Anda di halaman 1dari 21

 Clinical Science Session

Predictor for Coronary Artery Dilatation in


Kawasaki Disease
Prediksi untuk terjadinya dilatasi arteri koroner di penyakit
kawasakii

Pembimbing: dr. Retno Kusumastuti, Sp.A

Disampaikan oleh :
Bella Meita Mayasari, S.Ked
G1A220021
PENDAHULUAN
{ GAMBARAN SINGKAT ISI JURNAL }

Latar Belakang Tujuan

• Penyakit Kawasaki (KD) adalah vaskulitis sistemik akut


yang penyebabnya tidak diketahui dengan potensi serius
gejala sisa, termasuk kelainan arteri koroner, pada 15% Untuk mengidentifikasi
sampai 25% pasien yang tidak diobati sebagian besar prediktor perkembangan
menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun. Ini memiliki dilatasi arteri koroner pada
insiden komplikasi koroner yang tinggi seperti
aneurisma. 
pasien dengan penyakit
• Pengobatan pilihan saat ini adalah intravena Kawasaki
imunoglobulin, dan aspirin. 
• Identifikasi faktor prediktif untuk dilatasi arteri koroner
atau aneurisma penting untuk menetapkan indikasi
pemberian imunoglobulin, terutama bila sumber daya
terbatas.
Metode dan Desain Penelitian

Studi Cross-Sectional menggunakan data Retrospektif dari 667 pasien KD yang


dilakukan antara bulan januari 2003 sampai juli 2013 dari 5 Rumah Sakit di wilayah
Jakarta.

Responden adalah pasien yang memenuhi kriteria the American Heart


Association untuk penyakit kawasaki, dan memiliki data klinis, EKG, dan
laboratorium lengkap [hemoglobin, leukosit, trombosit, albumin, protein C-
reaktif (CRP), dan laju sedimentasi eritrosit (ESR)]. Dan semua responden
menerima imunoglobulin dan aspirin.

Hasil

Analisis multivariat menunjukkan bahwa durasi demam


> 7 hari dan hipoalbuminemia merupakan faktor prediktif
yang signifikan untuk dilatasi arteri koroner
DISKUSI

 Durasi demam sebelum pemberian imunoglobulin merupakan faktor risiko dilatasi arteri
koroner karena inflamasi yang berkembang. Patofisiologi hipoalbuminemia dan dilatasi
koroner tidak jelas. Selama fase akut, faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF)
berperan dalam meningkatkan permeabilitas vaskular, yang menyebabkan kebocoran
vaskular dan mengakibatkan hipoalbuminemia dan edema. Oleh karena itu, albumin
serum yang rendah merupakan penanda VEGF yang tinggi. Peningkatan permeabilitas
vaskuler akibat VEGF juga menyebabkan sel inflamasi masuk ke intima melalui endotel
arteri koroner, sehingga terjadi hiperplasia intimal dan proliferasi sel otot polos.
 setiap pasien dengan demam > 7 hari dan hipoalbuminemia dirujuk ke pusat kesehatan
dengan fasilitas ekokardiografi dan didukung oleh ahli jantung anak. Jika rujukan tidak
memungkinkan, disarankan segera memberikan imunoglobulin dan aspirin untuk
mengurangi kemungkinan dilatasi arteri koroner.
DISKUSI
 Ekokardiogram awal pada hari-hari awal penyakit mungkin tidak berguna untuk
menilai kebutuhan imunoglobulin. Dilatasi arteri koroner dapat dideteksi mulai
hari ke-6 setelah onset, tetapi umumnya mencapai puncaknya antara 2-6 minggu
sejak onset
 Di negara berkembang seperti Indonesia, di mana biaya imunoglobulin tinggi
sementara daya belinya rendah, pemilihan pasien yang cermat yang menerima
imunoglobulin intravena berdasarkan prediktor dilatasi arteri koroner akan sangat
bijaksana, terutama bagi mereka yang memiliki dana terbatas.
 Namun, tidak mudah untuk secara akurat menentukan risiko keterlibatan arteri
koroner, meskipun beberapa penanda laboratorium dapat memberikan informasi
yang berguna untuk konseling orang tua dan tindak lanjut klinis.
DISKUSI

 Identifikasi biomarker baru dan predisposisi inang di masa


mendatang dapat meningkatkan pengetahuan kita tentang
faktor risiko arteri koroner dan membantu
mempersonalisasi terapi untuk penyakit Kawasaki.
ANALISIS “PICO” JURNAL

 PATIENT/PROBLEM

 INTERVENTION

 COMPARISON

 OUTCOME
Patient/Problems

 Aneurisma arteri koroner terjadi pada 15-25% kasus yang tidak diobati, yang dapat
menyebabkan infark miokard, kematian mendadak, atau iskemik penyakit jantung. Pengobatan
utama saat ini untuk mencegah dilatasi arteri koroner adalah imunoglobulin dosis tinggi dan
aspirin. Mengingat tingginya biaya imunoglobulin, dalam kasus dengan sarana dan / atau
fasilitas keuangan yang terbatas, mengidentifikasi faktor risiko untuk dilatasi arteri
koroner dapat membantu dokter memprediksi pasien mana yang perlu menjalani terapi
imunoglobulin.

 Faktor risikonya adalah lamanya demam, umur kurang dari 1 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan ras
Asia / Hispanik Laboratorium pemeriksaan seperti leukositosis,rendah kadar albumin , level CRP tinggi,
kadar ESR tinggi, anemia, dan trombositopenia, atau trombositosis pada fase akut juga merupakan faktor
risiko penting
Kriteria inklusi Kriteria Ekslusi
• pasien yang memenuhi kriteria diagnostik • Telah terdaftar dalam penelitian
American Heart Association untuk KD/ • Pasien dengan penyakit jantung bawaan
tidak lengkap pada fase akut. • Riwayat lainnya penyakit jantung didapat
• Telah dilakukan pemberian imunoglobulin • Dan tidak lengkapnya data atau hilang
(2 g / kg BB) dan aspirin oral (80-100 mg /
kg)
• dan lengkap untuk data laboratorium dan
ekokardiogramnya.
Intervention

Untuk penilaian dilatasi arteri koroner, kami mengukur


dimensi lumen dan menggunakan skor-z berdasarkan luas
permukaan tubuh bagian kanan, kiri, dan arteri koroner anterior
kiri. Dilatasi koroner didefinisikan sebagai skor-z ≥ 2,5 mm
dari kanan, kiri main, atau pembuluh darah turun anterior
kiri.

Comparison

Untuk menilai faktor resiko terjadinya dilatasi arteri


koroner pada penyakit KD.
Outcome

Sebanyak 667 pasien KD ditemukan 164 dari pasien tersebut dikeluarkan sebgai calon responden. 
selama masa penelitian,  dan diskrining • 84 memiliki catatan medis riwayat penyakit jantung
untuk kelayakan sebagai responden bawaan.
• 80 tidak memiliki kelengkapan data laboratorium dan
penelitian.
ekokardiogram.

Dari 503 pasien selama fase


168 pasien(33,3 %) terjadi dilatasi arteri koroner pada fase
akut yang menjadi subjek ini.
penelitian

275 pasien (66,7%) memiliki rekam medis lengkap untuk faktor


risiko (durasi demam, hemoglobin (Hb), leukosit, trombosit,
ESR, CRP dan kadar albumin serum).  
Outcome
Demam yang terjadi > 7 hari diamati
pada 98 pasien

Dari analisis data


Dengan 58 anak-anak (27,5%) dengan dilatasi arteri koroner
dibandingkan dengan 40 anak (22,0%) tanpa dilatasi koroner.
(Odds Ratio [OR], 2,76; 95% CI, 1,66-4,58; P = 0,001)

{menunjukkan korelasi antara prediktor dan dilatasi


arteri koroner. Analisis bivariat menunjukkan demam>7
hari,trombosit,dan kadar albumin serum memiliki nilai
p<0,25. }
Outcome

• Manifestasi dan komplikasi kardiovaskular merupakan


kontributor utama morbiditas dan mortalitas yang berhubungan
Spektrum Penyakit dengan KD, dengan aneurisma koroner sebagai komplikasi
utama. dilatasi sebagai gejala sisa yang bertahan lebih dari 30
hari.

Karakteristik • Penelitian ini menemukan bahwa prediktor dilatasi arteri


koroner adalah durasi demam selama 7 hari dan
Prediktor hipoalbuminemia

• Semua pasien harus diobati dengan imunoglobulin


sebelum onset hari ke-7 dan mereka dengan
Pengobatan KD hipoalbuminemia harus segera diobati untuk mencegah
komplikasi koroner.
ANALISIS “VIA”

 VALIDITY

 IMPORTANCE

 APPLICABILITY

t
oin
e rP
ow
fP
ro
we
Po
e
Th
•Sumber Data

Valid

Izin
Metode
Penelitian
Penelitian
Studi Cross-Sectional telah disetujui oleh Dewan Etik
menggunakan data Retrospektif
Kedokteran di UI. Partisipan
diberikan penjelasan yang jelas
dari 667 pasien KD dari 5 Rumah tentang tujuan penelitian.
Sakit di wilayah Jakarta.
Steps

Sampel Tujuan Penelitian


Waktu Penelitian
Kriteria eksklusi adalah:
dilakukan antara bulan i.
Penelitian
Telah terdaftar dalam penelitian Untuk mengidentifikasi
januari 2003 sampai prediktor perkembangan dilatasi
ii. Pasien dengan penyakit jantung bawaan arteri koroner pada pasien
juli 2013)
iii. Riwayat lainnya penyakit jantung didapat dengan penyakit Kawasaki
iv. Dan tidak lengkapnya data atau hilang
Important

Jurnal ini memberikan informasi


mengenai tentang faktor risiko
terjadinya arteri koroner dan
membantu mempersonalisasi terapi
untuk penyakit Kawasaki. Serta
Menjadi dasar untuk dapat
melakukan penghematan
terhadap alokasi biaya.
Daftar Pustaka
1. McCrindle BW, Rowley AH, Newburger JW, Burns JC, Bolger AF, Gewitz M, et al. Diagnosis, treatment, and long-term management of Kawasaki disease: a scientific statement for health
professionals from the American Heart Association. Circulation. 2017:135:e927-99.
2. Kato H, Sugimura T, Akagi T, Sato N, Hashino K, Maeno Y, et al. Long-term consequences of Kawasaki disease. A 10- to 21-year follow-up study of 594 patients. Circulation. 1996;94:1379-85.
3. Beiser AS, Takahashi M, Baker AL, Sundel RP, Newburger JW. A predictive instrument for coronary artery aneurysms in Kawasaki disease. US Multicenter Kawasaki Disease Study Group. Am
J Cardiol. 1998;81:1116-20.
4. Newburger JW, Takahashi M, Beiser AS, Burns JC, Bastian J, Chung KJ, et al. A single intravenous infusion of gamma globulin as compared with four infusions in the treatment of acute
Kawasaki syndrome. N Engl J Med. 1991;324:1633-9.
5. Newburger JW, Takahashi M, Burns JC, Beiser AS, Chung KJ, Duffy CE, et al. The treatment of Kawasaki syndrome with intravenous gamma globulin. N Engl J Med. 1986;315:341-7.
6. Taubert KA, Rowley AH, Shulman ST. Nationwide survey of Kawasaki disease and acute rheumatic fever. J Pediatr. 1991;119:279-82.
7. Asai T. Evaluation method for degree of seriousness in Kawasaki disease. Acta Paediatr Jpn. 1983;25:170-85.
8. Nakano H. Prediction of patients with a high risk of coronary artery aneurysm in Kawasaki disease: indication for immunoglobulin therapy. Prog Clin Biol Res. 1987;250:287-97.
9. Harada K. Intravenous gamma globulin treatment in Kawasaki disease. Acta Paediatr Jpn. 1991;33:805-10.
10. Dajani AS, Taubert KA, Gerber MA, Shulman ST, Ferrieri P, Freed M, et al. Diagnosis and therapy of Kawasaki disease in children. Circulation. 1993;87:1776-80.
11. Newburger JW, Takahashi M, Gerber MA, Gewitz MH, Tani LY, Burns JC, et al. Diagnosis, treatment, and long-term management of Kawasaki disease: a statement for health professionals
from the Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis, and Kawasaki Disease, Council on Cardiovascular Disease in the Young, American Heart Association. Circulation. 2004;110:2747-71.
12. Koren G, Lavi S, Rose V, Rowe R. Kawasaki disease: review of risk factors for coronary aneuryms. J Pediatr. 1986;108:388-92.
13. Daniels SR, Specker B, Capannari TE, Schwartz DC, Burke MJ, Kaplan S. Correlates of coronary artery aneurysm formation in patients with Kawasaki disease. Am J Dis Child. 1987;141:205-
7.
14. Ichida F, Fatica NS, O’Loughlin JE, Klein AA, Snyder MS, Levin AR, et al. Epidemiologic aspects of Kawasaki disease in a Manhattan hospital. Pediatrics. 1989;84:235-41.
15. Kim T, Choi W, Woo CW, Choi B, Lee J, Lee K, et al. Predictive risk factors for coronary artery abnormalities in Kawasaki disease. Eur J Pediatr. 2007;166:421-5.
16. Honkanen VE, McCrindle BW, Laxer RM, Feldman BM, Schneider R, Silverman ED. Clinical relevance of the risk factors for coronary artery inflammation in Kawasaki disease. Pediatr
Cardiol. 2003;24:122-6.
17. Belay ED, Maddox RA, Holman RC, Curns AT, Ballah K, Schonberger LB. Kawasaki syndrome and risk factors for coronary artery abnormalities: United States, 1994-2003. Pediatr Infec Dis
J. 2006;25:245-9.
18. McCrindle BW, Li JS, Minich LL, Colan SD, Atz AM, Takahashi M, et al. Coronary artery involvement in children with Kawasaki disease: risk factors from analysis of serial normalized
measurements. Circulation. 2007;116:174-9.
19. de Zorzi A, Colan SD, Gauvreau K, Baker AL, Sundel RP, Newburger JW. Coronary artery dimensions may be misclassifed as normal in Kawasaki disease. J Pediatr. 1998;133:254-8.
20. Fukazawa R, Ogawa S. Long-term prognosis of patients with Kawasaki disease: at risk for future atherosclerosis? J Nippon Med Sch. 2009;76:124-33.
21. Advani N, Satroasmoro S, Ontoseno T. Uiterwaal CS. Long-term outcome of coronary artery dilatation in Kawasaki disease. Ann Pediatr Card. 2018;11:125-9.
22. Ishihara H, Izumida N, Hosaki J. Criterion for early prediction of coronary artery involvement by clinical manifestations in patients with Kawasaki disease. Bull Tokyo Med Dent Univ.
1985;32:77-89.
23. Yasukawa K, Terai M, Shulman ST, Toyozaki, Yajima S, Kohno Y, et al. Systematic production of vascular endothelial growth factor and fms-like tyrosine kinase-1 receptor in acute Kawasaki
disease. Circulation. 22;105:766-9.
24. Terai M, Honda T, Yasukawa K, Higashi K, Hamada H, Kohno Y. Prognostic impact of vascular leakage in acute Kawasaki disease. Circulation. 2003;108:325-30.
25. Burns JC, Glode MP. Kawasaki syndrome. Lancet. 2004; 364:533-44.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai