Anda di halaman 1dari 25

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

A REVIEW ON INSOMNIA : THE SLEEP DISOREDER


DISUSUN OLEH :
Aditya Adella Pratama, S.Ked (G1A220012)
Meri Satriyawati, S.Ked (G1A220016)
Obrilian Islami Juany, S.Ked (G1A220017)
Bella Meita Mayasari, S.Ked (G1A220021)
DOSEN PEMBIMBING : dr. Diva Mariska Tarastin,Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa


Periode 07 September-10 Oktober 2020
RS Jiwa Daerah Provinsi Jambi
Universitas Jambi
Jurnal Asli
A REVIEW ON INSOMNIA : THE
SLEEP DISORDER
Telaah Jurnal
PICO
Patient of problem
Gangguan tidur •
adalah kesulitan untuk memulai atau
Insomnia
mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya
satu bulan. Tidak puas dengan tidurnya • Insomnia dapat di kategorikan
berdasarkan durasinya :
Kelelahan, kurang energi
a. Insomnia akut
Kesulitan berkonsentrasi
b. Insomnia kronik
Gangguan Mood, Penurunan kinerja
dalam bekerja

• 20-40% Masalah tidur sering di temukan


pada orang orang dewasa yang lebih tua 65
tahun ↑
• 10% dari populasi mengalami insomnia
klinis parah.
• Insomnia terjadi karna ketidakseimbangan
antara neurotransmitter yang memicu tidur
intervention
Intervention

Responden adalah pasien dengan insomnia dan relawan terdaftar dari klinik
neurologi.
Alat ukur yang digunakan adalah :
1. Insomnia Severity Index (ISI) 0-7 tidak ada insomnia yang signifikan
2. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
8-14 insomnia sub ambang
15-21 insomnia keparahan sedang
21-28 insomnia klinis parah
10-15 depresi ringan
16-23 depresi sedang
24-63 depresi berat

• Dilakukan dalam periode 2006-2010


Comparison

 Evaluasi  Pittsburgh Sleep Quality Index(PSQI),


pengukuran insomnia,
berdasarkan Insomnia Savety mencakup mengukur kualitas dan
Index (ISI) mencakup keparahan gangguan tidur retrospektif. menilai
onset tidur dan kesulitan berbagai domain yang terkait
pemeliharaan kepuasan dengan dengan kualitas tidur, termasuk pola
pola tidur saat ini,gangguan pada bangun tidur yang biasa, durasi tidur,
fungsi sehari hari,muncul nya latensi tidur, frekuensi dan tingkat
gangguan yang disebabkan oleh keparahan masalah terkait tidur
masalah tidur dan tingkat tertentu, dan dampak yang
kekhawatiran. item dinilai oleh dirasakan dari tidur yang buruk pada
skala Likert 5 poin. fungsi siang hari . Indeks ini terdiri
dari skor item yang berkisar antara
0–3
Outcome

• Analisis sampel telah menunjukkan bahwa pasien dengan insomnia memiliki


disfungsi ringan atau sedang dalam perhatian, memori episodik, memori
kerja, dan fungsi eksekutif dibandingkan dengan kontrol sehat.

• mengkonsumsi melatonin dengan dosis lebih tinggi dari yang dibutuhkan


akan menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.

• Studi lain, melaporkan bahwa pada populasi lansia yang mengonsumsi susu
kaya melatonin yang mengandung melatonin 10 kali lebih tinggi (10-40 ng /
L, 0,5 L) dari susu biasa, terdapat peningkatan yang signifikan pada aktivitas
siang hari tanpa peningkatan yang sesuai dalam serum melatonin atau
penurunan suhu tubuh inti.
Sleep Disorder
Menurut DSM-IV , Insomnia di definisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan
untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang
berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau
gangguan dalam fungsi individu.
The International Classification of Disease, Mendefinisikan insomnia sebagai
kesulitan memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/
minggu selama minimal satu bulan.
Menurut The International Classification of Sleep Disorder, insomnia adalah
kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman
setelah episode tidur tersebut.
KLASIFIKASI INSOMNIA
ICD 10 DSM IV
 Organik  Gangguan tidur yang
 Non-organik berkorelasi dengan gangguan
 Dyssomnias ( gangguan mental lain.
pada lama, kualitas dan  Gangguan tidur yang
waktu tidur) disebabkan oleh kondisi medis
 Parasomnias ( ada episode umum.
abnormal yang muncul  Gangguan tidur yang diinduksi
selama tidur seperti mimpi oleh bahan-bahan atau keadaan
buruk, berjalan sambil tidur, tertentu.
dll)  Gangguan tidur primer ( tidak
berhubungan sama sekali
dengan kondisi mental,
penyakit, ataupun obat-obatan.)
PATOFISIOLOGI

ketidakseimbangan antara neurotransmitter yang


menginduksi tidur gamma-aminobutyric acid (GABA)
dan adenosine yang ada di nukleus preoptik ventrolateral
di hipotalamus dan gairah neurotransmiter (noradrenalin,
serotonin, asetilkolin, orexin dan dopamin).
Lanjutan..

Orexm juga dikenal sebagai hipokretin


neuropeptida, yang dibebaskan oleh sekelompok
neuron di hipotalamus lateral juga terlibat dalam
kontrol terjaga. Efek gangguan tidur dari kafein
diduga disebabkan oleh blokade reseptor
adenosin A2
Gejala Insomnia

Kelelahan umum. Tidak merasa cukup


Masalah dengan
istirahat setelah tidur malam
konsentrasi atau memori. Kelelahan atau kantuk
Kesulitan tidur di malam
disiang hari
hari. Iritabilitas, depresi atau
Kantuk di siang hari.
kecelakan
Bangun di malam hari. Kekhawatiran tentang
Bangun terlalu pagi.
tidur yang berlebihan
PENYEBAB INSOMNIA
METODE
Responden adalah pasien dengan insomnia dan relawan terdaftar dari klinik
neurologi, Sebanyak 106 responden.
Alat ukur yang digunakan adalah :
1. Insomnia Severity Index (ISI) 0-7 tidak ada insomnia yang signifikan
8-14 insomnia sub ambang
2. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
15-21 insomnia keparahan sedang
15-21 insomnia keparahan sedang
21-28 insomnia klinis parah

10-15 depresi ringan


16-23 depresi sedang
24-63 depresi berat

• Dilakukan dalam periode 2006-2010


Lanjutan..
ISI mencakup tingkat keparahan onset tidur dan kesulitan pemeliharaan,

kepuasan dengan pola tidur saat ini, gangguan pada fungsi sehari-hari,
munculnya gangguan yang disebabkan oleh masalah tidur, dan tingkat
kekhawatiran yang disebabkan oleh insomnia.
PSQI mengukur kualitas dan gangguan tidur retrospektif. Item laporan

mandiri individu menilai berbagai domain yang terkait dengan kualitas


tidur, termasuk pola bangun tidur yang biasa, durasi tidur, latensi tidur,
frekuensi dan tingkat keparahan masalah terkait tidur tertentu, dan dampak
yang dirasakan dari tidur yang buruk pada fungsi siang hari.
KRITERIA DIAGNOSTIK INSOMNIA NON
ORGANIK BERDASARKAN PPDGJ
PENATALAKSANAAN NON
FARMAKOTERAPI

Edukasi tentang kebiasaan tidur yang tidak baik.


Teknik relaksasi
Restriksi tidur
Kontrol stimulus
FARMAKOTERAPI
Anti-depresan

Benzodiazepin

Doxepine (Silenor)

Eszopiclone (Lunesta)

Ramelteon (Rozerem)

Suvorexant (Belsomra)

Zaleplon (Sonata)

Zolpidem (Ambien, Edluar)


Lanjutan...

Alat bantu tidur over-the-counter:

Sebagian besar pil tidur ini bersifat antihistamin. Tidak ada bukti bahwa
obat ini bekerja dengan baik untuk insomnia, dan dapat menyebabkan
kantuk keesokan harinya. Mereka cukup aman untuk dijual tanpa resep
dokter. Tetapi jika Anda mengonsumsi obat lain yang juga mengandung
antihistamin seperti obat flu atau alergi, Anda dapat meminumnya terlalu
banyak secara tidak sengaja.
Lanjutan...

Pengobatan Insomnia dengan Susu Kaya Melatonin

Melatonin adalah hormon non-penenang yang disekresikan dari kelenjar


pineal di otak dan memiliki peran penting dalam mengatur siklus tidur-
bangun. Itu disintesis dan dilepaskan hanya selama periode kegelapan,
dari matahari terbenam hingga matahari terbit. Melatonin dalam serum
mencegah kebangkitan, dengan mempertahankan suhu tubuh yang rendah
dan memicu tidur.
KONTRAINDIKASI
• Pasien anak di bawah usia 18 tahun • Pasien yang diduga mengalami gangguan tidur

selainapnea tidur obstruktif termasuk apnea tidur


• Pasien dengan kondisi medis penyerta
sentral
• Penyakit paru sedang sampai berat
• Gangguan gerakan tungkai periodik (PLMD)
• Penyakit neuromuskuler
• Gangguan ritme sirkadian
• Gagal jantung kongestif • Narkolepsi

• Pasien dengan masalah medis atau kognitif yang


memengaruhi keselamatan pasien yang

menggunakan perangkat uji tidur di rumah


tanpa pengawasan.
KOMPLIKASI
KESIMPULAN
Insomnia merusak fungsi kognitif dan fisik dan dikaitkan dengan berbagai

gangguan fungsi siang hari di sejumlah domain emosional, sosial, dan fisik.
Dibandingkan dengan orang yang tidur nyenyak, orang dengan gangguan

tidur yang terus-menerus lebih rentan terhadap kecelakaan, memiliki tingkat


ketidakhadiran kerja yang lebih tinggi, kinerja kerja yang menurun, kualitas
hidup yang menurun, dan pemanfaatan perawatan kesehatan yang
meningkat.
Lanjutan..
Studi yang meningkatkan pengetahuan tentang mekanisme neurobiologis

yang mengendalikan regulasi homeostasis tidur, ritme sirkadian,


hyperarousal fisiologis, genetika, stres, dan kognisi diperlukan untuk
mengevaluasi penyebab secara memadai. dan mekanisme dari insomnia.
Efektif intervensi farmakologis dan perilaku untuk mengobati insomnia

mengandalkan ditepat neurobehavioral dan informasi neurobiologis.


Ada pengobatan farmakologis dan asupan susu kaya melatonin sebelum tidur

dapat membantu pasien untuk sembuh dari penyakit.


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai