OLEH :
KELOMPOK 4
ASRYANA G2U121004
MASNAWATI G2U121011
KHANSA RAFIDA TRIAQILAH G2U121018
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN 2022
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia hal ini berkaitan dengan
kemajuan sebuah negara.Semakin menjadi baik tingkat kesehatan masyarakat di sebuah
negara,maka produktivitas masyarakat sangat berperan dalam memajukan suatu negaranya
maka hasilnya akan semakin maksimal.Untuk itu,negara Indonesia berusaha semaksimal
mungkin kesehatan masyarakatnya terjaga.Dalam strategi ini pemerintah mengeluarkan UU
No 36 Tahun 2009 mengenai Kesehatan,Dalam pasal 1 ayat 11 disebutkan bahwa dalam
Upaya kesehatan ialah setiap sebuah kegiatan atau serangkain kegiatan yang dibuat secara
terintegrasi, terpadu dan secara berkesinambungan untuk merawat dan untuk meningkatkan
lebih tinggi derajat kesehatan masyarakat sebagai bentuk, pencegahan penyakit, pengendalian
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan kesehatan masyarakat oleh
pemerintah atau masyarakat. Ada beberapa masalah kesehatan yang perlu penanganan serius
dari pemerintah,salah satu diantaranya adalah angka kematian ibu (AKI) melahirkan.
Angka Kematian Ibu (AKI) didefinisikan sebagai jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya dan bukan karena sebab-sebab seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah
kematian bayi berusia di bawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu
(Kemenkes, 2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan
peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup dan pada tahun 2015 AKI menunjukkan penurunanan menjadi 305 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2017). Penyebab langsung AKI adalah pendarahan
28%, Eklampsi 13%, sepsis 10%, aborsi 11%, partus macet atau partus lama 9%, kehamilan
yang tidak diinginkan 7%, lain-lain 22%, sedangkan penyebab tidak langsung AKI adalah 3
terlambat (terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan, terlambat mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan) (Kemenkes, 2017).
Masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini masih menjadi perhatian bagi
pemerintah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah. Tingkat
kesehatan masyarakat yang tidak merata dan sangat rendah khususnya terjadi pada
masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh. Perilaku masyarakat yang masih tidak
higienis ditambah lagi dengan tidak adanya sarana dan prasarana lingkungan yang
mendukung berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal pada pemukiman kumuh
tersebut. Banyak masalah kesehatan masyarakat yang mungkin akan timbul akibat perilaku
masyarakat dan kondisi lingkungan yang tidak memperhatikan kesehatan. (Mitra,2012:170)
Wilayah pesisir yang merupakan wilayah yang secara administratif jauh pusat kota
memungkinkan terjadinya masalah kesehatan disebabkan oleh akses dan sarana prasarana
tidak memadai karena kondisi geografis yang terdiri dari gugusan pulau yang dipisahkan oleh
laut.(Anwar,dkk,2016:27)
BAB II. PEMBAHASAN
Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat pesisir memiliki karakter yang keras
dan tidak mudah diatur. Kusnadi mengemukakan masyarakat pesisir cenderung lebih
memikirkan kebutuhan ekonomi, memenuhi kebutuhan sandang & pangan keluarga. Anak-
anak usia sekolah banyak yang putus sekolah dasar dan umumnya jarang menamatkan
sekolah menengah pertama (Kusnadi,2002:36).
Masyarakat pesisir pada umumnya adalah berprofesi sebagai nelayan, di mana nelayan
didalam ensiklopedia Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang yang secara aktif
melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung
sebagai mata pencahariannya (1983). Arti nelayan dalam buku statistik perikanan Indonesia
disebutkan nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air (1995). Sedangkan menurut Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : Per.17/Men/2006 Nelayan adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Pembudidaya ikan adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan kegiatan budidaya ikan, baik di perairan tawar, payau maupun di
perairan pantai. Sedangkan Nelayan tradisional adalah nelayan yang menggantungkan
seluruh hidupnya dari kegiatan penangkapan ikan, dilakukan secara turun temurun dengan
menggunakan alat tangkap yang sederhana.
Masalah-masalah kesehatan perlu kita atasi dengan berbagai upaya atau cara agar kita
dapat beraktivitas dengan baik karena jika kita sehat kita dapat beraktivitas dengan baik.
Adapun untuk mempermudah memahami Masalah Kesehatan Masyarakat yang sering terjadi,
maka perlu dikelompokan menjadi:
1) Peningkatan Gizi : Hal ini dapat dilakukan dengan memberi makanan tambahan
yang bergizi terutama bagi anak-anak dapat dioptimalkan melalui pemberdayaan
posyandu dan kegiatan PKK
2) Penambahan Fasilitas Kesehatan : Fasilitas kesehatan harus mampu menampung
dan menjangkau masyarakat didaerah-daerah tertinggal. Penambahan fasilitas
kesehatan ini meliputi puskesmas, posyandu. Penambahan fasilitas ini
dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti
imunisasi, KB, pengobatan , dan lain-lain
3) Pelaksanaan Imunisasi : Berdasarkan prinsip pencegahan lebih baik dari
pengobatan, program imunisasi bertujuan melindungi tiap anak dari penyakit
umum. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional).
4) Penyediaan Pelayanan Kesehatan Gratis : Pemerintah menyediakan pelayanan
gratis bagi penduduk miskin dalam bentuk Askeskin ( Asuransi Kesehatan
Masyarakat Miskin ) dan Kartu sehat yang dapat digunakan untuk memperoleh
layanan kesehatan secara murah,
5) Pengadaan Obat Generik : Pemerintah harus mengembangkan pengadaan obat
murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat bawah. penyediaan obat murah ini
dapat beruba obat generik.
6) Penambahan jumlah tenaga medis : Agar pelayanan kesehatan dapat mencakup
seluruh lapisan masyarakat dan mencakup seluruh wilayah Indonesia diperlukan
penambahan jumlah tenaga medis, seperti dokter, bidan, perawat.
7) Melakukan penyuluhan tentang pentingnya Pola Hidup Bersih dan Sehat :
Penyuluhan semacam ini juga bisa melibatkan lembaga-lembaga lain diluar
lembaga kesehatan, seperti sekolah, masyarakat pesisir.
Menurut Mochtar, (1998) faktor non-medis dan faktor medis yang dapat
mempengaruhi kehamilan adalah :
a. Faktor non medis antara lain :
Status gizi buruk, sosial ekonomi yang rendah, kemiskinan, ketidaktahuan,
adat, tradisi, kepercayaan, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk
memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitator dan sarana kesehatan yang
serba kekurangan merupakan faktor non medis yang banyak terjadi terutama
dinegara-negara berkembang yang berdasarkan penelitian ternyata sangat
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas.
b. Faktor medis antara lain :
Penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta,
gangguan tali pusat, komplikasi persalinan.
b. Ukuran LILA
Status gizi ibu hamil dapat diketahui dengan mengukur ukuran lingkar
lengan atass, bila kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut termasuk KEK,
ini berarti sudah mengalami keadaan kurang gizi dalam jangka waktu yang
telah lama
c. Penilaian Konsumsi Makanan.
Penilaian konsumsi makanan digunakan untuk menentukan jumlah dan
sumber zat gizi yang dimakan.Hal ini dapat membantu menunjukkan zat gizi
yang tersedia atau yang dikonsumsi cukup atau kurang.Penilaian konsumsi
makanan dapat dilakukan dengan survey yang bertujuan baik secara kualitatif
maupun kuantitif.
Status gizi adalah suatu keadaan gizi ibu hamil yang dapat ditentukan
berdasarkan suatu standar. :
Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Banyak penelitian dan intervensi di negara-negara berpenghasilan
bertujuan untuk memastikan status gizi optimal dan kesehatan pada ibu
hamil dan bayi yang akan dilahirkan. Namun salah satu faktor penting
dalam mencapai status gizi optimalpada ibu hamil adalah memadainya
asupan selama kehamilan (Morse, 1975).Pada tahap kehamilan seorang ibu
hamil membutuhkan makanan dengan kandungan zat gizi yang berbeda
dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin (Surasih,
2006).
Ibu hamil berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu
pertumbuhan janin yang dikandung dengan pertumbuhan organ tubuh
sebagi pelindung proses kehamilan. Untuk mendukung berbagai proses
pertumbuhan tersebut, maka kebutuhan makanan sumber energy
meningkat. Apabila kebutuhan kalori yang meningkat tersebut, tidak dapat
dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, maka akan terjadi
Kurang Energi Kronik (KEK) (Lubis, 2003).
Anemia
Anemia adalah merupakan suatu keadaan kadar Hemoglobin (Hb)
didalam darah lebih rendah dari normalnya dan merupakan manifestasi
akhir dari kekurangan zat besi yang sebelumnya didahului oleh deplesi
persediaannya. Semakin berat kekurangan zat besi yang terjadi akan
semakin berat pula anemia yang diderita. Rendahnya kadar Hb itu dapat
dilihat apabila bagian dalam kelopak mata terlihat berwarna pucat. Anemia
bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah
eritrosit atau kandungan Hemoglobin. Ketidakcukupan zat besi dapat
diakibatkan oleh berkurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya sediaan
zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi atau
kehilangan darah yang kronis. Bila semua hal tersebut berlangsung lama,
maka defisiensi zat besi akan menimbulkan anemia (Citra Kesumasari
(2000) dalam Triwidyastuti(2011)
Masalah Gizi Yang Timbul Pada Ibu Hamil dan Menyusui di Wilayah Pesisir
Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya umur kehamilan.
Pemenuhan peningkatan asupan gizi ibu hamil berperan penting terhadap kesehatan ibu
dan janin. Pertumbuhan dan perkembangan janin memerlukan asupan energi dan protein
yang cukup (Arkkola, 2009).
Asupan gizi yang rendah pada ibu hamil dapat mengakibatkan bayi lahir dengan
berat yang rendah. Proses reproduksi yang sehat memerlukan pemenuhan kebutuhan
energi, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan serat.
Masalah gizi kurang akan timbul apabila dalam jangka waktu lama asupan zat gizi
sehari-hari lebih rendah dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Kemenkes RI,
2014; Pritasari dkk, 2017). Pada sebuah penelitian ibu hamil di Kota Manado memiliki
pola makan yang rendah karbohidrat, cukup protein dan tinggi lemak (Narasiang dkk,
2016).
Pada masyarakat pesisir akar permasalahan dari gizi buruk itu sendiri adalah
Kemiskinan dan Kurangnya pendidikan, serta ketersediaan pangan yang kurang
memadai. Penyebab utama dari gizi buruk tersebut karena konsumsi zat gizi yang kurang
atau dalam kata lain makanan yang dimakan itu tidak memiliki nutrisi yang cukup untuk
tubuh serta infeksi penyakit akibat kesehatan lingkungan yang tidak sehat. Pada
umumnya gizi buruk masyarakat pesisir terjadi sejak lahir diakibatkan karena
kurangnnya pemberian asi serta kondisi tempat tinggal yang tak sehat pada saat
mengandung . akibat dari kondisi tersebut anak mengalami gizi buruk marasmus yang
ditandai dengan tubuh tampak kurus, cengeng atau rewel perut cekung serta kulit keriput
(tulang terbungkus kulit).
hubungan antara pengetahuan mengenai gizi dengan KEK pada ibu hamil diperoleh
bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang (46,7%) mengalami KEK,
Sedangkan ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik sebanyak (6,7%) mengalami KEK
dalam kehamilan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmaniar dkk bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian KEK pada ibu
hamil di Tampa Padang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.5 Demikian juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih (2002) menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang gizi dengan status gizi ibu hamil
trimester III di Puskesmas Colomadu II Karanganyar.20
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk perilaku
setiap individu, termasuk perilaku kesehatan individu tersebut. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan bertahan lama dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.
Pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap pola
konsumsi pangan. Semakin luas pengetahuan ibu hamil mengenai gizi dan kesehatan,
maka semakin beragam pula jenis makanan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi
kecukupan gizi dan mempertahankan kesehatan ibu hamil.
Pengetahuan juga berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu hamil. Kemampuan ibu
hamil dalam menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan meningkatnya
pendidikan ibu hamil, Selain itu peningkatan pengetahuan juga dipengaruhi oleh umur
responden. Penelitian Astuti HP (2011) menunjukkan ada hubungan secara signifikan
antara umur ibu dengan tingkat pengetahuan.
D. Keluarga Berencana (KB) Masyarakat Wilayah Pesisir
Menurut Sari (2016: 26) Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini
dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan. Secara umum,
menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: (a) Cara
temporer (spacing), yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum
menjadi hamil lagi, (b) Cara permanen (kontrasepsi mantap), yaitu mengakhiri
kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen. Metode kontrasepsi
terbagi menjadi tiga macam yaitu Kontrasepsi dengan metode alami, Kontrasepsi dengan
metode perlindungan (Barrier) dan Kontrasepsi Mantap.
Irianto (2014: 5) mengemukakan pengertian umum keluarga berencana dapat
diuraikan bahwa keluarga berencana ialah suatu yang mengatur banyaknya jumlah
kelahiran, sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta
keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian,
sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. Irianto (2014: 7) menyatakan Keluaraga
berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk
menyeimbangkan antara bangsa diharapkan menerima dan jumlah penduduk.
Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit
terkecil kehidupan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang
berorientasi pada tahun 70 an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan
angka kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang
bisa dilakukan dengan penggunaan alat – alat kontrasepsi atau penanggulangan IUD, dan
sebagainya. Menurut Anggraini (2012: 47) keluarga berencana (Family Planing,
Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Sedangkan, menurut Undang – Undang Nomor 10 tahun 1992 keluarga berencana
adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia sejahtera. Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan atau
mengatur interval diantara kehamilan (Nainggilan, 2013: 394). Keluarga berencana
menurut Mubarak dan Chayatin (2009:255) adalah suatu cara untuk mengatur interval di
antara kehamilan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan usia suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa program keluarga berencana merupakan usaha untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan agar mencapai tujuan program KB,
keluarga dengan anak ideal, keluarga sehat, keluarga berpendidikan, keluarga sejahtera,
keluarga berketahanan, keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya, dan penduduk
tumbuh seimbang (PTS).
Menurut Irianto (2014: 6) mengemukakan tujuan keluarga berencana oleh
pemerintah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada
pertumbuhan yang seimbang. Adapun tujuan umum keluarga berencana menurut Irianto
(2014: 6) adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat
yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk. Tujuan utama keluarga berencana adalah mengatur tingkat
kelahiran. Hal ini sebagai upaya untuk mengatur laju pertumbuhan penduduk. Laju
pertumbuhan penduduk akan selalu meningkat jika tidak ada cara atau pencegahan untuk
mengatasinya. Oleh karena itu, pemerintah melalui program KB untuk mengatasi
masalah kependudukan. Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi
perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.
Tujuan umum KB menurut Kurniawan (2014: 5) adalah membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tujuan program KB menurut Anggraini dan Martini (2012:48),
adalah meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, dan peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Menurut Satria dalam Ikhsani (2011: 13) masyarakat pesisir adalah sekumpulan
masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan
memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada
pemanfaatan sumber daya pesisir. Tentu masyarakat pesisir tidak saja nelayan,
melainkan juga pembudidaya ikan, pengolah ikan bahkan pedagang ikan. Menurut
Dahuri (2012: 277 – 278) wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan
dan lautan yang apa bila ditinjau dari garis pantai (coastline) suatu wilayah pesisir
(pantai) memiliki dua macam batas (boandaries), yaitu batas yang sejajar dengan garis
pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus (terhadap garis pantai). Secara sosiologis,
karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakteristik masyarakat agraris karena
perbedaan karakteristik sumber daya yang dihadapi. Masyarakat agraris yang
direpresentasi oleh kaum tani menghadapi sumber daya yang terkontrol, yakni
pengelolaan lahan untuk produksi suatu komoditas dengan hasil yang relatif bisa di
prediksi.
A. Kesimpulan
Wilayah pesisir yang merupakan wilayah yang secara administratif jauh pusat kota
memungkinkan terjadinya masalah kesehatan disebabkan oleh akses dan sarana
prasarana tidak memadai karena kondisi geografis yang terdiri dari gugusan pulau yang
dipisahkan oleh laut.
Pada masyarakat pesisir akar permasalahan dari gizi buruk itu sendiri adalah Kemiskinan
dan Kurangnya pendidikan, serta ketersediaan pangan yang kurang memadai. Penyebab
utama dari gizi buruk tersebut karena konsumsi zat gizi yang kurang atau dalam kata lain
makanan yang dimakan itu tidak memiliki nutrisi yang cukup untuk tubuh serta infeksi
penyakit akibat kesehatan lingkungan yang tidak sehat. Pada umumnya gizi buruk
masyarakat pesisir terjadi sejak lahir diakibatkan karena kurangnnya pemberian ASI
serta kondisi tempat tinggal yang tak sehat pada saat mengandung.
Tujuan umum keluarga berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam
rangka mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus
menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
B. Saran
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga dibutuhkan masukan dari
pembaca untuk perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Suci Nanda Resti,dkk (2019). Analisis Unmet Need Kb Pada Wanita Pasangan Usia Subur
(PUS) Di Wilayah Pesisir Pantai Desa Bagan Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019. Midwifery Journal | Kebidanan. ISSN 2503-
4340 | FIK UM Mataram.
Widyaningtyas,dkk (2021). Penggunaan Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Pada
Masyarakat Pesisir Di Desa Klidang Lor Kabupaten Batang. Lifelong Education
Journal. ISSN e 2776-785X.
Maisyaqinah, dkk (2019). Persepsi Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga
Berencana (KB) Di Wilayah Pesisir Pantai Kecamatan Pariaman Utara Kota
Pariaman. Jurnal Buana. E-ISSN : 2615 – 2630 Vol-3 No-1 2019.
Wahyu Utomo,dkk (2020). Menguak Kebutuhan Kontrasepsi Masyarakat Suku Laut: Suatu
Perjuangan Memperoleh Kesetaraan Layanan Hak Reproduksi. Prosiding Forum
Ilmiah Tahunan IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia). E-ISSN :
2774-3217.
Muchamad Taufik,dkk (2015). Persepsi Masyarakat Tentang KB Pria Di Kabupaten Demak
(Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota Di Kabupaten Demak).
Jurnal Kesehatan Masyarakat. ISSN 1693-3443.