Disampaikan oleh :
Bella Meita Mayasari, S.Ked
G1A220021
PENDAHULUAN
{ GAMBARAN SINGKAT ISI JURNAL }
Hasil
Durasi demam sebelum pemberian imunoglobulin merupakan faktor risiko dilatasi arteri
koroner karena inflamasi yang berkembang. Patofisiologi hipoalbuminemia dan dilatasi
koroner tidak jelas. Selama fase akut, faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF)
berperan dalam meningkatkan permeabilitas vaskular, yang menyebabkan kebocoran
vaskular dan mengakibatkan hipoalbuminemia dan edema. Oleh karena itu, albumin
serum yang rendah merupakan penanda VEGF yang tinggi. Peningkatan permeabilitas
vaskuler akibat VEGF juga menyebabkan sel inflamasi masuk ke intima melalui endotel
arteri koroner, sehingga terjadi hiperplasia intimal dan proliferasi sel otot polos.
setiap pasien dengan demam > 7 hari dan hipoalbuminemia dirujuk ke pusat kesehatan
dengan fasilitas ekokardiografi dan didukung oleh ahli jantung anak. Jika rujukan tidak
memungkinkan, disarankan segera memberikan imunoglobulin dan aspirin untuk
mengurangi kemungkinan dilatasi arteri koroner.
DISKUSI
Ekokardiogram awal pada hari-hari awal penyakit mungkin tidak berguna untuk
menilai kebutuhan imunoglobulin. Dilatasi arteri koroner dapat dideteksi mulai
hari ke-6 setelah onset, tetapi umumnya mencapai puncaknya antara 2-6 minggu
sejak onset
Di negara berkembang seperti Indonesia, di mana biaya imunoglobulin tinggi
sementara daya belinya rendah, pemilihan pasien yang cermat yang menerima
imunoglobulin intravena berdasarkan prediktor dilatasi arteri koroner akan sangat
bijaksana, terutama bagi mereka yang memiliki dana terbatas.
Namun, tidak mudah untuk secara akurat menentukan risiko keterlibatan arteri
koroner, meskipun beberapa penanda laboratorium dapat memberikan informasi
yang berguna untuk konseling orang tua dan tindak lanjut klinis.
DISKUSI
PATIENT/PROBLEM
INTERVENTION
COMPARISON
OUTCOME
Patient/Problems
Aneurisma arteri koroner terjadi pada 15-25% kasus yang tidak diobati, yang dapat
menyebabkan infark miokard, kematian mendadak, atau iskemik penyakit jantung. Pengobatan
utama saat ini untuk mencegah dilatasi arteri koroner adalah imunoglobulin dosis tinggi dan
aspirin. Mengingat tingginya biaya imunoglobulin, dalam kasus dengan sarana dan / atau
fasilitas keuangan yang terbatas, mengidentifikasi faktor risiko untuk dilatasi arteri
koroner dapat membantu dokter memprediksi pasien mana yang perlu menjalani terapi
imunoglobulin.
Faktor risikonya adalah lamanya demam, umur kurang dari 1 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan ras
Asia / Hispanik Laboratorium pemeriksaan seperti leukositosis,rendah kadar albumin , level CRP tinggi,
kadar ESR tinggi, anemia, dan trombositopenia, atau trombositosis pada fase akut juga merupakan faktor
risiko penting
Kriteria inklusi Kriteria Ekslusi
• pasien yang memenuhi kriteria diagnostik • Telah terdaftar dalam penelitian
American Heart Association untuk KD/ • Pasien dengan penyakit jantung bawaan
tidak lengkap pada fase akut. • Riwayat lainnya penyakit jantung didapat
• Telah dilakukan pemberian imunoglobulin • Dan tidak lengkapnya data atau hilang
(2 g / kg BB) dan aspirin oral (80-100 mg /
kg)
• dan lengkap untuk data laboratorium dan
ekokardiogramnya.
Intervention
Comparison
Sebanyak 667 pasien KD ditemukan 164 dari pasien tersebut dikeluarkan sebgai calon responden.
selama masa penelitian, dan diskrining • 84 memiliki catatan medis riwayat penyakit jantung
untuk kelayakan sebagai responden bawaan.
• 80 tidak memiliki kelengkapan data laboratorium dan
penelitian.
ekokardiogram.
VALIDITY
IMPORTANCE
APPLICABILITY
t
oin
e rP
ow
fP
ro
we
Po
e
Th
•Sumber Data
Valid
Izin
Metode
Penelitian
Penelitian
Studi Cross-Sectional telah disetujui oleh Dewan Etik
menggunakan data Retrospektif
Kedokteran di UI. Partisipan
diberikan penjelasan yang jelas
dari 667 pasien KD dari 5 Rumah tentang tujuan penelitian.
Sakit di wilayah Jakarta.
Steps