Anda di halaman 1dari 3

RISTI KHOIRU’NISA | 21040122120002 | Kelas C | Kelompok 1

PRASANA WILAYAH DAN KOTA | DRAINASE KALTIM 28-08-2023

Mardwi Rahdriawan, S.T., M.T.

Sumber Berita : https://kaltim.antaranews.com/berita/181623/kaltim-mengalami-


631-kali-bencana-banjir

Latar Belakang Wilayah Studi :

Kalimantan Timur merupakan wilayah yang terdiri dari 7 kabupaten dan 3


kota dengan luas wilayah sebesar 129.066,64 km2. Secara administratif, Provinsi ini
berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Kalimantan
Selatan, Provinsi Kalimantan Barat, Selat Makassar, dan Laut Sulawesi.

Identifikasi Masalah :

Provinsi Kalimantan Timur memiliki permasalahan yang masih belum teratasi,


yaitu banjir. Bencana banjir tersebut terjadi hampir di seluruh kabupaten/kota,
terutama di Kota Samarinda, Kota Balikpapan, serta Kabupaten Penajam Paser
Utara. Dilansir oleh AntaraKaltim, sebanyak 631 kasus banjir telah terjadi dalam
kurun waktu 5 tahun (2018-2022). Sebagai provinsi yang akan terbentuk sebuah Ibu
Kota Negara, tentunya permasalahan ini menjadi urgensi Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur. Hal ini disebabkan karena banjir akan memengaruhi sistem
sarana dan prasarana lainnya. Pasalnya, dengan terbentuknya IKN di Kalimantan
Timur, menjadikan wilayah ini sebagai wajah baru bagi Indonesia. Maka dari itu,
drainase merupakan salah satu infrastruktur dasar dalam pembangunan di
Kalimantan Timur. Hal tersebut sejalan dengan IKN yang mengusung konsep
sponge city, sehingga dalam pembangunannya harus menyediakan sistem drainase
yang baik guna mengatasi isu permasalahan air kelebihan. Sistem drainase sendiri
diartikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal (Suripin, 2004).

Opini :

Menurut saya, banjir yang menerjang beberapa titik di Kalimantan Timur


dapat berdampak pada kerusakan lingkungan dan kerusakan sistem infrastruktur
lainnya. Padahal, wilayah Kalimantan Timur bakal dijadikan pusat kegiatan IKN.
Meskipun banjir di wilayah ini mayoritas disebabkan oleh curah hujan yang tinggi,
kelerengan, dan topografi, tetapi sebenarnya hal ini juga dipicu oleh rusaknya
lingkungan akibat adanya proyek IKN. Hal tersebut berkaitan dengan adanya banjir
di Kota Samarinda, Kota Balikpapan, serta Kabupaten Penajam Paser Utara,
dimana ketiga daerah tersebut berdekatan dengan lokasi pembangunan IKN. Proyek
tersebut sebenarnya telah mengubah lanskap hutan dan lahan, sehingga
menyebabkan hilangnya hutan alam seluas 18 ribu ha atau setara 1,6 kali Kota
Bogor (FWI, 2023). Adanya tutupan hutan dan lahan itulah yang menjadi penyebab
air tidak terserap secara optimal ke dalam tanah. Akhirnya, dampak yang
disebabkan dari kegiatan tersebut yaitu sistem drainase tidak mampu lagi menahan
air hujan yang seharusnya dapat terserap ke dalam tanah. Maka dari itu,
pembangunan IKN harus menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan
supaya lingkungan tetap asri tanpa merusak wilayah disekitarnya.

Solusi :

Dilihat dari penyebab utama banjir di Kalimantan Utara yaitu kurangnya


resapan air, maka terdapat beberapa upaya untuk menanganinya, yaitu :

1. Membangun Bendungan Sebagai Pengendali Banjir


Kalimantan Timur memiliki kawasan IKN dengan berkonsepkan sponge city,
artinya adalah kota yang mampu menahan air hujan supaya tidak langsung
melimpas ke saluran drainase sehingga dapat meningkatkan peresapan air ke
dalam tanah dengan tujuan untuk mengurangi bahaya banjir serta
meningkatkan kualitas dan kuantitas air melalui penyaringan dan penyimpanan
tanah (Mungkasa, 2022). Cara untuk mewujudkan hal tersebut yaitu membangun
bendungan sebagai alat pengendali banjir. Salah satu bendungan yang sedang
dibangun yaitu Bendungan Sepaku Semoi yang difungsikan untuk menampung
air sebanyak-banyaknya supaya dapat mengendalikan banjir dan menyediakan
kebutuhan air baku. Sementara itu, karena keterbatasan daya tampung
Bendungan Sepaku Semoi, Kementerian PUPR menyiapkan 4 waduk dan 3
bendungan tambahan sebagai opsi lain untuk menampung air.
2. Solusi masalah drainase perkotaan menurut (Futakedrain, 2019 dalam Agustin
dan Hariyani, 2023) yaitu :
a. Normalisasi saluran drainase serta mengembalikan fungsi drainase yang
sesungguhnya.
b. Memperbaiki konservasi alam dengan memperbanyak RTH sebagai
kawasan resapan air hujan.
c. Membangun dan meningkatkan fungsi sarana dan prasarana drainase,
contohnya yaitu membangun bak control dan grill saringan air guna
memisahkan sampah yang berada di saluran drainase.
d. Penyuluhan dan pemberian sanksi kepada masyarakat yang membuang
sampah pada saluran drainase.

Referensi :

Agustin, I. W. dan Hariyani, S. 2023. Pengelolaan Infrastruktur Kota dan Wilayah.


Malang : UB Press.

FWI. 2023. Press Release Banjir Sepaku: Dampak Negatif Dari Asimetris Informasi
dan Lemahnya Partisipasi Publik Dalam Pemindahan IKN. Diakses 26
Agustus 2023. https://fwi.or.id/banjir-sepaku/.

Mungkasa, O. 2022. Pembelajaran Uji Coba Kota Spons Mancanegara. Catatan


Kecil Bagi Pengembangan Agenda IKN Ke Depan. Diakses 26 Agustus
2023.
https://www.researchgate.net/publication/359878685_Pembelajaran_Uji_Co
ba_Kota_Spons_Mancanegara_Catatan_Kecil_bagi_Pengembangan_Agen
da_IKN_Ke_Depan.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai