebutuhan air di setiap tempat
ditampilkan pada satuan luas terkecil wilayah sungai, yaitu sub daerah
sungai. Pembagian ini dimaksudkan untuk melihat lebih rinci terjadinya
keragaman ketersediaan maupun kebutuhan penggunaan air di setiap
tempat. Salah satu pertimbangan dalam pembagian sub daerah pengaliran
sungai ini adalah letak adanya daerah irigasi, karena penggunaan air pada
saat ini adalah penggunaan air terbesar. Pola air permukaan di Kabupaten
Karawang:
Sungai yang melalui atau melintasi Kabupaten Karawang: Sungai
Citarum, Cilamaya, Cipamingkis dan Cibeet (Sistem informasi
perancanaan dan penganggaran, 2017).
PEMBAHASAN
3.1 Permasalahan SUB DAS Cibeet
3.1.1 Sosial Ekonomi
3.1.2 Tata Guna Lahan
3.1.3 Lahan Kritis
3.1.4 Pencemaranll
3.1.5 Banjir
3.1.6 Erosi
Berikut adalah beberapa upaya konservasi sumber daya air yang dilakukan
antara lain: