Anda di halaman 1dari 30

CASE REPORT SESSION (CRS)

GANGGUAN CEMAS
MENYELURUH
PEMBIMBING: DR. DIVA MARISKA TARASTIN, SP.KJ
OLEH :
ADITYA ADELLA PRATAMA G1A220012
MERI SATRIYAWATI G1A220016
OBRILIAN ISLAMI JUANY G1A220017
BELLA MEITA MAYASARI G1A220021
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

 Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan kondisi


gangguan yang ditandai dengan kecemaan dan kekhawatiran yang berlebihan, timbul
sepanjang hari, hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan dan
menyebabkan gangguan yang nyata. Kecemasan tidak terbatas atau hanya menonjol
pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya mengambang).
 Pada pasien gangguan cemas seringkali datang berobat akibat munculan gejala somatik
yang dirasakannya
 Dalam laporan kasus ini, akan dibahas lebih mendetail mengenai gangguan anxietas
menyeluruh, yakni mencakup definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, diagnosis,
diagnosis banding, penatalaksanaan, serta prognosis, laporan kasus, serta analisis kasus
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

 Nama : Tn. AW
 Umur : 42 tahun
 Tanggal Lahir/Umur : M. Mudik,20 Januari 1978
 Jenis kelamin : Laki-Laki
 Alamat : Kasang, Kel. Rajawali, Kec. Jambi timur
 Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia
 Agama : Islam
 Status Perkawinan : Menikah
 Pekerjaan: Wiraswasta
 Pendidikan : Universitas
 MRS tanggal : 21 September 2020
Anamnesis
 Keluhan Utama : seperti mendadak mau hilang (meninggal)
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke POLI Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi atas keinginan sendiri dengan keluhan seperti
mendadak mau hilang (meninggal) sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu, os juga kadang merasa panik apa lagi
jika mendengarkan berita yang tidak mengenakkan, sulit berkonsentrasi, dan mengeluh tidur malam sering
terbangun, os juga merasa nyeri dada dan sesak nafas secara tiba tiba. Ketika merasa seperti mau hilang
(meninggal) os berkeringat dingin, sakit kepala, dan merasa tubuhnya sangat lemas seperti tidak berdaya.
Keluhan dirasakan berawal dari ketika kurang lebih 3 tahun yang lalu dan belum pernah mendapatkan
pengobatan sebelumnya sejak dari 3 tahun yang lalu, keluhan semakin memburuk sejak kurang lebih 6 hari ini. Os
juga mengatakan bahwa ia ada penyakit kolesterol.
Os tidak ada mendengar bisikan-bisikan, os tidak ada keinginan untuk bunuh diri, os tidak ada merasakan dirinya
punya pengalaman yang tidak dipunyai orang lain, os tidak ada merasa dikejar-kejar ingin dibunuh orang lain.
Anamnesis

 Riwayat penyakit dahulu :


 Gangguan Mental dan Emosi : Riwayat gangguan mental dan emosi tidak ada sebelumnya.
 Gangguan Psikosomatis : tidak ada riwayatpenyakit psikosomatis sebelumnya.
 Kondisi Medik : pasien tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya
 Gangguan Neurologi : Riwayat demam, muntah-muntah, penglihatan ganda sebelumnya tidak ada.
Riwayat trauma kepala, kejang dan kehilangan kesadaran tidak ada.

 Riwayat keluarga :

Tidak terdapat adanya riwayat keluarga dengan gejala yang sama. Tidak adanya riwayat keluarga
yang pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
Anamnesis

 Riwayat Kehidupan Pribadi :


1. Riwayat prenatal dan perinatal : Pasien lahir cukup bulan, merupakan kehamilan yang diharapkan dan
direncanakan.Pasien lahir di bidan.Pasien lahir dengan berat badan cukup dan tidak ada kelainan fisik.
2. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun) : Pasien lupa mengenai riwayat masa kanak-kanak awal
3. Riwayat masa kanak-kanak menengah (3-11 tahun) : Pasien pergi ke sekolah dengan berjalan bersama teman-
temannya. Pasien merupakan anak yang sering menghabiskan masa kecilnya dengan bermain bersama teman-teman
seusianya. Dan pasien hanya berpendidikan sampai SD dikarenakan kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan.

4. Masa pubertas hingga dewasa


Status Internistik

 Pemeriksaan Tanda Vital


1. Kesadaran: Compos mentis  Status Generalisata
2. TD : 140/70 mmHg 1. Kulit : Turgor baik
3. Nadi : 80x/menit 2. Kepala : Normochepal, rambut hitam, tidak mudah
dicabut
4. Suhu : 36,5 C
3. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),
5. RR : 18x/menit
pupil bulat isokor (+/+).
4. Hidung : Deformitas (-), epistaksis (-)
 Status Gizi
5. Telinga : Serumen minimal, Nyeri tekan (-)
1. Tinggi Badan : 155 cm
6. Leher : Pembesaran KGB (-), Trakea terletak ditengah
2. Berat Badan : 62 kg
3. IMT : 25,83 kg/m2(normoweight)  Pemeriksaan Penunjang Lainnya
1. Laboratorium darah rutin: Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Internistik

Paru Abdomen
 Inspeksi: Simetris kanan dan kiri, pergerakan dada simetris, retraksi dinding  Inspeksi : Abdomen datar, distensi (-), ikterik (-), sikatriks (-)
dada (-), sikatriks (-)
 Auskultasi : Bising usus normal
 Palpasi : Fremitus dada kanan = kiri
 Palpasi : Soepel
 Perkusi : Sonor pada kedua paru
 Perkusi : Timpani di keempat kuadran, pekak alih (-)
 Auskultasi: Vesikuler (+/+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 
 
Ekstremitas
Jantung
 Superior : Akral hangat, edema (-/-), CRT 2detik
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Inferior : Akral hangat, edema (-/-), CRT 2detik
 Palpasi : Ictus cordis teraba
 Perkusi : Batas atas: ICS II linea parastenalis sinistra
Pemeriksaan Neurologis
Batas bawah: ICS V linea midclavicularis sinistra
 GCS : 15 (E4 V6 M5)
Batas kanan: ICS IV linea sternalis dextra
 Pemeriksaan Psikometrik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Batas kiri: ICS V linea midclavicularis sinistra
 Auskultasi : BJ1- BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Status Psikiatri

Keadaan Umum :
 Penampilan : Pasien datang dalam keadaan pakaian rapi, penampilan sesuai usia.
 Kesadaran : Compos mentis
 Orientasi : W/ T/ O  baik
 Sikap dan tingkah laku : kooperatif

Gangguan berpikir
 Bentuk pikir : realistik
 Arus pikir : koheren
 Isi pikir : preokupasi
Status Psikiatri

Alam perasaan  Pikiran Abstrak : Baik


 Mood : eutimia
 Afek : serasi Pengendalian impuls : Baik
Persepsi Daya nilai : Baik
 Halusinasi : (-) Tilikan : Derajat VI
 Ilusi : (-) Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
Fungsi intelektual
 Daya konsentrasi dan perhatian: Baik
 Orientasi : W/ T/ O  Baik
 Daya Ingat : Baik
Diagnosa Banding

 F 41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh


 F 41.0 Gangguan Panik
Diagnosa Multiaksial

 Aksis 1: Gangguan Cemas menyeluruh


 Aksis 2: -
 Aksis 3: -
 Aksis 4: -
 Aksis 5: GAF 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik.
Penatalaksanaan

Farmakologi
 Fluoxetine 20 gr 1x1 Psikoterapi
 Clobazam 10 gr 1x1  Terapi kognitif-perilaku
 Terapi suportif
 Edukasi penyakit

 
Prognosis

 Ad vitam : dubia ad bonam


 Ad functionam : dubia ad malam
 Ad sanationam : dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

 Menurut DSM-IV yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh adalah suatu keadaan ketakutan atau kecemasan
yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurang-kurangnya selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau
aktivitas disertai oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial,
pekerjaan, dan fungsi - fungsi lainnya. Ansietas sulit dikendalikan, secara subjektif menimbulkan penderitaan dan
mengakibatkan hendaya pada bagian penting kehidupan seseorang.

 Kecemasan yang dirasakan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti


 ketegangan otot

 iritabilitas,

 kesulitan tidur, dan

 kegelisahan
EPIDEMIOLOGI

 Prevelensi gangguan anxietas menyeluruh sepanjang hidup sekitar 5


persen, jarang pada masa remaja.
 Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1.
ETIOPATOGENESIS

1. Kontribusi Ilmu Psikologi 2. Teori genetik


 Teori psikoanalitik  Hipotalamus-hipofisis-adrenalAxis
 Teori Perilaku  Corticotropin-releasing hormone
(CRH)
 Teori eksistensial
 Teori kognitif-perilaku
 Serotonin
 GABA
 Aplysia
 Neuropeptida Y
 Galanin
GAMBARAN KLINIS

Ansietas
Ketegangan motorik → bergetar, kelelahan, dan sakit kepala
Hiperaktivitas autonom → pernapasan yang pendek,berkeringat, palpitasi,
dan disertai gejala saluran pencernaan.
Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena keluhan somatic.
DIAGNOSA

Kriteria diagnosis gangguan anxietas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III:


 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari
untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus (sifatnya “free floating” atau“mengambang”).
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsurberikut:
 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk,sulit konsentrasi,dsb).
 Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai).
 Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantungberdebar-debar, sesak napas,
keluhan lambung, pusing, mulut kering, dsb).

 Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak
membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas menyeluruh,
Kriteria diagnosis menurut DSM V:
 Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari, sepanjang hari,
terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas
sekolah).
 Individu sulit untuk mengendalikan kecemasan dan kekhawatiran
 Kecemasan diasosiasikan dengan 6 gejala berikut ini (dengan sekurang-kurangnya beberapa gejala
lebih banyak terjadi dibandingkan tidak selama 6 bulan terakhir), yaitu kegelisahan, mudah lelah,
sulit berkonsentrasi atau pikiran kosong, iritabilitas, ketegangan otot, dan gangguan tidur (sulit tidur,
tidur gelisah atau tidak memuaskan)
 Kecemasan, kekhwatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress atau terganggunya fungsi sosial,
pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
 Gangguan tidak berasal dari zat yang memberikan efek pada fisiologis (memakai obat-obatan) atau
kondisi medis lainnya (seperti hipertiroid).
 Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lainnya
TATALAKSANA

Tatalaksana Farmakologis
 Benzodiazepin → pilihan obat pertama.
 Buspiron → lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik
 SSRI ( Selective serotonin re-uptake inhibitor )

Tatalaksana non Farmakologi


 Terapi Kognitif Perilaku → teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral
adalah relaksasi dan biofeedback.
PROGNOSIS

 Hanya 1/3 pasien dengan gangguan cemas menyeluruh yang langsung datang mencari
terapi ke psikiatrik. Banyak yang datang ke dokter umum, penyakit dalam, spesialis
jantung, spesialis paru untuk mengobati gejala somatiknya.
 Karena tingginya insidensi, prognosis sulit untuk diprediksi.
BAB IV
ANALISA KASUS
Datang sendiri ke poli RSJ Jambi
tanggal 21 september 2020 untuk
melakukan pemeriksaan.
Os datang dengan keluhan seperti
mendadak mau hilang (meninggal) sejak Os direkomendasikan untuk berobat ke
kurang lebih 3 tahun yang lalu. Os juga spesialis kejiwaan.
merasa panik apalagi jika mendengar Os belum mengkonsumsi obat-obatan
berita yang tidak mengenakkan sebelumnya.

Ketika merasa seperti mau menghilang Pada pemeriksaan didapatkan hasil yang tertera
(meninggal) os berkeringat dingin, sakit (di laporan)
kepala, dan merasa tubuhnya sangat lemas.
Aksis 1: Gangguan Cemas menyeluruh
Os belum pernah datang berobat ke dokter Tn. A umur 42 tahun Aksis 2: -
spesialis saraf maupun spesialis kejiwaan Aksis 3: -
sebelumnya. Aksis 4: -
Aksis 5: GAF 70-61 Beberapa gejala ringan dan
Keluhan dirasakan berawal dari ketika kurang lebih 3 tahun yang lalu menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
dan belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya sejak dari 3 umum masih baik.
tahun yang lalu, keluhan semakin memburuk sejak kurang lebih 6 hari
yang lalu.
Terapi Farmakologi dan non farmakologi
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan

 Menurut DSM-IV yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh adalah suatu keadaan ketakutan atau kecemasan
yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurang-kurangnya selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau
aktivitas disertai oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial,
pekerjaan, dan fungsi - fungsi lainnya. Ansietas sulit dikendalikan, secara subjektif menimbulkan penderitaan dan
mengakibatkan hendaya pada bagian penting kehidupan seseorang.
 Terapi psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi sangatlah penting dalam penatalakasaan pada kasus ini. Untuk
prognosis pada kasus ini, prognosis quo ad vitam adalah ad bonam karena tidak ada kondisi yang membahayakan
hidup pasien, sedangkan prognosis quo ad fungtionam dubia ad bonam karena penyakit pasien tidak membuatnya
kehilangan fungsi aktivitas sehari-hari.
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai